Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PEMERIKSAAN CVP dan JVP

Disusun oleh :
1.

Firza Auwaliyah

(010610235 B)

2.

Fitroh

(010610046 B)

3.

Gesti Widiarini

(010610110 B)

4.

Hidayati Mumpuni

(010610014 B)

5.

Ika Nur Fauziah

(010610200 B)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2008

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
taufik, hidayah, serta rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
PEMERIKSAAN CVP dan JVP ini dengan baik.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah. Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini banyak
terdapat kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat
diharapkan penulis agar makalah ini menjadi lebih baik.
Selama proses penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati dan rasa hormat yang besar, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
Sriyono, S.Kep,Ns, selaku dosen pengajar yang telah membimbing, rekan-rekan
mahasiswa yang telah memberikan dukungan yang besar bagi penulis, serta semua pihak
yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak dan segala kekurangan yang ada dalam makalah ini sepenuhnya adalah
keterbatasan penulis.

Surabaya, Maret 2008

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar

Daftar Isi

ii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

1.2.

Rumusan Masalah

1.3.

Tujuan

TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Pemeriksaan CVP
2.1.1. Pengertian
2.1.2. Fungsi Pemasangan
2.1.3. Indikasi Pemasangan
2.1.4. Tempat Pemasangan
2.1.5. Persiapan
2.1.6. Penatalaksanaan
2.1.7. Pemantauan
2.1.8. Interpretasi Hasil Pengukuran

2.2.

Pemeriksaan JVP
3.1.1. Pengertian
3.1.2. Fungsi Pemasangan
3.1.3. Indikasi Pemasangan
3.1.4. Tempat Pemasangan
3.1.5. Persiapan
3.1.6. Penatalaksanaan
3.1.7. Pemantauan
3.1.8. Interpretasi Hasil Pengukuran

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk yang kompleks. Di dalam tubuh manusia pun
tersusun dari system yang kompleks. Salah satunya adalah system kardiovaskuler,
yang merupakan salah satu system yang vital dari tubuh manusia. Tanpa adanya
sistem tersebut, sel yang ada di tubuh manusia tidak akan dapat bertahan hidup
dan melakukan fungsi tubuh sebagaimana seharusnya.
Kesederhanaan yang tampak jelas pada system kardiovaskuler ternyata
sangat kontradiktif dengan struktur dan fungsi sirkulasi yang rumit dan berdiri
sendiri. Setiap bagian system kardiovaskuler diadaptasi secara unik untuk
berperan dalam proses kardiovaskuler yang sangat terintegrasi terhadap proses
penyakit. System kardiovaskuler ini berawal dari jantung. Sebuah pompa berotot
yang berdenyut secara ritmis dan berulang kali, 60-100 kali per menit. Setiap
denyut jantung menyebabkan darah mengalir ke seluruh tubuh dalam suatu
jaringan tertutup yang terdiri dari arteri, arteriol dan kapiler dan kembali lagi ke
jantung melalui vena dan venula. Pembuluh darah vena ini tipis dan mudah
melebar untuk mengakomodasi darah dalam jumlah yang besar.
Selama ini vena dianggap tidak lebih dari lintasan untuk aliran darah ke
jantung, akan tetapi sebenarnya vena melakukan banyak fungsi khusus yang
diperlukan untuk bekerjanya sirkulasi. Yang pertama, vena dapat berkontraksi dan
berdilatasi sehingga dapat menyediakan darah dalam jumlah yang besar maupun
kecil serta vena juga dapat mendorong darah maju dengan cara yang disebut
pompa vena, bahkan membantu mengatur curah jantung. Untuk memahami
berbagai fungsi vena tersebut, kita perlu mengetahui tentang tekanan dalam vena
dan pengaturannya, serta penatalaksanaan pengukuran tekanan vena.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mengangkat materi yang
berhubungan dengan tekanan dalam vena, yaitu CVP (Central Venous Pressure)
dan JVP (Jugularis Venous Pressure). Kadua cara ini digunakan untuk mengetahui

tekanan vena sehingga kita dapat mengetahui beberapa fungsi vena. Diharapkan
dengan mengetahui fungsi vena, kita sebagai perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan yang professional.
1.2.

Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari CVP dan JVP?
2. Apa fungsi dari pemeriksaan CVP dan JVP?
3. Apa indikasi pemeriksaan CVP dan JVP?
4. Di mana letak pemasangan alat CVP dan JVP?
5. Bagaimana prosedur dan penatalaksanaan pemeriksaan CVP dan JVP?

1.3.

Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui cara pemeriksaann CVP dan JVP.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi CVP dan JVP
2. Untuk mengetahui fungsi pemeriksaan CVP dan JVP
3. Untuk mengetahui indikasi penggunaan pemeriksaan CVP dan JVP
4. Untuk mengetahui prosedur dan penatalaksanaan pemeriksaan
CVP dan JVP

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Central Venous Pressure (CVP)
2.1.1. Pengertian CVP
CVP adalah tekanan dalam atrium kanan dan dalam vena-vena besar
dalam thorax. Merupakan gambaran ventrikel kanan dan menunjukkan
kemampuan sisi kanan dalam mengatur beban cairan. Setiap perubahan
CVP yang berhubungan dengan status klinis pasien lebih di tunjukkan
untuk mengetahui kecukupan volume darah vena dan perubahan fungsi
kardiovaskuler dan bukan hanya sekali pengukuran CVP saja.
2.1.2. Fungsi Pemeriksaan CVP
1. Mengukur tekanan vena sentral
2. Mengukur tekanan darah pada atrium kanan dan vena cava
2.1.3. Manfaat Pemeriksaan
1. Mengukur status haemodinamik pada pasien hipovolemik
2. Mengetahui tonus pembuluh darah
3. Mengetahui fungsi jantung
2.1.4. Indikasi Pemeriksaan
1. Pasien post operasi jantung atau prosedur bedah lain.
2. Pasien yang mendapat obat vasoaktif dan nutrisi parenteral
3. Pasien gagal jantung kanan.
4. Pasien dengan trauma berat, contohnya fraktur femur, pinggul, dll
5. Pasien dengan infeksi berat dan dicurigai adanya sepsis.
6. Untuk mengetahui fungsi venous return pada pembuluh darah (di
pasang di vena cava superior yang merupakan tempat kembalinya
pembuluh darah )

2.1.5. Kontraindikasi
Pada pasien dengan gangguan faal homeostatis, oleh karena itu
sebelum pemasangan CVP, periksa dahulu FH ( Faal Homeostatis )
pasien.
2.1.6. Tempat Pemasangan
Pengukuran tekanan vena sentral pada percabangan vena cava dan
atrium kanan. Hal ini sama pada bayi, anak dan orang dewasa.
Pemasangan kateter vena sentral dapat dilakukan melalui vena jugularis
interna, vena antecubiti, vena brachialis, vena subclavia, dan vena
femoralis. Pada pasien yang masih kecil, vena subclavia dan jugularis
interna lebih mudah digunakan.
2.1.7. Persiapan Pemasangan
a. Persiapan Pasien
Jika akan melakukan pemasanagn CVP, persiapan yang harus kita
lakukan kepada pasien adalah:

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang prosedur


pemasangan

Menjelaskan tentang tujuan pemasangan CVP kepada kepada


pasien dan keluarga pasien

Atur posisi pasien dengan posisi supine atau setinggi 20-45.

b. Persiapan Alat
Untuk persiapan pemasangan CVP ada beberapa alat-alat yang
dibutuhkan dan yang akan digunakan untuk memasang CVP.
Alat-alat yang dibutuhkan antara lain:
i.

Sarung tangan steril

ii.

Kateter sesuai ukuran, jenis dan panjang yang sesuai

iii.

Anestesi lokal

iv.

Salep antiseptik

v.

Kasa steril kering

vi.

Manometer

vii.

Cairan NaCl 0,9%

viii.

Spuit 10;2,5;1 cc

ix.

Three way stopcock

x.

Gunting

c. Penatalaksanaan
Untuk merekam CVP, kateter intravena yang panjang dipasang
pada vena lengan, vena kaki, atau vena subklavia dan diurutkan pada
posisi vena kava di dekat atrium kanan. Kadang-kadang, kateter dapat
masuk meluas ke atrium kanan, yang ditandai oleh fluktuasi berirama
pada tekanan manometer yang berhubungan dengan denyut jantung
pasien. Pada situasi ini, kateter dapat dengan mudah ditarik ke titik
dimana pulsasi berhenti.

Sebuah manometer dengan stopcock tiga jalur dipasangkan


diantara sumber cairan dan kateter intravena pasien. Pada cara ini, tiga
sitem terpisah dapat dibuat melalui manipulasi stopcock.
System 1 : menghubungkan sumber cairan dengan pasien dan dapat
digunakan untuk pemberian cairan intravena sebagai jalan untuk
menjaga system tetap paten.
System 2 : mengalir dari sumber cairan ke manometer CVP dan dibuka
untuk menaikkan kolom cairan di dalam manometer sebelum tekanan
vena diukur.
System 3 : menghubungkan kateter intravena pasien dengan
manometer, jalur ini harus dibuka untuk mengukur CVP. Tekanan pada
vena kava diseimbangkan dengan tekanan pada pada kolom cairan
pada manometer. Titik pada saat tingkat cairan diam dicatat sebagai
CVP.
Untuk memperoleh pengukuran yang akurat yakinkan bahwa
posisi pasien datar, dengan titik nol manometer pada setinggi area
interkostal ke-empat.

Ketinggian

ini tepat pada garis midaksila pasien dan dapat

ditentukan dengan pengukuran sekitar 5 cm dibawah sternum. Titik ini


dikenal sebagai aksis flebostatik.

Konsistensi penting, dan semua pembacaan harus dilakukan pada


pasien dengan posisi yang sama dan titik nol dihitung pada cara yang
sama. Jika penyimpangan dari prosedur yang rutin harus dilakukan,
seperti bila pasien tidak dapat mentolelir posisi datar dan pembacaan
harus dilakukan pasien dengan posisi semi Fowlers, ini bermanfaat
untuk mencatat pada lembar atau rencana perawatan pasien untuk
memberikan konsistensi pada pembacaan selanjutnya.
Sebuah system yang paten dipastikan bila cairan pada kolom turun
dengan bebas dan sedikit fluktuasi dari cairan kolom tampak. Fluktuasi
ini mengikuti pola pernafasan pasien dan akan turun pada saat inspirasi
dan naik pada saat ekspirasi karena perubahan pada tekanan
interpulmonalis. Jika pasien diventilasi pada respirator, pembacaan
tinggi yang salah dapat terjadi. Perawat harus memeriksa standar
praktik institusi untuk menentukan apakah pengambilan pembacaan
CVP pada pasien dengan ventilator dalam keadaan on atau off. Bila
ditujukan untuk melakukan pengukuran yang tepat pada pasien dengan
ventilator, kecenderungan signifikan pada CVP masih dapat ditentukan
bila konsistensi dalam pengambilan pembacaan diikuti.
d. Pemantauan
i.

Tentukan titik nol pada garis mid axial dengan ICS 2-3 (garis
setinggi atrium kanan)

ii.

Samakan garis atrium kanan dengan titik nol pada manometer


dengan water pass.

iii.

Isi monometer dengan cairan dari botol cairan intervena dengan


membuka three way stopcock ke CVP manometer.

iv.

Isi 25cm dan tutup kembali, buka threee way stopcock ke pasien.

v.

Perhatikan fluktuasi cairan pada manometer. Fluktuasi ini seiring


irama pernafasan.

vi.

Nilai CVP di ambil pada keadaan cairan di dalam manometer


stabil.

Pada pasien yang memakai alat bantu nafas, pembacaan hasil CVP
kurang kurang akurat di karenakan pasien tidak bernafas secara
spontan tetapi dengan menggunakan ventilator.
e. Interpretasi Hasil
Tekanan vena sentral diukur dalam sentimeter air atau millimeter
air raksa. Tekanan normal dalam atrium kanan kurang dari 8 cm H2O,
dan tekanan dalam vena kava kurang lebih 5 sampai 8 cm H2O.
Pembacaan CVP atau pembacaan tekanan atrium kanan juga dapat
diukur dengan transduser tekanan.

Rentang CVP normal pada kasus ini 4 sampai 6 mm Hg. Terdapat


kecenderungan pembacaan hasil yang paling signifikan, mengabaikan
nilai-nilai

dasar.

Kecenderungan

naik

atau

turunnya

CVP,

dikombinasikan dengan pengkajian klinis pasien, akan menentukan


interpretasi yang tepat.
Sebagai contoh nilai CVP pasien dapat meningkat secara bertahap
dari 6 cm H2O sampai 8 cm H2O dan kemudian 10 cm H2O.
Perubahan ini bersamaan dengan parameter lain yang dikaji oleh
perawat dapat menandakan komplikasi selanjutnya. Misalnya,
auskultasi bunyi nafas dapat menyatakan crakels di basal; S3 dapat
terdengar; atau frekuensi nadi dan pernafasan mungkin meningkat
secara tiba-tiba. Pada konteks ini, kecenderungan peningkatan secara
bertahap pada CVP lebih bermakna daripada nilai actual CVP
tersendiri.
Jika menginterpretasikan data CVP dalam hubungannya dengan
observasi klinis lainnya, perawat memiliki pemahaman lebih baik
tentang fisiologi pada pasien dan akan mengenali hasil pada mana
intervensi keperawatan harus ditujukan. Pada contoh yang telah
disebutkan pada paragraph sebelumnya, perawat harus waspada bahwa
pemberian cairan yang terlalu banyak, lebih lanjut akan mempengaruhi

status sirkulasi pasien dan harus bertindak untuk mengurangi resiko


ini.
Kadang-kadang kecepatan pemberian cairan dititrasi sesuai dengan
CVP pasien dan haluaran urine. Selama haluaran urine masih adekuat
dan CVP tidak berubah secara bermakna, ini menandakan bahwa
jantung dapat menampung jumlah cairan yang diberikan. Jika CVP
mulai tinggi dan haluaran urine turun, ini menandakan penurunan
curah jantung, beban kerja sirkulasi harus dicurigai dan juga
mengesampingkan atau memvalidasi gambaran simtomatologi klinis
lain.
Pasien yang mulai dalam terapi agen vasoreseptor akan
menunjukkan peninggian CVP karena produk vasokonstriksi. Pada
situasi ini, volume darah tidak berubah tetapi pembuluh menjadi lebih
kecil. Perubahan ini harus diinterpretasi dalam hubungannya dengan
pengkajian-pengkajian lain yang ditentukan oleh perawat tentang
pasien. Nilai CVP sendiri dapat menjadi kurang berarti bila ditujukan
dalam penatalaksanaan dan prediksi kondisi klinis pasien.
CVP tidak selalu normal, CVP bisa meningkat atau menurun
tergantung dengan keadaan pasien saat itu.
Peningkatan tekanan vena sentral dapat disebabkan oleh beberapa
keadaan yaitu :
1.
2.
3.
4.

Payah jantung kanan apapun sebabnya


Beban cairan berlebihan (fluid/ volume overload)
Obstruksi inflow atrium kanan : vena cava superior syndrome
Obstruksi inflow ventrikel kanan
Perikarditis konstriktifa dan temponade pericardial
Pneumothoraks atau efusi pleura yang massif
Trikuspid stenosis
5. Venokonstriksi oleh karena aktifitas simpatis yang berlebihan
CVP dapat menurun pada keadaan hipovelemik shock, dehidrasi.
f. Nilai Normal CVP
1. Mosby
2. Potter & Perry

: 6 -12 cmH2O
: 2 8 cmH2O

3. Pada pelatihan ICU : 5 10 cmH2O ( sering dipakai di


RSDS )
g. Komplikasi

Empat potensial komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan jalur
sentral. Komplikasi ini meliputi :
1. Infeksi
Infeksi dapat terjadi di dalam kateter atau di sekitar sisi pemasangan
dan didiagnosis serta dikuatkan oleh kultur darah. Tanda dan gejala
dari infeksi akan tampak seperti pada berbagai sumber pirogenik.
Penggantian kateter dan selang yang sering, sesuai dengan kebijakan
rumah sakit merupakan tindakan pencegahan primer.
2. Trombosis
Thrombosis dapat bervariasi dalam ukurannya dari lembaran fibrin
tipis sampai berukuran penuh menutupi ujung kateter. Thrombosis
minor dapat dibilas tanpa sisa, kecuali thrombus tidak dapat dibilas.
Pasien dapat mengalami edema pada tangan yang paling dekat pada
posisi kateter; berbagai derajat nyeri leher (yang dapat menyebar), dan
distensi vena jugular.
Thrombosis ukuran penuh diklasifikasikan sebagai kedaruratan karena
ini dapat mengganggu sirkulasi keanggota tubuh. Perawat yang mahir
dapat berusaha mengaspirasi bekuan ini, tetapi hanya kebijakan rumah
sakit mengijinkan. Perawat, pada akhirnya bertanggung jawab untuk
melaporkan hasil pada dokter.
3. Emboli Udara
Emboli udara terjadi sebagai akibat masuknya udara pada system dan
berjalan ke ventrikel kanan melalui vena kava. Penurunan curah
jantung mungkin merupakan indicator awal dari masalah ini.
Ini diperkirakan bahwa paling sedikit 10 sampai 20 cc udara masuk ke
dalam system sebelum pasien menampakkan gejalanya. Tanda-tanda
dari suatu kedaruratan dapat meliputi kekacauan mental, sakit kepala,

ansietas

dan

tidak

berespons.

Peristiwa

fisiologisnya

adalah

pembentukan busa dalam ventrikel pada tiap kontraksi jantung,


menyebabkan penurunan tiba-tiba pada curah jantung.
4. Perubahan Posisi Jalur
Banyak

rumah

sakit

memiliki

kebijakan

yang

memerlukan

penghubung Luer-Lok pada semua jalur tengah selang. Penggunaan


suatu penghubung telah dibuktikan menjadi cara yang tidak mahal
untuk mencegah potensial komplikasi fatal. Walaupun bagaimana tidak
ada pengganti untuk observasi ketat yaitu dengan staf keperawatan
yang terampil dan terdidik.
2.2. JUGULAR VENOUS PRESSURE
2.2.1.

Pengertian JVP
JVP adalah tekanan pada vena jugularis atau vena leher.

2.2.2. Fungsi Pemasangan JVP


Fungsi Pemasangan JVP adalah :
1. Mengetahui tekanan vena jugularis
2. Mengetahui kelainan jantung dan paru
2.2.3. Indikasi Pemasangan JVP
Digunakan pada pasien dengan gagal jantung kanan atau edema kaki.
2.2.4. Tempat Pemasangan
Untuk tempat pemasangan JVP bisa dilakukan di vena jugularis (daerah
leher).
2.2.5. Persiapan Pengukuran
a. Persiapan pasien
Seperti persiapan-persiapan yang lain, semua kebutuhan dasar
yang dibutuhkan pasien harus kita jelaskan kepada pasien dan

kelurga pasien. Posisi pasien dibaringkan dengan posisi supine


(telentang) setinggi 30.
b. Persiapan Alat
Untuk pengukuran JVP, alat yang diperlukan adalah 2 buah
mistar pengukur.
2.2.6. Penatalaksanaan
Titik-titik pengukuran ;

Titik Acuan : bidang horizontal melalui tempat sambungan iga ke2 dengan sternum.

Titik Nol : tempat dimana tekanan sama dengan nol. Terletak


setinggi titik tengah atrium kanan.

Jarak titik acuan dan titik nol pada orang dewasa adalah 5 cm. jarak ini
adalah konstan.
Pasien berbaring 45 dan leher harus lemas. Vena ditekan dengan jari,
mula-mula di sebelah bawah dekat klavikula lalu di sebelah atas dekat
mandibula dengan jari lain. Kemudian tekanan jari ke-1 dilepaskan. Lihat
sampai di mana vena terisi waktu inspirasi biasa. Tingginya di ukur dari
titik acuan (Angulus Lidovici).

Kendala pengukuran JVP :


Beberapa kendala yang dapat terjadi saat pengukuran JVP adalah :

Leher pasien yang pendek atau gemuk

Pasien koma atau tidak sadar atau menggunakan ventilator

2.2.7. Interpretasi Hasil Pengukuran


Nilai JVP Normal : 5 + 3 cm H20
JVP dapat meningkat pada keadaan atau pasien dengan :

Gagal jantung kanan

Perikarditis eksudativa atau perikarditis konstraktiva

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
Untuk mengukur tekanan vena yaitu dengan pemasangan CVP dan JVP.
CVP merupakan kateter jantung yang digunakan untuk mengukur tekanan vena
central yang berada di atrium kanan. Sedangkan JVP dapat diukur melalui vena
jugularis externa, akan tetapi mempunyai fungsi yang sama dengan CVP.

Pengukuran ini digunakan untuk post operasi, pemberian nutrisi


parenteral, pemberian obat vasoaktif, serta pada pasien gagal jantung. Pengukuran
ini digunakan untuk penunjang diagnosis bersama dengan EKG pada pemeriksaan
aritmia.
3.2.

Saran
Sebagai calon ners, diharapkan kita dapat memperdalam pengetahuan tentang
pemeriksaan CVP dan JVP sehingga dapat diaplikasikan dalam pelayanan
keperawatan professional.

DAFTAR PUSTAKA
Joewono, Boedi Soesetyo. 2003. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya : Airlangga
University Press.

Anda mungkin juga menyukai