Anda di halaman 1dari 18

Pemasangan Kateter CVP ( Centra Venouse Pressure)

Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak
langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir
diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau
2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 10 mmHg.
Tempat Penusukan Kateter
Pemasangan kateter CVP dapat dilakukan secara
perkutan atau dengan cutdown melalui vena sentral atau vena perifer, seperti vena basilika,
vena sephalika, vena jugularis interna/eksterna dan vena subklavia.
Gelombang CVP
Gelombang CVP terdiri dari, gelombang:
a= kontraksi atrium kanan
c= dari kontraksi ventrikel kanan
x= enggambarkan relaksasi atrium triskuspid
v= penutupan katup trikuspid
y= pembukaan katup trikuspid

Cara Pengukuran CVP


Pengukuran CVP secara nonivasif dapat dilakukan dengan cara mengukur tekanan vena
jugularis. Secara invasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) memasang kateter CVP
yang ditempatkan pada vena kava superior atau atrium kanan, teknik pengukuran
dptemnggunakan manometer air atau transduser, 2) Melalui bagian proksimal kateter arteri
pulmonalis . Pengukuran ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem transduser.

Tekanan Vena Jugularis

Pasien dalam posisi berbaring setengah duduk,kemudian perhatikan; 1) denyut vena jugularis
interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi bisa dilihat. Akan tampak gel a (kontraksi atrium), c
(awal kontraksi ventrikel-katup trikuspid menutup), gel v (pengisian atrium-katup trikuspid masih
menutup), 2) normal,pengembungan vena setinggi manubrium sterni, 3) ila lebih tinggi bearti
tekanan hidrostatik atrium kanan meningkat, misal pada gagal jantung kanan . Menurut Kadir A
(2007), dalam keadaan normal vena jugularis tidak pernah membesar, bila tekanan atrium kanan
(CVP) naik sampai 10 mmHg vena jugulais akan mulai membesar. Tinggi CVP= reference point
tinggi atrium kanan ke angulus ludovici ditambah garis tegak lurus, jadi CPV= 5 + n cmH 2O.
Pemantauan CVP dengan Manometer

Persiapan untuk pemasangan


a. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pd klien dan lg ttg:
tujuan pemasangan,
daerah pemasangan, &
prosedur yang akan dikerjakan
b. Persiapan alat
Kateter CVP
Set CVP
Spuit 2,5 cc
Antiseptik
Obat anaestesi lokal
Sarung tangan steril
Bengkok
Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
Plester

Persiapan untuk Pengukuran


a. Persiapan Alat

Skala pegnukur
Selang penghubung (manometer line)
Standar infus
Three way stopcock
Pipa U
Set infus
b. Cara Merangkai
Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%
Mengeluarkan udara dari selang infuse
Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
Mengeluarkan udara dari manometer line
Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang
c. Cara Pengukuran
Memberikan penjelasan kepada pasien
Megatur posisi pasien
Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan skala pengukur atau
tansduser
Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan antara sela iga ke empat
(ICS IV) dengan garis pertengahan aksila
Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada manometer dan nilai dibaca
pada akhir ekspirasi
Membereskan alat-alat
Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai

Pemantauan dengan Transduser


Dilakukan pada CVP, arteri pulmonal, kapiler arteri pulmonal, dan tekanan darah arteri sistemik.
a. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan ttg: tujuan pemasangan, daerah pemasangan, dan prosedur yang
akan dikerjakan
Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan

b. Persiapan untuk penusukan


Kateter sesuai kebutuhan
Set instrumen steril untuk tindakan invasif
Sarung tangan steril
Antiseptik
Obat anestesi lokal
Spuit 2,5 cc
Spuit 5 cc/10 cc
Bengkok
Plester
c. Persiapan untuk pemantauan
Monitor
Tranduser
Alat flush
Kantong tekanan
Cairan NaCl 0,9% (1 kolf)
Heparin
Manometer line
Spuit 1 cc
Three way stopcock
Penyanggah tranduser/standar infus
Pipa U
Infus set
d. Cara Merangkai
Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya ke dalam cairan infuse
Menghubungkan cairan tsb dg infuse
Mengeluarkan udara dari selang infuse
Memasang cairan infus pada kantong tekanan
Menghubungkan tranduser dg alat infuse
Memasang threeway stopcock dg alat flush
Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush
Menghubungkan manometer dg threeway stopcock
Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk memudahkan beri sedikit
tekanan pada kantong tekanan)
Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg
Menghubungkan kabel transduser dengan monitor
Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang
Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
e. Cara Kalibrasi
Lavelling
Menutup threeaway ke arah pasien dan membuka threeway ke arah udara
Mengeluarkan cairan ke udara
Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol
Membuka threeway kearah klien dan menutup ke arah udara

Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik

Peranan Perawat
1. Sebelum Pemasangan
Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan mengatur posisi
sesuai dg daerah pemasangan
2. Saat Pemasangan
Memelihara alat-alat selalu steril
Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat pemasangan spt gg irama
jtg, perdarahan
Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan
3. Setelah Pemasangan
Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara: 1) melakukan Zero Balance: menentukan titik
nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila, 2) Zero balance:
dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau gelombang tidak sesuai dg kondisi klien, 3)
melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser, setiap shift, ragu terhadap
gelombang.
Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.
Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt. Emboli udara, balon
pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom, infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, &
infark pulmonal).
Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara memantau gelombang
tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan gans).

Pemantauan Tekanan Vena Sentral


Kateterisasi vena intra torakal sering dilakukan pada anak sakit kritis. Salah satu indikasinya
adalah untuk mengukur tekanan vena sentral6. Tekanan vena sentral menggambarkan preload
ventrikel kanan atau tekanan akhir diastolik ventrikel kanan sehingga dapat memberikan
informasi tentang volume darah, gambaran ventrikel kanan, serta kapasitas vena8,9,12,19.
Pemantauan tekanan vena sentral dilakukan pada pasien anak yang menjalani operasi jantung
atau prosedur bedah lainnya dimana terjadi kehilangan darah atau perpindahan cairan dalam
jumlah yang besar. Juga dilakukan pada pasien yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi
parenteral, atau untuk mendapatkan akses vena karena tidak adekuatnya vena perifer4,8,9,10.
Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan pada percabangan vena cava dan atrium kanan.
Hal ini sama pada bayi, anak, dan orang dewasa. Pemasangan kateter vena sentral dapat
dilakukan melalui v. jugularis interna, v. antekubiti, v. brakialis, v. subclavia, serta v. femoralis.
Pada pasien kecil, v. subclavia dan jugularis interna lebih mudah digunakan8,9,13,18.

Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan dengan pemasangan jarum atau kateter pada vena
dan dihubungkan dengan suatu transduser. Biasanya dipasang pada saat operasi setelah
induksi anestesi atau intubasi sedangkan pada ruang rawat intensif dilakukan dengan sedasi
dan anestesi lokal. Pemasangannya harus dipandu dengan pemeriksaan EKG untuk mendeteksi
terjadinya aritmia. Kateter yang digunakan bervariasi sesuai dengan usia anak, yaitu nomor 3
untuk anak dengan berat badan kurang dari 3 kg, nomor 4 untuk berat badan kurang dari 10 kg,
nomor 5 untuk berat badan 10 sampai 20 kg, serta nomor 6 untuk berat badan lebih dari 20 kg4.
Tekanan vena sentral diukur dengan transduser tekanan dalam milimeter air raksa (mmHg) atau
manometer air (cm H2O). Untuk mengkonversi air raksa ke air, nilai air raksa dikalikan 1,36
(mmHg x 1,36); untuk mengkonversi air ke air raksa, nilai air dibagi 1,36 (cm H2O : 1,36)9,18.
Tekanan vena sentral pada bayi yang sehat antara -2 sampai +4 mmHg, dan anak yang
menderita kelainan jantung bawaan antara 4--8 mmHg. Pada pasien yang memakai ventilator
nilainya antara 2--6 mmHg dan sering tidak toleran dengan tekanan yang rendah antara 0--3
mmHg. Nilai tekanan vena sentral yang lebih dari 8 mmHg biasanya sering disertai dengan
disfungsi miokard atau tekanan dalam torak yang meninggi seperti pada pneumotorak,
tamponade jantung, regurgitasi trikuspid, hipertensi pulmonal, atau gagal ventrikel4,9,18.
Jika peninggian nilai tekanan vena sentral kurang 3 mmHg setelah pemberian cairan, misalnya
50--200 cc, maka tambahan cairan masih dapat diberikan. Sedangkan bila peninggian tekanan
lebih dari 7 mmHg, berarti cairan yang diberikan telah maksimal18.
Pada beberapa keadaan, didapatkan penurunan tekanan vena sentral, preload ventrikel kanan,
serta curah jantung. Sistem kardiopulmonal yang lain normal, seperti pada dehidrasi berat,
sepsis, perdarahan, diabetik ketoasidosis, dan lain-lain. Pada kasus-kasus yang berat,
penanganannya sebaiknya dipandu dengan pemasangan tekanan vena sentral sehingga
didapatkan data tentang kebutuhan cairan yang baik untuk membantu curah jantung18.
Kelemahan pemeriksaan tekanan vena sentral sebagai indikator preload otot jantung adalah
bahwa tekanan vena sentral hanya mengukur tekanan sisi kanan saja sehingga tidak
menggambarkan tekanan sistemik. Toussain dkk.17 memperlihatkan kelemahan pemeriksaan
tekanan vena sentral dibandingkan dengan tekanan baji pada diagnosa tanpa gangguan jantung
dan lebih jelek lagi pada yang ada gangguan jantung. Shoemaker dkk. (1988) memperlihatkan
bahwa pemeriksaan tekanan vena sentral dan parameter non-invasif yang lain seperti frekuensi
jantung, EKG, serta urine output sama tidak adekuatnya untuk mendeteksi gagal sirkulasi4,8,17.
Komplikasi pemasangan tekakan vena sentral adalah bakteremia, emboli udara, hematom lokal,
pneumotorak, dan sepsis. Oleh karena itu, kateter vena sentral harus dicabut atau diganti
setelah 3 hari pemasangan4,6,8.
Sumber:
Rokhaeni H. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat RS Jantung
Harapan Kita
Altman: Nursing Skills
Kadir A. (2007). Sirkulasi Cairan Tubuh:FK UKWS
Sutanto M. (2004). Hemodinamik

Pemasangan Central Venous Pressure (CVP)

1. Pengertian
CVP adalah memasukkan kateter poli ethylene dari vena tepi sehingga ujungnya berada di
dalam atrium kanan atau di muara vena cava. CVP disebut juga kateterisasi vena sentralis
(KVS)
Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan. Secara tidak
langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir
diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan vena sentral adalah 3-8 cmH2O
atau 2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004) nilai normal CVP adalah 4 10 mmHg.
Perawat harus memperhatikan perihal :
1. Mengadakan persiapan alat alat
2. Pemasangan manometer pada standard infus
3. Menentukan titik nol
4. Memasang cairan infus
5. Fiksasi
6. Fisioterapi dan mobilisasi
2. Tujuan
1. Mengetahui tekanan vena sentralis (TVS)
2. Untuk memberikan total parenteral nutrition (TPN) ; makanan kalori tinggi secara
intravena
3. Untuk mengambil darah vena
4. Untuk memberikan obat obatan secara intra vena
5. Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat
6. Dilakukan pada penderita gawat yang membutuhkan erawatan yang cukup lama
CVP bukan merupakan suatu parameter klinis yang berdiri sendiri, harus dinilai dengan
parameter yang lainnya seperti :

Denyut nadi

Tekanan darah

Volume darah

CVP mencerminkan jumlah volume darah yang beredar dalam tubuh


penderita, yang ditentukan oleh kekuatan kontraksi otot jantung. Misal :
syock hipovolemik > CVP rendah

3. Persiapan untuk pemasangan


a. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pd klien dan klg ttg:
tujuan pemasangan,
daerah pemasangan, &
prosedur yang akan dikerjakan
b. Persiapan alat
Kateter CVP

Set CVP
Spuit 2,5 cc
Antiseptik
Obat anaestesi lokal
Sarung tangan steril
Bengkok
Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
Plester
4. Cara Kerja
a. Daerah yang Dipasang :

Vena femoralis

Vena cephalika

Vena basalika

Vena subclavia

Vena jugularis eksterna

Vena jugularis interna

b. Cara Pemasangan :

Penderita tidur terlentang (trendelenberg)

Bahu kiri diberi bantal

Pakai sarung tangan

Desinfeksi daearah CVP

Pasang doek lobang

Tentukan tempat tusukan

Beri anestesi lokal

Ukur berapa jauh kateter dimasukkan

Ujung kateter sambungkan dengan spuit 20 cc yang diisi NaCl 0,9% 2-5 cc

Jarum ditusukkan kira kira 1 jari kedepan medial, ke arah telinga sisi
yang berlawanan

Darah dihisap dengan spuit tadi

Kateter terus dimasukkan ke dalam jarum, terus didorong sampai dengan


vena cava superior atau atrium kanan

Mandrin dicabut kemudian disambung infus -> manometer dengan three


way stopcock

Kateter fiksasi pada kulit

Beri betadhin 10%

Tutup kasa steril dan diplester

5. Keuntungan Pemasangan di Daerah Vena Sublavia


1. Mudah dilaksanakan (diameter 1,5 cm 2,5 cm)
2. Fiksasi mudah
3. Menyengkan penderita
4. Tidak mengganggu perawatan rutin dapat dipertahankan sampai 1 minggu
6. Cara Menilai CVP dan Pemasangan Manometer
1. Cara Menentukan Titik Nol

CVP Manometer

Penderita tidur terlentang mendatar

Dengan menggunakan slang air tang berisi air setengahnya ->


membentuk lingkaran dengan batas air yang terpisah

Titik nol penderita dihubungkan dengan batas air pada sisi slang yang
satu. Sisi yang lain ditempatkan pada manometer.

Titik nol manometer dapat ditentukan

Titik nol manometer adalah titik yang sama tingginya dengan titik aliran
V.cava superior, atrium kanan dan V.cava inferior bertemu menjadi satu.

Liat gambar di bawah ini

Posisi pasien saat pengukuran CVP


7. Penilaian CVP

Kateter, infus, manometer dihubungkan dengan stopcock -> amati infus


lancar atau tidak

Penderita terlentang

Cairan infus kita naikkan ke dalam manometer sampai dengan angka


tertinggi -> jaga jangan sampai cairan keluar

Cairan infus kita tutup, dengan memutar stopcock hubungkan manometer


akan masuk ke tubuh penderita

Permukaan cairan di manometer akan turun dan terjadi undulasi sesuai


irama nafas, turun (inspirasi), naik (ekspirasi)

Undulasi berhenti -> disitu batas terahir -> nilai CVP

Nilai pada angka 7 -> nilai CVP 7 cmH2O

Infus dijalankan lagi setelah diketahui nilai CVP

8. Nilai CVP

Nilai rendah : < 4 cmH2O

Nilai normal : 4 10 cmH2O

Nilai sedang : 10 15 cmH2O

Nilai tinggi : > 15 cmH2O

Penilaian CVP dan Arti Klinisnya


CVP sangat berarti pada penderita yang mengalami shock dan penilaiannya adalah sebagai
berikut :
1. CVP rendah (< 4 cmH2O)

Beri darah atau cairan dengan tetesan cepat.

Bila CVP normal, tanda shock hilang -> shock hipovolemik

Bila CVP normal, tanda tanda shock bertambah -> shock septik

2. CVP normal (4 14 cmH2O)

Bila darah atau cairan dengan hati hati dan dipantau pengaruhnya
dalam sirkulasi.

Bila CVP normal, tanda tanda shock negatif -> shock hipovolemik

Bila CVP bertambah naik, tanda shock positif -> septik shock, cardiogenik
shock

3. CVP tinggi (> 15 cmH2O)

Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi kardiak)

Terapi : obat kardiotonika (dopamin).

8. Faktor -faktor yang Mempengaruhi CVP


1. Volume darah :

Volume darah total

Volume darah yang terdapat di dalam vena

Kecepatan pemberian tranfusi/ cairan

2. Kegagalan jantung dan insufisiensi jantung


3. Konstriksi pembuluh darah vena yang disebabkan oleh faktor neurologi
4. Penggunaan obat obatan vasopresor
5. Peningkatan tekanan intraperitoneal dan tekanan intrathoracal, misal :

Post operasi illeus

Hematothoraks

Pneumothoraks

Penggunaan ventilator mekanik

Emphysema mediastinum

6. Emboli paru paru


7. Hipertensi arteri pulmonal
8. Vena cava superior sindrom
9. Penyakit paru paru obstruksi menahun
10. Pericarditis constrictiva
11. Artevac ; tersumbatnya kateter, ujung kateter berada di dalam v.jugularis inferio

Cara Mengukur JVP

(JVP) dalam bahasa Inggris, adalah tekanan sistem vena yang diamati secara tidak langsung
(indirek). Secara langsung (direk), tekanan sistem vena diukur dengan memasukkan kateter
yang dihubungkan dengan sphygmomanometer melalui vena subclavia dextra yang
diteruskan hingga ke vena centralis (vena cava superior).
Karena cara tersebut invasif, digunakanlah vena jugularis (externa dexter) sebagai pengganti
sphygmomanometer dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik ini kira-kira
berada pada perpotongan antara garis tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang yang
dibentuk kedua linea midaxillaris.
Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak. Ia baru terlihat pada
posisi berbaring di sepanjang permukaan musculus sternocleidomastoideus.
JVP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal jantung kanan).
Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu JVP tampak hingga

setinggi leher; jauh lebih tinggi daripada normal.


Cara mengukur JVP yaitu JVP diukur pada seseorang dengan posisi setengah duduk 45
dalam keadaan rileks. Pengukuran dilakukan berdasarkan tingkat pengisian vena jugularis
dari titik nol atau dari sudut sternum. Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4 cm di atas sudut
sternum.
ALAT DAN BAHAN
o 2 buah penggaris / mistar
o Pulpen
o Kapas dan alkohol
SKENARIO
SESAK NAFAS
Seorang kakek berumur 60 tahun dibawa kerumah sakit karena sesak nafas sejak 1 hari yang
lalu. Dari anamnesa didapatkan sesaknya sudah lama dirasakan terutama saat berjalan
beberapa meter saja sudah sesak dan meningkat sejak 1 hari yang lalu. Malam hari si kakek
sering terbangun karena sesak dan lebih suka menggunakan bantal tinggi. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan TD 160/90, frekuensi nadi 70x/menit, frekuensi nafas 30x/menit.
Pemeriksaan Jantung JVP 3 cm dari angulus sterni, Pemeriksaan Thorax : paru Ronki +/+.
Jantung: ictus teraba 1 jari lateral linea midclavicula RIC VI, auskultasi dalam batas normal.
Tungkai edema +.
Bagaimana mengukur JVP?
DASAR TEORI
BATES. GUIDE TO PHYCAL EXAMINATION AND HISTORY TAKING. ED 9.
PHILADELPHIA. 2007.
SNELL,S. ANATOMI KLINIK UNTUK MAHASISWA KEDOKTERAN. EGC
ANATOMI STERNUM
Sternum terdiri dari tiga bagian :
1. Manubrium sterni
2. Corpus sterni
3. Processus xipoideus
Manubrium Sterni
Merupakan bagian atas sternum, dan bersendi dengan klavikula dan kosta 1 dan bagian atas
rawan kosta II pada masing-masing sisi. Manubrium sterni terletak berhadapan denagn
thoracica III dan IV.
Corpus sterni
Di atas bersendi dengan sendi fibrokartilago, articulatio manubrio sternalis. Di bawah corpus
sterni bersendi dengan processus xipoideus. Pada samping corpus sterni terdapat lekukanlekukan untuk bersendi dengan bagian bawah rawan costa II dan rawan costa III sampai VII.
Rawan II sampai VII bersendi dengan sternum melalui sendi sinovial.

Processus xipoideus merupakan bagian terbawah dan terendah sternum. Merupakan rawan
hialin yang tipis yang pada orang dewasa mengalami osifikasi pada ujung proximalnya.
Angulus sterni (sudut Louis) yang dibentuk oleh persendian manubrium sterni dengan corpus
sterni, dapat dikenal dengan adanya peninggian transversal pada permukaan anterior sternum.
Peninggian transversal terletak setinggi rawan costa II, tempat dimana semua rawan costa dan
costa dihitung. Angulus sterni terletak berhadapan dengan diskus intervetebralis antara
vertebra thoracica IV dan V.
Sistem vena mempunyai tekanan lebih rendah dari pada arteri. Dinding vena sedikit
mengandung otot dari pada arteri, hal ini mengurangi kekakuan vena dan lebih
menggelembung. Hal lain yang menentukan tekanan vena adalah volume darah dan kapasitas
jantung kanan untuk memompa darah ke system arteri pulmonalis.
Penyakit jantung dapat mengubah berbagai variabel, mempengaruhi tekanan vena sentral.
Misalnya gagalnya tekanan vena ketika output ventrikel kiri atau volume darah berkurang
secara signifikan, atau meningkat ketika kegagalan jantung kanan atau ketika tekanan
meningkat di kantong pericardial akan menghambat darah balik ke atrium. Perubahan
tekanan vena direfleksikan dengan tingginya kolom darah di vena jogularis. Yang disebut
Jogular venous Pressure (JVP). Tekanan vena jugularis mereflksikan tekanan atrium kanan,
yang memberikan indikator klinis yang penting untuk fungsi jantung dan hemodinamik
jantung kanan. JVP biasanya diukur vertikal jarak di atas angulus sternum: pertemuan ujung
klavikula denan Kosta kedua dan manubrium sterni. Tinggi normal JVP adalah 5 -2 cm H2O
sampai 5 +2 cm H2O
PROSEDUR
INSPEKSI DAN PALPASI
1. Melakukan cuci tangan menurut WHO.
2. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan penderita
3. Menjelaskan maksud pemeriksaan dan meminta persetujuan serta buat pasien
nyaman.
4. Penderita berbaring dengan membuat sudut 30 derajat dari bidang horizontal.
5. Identifikasi vena jugularis.
6. Menemukan titik teratas pada pulsasi vena jugularis (bendung vena dengan cara
mengurut vena kebawah lalu dilepas).
7. Tentukan titik angulus sternalis (pertemuan manubrium sterni dengan corpus sterni)
8. Dengan mistar plastik pertama proyeksikan titik tertinggi pulsasi vena secara
horizontal kedada sampai titik manubrium sterni.
9. Kemudian mistar kedua letakkan vertikal ke angulus sternalis.
10. Ukurlah hasil pembacaan ( hasil yang dibaca 5+ angka didapat pada mistar).

Tambahan:
1. Untuk melihat kenaikan vena jugularis Tempatkan telapak tangan pada tengah
abdomen
2. Tekan telapak tangan kearah dalam
3. Tahan 30-60 detik
4. Mengamati ada tidaknya kenaikan tekanan vena jugularis.
5. Melakukan cuci tangan.

No. TEMPLATE
1. Dokter pasien
interaksi

2.

3.

4.

PROSEDUR
0 1 2
1. Senyum, Salam
2. Ajak bicara
3. Inform Concent
(Menjelaskan pemeriksaan
yang akan dilakukan dan
minta persetujuan pasien)
Prosedur
1. Melakukan cuci tangan
menurut (WHO)
2. Pemeriksa berdiri di
sebelah kanan penderita
3. Penderita berbaring dengan
membuat sudut 30 derajat
4. Identifikasi vena jugularis
5. Menemukan titik teratas
pada pulsasi vena jugularis
6. Tentukan titik angulus
sternalis..
7. Dengan mistar pertama
proyeksikan titik tertinggi
pulsasi vena secara horizontal.
8. Mistar kedua letakkan
vertikal ke angulus sternalis
9. Ukur lah jarak antara titik
angulus strnalis vertikal ke
titik pertemuan kedua mistar
10. Melakukan cuci tangan
Penalaran Klinis 1. Menjelaskan tujuan
pemeriksaan JVP
2. Mampu menyimpulkan
hasil yang didapat
Profesional
1. Menguasai diri sendiri

2. Menghormati pasien
3. Mampu melakukan tugas
dengan baik dan kesalahan
minimal sesuai dengan
standar yang berlaku.
Keterangan:
0 = Tidak dilakukan
1= Tidak sempurna
2= sempurna
% Cakupan skill = Skor / total x 100 % = %

Anda mungkin juga menyukai