pemasangan CV
V. antecubital
V. subclavia
V. femoralis
V. brachialis
Cateter dimasukan lewat vena tersebut
sampai ke muara vena cava
INDIKASI PEMASANGAN
Cara Pengukuran
4-15 cmH2O
Meningkat :tanda kelebihan cairan
Menurun :tanda kekurangan cairan
Dengan Transducer
DENGAN MANOMETER
DENGAN MANOMETER
Atur posisi supine
Gelombang CVP
Gelombang CVP terdiri dari, gelombang:
a= kontraksi atrium kanan
c= dari kontraksi ventrikel kanan
x= enggambarkan relaksasi atrium triskuspid
v= penutupan katup trikuspid
y= pembukaan katup trikuspid
b. Cara Merangkai
– Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%
– Mengeluarkan udara dari selang infuse
– Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
– Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
– Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
– Mengeluarkan udara dari manometer line
– Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
– Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang
c. Cara Pengukuran
– Memberikan penjelasan kepada pasien
– Megatur posisi pasien
– Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan skala pengukur
atau tansduser
– Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan antara sela iga ke
empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila
– Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada manometer dan nilai
dibaca pada akhir ekspirasi
– Membereskan alat-alat
– Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai
d. Cara Merangkai
– Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya ke dalam cairan infuse
– Menghubungkan cairan tsb dg infuse
– Mengeluarkan udara dari selang infuse
– Memasang cairan infus pada kantong tekanan
– Menghubungkan tranduser dg alat infuse
– Memasang threeway stopcock dg alat flush
– Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush
– Menghubungkan manometer dg threeway stopcock
– Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk memudahkan beri sedikit
tekanan pada kantong tekanan)
– Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg
– Menghubungkan kabel transduser dengan monitor
– Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang
– Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
e. Cara Kalibrasi
– Lavelling
– Menutup threeaway ke arah pasien dan membuka threeway ke arah udara
– Mengeluarkan cairan ke udara
– Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol
– Membuka threeway kearah klien dan menutup ke arah udara
– Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik
Peranan Perawat
1. Sebelum Pemasangan
– Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
– Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan mengatur
posisi sesuai dg daerah pemasangan
2. Saat Pemasangan
– Memelihara alat-alat selalu steril
– Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat pemasangan spt gg
irama jtg, perdarahan
– Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan
3. Setelah Pemasangan
– Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara: 1) melakukan Zero Balance: menentukan
titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila, 2) Zero
balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau gelombang tidak sesuai dg
kondisi klien, 3) melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser,
setiap shift, ragu terhadap gelombang.
– Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.
– Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
– Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
– Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt. Emboli
udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom, infeksi,penumotorak,
rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
– Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
– Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara memantau
gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan
gans).
Kateterisasi vena intra torakal sering dilakukan pada anak sakit kritis. Salah satu
indikasinya adalah untuk mengukur tekanan vena sentral6. Tekanan vena sentral
menggambarkan preload ventrikel kanan atau tekanan akhir diastolik ventrikel kanan
sehingga dapat memberikan informasi tentang volume darah, gambaran ventrikel
kanan, serta kapasitas vena8,9,12,19.
Pemantauan tekanan vena sentral dilakukan pada pasien anak yang menjalani operasi
jantung atau prosedur bedah lainnya dimana terjadi kehilangan darah atau
perpindahan cairan dalam jumlah yang besar. Juga dilakukan pada pasien yang
mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau untuk mendapatkan akses vena
karena tidak adekuatnya vena perifer4,8,9,10.
Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan pada percabangan vena cava dan atrium
kanan. Hal ini sama pada bayi, anak, dan orang dewasa. Pemasangan kateter vena
sentral dapat dilakukan melalui v. jugularis interna, v. antekubiti, v. brakialis, v.
subclavia, serta v. femoralis. Pada pasien kecil, v. subclavia dan jugularis interna
lebih mudah digunakan8,9,13,18.
Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan dengan pemasangan jarum atau kateter
pada vena dan dihubungkan dengan suatu transduser. Biasanya dipasang pada saat
operasi setelah induksi anestesi atau intubasi sedangkan pada ruang rawat intensif
dilakukan dengan sedasi dan anestesi lokal. Pemasangannya harus dipandu dengan
pemeriksaan EKG untuk mendeteksi terjadinya aritmia. Kateter yang digunakan
bervariasi sesuai dengan usia anak, yaitu nomor 3 untuk anak dengan berat badan
kurang dari 3 kg, nomor 4 untuk berat badan kurang dari 10 kg, nomor 5 untuk berat
badan 10 sampai 20 kg, serta nomor 6 untuk berat badan lebih dari 20 kg4.
Tekanan vena sentral diukur dengan transduser tekanan dalam milimeter air raksa
(mmHg) atau manometer air (cm H2O). Untuk mengkonversi air raksa ke air, nilai air
raksa dikalikan 1,36 (mmHg x 1,36); untuk mengkonversi air ke air raksa, nilai air
dibagi 1,36 (cm H2O : 1,36)9,18.
Tekanan vena sentral pada bayi yang sehat antara -2 sampai +4 mmHg, dan anak yang
menderita kelainan jantung bawaan antara 4--8 mmHg. Pada pasien yang memakai
ventilator nilainya antara 2--6 mmHg dan sering tidak toleran dengan tekanan yang
rendah antara 0--3 mmHg. Nilai tekanan vena sentral yang lebih dari 8 mmHg biasanya
sering disertai dengan disfungsi miokard atau tekanan dalam torak yang meninggi
seperti pada pneumotorak, tamponade jantung, regurgitasi trikuspid, hipertensi
pulmonal, atau gagal ventrikel4,9,18.
Jika peninggian nilai tekanan vena sentral kurang 3 mmHg setelah pemberian cairan,
misalnya 50--200 cc, maka tambahan cairan masih dapat diberikan. Sedangkan bila
peninggian tekanan lebih dari 7 mmHg, berarti cairan yang diberikan telah
maksimal18.
Kelemahan pemeriksaan tekanan vena sentral sebagai indikator preload otot jantung
adalah bahwa tekanan vena sentral hanya mengukur tekanan sisi kanan saja sehingga
tidak menggambarkan tekanan sistemik. Toussain dkk.17 memperlihatkan kelemahan
pemeriksaan tekanan vena sentral dibandingkan dengan tekanan baji pada diagnosa
tanpa gangguan jantung dan lebih jelek lagi pada yang ada gangguan jantung.
Shoemaker dkk. (1988) memperlihatkan bahwa pemeriksaan tekanan vena sentral dan
parameter non-invasif yang lain seperti frekuensi jantung, EKG, serta urine output
sama tidak adekuatnya untuk mendeteksi gagal sirkulasi4,8,17.
Sumber:
Rokhaeni H. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat RS
Jantung Harapan Kita
Altman: Nursing Skills
Kadir A. (2007). Sirkulasi Cairan Tubuh:FK UKWS
Sutanto M. (2004). Hemodinamik
Read more: http://sely-biru.blogspot.com/2010/06/pemasangan-kateter-cvp-centra-
venouse.html#ixzz1Fpiraqeu