Anda di halaman 1dari 17

CENTRAL VENOUSE CATETHER (CVC)


Yaitu alat / kateter yang dipasang untuk
mengukur CVP
Macam CVC
Ada tiga macam :
- Satu lumen
- Dua lumen
- Tiga lumen
Syarat pengetahuan perawat pada

pemasangan CV

DAERAH PEMASANGAN CVC


V. jugularis

V. antecubital
V. subclavia

V. femoralis

V. brachialis
Cateter dimasukan lewat vena tersebut
sampai ke muara vena cava

INDIKASI PEMASANGAN

Operasi jantung, operasi lain yang banyak


perdarahan

Pasien yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi


parenteral,atau jika vena perifer tdk adekuat
Trauma mayor

Pengambilan sampel drh vena yang sering


Pemberian cairan IV scr cepat


Central Venous Pressure (CVP)
CVP menggambarkan tekanan di atrium
kanan atau vena cava
Dengan transducer (mmHg)

Cara Pengukuran

Dengan manometer (cmH2O)


Nilai Normal
Dlm mmHg: 3-8 mmHG
3-11 mmHg
Dlm cmH2O : 4-11cmH2O

4-15 cmH2O
Meningkat :tanda kelebihan cairan
Menurun :tanda kekurangan cairan

Dengan Transducer
DENGAN MANOMETER

DENGAN MANOMETER
Atur posisi supine

Cari zerro point (titik nol) pada perpotongan


SIC
Yakinkan tidak ada udara di manometer

Tutup semua line ke pasien


Alirkan NaCl ke manometer sampai 2/3


Buka aliran dr manometer ke pasien sampai


terjadi undulasi dan cairan berhenti mengalir

Lihat pada penggaris angkanya


Kurangi angka dengan zerro poin


Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan pada atrium kanan.
Secara tidak langsung menggambarkan beban awal jantung kanan atau tekanan
ventrikel kanan pada akhir diastole. Menurut Gardner dan Woods nilai normal tekanan
vena sentral adalah 3-8 cmH2O atau 2-6 mmHg. Sementara menurut Sutanto (2004)
nilai normal CVP adalah 4 – 10 mmHg.

Tempat Penusukan Kateter


Pemasangan kateter CVP dapat dilakukan secara
perkutan atau dengan cutdown melalui vena sentral atau vena perifer, seperti vena
basilika, vena sephalika, vena jugularis interna/eksterna dan vena subklavia.

Gelombang CVP
Gelombang CVP terdiri dari, gelombang:
a= kontraksi atrium kanan
c= dari kontraksi ventrikel kanan
x= enggambarkan relaksasi atrium triskuspid
v= penutupan katup trikuspid
y= pembukaan katup trikuspid

Cara Pengukuran CVP


Pengukuran CVP secara nonivasif dapat dilakukan dengan cara mengukur tekanan vena
jugularis. Secara invasif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) memasang kateter
CVP yang ditempatkan pada vena kava superior atau atrium kanan, teknik pengukuran
dptemnggunakan manometer air atau transduser, 2) Melalui bagian proksimal kateter
arteri pulmonalis . Pengukuran ini hanya dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
transduser.
Tekanan Vena Jugularis
Pasien dalam posisi berbaring setengah duduk,kemudian perhatikan; 1) denyut vena
jugularis interna, denyut ini tidak bisa diraba tetapi bisa dilihat. Akan tampak gel a
(kontraksi atrium), c (awal kontraksi ventrikel-katup trikuspid menutup), gel v
(pengisian atrium-katup trikuspid masih menutup), 2) normal,pengembungan vena
setinggi manubrium sterni, 3) ila lebih tinggi bearti tekanan hidrostatik atrium kanan
meningkat, misal pada gagal jantung kanan . Menurut Kadir A (2007), dalam keadaan
normal vena jugularis tidak pernah membesar, bila tekanan atrium kanan (CVP) naik
sampai 10 mmHg vena jugulais akan mulai membesar. Tinggi CVP= reference point
tinggi atrium kanan ke angulus ludovici ditambah garis tegak lurus, jadi CPV= 5 + n
cmH2O.
Pemantauan CVP dengan Manometer

Persiapan untuk pemasangan


a. Persiapan pasien
Memberikan penjelasan pd klien dan lg ttg:
– tujuan pemasangan,
– daerah pemasangan, &
– prosedur yang akan dikerjakan
b. Persiapan alat
– Kateter CVP
– Set CVP
– Spuit 2,5 cc
– Antiseptik
– Obat anaestesi lokal
– Sarung tangan steril
– Bengkok
– Cairan NaCl 0,9% (25 ml)
– Plester
Persiapan untuk Pengukuran
a. Persiapan Alat
– Skala pegnukur
– Selang penghubung (manometer line)
– Standar infus
– Three way stopcock
– Pipa U
– Set infus

b. Cara Merangkai
– Menghubungkan set infus dg cairan NaCl 0,9%
– Mengeluarkan udara dari selang infuse
– Menghubungkan skala pengukuran dengan threeway stopcock
– Menghubungkan three way stopcock dengan selang infuse
– Menghubungkan manometer line dengan three way stopcock
– Mengeluarkan udara dari manometer line
– Mengisi cairan ke skala pengukur sampai 25 cmH2O
– Menghubungkan manometer line dengan kateter yang sudah terpasang

c. Cara Pengukuran
– Memberikan penjelasan kepada pasien
– Megatur posisi pasien
– Lavelling, adalah mensejajarkan letak jantung (atrium kanan) dengan skala pengukur
atau tansduser
– Letak jantung dapat ditentukan dg cara membuat garis pertemuan antara sela iga ke
empat (ICS IV) dengan garis pertengahan aksila
– Menentukan nilai CVP, dengan memperhatikan undulasi pada manometer dan nilai
dibaca pada akhir ekspirasi
– Membereskan alat-alat
– Memberitahu pasien bahwa tindakan telah selesai

Pemantauan dengan Transduser


Dilakukan pada CVP, arteri pulmonal, kapiler arteri pulmonal, dan tekanan darah
arteri sistemik.
a. Persiapan pasien
– Memberikan penjelasan ttg: tujuan pemasangan, daerah pemasangan, dan prosedur
yang akan dikerjakan
– Mengatur posisi pasien sesuai dengan daerah pemasangan

b. Persiapan untuk penusukan


– Kateter sesuai kebutuhan
– Set instrumen steril untuk tindakan invasif
– Sarung tangan steril
– Antiseptik
– Obat anestesi lokal
– Spuit 2,5 cc
– Spuit 5 cc/10 cc
– Bengkok
– Plester

c. Persiapan untuk pemantauan


– Monitor
– Tranduser
– Alat flush
– Kantong tekanan
– Cairan NaCl 0,9% (1 kolf)
– Heparin
– Manometer line
– Spuit 1 cc
– Three way stopcock
– Penyanggah tranduser/standar infus
– Pipa U
– Infus set

d. Cara Merangkai
– Mengambil heparin sebanyak 500 unit kemudian memasukkannya ke dalam cairan infuse
– Menghubungkan cairan tsb dg infuse
– Mengeluarkan udara dari selang infuse
– Memasang cairan infus pada kantong tekanan
– Menghubungkan tranduser dg alat infuse
– Memasang threeway stopcock dg alat flush
– Menghubungkan bagian distal selang infus dengan alat flush
– Menghubungkan manometer dg threeway stopcock
– Mengeluarkan udara dari seluruh sistem alat pemantauan (untuk memudahkan beri sedikit
tekanan pada kantong tekanan)
– Memompa kantong tekanan sampai 300 mmHg
– Menghubungkan kabel transduser dengan monitor
– Menghubungkan manometer dengan kateter yang sudah terpasang
– Melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran

e. Cara Kalibrasi
– Lavelling
– Menutup threeaway ke arah pasien dan membuka threeway ke arah udara
– Mengeluarkan cairan ke udara
– Menekan tombol kalibrasi sampai pada monitor terlihat angka nol
– Membuka threeway kearah klien dan menutup ke arah udara
– Memastikan gelombang dan nilai tekanan terbaca dengan baik

Peranan Perawat
1. Sebelum Pemasangan
– Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan
– Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan mengatur
posisi sesuai dg daerah pemasangan
2. Saat Pemasangan
– Memelihara alat-alat selalu steril
– Memantau tanda dan gejala komplikasi yg dpt terjadi pada saat pemasangan spt gg
irama jtg, perdarahan
– Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedurdilakukan
3. Setelah Pemasangan
– Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara: 1) melakukan Zero Balance: menentukan
titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila, 2) Zero
balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau gelombang tidak sesuai dg
kondisi klien, 3) melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser,
setiap shift, ragu terhadap gelombang.
– Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.
– Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.
– Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.
– Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt. Emboli
udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom, infeksi,penumotorak,
rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal).
– Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.
– Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara memantau
gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan
gans).

Pemantauan Tekanan Vena Sentral

Kateterisasi vena intra torakal sering dilakukan pada anak sakit kritis. Salah satu
indikasinya adalah untuk mengukur tekanan vena sentral6. Tekanan vena sentral
menggambarkan preload ventrikel kanan atau tekanan akhir diastolik ventrikel kanan
sehingga dapat memberikan informasi tentang volume darah, gambaran ventrikel
kanan, serta kapasitas vena8,9,12,19.

Pemantauan tekanan vena sentral dilakukan pada pasien anak yang menjalani operasi
jantung atau prosedur bedah lainnya dimana terjadi kehilangan darah atau
perpindahan cairan dalam jumlah yang besar. Juga dilakukan pada pasien yang
mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau untuk mendapatkan akses vena
karena tidak adekuatnya vena perifer4,8,9,10.

Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan pada percabangan vena cava dan atrium
kanan. Hal ini sama pada bayi, anak, dan orang dewasa. Pemasangan kateter vena
sentral dapat dilakukan melalui v. jugularis interna, v. antekubiti, v. brakialis, v.
subclavia, serta v. femoralis. Pada pasien kecil, v. subclavia dan jugularis interna
lebih mudah digunakan8,9,13,18.

Pengukuran tekanan vena sentral dilakukan dengan pemasangan jarum atau kateter
pada vena dan dihubungkan dengan suatu transduser. Biasanya dipasang pada saat
operasi setelah induksi anestesi atau intubasi sedangkan pada ruang rawat intensif
dilakukan dengan sedasi dan anestesi lokal. Pemasangannya harus dipandu dengan
pemeriksaan EKG untuk mendeteksi terjadinya aritmia. Kateter yang digunakan
bervariasi sesuai dengan usia anak, yaitu nomor 3 untuk anak dengan berat badan
kurang dari 3 kg, nomor 4 untuk berat badan kurang dari 10 kg, nomor 5 untuk berat
badan 10 sampai 20 kg, serta nomor 6 untuk berat badan lebih dari 20 kg4.
Tekanan vena sentral diukur dengan transduser tekanan dalam milimeter air raksa
(mmHg) atau manometer air (cm H2O). Untuk mengkonversi air raksa ke air, nilai air
raksa dikalikan 1,36 (mmHg x 1,36); untuk mengkonversi air ke air raksa, nilai air
dibagi 1,36 (cm H2O : 1,36)9,18.

Tekanan vena sentral pada bayi yang sehat antara -2 sampai +4 mmHg, dan anak yang
menderita kelainan jantung bawaan antara 4--8 mmHg. Pada pasien yang memakai
ventilator nilainya antara 2--6 mmHg dan sering tidak toleran dengan tekanan yang
rendah antara 0--3 mmHg. Nilai tekanan vena sentral yang lebih dari 8 mmHg biasanya
sering disertai dengan disfungsi miokard atau tekanan dalam torak yang meninggi
seperti pada pneumotorak, tamponade jantung, regurgitasi trikuspid, hipertensi
pulmonal, atau gagal ventrikel4,9,18.

Jika peninggian nilai tekanan vena sentral kurang 3 mmHg setelah pemberian cairan,
misalnya 50--200 cc, maka tambahan cairan masih dapat diberikan. Sedangkan bila
peninggian tekanan lebih dari 7 mmHg, berarti cairan yang diberikan telah
maksimal18.

Pada beberapa keadaan, didapatkan penurunan tekanan vena sentral, preload


ventrikel kanan, serta curah jantung. Sistem kardiopulmonal yang lain normal, seperti
pada dehidrasi berat, sepsis, perdarahan, diabetik ketoasidosis, dan lain-lain. Pada
kasus-kasus yang berat, penanganannya sebaiknya dipandu dengan pemasangan
tekanan vena sentral sehingga didapatkan data tentang kebutuhan cairan yang baik
untuk membantu curah jantung18.

Kelemahan pemeriksaan tekanan vena sentral sebagai indikator preload otot jantung
adalah bahwa tekanan vena sentral hanya mengukur tekanan sisi kanan saja sehingga
tidak menggambarkan tekanan sistemik. Toussain dkk.17 memperlihatkan kelemahan
pemeriksaan tekanan vena sentral dibandingkan dengan tekanan baji pada diagnosa
tanpa gangguan jantung dan lebih jelek lagi pada yang ada gangguan jantung.
Shoemaker dkk. (1988) memperlihatkan bahwa pemeriksaan tekanan vena sentral dan
parameter non-invasif yang lain seperti frekuensi jantung, EKG, serta urine output
sama tidak adekuatnya untuk mendeteksi gagal sirkulasi4,8,17.

Komplikasi pemasangan tekakan vena sentral adalah bakteremia, emboli udara,


hematom lokal, pneumotorak, dan sepsis. Oleh karena itu, kateter vena sentral harus
dicabut atau diganti setelah 3 hari pemasangan4,6,8.

Sumber:
Rokhaeni H. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Jakarta: Bidang Diklat RS
Jantung Harapan Kita
Altman:  Nursing Skills
Kadir A. (2007). Sirkulasi Cairan Tubuh:FK UKWS
Sutanto M. (2004). Hemodinamik
Read more: http://sely-biru.blogspot.com/2010/06/pemasangan-kateter-cvp-centra-
venouse.html#ixzz1Fpiraqeu

Anda mungkin juga menyukai