A. Pendahuluan
Pemantauan hemodinamik adalah suatu pengukuran terhadap sistem
kardiovaskuler yang dapat dilakukan baik invasif atau noninvasive.
Pemantauan memberikan informasi mengenai keadaan pembuluh darah,
jumlah darah dalam tubuh dan kemampuan jantung untuk memompakan
darah. Pengkajian secara noninvasif dapat dilakukan melalui pemeriksaan,
salah satunya adalah pemeriksaan vena jugularis (jugular venous pressure).
Pemantauan hemodinamik secara invasif, yaitu dengan memasukkan kateter
ke dalam ke dalam pembuluh darah atau rongga tubuh. Prosedur pemasukan
kateter kedalam pembuluh darah atau rongga tubuh dapat dilakukan dengan
pemasangan CVP (Central Venous Pressure). Pemantauan tekanan vena
sentral merupakan pedoman untuk pengkajian fungsi jantung kanan dan dapat
mencerminkan fungsi jantung kiri apabila tidak terdapat penyakit
kardiopulmonal. Tekanan vena sentral secara langsung merefleksikan tekanan
pada atrium kanan. Secara tidak langsung menggambarkan beban awal
jantung kanan atau tekanan ventrikel kanan pada akhir diastol. Tekanan vena
central dibedakan dari tekanan vena perifer, yang dapat merefleksikan hanya
tekanan lokal.
B. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:
1. Mengetahui pengertian, indikasi, tujuan dan lokasi pemantauan CVP
2. Mengetahui prosedur pemasangan CVP dan mampu mempraktikannya
3. Menentukan tekanan dalam atrium kanan dan vena sentral
C. Tinjauan Umum
Tekanan vena central (Central Venous Pressure) adalah tekanan darah
di atrium kanan atau vena cava dengan menggunakan akses CVC (Central
Venous Catheter). Pemasangan CVC ditujukan untuk mengindikasi ataupun
memanajemen pemberian cairan, vasopressor, inotropik, dan untuk
melakukan pengukuran CVP (Vincent et al., 2015). Tekanan vena sentral
(CVP) memberikan informasi tentang tiga parameter volume darah,
keefektifan jantung sebagai pompa, dan tonus vascular. Dari metaanalisis
yang dilakukan oleh Marik & Cavallazzi (2013), hasil pengukuran CVP dapat
dijadikan dasar dalam pemberian cairan baik itu di ruang operasi, ICU,
maupun UGD. Pemantauan tekanan vena sentral merupakan pedoman untuk
pengkajian fungsi jantung kanan dan dapat mencerminkan fungsi jantung kiri
apabila tidak terdapat penyakit kardiopulmonar. Pengukuran CVP dilakukan
untuk menilai tingkat kegagalan sirkulasi (disertai gambaran klinis pasien),
untuk menentukan besarnya tekanan di dalam atrium kanan dan vena sentral,
sebagai pedoman dalam melakukan jumlah cairan yang dibutuhkan oleh
pasien gawat. Peningkatan hasil tekanan vena sentral dapat mengindikasikan
adanya gangguan ginjal akut ditandai dengan adanya kongesti vena sehingga
dengan melakukan pengukuran kita dapat mengetahui keefektifan
penggunaan diuretik pada pasien dengan kondisi kritis (Chen et al., 2016).
Tekanan vena sentral diukur dalam sentimeter air atau air raksa.
Tekanan normal dalam atrium kanan kurang dari 8 cmH2O, dan tekanan
dalam vena kava kurang lebih 5 – 8 cmH2O (Hudak & Gallo, 2008).
Kecenderungan naik atau turunya CVP harus dikombinasikan dengan
pengkajian klinis pada pasien sehingga dapat menentukan interpretasi yang
tepat. Kadang-kadang pemberian cairan disesuaikan dengan CVP pasien dan
haluaran urin. Selama haluaran urin adekuat dan CVP tidak berubah secara
bermakna, ini menandakan bahwa jantung dapat menampung jumlah cairan
yang diberikan. Jika CVP mulai tinggi dan haluaran urin turun, ini
menandakan penurunan curah jantung, beban kerja sirkulasi harus
diperhatikan dan divalidasi dengan gambaran simtomatologi klinis lain.
Beberapa situasi secara umum menghasilkan peninggian CVP. Ini meliputi
gagal jantung kongestif, bila jantung tidak lagi secara efektif mengatasi aliran
balik vena, tamponade janung, status vasokonstriktif, atau status peningkatan
volume darah seperti transfusi berlebihan atau kelebihan hidrasi. CVP yang
rendah biasanya menyertai status hipovolemik yang berhubungan dengan
kehilngan darah atau cairan atau induksi obat vasodilatasi. Dalam
penelitiannya Vincent et al., (2015) mengungkapkan status hipovolemik dapat
ditandai dengan rendahnya hasil pengukuran CVP dengan nilai < 6 mmHg.
Peningkatan kecepatan pemberian cairan atau penggantian kehilangan darah
ditandai oleh situasi ini. Nilai CVP sendiri juga akan berbeda bila pasien
menggunakan ventilator mekanik dan biasanya lebih tinggi dari nilai normal
(Stawicki et al., 2014).
1. Lokasi Pemantauan Vena untuk CVP
a. Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)
b. Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada
kanan
c. Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi
phlebitis
d. Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau
tepat di atas vena kava superior
3. Gelombang CVP
Chen, K. P., Cavender, S., Lee, J., Feng, M., Mark, R. G., Celi, L. A., …
Danziger, J. (2016). Peripheral Edema, Central Venous Pressur , and Risk of
AKI in Critical Illness. Journal American Society of Nephrology, 11(4), 1–7.
https://doi.org/10.2215/CJN.08080715
Hudak, C. & Gallo, B. 2008. Keperawatan kritis : Pendekatan Holistik Vol. 1
Editor:Monika Ester. Jakarta : EGC.
Marik, P. E., & Cavallazzi, R. (2013). Does the Central Venous Pressure Predict
Fluid Responsiveness? An Updated Meta-Analysis and a Plea for Some
Common Sense*. Critical Care Medicine, 41(7), 1774–1781.
https://doi.org/10.1097/CCM.ObOI 3e31828a25fd
Stawicki, S. P. A., Adkins, E. J., Eiferman, D. S., Evans, D. C., Ali, N. A., Njoku,
C., … Bahner, D. P. (2014). Prospective evaluation of intravascular volume
status in critically ill patients : Does inferior vena cava collapsibility correlate
with central venous pressure ? Journal Trauma Acute CAre Surgery, 76(4),
956–964. https://doi.org/10.1097/TA.0000000000000152
Vincent, J., Pelosi, P., Pearse, R., Payen, D., Perel, A., Hoeft, A., … Rhodes, A.
(2015). Perioperative cardiovascular monitoring of high-risk patients : a
consensus of 12. Critical Care, 19(224), 1–12.
https://doi.org/10.1186/s13054-015-0932-7