NAMA : HENDRY
NIM : 008SYE20
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
Di susun oleh :
HENDRY
008SYE20
Tanggal : Tanggal :
A. Definisi
Edema paru merupakan suatu keadaan terkumpulnya cairan patologi di
ekstravaskuler dalam paru (Hanna, 2013).
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik rongga
interstitial maupun dalam alveoli. Edema paru merupakan tanda adanya
kongesti paru tindak lanjut, dimana cairan mengalami kebocoran melalui
dinding kapiler, merembes keluar menimbulkan dispneu sangat berat.
(Smeltzer & Bare, 2008).
A. Etiologi
Menurut Maria (2010) penyebab edema paru, yaitu:
1. Kardiogenik
Edema Paru Kardiogenik disebabkan oleh adanya payah jantung kiri
dan adanya kelainan pada organ jantung. Misalnya, jantung tidak bekerja
semestinya seperti jantung memompa tidak bagus atau jantung tidak kuat
lagi memompa. Cardiogenic pulmonary edema berakibat dari tekanan
yang tinggi dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru yang disebabkan
oleh fungsi jantung yang buruk. Gagal jantung kongestif yang disebabkan
oleh fungsi pompa jantung yang buruk, serangan-serangan jantung, atau
klep-klep jantung yang abnormal dapat menjurus pada akumulasi lebih
dari jumlah darah yang biasa dalam pembuluh-pembuluh darah dari paru-
paru. Ini dapat menyebabkan cairan dari pembuluh-pembuluh darah
didorong keluar ke alveoli ketika tekanan membesar.
2. Non Kardiogenik
a. Infeksi pada paru
b. Lung injury, seperti emboli paru, infark paru
c. Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
B. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, edema paru dibagi menjadi dua yaitu:
1. Cardiogenic pulmonary edema
Edema yang disebabkan oleh adanya kelainan pada organ jantung.
Misalnya, jantung tidak bekerja semestinya seperti jantung memompa tidak
bagus atau jantung tidak kuat lagi memompa.
Tekanan Kapiler
Paru Meningkat
Penumpukan
Cairan di alveoli
Berkurangnya energi
Lemah
Intorelansi Aktivitas
Gambar 1.3 Pathway edema paru (Hanna, 2013 and Smeltzer & Bare, 2008)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorim yang relevan diperlukan untuk mengkaji
etiologi edem paru. Pemeriksaan tersebut diantaranya pemeriksaan
hematologi/ darah rutin, fungsi ginjal, elektrolit, kadar protein, urinalisa gas
darah, enzim jantung (CK-MB, troponin I) dan Brain Natriuretic Peptide
(BNP).
2. Foto Thorak
Foto thoraks Pulmonary edema secara khas didiagnosa dengan X-ray
dada. Radiograph (X-ray) dada yang normal terdiri dari area putih terpusat
yang menyinggung jantung dan pembuluh-pembuluh darah. X-ray dada yang
khas dengan pulmonary edema mungkin menunjukan lebih banyak tampakan
putih pada kedua bidang-bidang paru daripada biasanya.
3. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan EKG dapat menerangkan secara akurat adanya takikardi.
4. Pemeriksaan Ekokardiografi
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi disfungsi ventrikel kiri.
Ekhokardiografi dapat mengevaluasi fungsi miokard dan fungsi katup
sehingga dapat dipakai dalam mendiagnosis penyebab edema paru.
G. Penatalaksanaan
Penanganan yang dapat dilakukan untuk edema paru yaitu:
1) Memberikan posisi setengah duduk.
2) Pemberian oksigen (40–50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker.
3) Jika memburuk (pasien makin sesak, takipneu, ronchi bertambah,
hipoventilasi, atau tidak mampu mengurangi cairan edema secara adekuat),
maka dilakukan intubasi endotrakeal, suction, dan ventilator.
4) Monitor tekanan darah dan EKG.
5) Nitroprusid IV dimulai dosis 0,1 ug/kgBB/menit bila tidak memberi respon
dengan nitrat, dosis dinaikkan sampai didapatkan perbaikan klinis atau
sampai tekanan darah sistolik 85–90 mmHg pada pasien yang tadinya
mempunyai tekanan darah normal atau selama dapat dipertahankan perfusi
yang adekuat ke organ-organ vital.
6) Morfin sulfat 3 – 5 mg iv, dapat diulang tiap 25 menit.
7) Diuretik Furosemid 40 – 80 mg IV bolus dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip continue sampai dicapai
produksi urine 1 ml/kgBB/jam.
8) Bila perlu (tekanan darah turun/tanda hipoperfusi) : Dopamin 2 – 5
ug/kgBB/menit atau Dobutamin 2 – 10 ug/kgBB/menit untuk menstabilkan
hemodinamik.
9) Ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis/tidak berhasil dengan
oksigen.
H. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan edema paru adalah:
1. Gagal Nafas
2. Hipoksia dapat secara potensial menjurus pada pengantaran oksigen yang
berkurang ke organ-organ tubuh yang berbeda, seperti otak.
3. Pengoksigenan darah yang dikompromikan secara parah oleh paru-paru.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas pasien
b) Keluhan utama
Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas,
cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak.
Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba
pada trauma.
c) Riwayat Masuk
Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas,
cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak.
Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba
pada trauma. Berbagai etiologi yang mendasar dengan masing-masik
tanda klinik mungkin menyertai klien.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti
sepsis, pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital
bawaan serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien
e) Pemeriksaan fisik
1. Sistem Integumen
Subyektif : –
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat
dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat,
kemerahan
2. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju
pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru
3. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit dada
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah
vasokontriksi, kualitas darah menurun, Denyut jantung tidak
teratur, suara jantung tambahan
4. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
5. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi
paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan
6. Sistem genitourinaria
Subyektif : –
Obyektif : produksi urine menurun,
7. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
f) Pemeriksaan Penunjang
1. Hb : menurun/normal
2. Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen
darah, kadar karbon darah meningkat/normal
3. Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kelelahan dan
pemasangan alat bantu nafas
2. Gangguan pertukaran Gas berhubungan dengan distensi kapiler
pulmonary
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang proses penyakit ditandai dengan edema
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai
dengan dispnea setelah beraktivitas
3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & KH Intervensi Rasional
1 Ketidakefektifan Pola nafas kembali 1. Berikan HE 1.Informasi yang
pola nafas efektif setelah pada pasien adekuat dapat
berhubungan dilakukan tindakan tentang membawa pasien
dengan keadaan keperawatan penyakitnya lebih kooperatif
tubuh yang selama 3 × 24 jam, dalam memberikan
lemah dengan kriteria terapi
hasil:
2.Jalan nafas yang
1.Tidak terjadi 2. Atur posisi longgar dan tidak
hipoksia atau semi fowler ada sumbatan proses
hipoksemia respirasi dapat
berjalan dengan
2.Tidak sesak lancar.
5.Dyspneu, sianosis
5. Observasi merupakan tanda
tanda-tanda terjadinya gangguan
vital nafas disertai dengan
kerja jantung yang
menurun timbul
takikardia dan
capilary refill time
yang
memanjang/lama.
6.Ketidakmampuan
tubuh dalam proses
6. Observasi respirasi diperlukan
timbulnya gagal intervensi yang kritis
nafas. dengan
menggunakan alat
bantu pernafasan
(mekanical
ventilation).
7.Pengobatan yang
diberikan berdasar
indikasi sangat
7. Kolaborasi membantu dalam
dengan tim proses terapi
medis dalam keperawatan
memberikan
pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth edition. USA:
Mosby Inc an Affiliate of Elservier.
Smeltzer, S. & Bare, B. 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.