KECELAKAAN KERJA
PEKANBARU
TAHUN 2021
OLEH
Helmi Azhari
NIM. 2014401003
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Karena berkat karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah kecelakaan
kerja , penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari
segi penulisan,bahasa ataupun data-data yang kurang lengkap dan
sebagainya,Untuk itu penulis membutuhkan saran dan kritik dari para pembaca,
dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa sekalian,Agar makalah ini lebih
baik,dan penulis juga mohon maaf apabila makalah ini tidak sempurna,karena
sebagai manusia biasa kami memiliki banyak kekurangan.
Pekanbaru, 20 maret2022
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.Identifikasi Masalah
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi terkait
faktor yang berpengaruh terhadap keparahan tingkat luka pada pekerja
jika terjadi kecelakaan kerja sehingga diharapkan dapat membantu
pihak perusahaan dalam mengambil tindakan dalam upaya
menurunkan keparahan tingkat luka apabila terjadi kecelakaan kerja
pada pekerja
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta
menambah kemampuan analisis dalam memahami faktor yang
berpengaruh terhadap keparahan tingkat luka yang akan dialami
pekerja jika terjadi kecelakaan kerja.
3. Bagi Peneliti
selanjutnya Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dalam
melakukan kajian atau penelitian dengan pokok permasalahan yang
sama dan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan langsung dengan penelitian yang dilakukan ini.
1.3.Pembatasan Masalah
Menurut ILO ada 3 faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan kerja pada
pekerja seperti, faktor pekerja, pekerjaan dan lingkungan. Maka penelitian ini hanya
dibatasi akan mengambil kecelakaan kerja pada shift pagi dan pekerja shift malam,
karena shift kerja adalah faktor lingkungan pekerjaan yang menjadi bagian dari
penyebab kecelakaan kerja berupa unsafe condition yang menyumbang kasus
kecelakaan sebesar 50% sehingga variabel shift kerja menjadi salah satu penyebab
kecelakaan kerja yang perlu dibuktikan keeratanya perbedaannya, terutama kejadian
kecelakaan kerja pada pekerja shift pagi dan pekerja shift malam. Kuesioner diberikan
kepada kepala bagian polishing yang kemudian di isi oleh pekerja shift pagi dan pekerja
shift malam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Kecelakaan Kerja Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada
sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya,sebab kecelakaan harus di teliti dan
ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang di tujukan
kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan
dapat di cegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali ( Dr.
Suma’mur, 2009 ). Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan.Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat
unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan ( Dr. Suma’mur
P.K,MSC,1981 : 5 ).
Definisi kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan ( Dr. Bennet Silalahi, M.A.,
1995 : 22 ). Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung
dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini berarti,
bahwa kecelakaan terjadi di karenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan ( Dr. Suma’mur P.K,MSC, 1981 : 5 ).Kecelakaan
kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan kecelakaan merupakan
tanggung jawab para manajer lini, mandor kepala dan juga kepala urusan
( Dr. Bennet Silalahi, M.A., 1995 : 107 ), dan berdasarkan difinisi kecelekaan
kerja yang mengatakan bahwa cara menaggulanginya kecelakaan kerja
adalah a) meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan/atau b) mengadakan
pengawasan yang ketat.Tanggung jawab pencegahan kecelakaan kerja selain
pihak perusahaan juga tenaga kerja dan pemerintah.Menteri tenaga kerja
berwenang membentuk panitia dan Pembina keselamatan dan kesehetan kerja
guna mempertimbangkan kerja sama,
saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan
tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama dibidang keselamatan dn keehatan kerja,dalam rangka
melancarkan usaha produksi ( Undang-Undang Keselamatan Kerja
No.1,1970 Pasal 10 )
2.1.6 Potensi Bahaya Potensi bahaya yang sering dialami oleh karyawan
yang
PEMBAHASAN
Lalu Husni, 2003: 138, ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan
keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
tempat kerja
2. Pengaturan Udara
Menurut Dessler (1997), ada tiga alasan dasar kecelakaan di tempat kerja yaitu :
a. Tempat Kerja
b. Kondisi Peralatan
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung
bahaya dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena
mesin atau peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-
balik, belt atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi
serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial
menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak
membahayakan operator atau manusia
c. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya
(mudah meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang
lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan kerja. Untuk menghindari
kecelakaan kerja tersebut, perlu dilakukan pemikiran dan perhitungan
yang matang, baik metode memindahkannya, alat yang digunakan, jalur
yang akan di lalui, siapa yang bisa memindahkan dan lain sebagainya.
Untuk bahan dan peralatan yang berat diperlukan alat bantu seperti
forklift. Orang yang akan mengoperasikan alat bantu ini harus mengerti
benar cara menggunakan forklift, karena jika tidak, kemungkinan akan
timbul kesalahan dan mengancam keselamatan lingkungan maupun tenaga
kerja lainnya.
d. Transportasi
Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat
transportasi juga cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat
(asal-asalan), beban yang berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik
(turunan, gelombang, licin, sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan,
penempatan beban yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk
terjadinya kecelakaan kerja. Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas,
diantaranyaadalah memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman,
melaksanakan operasi sesuai dengan standart operational procedure
(SOP), jalan yang cukup, penambahan tandatanda keselamatan,
pembatasan kecepatan, jalur khusus untuk transportasi (misal dengan
warna cat) dan lain sebagainya.
e. Tools (Alat)
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua
kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat
mengakibatkan kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alatalat yang
sudah tua dan melakukan kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di
tempat kerja
a. Ketidaktahuan
b. Kemampuan
yang kurang Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan
untuk proses produksi dan proses maintenance atau perawatan. Orang
yang memiliki kemampuan tinggi biasanya akan bekerja dengan lebih
baik serta memperhatikan faktor keselamatan kerja pada pekerjannya.
Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah kemampuan akan menjadi lebih
baik.
c. Ketrampilan
yang kurang Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka
diperlukan latihan secara terus-menerus.Hal ini untuk lebih selalu
mengembangkan ketrampilan gunasemakin meminimalkan kesalahan
dalam bekerja dan mengurangi angka kecelakaan kerja.Di dunia
keteknikan, kegiatan latihan ini sering disebut dengan training.
d. Bermain-main
Karakter seseorang yang suka bermain-main dalam bekerja, bisa
menjadi salah satu penyebab terjadinya angka kecelakaan kerja.
Demikian juga dalam bekerja sering tergesa-gesa dan sembrono juga bisa
menyebabkan kecelakaan kerja.Oleh karena itu, dalam setiap melakukan
pekerjaan sebaiknya dilaksanakan dengan cermat, teliti, dan hati-hati
agar keselamatan kerja selalu bisa terwujud. Terlebih lagi untuk
pekerjaan yang menuntut adanya ketelitian, kesabaran dan kecermatan,
tidak bisa dilaksanakan dengan berkerja sambil bermain.
e. Bekerja tanpa peralatan
keselamatan Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan
peralatan keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja dirancang
untuk melindungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan
yang baru dilaksanakan. Dengan berkembangnya teknologi, saat ini telah
dibuat peralatan keselamatan yang nyaman dan aman ketika 40
digunakan.Perlatan keselamatan tersebut diantaranya pakaian kerja
(wearpack), helm pengaman, kacamata, kacamata las, sarung tangan,
sepatu kerja, masker penutup debu, penutup telinga dari kebisingan, tali
pengaman untuk pekerja di ketinggian dan sebaginya. Terkadang orang
yang sudah merasa mahir justru tidak menggunakan peralatan
keselamatan, misal dalam mengelas tidak menggunakan topeng las. Hal
ini sangatlah salah, pekerja yang mahir dan profesional justru selalu
menggunakan peralatan keselamatan kerja untuk menjaga kualitas
pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan kesehatan dirinya selama
bekerja
a. Gempa bumi
b.Banjir
c.Tornado/Puting Beliung
a. Patah tulang
b. Dislokasi (keseleo)
c. Regang otot (urat)
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi
f. Luka di permukaan 43
g. Gegar dan remuk
h. Luka bakar
i. Keracunan-keracunan mendadak
j. Pengaruh radiasi
k. Lain-lain
a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.
Dari klasifikasi-klasifikasi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
penyebab kecelakaan kerja bersifat jamak, karena pada kenyataannya kecelakaan
akibat kerja biasanya tidak hanya satu faktor, tetapi banyak faktor.
3.2.2.1 Visi
3.2.2.2 Misi
3.2.2.3 Kewajiban
3.2.3.1 Tujuan
3.2.3.4 Prosedur
1. Menejemen Senior :
2. Menejemen Menengah :
3. Supervisor :
4. Karyawan :
a. Memenuhi semua prosedur kerja yang aman sesuai dengan
instruksi kerja.
b. Mengambil tindakan yang pantas bagi diri mereka dan
orang lain yang terpengaruh oleh tindakan mereka
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Ervianto, Wulfram I., 2005, Manajemen Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta Asiyanto,
2005, Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta
Ervianto, Wulfram I., 2002, Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta
Ervianto, Wulfram I., 2004, Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Handoko, Hani T., 1984, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.
Trihendradi, C., 2010, Step by Step SPSS 18 Analisis Data Statistik, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.
Walpole., R.E., 1995, Pengantar Statistika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Kaming, P.F., Olomolaiye, P.O., Holt, G.D., Harris, F.C., 1997, Factors Influencing
Craftmen’s Productivity in Indonesia, International Journal of Project Management.
Soeharto, Imam, 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Industri Operasional,
Penerbit Erlangga, Jakarta.
Santoso, Singgih, 2000, SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta