Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KECELAKAAN KERJA

PEKANBARU

TAHUN 2021

OLEH

Helmi Azhari

NIM. 2014401003

PROGRM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ABDURRAB

PEKANBARU
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Karena berkat karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah kecelakaan
kerja , penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari
segi penulisan,bahasa ataupun data-data yang kurang lengkap dan
sebagainya,Untuk itu penulis membutuhkan saran dan kritik dari para pembaca,
dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa sekalian,Agar makalah ini lebih
baik,dan penulis juga mohon maaf apabila makalah ini tidak sempurna,karena
sebagai manusia biasa kami memiliki banyak kekurangan.

Akhirnya,penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak


yang telah membantu penyelesaian dan penyusunan makalah ini,mudah-mudahan
makalah ini berguna bagi para pembaca sekalian.

Pekanbaru, 20 maret2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi
di perusahaan dimana kecelakaan tersebut sering menimpa para pekerjanya
dan menyebabkan keparahan tingkat luka pada fisik pekerja. Perkembangan
industri yang sangat pesat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
menyebabkan meningkatnya penggunaan peralatan mesin serta bahan-bahan
kimia dalam proses produksi yang bertujuan untuk menghasilkan sebuah
produk atau jasa dengan kualitas baik agar dapat bersaing di pasaran. Namun,
pesatnya perkembangan industri dan kemajuan dibidang IPTEK dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada keselamatan dan kesehatan para
pekerja di perusahaan, seperti bertambahnya sumber bahaya, meningkatnya
potensi bahaya, dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.
Masih tingginya tingkat kecelakaan kerja di Indonesia membutuhkan
perhatian yang serius. Menurut data internal Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan sepanjang tahun 2018 tercatat ada 157.313
kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia. Provinsi Jawa Tengah juga
merupakan provinsi yang mempunyai tingkat kecelakaan kerja yang tergolong
cukup tinggi. Menurut data dari Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan
Kependudukan (Disnakertrans) Provinsi Jawa Tengah menyatakan bahwa
angka kecelakaan kerja cenderung fluktuatif. Angka kecelakaan kerja pada
tahun 2016 sebesar 3.665 kasus, pada tahun 2017 menurun menjadi 3.083
kasus, dan pada tahun 2018 mengalami penurunan 48% menjadi 1.468 kasus.
Berdasarkan data kecelakaan tersebut, diharapkan dapat mendorong
seluruh pihak untuk peduli dalam upaya menekan angka kecelakaan kerja
yang terjadi. Tidak hanya para pekerja, tetapi semua elemen seperti asosiasi
buruh dan pekerja, pengusaha, manajemen perusahaan, dan masyarakat juga
harus peduli dan ikut bergerak dalam melakukan sosialisasi pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Ada beberapa solusi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi jumlah 2 kecelakaan kerja, yaitu harus
mengetahui faktor – faktor yang menjadi penyebab kecelakaan kerja. Menurut
(Elisa, 2017) menjelaskan bahwa kecelakaan kerja yang sering terjadi
disebabkan oleh faktor lingkungan tempat kerja, rambu-rambu keselamatan,
pekerja, dan cara kerja. Berdasarkan jurnal (Shirali, Noroozi and Malehi,
2018) menyatakan bahwa dampak dari kecelakaan kerja berupa keparahan
tingkat luka dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, penyebab terjadinya
kecelakaan, tingkat pendidikan dan tempat kecelakaan.
Dari permasalahan tersebut, perusahaan perlu mengetahui faktor yang
berpengaruh terhadap dampak kecelakaan kerja yang menyebabkan keparahan
tingkat luka pada pekerja diperusahaan. Setelah mengetahui faktor yang
mempengaruhi keparahan tingkat luka pekerja, maka perusahaan perlu
melakukan berbagai tindakan perbaikan atau kebijakan sebagai upaya dalam
menurunkan tingkat keparahan luka yang akan dialami pekerja apabila terjadi
kecelakaan kerja
Kasus kecelakaan kerja yang diambil oleh peneliti di PT Varia Usaha
Beton yang bergerak dibidang pembuatan beton siap pakai, beton pra cetak,
beton mansory, dan batu pecah yang berada di Jl. Raya Semarang – Demak,
Km 10 memiliki tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Data kecelakaan kerja
pada pekerja diambil dari tahun 2016 hingga tahun 2019 dengan total 129
kasus kecelakaan. Pekerja dan berbagai pihak diharapkan dapat lebih waspada
serta berhati-hati dalam berkerja untuk dapat menghindari terjadinya resiko
kecelakaan kerja di tempat kerja yang akan menyebabkan luka pada fisik
pekerja. Dari hasil klasifikasi yang akan dihasilkan nantinya akan membuat
berbagai tindakan dan keputusan untuk menurunkan keparahan tingkat luka
akibat terjadinya kecelakaan kerja pada pekerja.
Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi di tempat
kerja khususnya di lingkungan industri. Faktor yang paling utama timbulnya
kecelakaan kerja adalah faktor peralatan teknis, lingkungan kerja, dan pekerja
itu sendiri. Peralatan teknis yang kurang aman, atau mesin-mesin yang tidak
dirancangbaik untuk dilengkapi dengan alat pengamanan
secukupnya.Lingkungan kerja yang tidak mendukung dapat menurunkan
tingkatkonsentrasi pekerja terhadap tugastugas yang ditanganinya. Demikian
pula para pekerja itu sendiri dapatmenjadi faktor penyebab bila mereka tidak
mendapat latihan yang memadai ataumereka belum berpengalaman dalam
tugasnya (Swaputri, 2009).
Secara umum, terdapat dua golongan penyebab kecelakaan yaitu (1)
tindakan/ perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe
human acts) dan (2) keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafecondition).
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, faktor manusia menempati
posisi yang sangat penting terhadap terjadinya kecelakaan kerja yaitu antara
80-85% (Maurits, et al, 2008).
Laporan ILO tahun 2008 menyatakan bahwa tiap tahun diperkirakan
1.200.000 jiwa pekerja meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat
kerja. Sementara kerugian ekonomi akibat kecelakaan dan penyakit akibat
kerja mencapai 4% dari pendapatan perkapita tiap negara. Menurut Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, selama 2010 Jamsostek mencatat terjadi
kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus. Sebanyak 2.191 tenaga kerja
meninggal dunia dari kasuskasus kecelakaan tersebut dan 6.667 orang
mengalami cacat permanen
Dalam pelaksanaan kerja di perusahaan ini, untuk meningkatkan
produktivitasnya adalah dengan menambah jam kerja dengan memberlakukan
kerja bergilir (shift work). Kerja bergilir sebagai suatu pola waktu kerja yaitu
bekerja selama 24 jam terus menerus yang diterapkan perusahaan yang akan
memberikan dampak yang besar terhadap tenaga kerja dan keluhan yang
sifatnya subyektif di antaranya tidak dapat tidur siang, kelelahan, dan
gangguan kesehatan. Tenaga kerja yang bekerja dengan kerja bergilir rotasi
cepat, pada akhir kerja khususnya kerja bergilir malam diberikan paling
sedikit libur 1 hari untuk memulihkan tenaga yang terpakai (Kusumaningtyas,
2012)
Shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau
sebagai tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan.
Sedangkan pekerja dengan shift kerja adalah seseorang yang bekerja diluar
jam kerja normal selama kurun waktu tertentu. Jadwal shift merupakan salah
satu stressor yang dapat menyebabkan stres bagi karyawan. Pekerja shift yang
bekerja diluar jam kerja normal, yaitu malam hari atau dini hari akan
melakukan perlawanan pada jam biologis yang secara natural teratur didalam
tubuh. Beberapa penelitian berusaha menerangkan aspek-aspek dari shift dan
waktu kerja. Shift dan kerja malam hari adalah kondisi yang dapat
menghambat kemampuan adapatasi pekerja baik dari aspek biologis maupun
sosial. Shift kerja malam berpengaruh negatif terhadap kesehatan fisik, mental
dan sosial, mengurangi kemampuan kerja, dan meningkatnya kesalahan dan
kecelakaan, menghambat hubungan sosial dan keluarga (Maurits, et al, 2008).
Pengaturan jam kerja menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan adalah selama 8 jam 1 hari dan 40 jam 1 minggu
untuk 5 hari kerja dalam 1 (satu) minggu dan istirahat antara jam kerja,
sekurang kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 jam terus menerus
dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja, sedangkan jam kerja
yang berlaku di perusahaan ini adalah selama 8 jam kerja. Untuk shift pagi
dari jam 07.00 – 15.00 WIB. Untuk shift siang jam 15.00 – 23.00 WIB. Untuk
shift malam dari jam 23.00 - 07.00 WIB.
Jam kerja normal sesuai dengan aturan jam kerja pukul 07.00-15.00
dengan potensi kecelakaan kerja lebih kecil dikarenakan tidak ada perubahan
irama circandian (irama tubuh) yang mempengaruhi kegiatan dalam
menyelesaikan perkerjaan, shift pagi merupakan jam kerja yang normal untuk
melakukan semua aktifitas. Peran pengawas di shift pagi lebih ketat dan
terkontrol kepada pekerja sehingga kecelakaan kerja lebih sedikit
(Kusumaningtyas, 2012).
Jam kerja tidak normal atau tidak biasa yaitu pada shift siang (15.00-
23.00) dan shift malam (23.00-07.00) berpotensi penyebab kecelakaan kerja
lebih besar dikarenakan tenaga kerja tidak sesuai untuk bekerja malam hari
karena adanya perubahan irama circardian yang mempengaruhi fungsi
fisiologis yang berhubungan dengan kapasitas kerja, dan bila kerja malam hari
tidak dapat dihindari maka perlu diterapkan kerja bergilir rotasi yang cepat.
Metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat, bahkan banyak aspek yang sama
sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam tidur siang.
Keseimbangan elektrolit sebagai akibat albumin dan klorida di darah dapat
menyesuaikan diri dengan keperluan kerja malam tidur sore. Beberapa tenaga
kerja khususnya pada saat shift malam, mengalami perasaan mengatuk, sering
menguap pada saat bekerja, merasa ada yang mengganjal di kelopak mata
(Kusumaningtyas, 2012).
pekerja shift malam sebanyak 2 kasus. Karena itu perlu melakukan
penelitian shift pagi dan shift malam. Penyebab kecelakaan kerja yang terjadi
adalah diakibatkan oleh perilaku yang tidak aman seperti, tidak hati–hati,
tidak mematuhi peraturan, tidak mengikuti standar prosedur kerja, tidak
memakai alat pelindung diri, dan kondisi badan yang lemah. Kejadian tersebut
pada siang hari seharusnya tidak terjadi kecelakaan kerja. Dengan melihat
data kecelakaan kerja, maka penting bagi pihak yang bersangkutan untuk
mengetahui penyebab kecelakaan kerja, sehingga dapat menekan angka
kecelakaan kerja sampai dengan 0 % (zero accident) setiap tahunnya, karena
penurunan kasus kecelakaan kerja akan memperkecil hilangnya jam kerja dan
kerugian bagi pihak perusahaan maupun pekerja sehingga produktivitas kerja
bisa meningkat

1.2 Perumusan Masalah


Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini berdasarkan
permasalahan yang ada diperusahaan, yaitu tingginya tingkat kecelakaan yang
terjadi pada pekerja dimana kecelakaan tersebut menyebabkan keparahan
tingkat luka pada fisik pekerja. Oleh karena itu, maka peneliti akan membahas
apa saja faktor yang berpengaruh terkait keparahan tingkat luka yang akan
dialami pekerja 3 apabila kecelakaan kerja terjadi pada PT Varia Usaha
Beton.

1.3.Identifikasi Masalah

Berdasarkan teori Internasional Labour Organization (ILO) (2008) faktor


utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan meliputi: faktor si pekerja
yaitu umur, jenis kelamin, massa kerja dan tingkat pendidikan.
Faktor utama penyebab terjadinya berdasarkan umur yaitu pada pekerja
dengan usia antara 30-35. Karena golongan usia antara 30 - 35 tahun merasa
telah memiliki pengalaman kerjanya cukup lama, sehingga mereka terkadang
melupakan standar operasional (SOP) dan menganggap remeh terhadap hal-
hal yang kecil, sikap kurang hati-hati dan mengutamakan keselamatan dan
bekerja berdampak terhadap semakin besarnya resiko kecelakaan yang
mungkin terjadi.(Wibisono, 2013). Di PT Surya Toto Indonesia dengan
pekerja berusia antara 19-52 tahun yang memiliki presentase terbesar yang
pernah mengalami kecalakaan kerja.
Faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan berdasarkan jenis kelamin
yaitu Berdasarkan hasil penelitian yang didapat dimana pekerja laki-laki lebih
banyak mengalami kejadian kecelakaan, peneliti berpendapat bahwa laki-laki
biasanya mendapatkan beban pekerjaan lebih banyak dan pekerjaan laki-laki
biasanya lebih menantang (keras) (Jaji, 2012). Di PT Surya Toto Indonesia
jenis kelamain lakilaki yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 2
orang pada tahun 2014 dan sebanyak 4 orang pada tahun 2015.
Faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan berdasarkan massa kerja
yaitu Masa kerja erat kaitannya dengan kemampuan beradaptasi antara
seorang pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Hasil penelitian
ini sejalan dengan hasl penelitian yang dilakukan oleh Jaji (2012), bahwa
kecelakaan kerja banyak terjadi pada pekerja dengan masa kerja baru yang
disebabkan karena tenaga kerja baru kurang berhati-hati dalam bekerja.
Kecelakaan kerja banyak terjadi pada pekerja
Faktor utama tingkat pendidikanresponden yang dominan adalah tingkat
pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) sebanyak 42 responden (42%),
pada penelitian ini juga dijumpai responden dengan tingkat pendidikan strata1
sebanyak 1 responden (1%). Pendidikan sangat mempengaruhi upaya
pencegahan kecelakaan saat bekerja, tingkat pendidikan seseorang
mempengaruhi cara berfikir dalam mengahadapi pekerjaan. Di PT Surya Toto
Indonesia, Tbk kecelakaan kerja dengan tingkat pendidikan rata-rata Sekolah
Menegah Atas (SMA)
Terhindarnya dari kecelakaan kerja sangatlah penting, baik bagi karyawan
dan perusahaan, kerana dapat melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dari risiko kecelakaan kerja demi kesejahteraan hidup, dan
menjamin keselamatan setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja.
Kecelakaan kerja dapat di cegah dengan aneka upaya yang ditunjukan kepada
pengamanan peralatan dan proses produksi di lapangan. Namun, peranan
tenaga kerja tidak kalah pentingnya dalam pencegahan kecelakaan kerja

1.4 Pembatasan Masalah


Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
o 1. Analisa akan dikhususkan pada pekerja yang menjadi korban
dalam kasus kecelakaan kerja.
 Penelitian berfokus pada kecelakaan yang menyebabkan luka fisik pada
pekerja.
o 3. Penelitian berfokus pada kecelakaan kerja yang terjadi pada
pekerja dibagian fabrikasi tulangan, bekisting, batching plant,
demoulding, stacking, dan pengiriman yang diambil dari tahun
2016 hingga tahun 2019.

1.5 Tujuan Tujuan


pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berpengaruh
terhadap keparahan tingkat luka yang dialami pekerja apabila terjadi
kecelakaan kerja
1.6 Manfaat
Secara umum
, manfaat penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu model yang
dapat mengklasifikasi keparahan tingkat luka yang akan dialami oleh pekerja
apabila terjadi kecelakaan kerja dan mengetahui faktor yang berpengaruh
terhadap keparahan tingkat luka pekerja jika mengalami kecelakaan kerja
guna menurunkan resiko tingkat keparahan yang berat apabila terjadi
kecelakaan kerja dimasa mendatang. Secara lebih spesifik, manfaat yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi terkait
faktor yang berpengaruh terhadap keparahan tingkat luka pada pekerja
jika terjadi kecelakaan kerja sehingga diharapkan dapat membantu
pihak perusahaan dalam mengambil tindakan dalam upaya
menurunkan keparahan tingkat luka apabila terjadi kecelakaan kerja
pada pekerja

2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan dan keselamatan kerja (K3) serta
menambah kemampuan analisis dalam memahami faktor yang
berpengaruh terhadap keparahan tingkat luka yang akan dialami
pekerja jika terjadi kecelakaan kerja.
3. Bagi Peneliti
selanjutnya Hasil penelitian dapat dijadikan referensi dalam
melakukan kajian atau penelitian dengan pokok permasalahan yang
sama dan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan langsung dengan penelitian yang dilakukan ini.

1.7 Sistematika Penulisan


Sistem penulisan yang digunakan dalam menyusun laporan ini adalah
sebagai berikut:

Bagi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan


Menambah dan melengkapi referesnsi literature bagi fakultas ilmu-ilmu
yang terkait dengan hubungan shiftkerja dengan kejadian kecelakaan kerja pada
pekerja

1.3.Pembatasan Masalah

Menurut ILO ada 3 faktor yang mempengaruhi kejadian kecelakaan kerja pada
pekerja seperti, faktor pekerja, pekerjaan dan lingkungan. Maka penelitian ini hanya
dibatasi akan mengambil kecelakaan kerja pada shift pagi dan pekerja shift malam,
karena shift kerja adalah faktor lingkungan pekerjaan yang menjadi bagian dari
penyebab kecelakaan kerja berupa unsafe condition yang menyumbang kasus
kecelakaan sebesar 50% sehingga variabel shift kerja menjadi salah satu penyebab
kecelakaan kerja yang perlu dibuktikan keeratanya perbedaannya, terutama kejadian
kecelakaan kerja pada pekerja shift pagi dan pekerja shift malam. Kuesioner diberikan
kepada kepala bagian polishing yang kemudian di isi oleh pekerja shift pagi dan pekerja
shift malam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecelakaan Kerja

2.1.1 Pengertian
Kecelakaan Kerja Kecelakaan tidak terjadi kebetulan, melainkan ada
sebabnya. Oleh karena ada penyebabnya,sebab kecelakaan harus di teliti dan
ditemukan, agar untuk selanjutnya dengan tindakan korektif yang di tujukan
kepada penyebab itu serta dengan upaya preventif lebih lanjut kecelakaan
dapat di cegah dan kecelakaan serupa tidak berulang kembali ( Dr.
Suma’mur, 2009 ). Kecelakaan adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak
diharapkan.Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat
unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan ( Dr. Suma’mur
P.K,MSC,1981 : 5 ).
Definisi kecelakaan kerja adalah setiap perbuatan atau kondisi tidak
selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan ( Dr. Bennet Silalahi, M.A.,
1995 : 22 ). Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan berhubung
dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hubungan kerja disini berarti,
bahwa kecelakaan terjadi di karenakan oleh pekerjaan atau pada waktu
melaksanakan pekerjaan ( Dr. Suma’mur P.K,MSC, 1981 : 5 ).Kecelakaan
kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan pencegahan kecelakaan merupakan
tanggung jawab para manajer lini, mandor kepala dan juga kepala urusan
( Dr. Bennet Silalahi, M.A., 1995 : 107 ), dan berdasarkan difinisi kecelekaan
kerja yang mengatakan bahwa cara menaggulanginya kecelakaan kerja
adalah a) meniadakan unsur penyebab kecelakaan dan/atau b) mengadakan
pengawasan yang ketat.Tanggung jawab pencegahan kecelakaan kerja selain
pihak perusahaan juga tenaga kerja dan pemerintah.Menteri tenaga kerja
berwenang membentuk panitia dan Pembina keselamatan dan kesehetan kerja
guna mempertimbangkan kerja sama,
saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan
tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan
kewajiban bersama dibidang keselamatan dn keehatan kerja,dalam rangka
melancarkan usaha produksi ( Undang-Undang Keselamatan Kerja
No.1,1970 Pasal 10 )

2.1.2 Landasan Hukum


1. UUD1945 Pasal 27 Ayat 2 yang menyatakan :” setiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
2. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
3. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi NO:
PER,01/MEN/1981 tentang penyakit-penyakit akibat kerja yang perlu
dilaporkan.
4. Peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No.per 02/Men/1980
tentang pemeriksaan tenaga kerja dalam menyelenggarakan keselamtan
kerja.

2.1.3 Jenis-Jenis Kecelakaan kerja

Pembagian jenis kecelakaan kerja terdapat dua permasalahan


penting, yaitu : ( Dr. Suma’mur P.K,MSC, 1981 : 5 ).

1. Kecelakaan akibat langsung pekerjaan Kecelakaan yang terjadi pada saat


tenaga kerja atau perorangan melakukan pekerjaan tersebut. Misalnya :
tenaga kerja melakukan proses pengelasan dan kemudian terjadi
kecelakaan yaitu mata terpecik api las.
2. Kecelakaan terjadi pada saat pengerjaan sedang dilakukan Kecelakaan
terjadi pada saat tenaga kerja dalam perjalanan pulang atau berangkat ke
tempat kerja.

2.1.4 Konsep Dasar


Terjadinya Kecelakaan Kerja Pada dasarnya penyebab kecelakaan
kerja dapat di kelompokkan menjadi dua, yaitu : ( Dr. Suma’mur PK,
1989 ).
1. Unsafe Action Faktor yang mempengaruhi “ perbuatan bahaya “ tersebut
dapar dipengaruhi:  Umur
 Tingkat pendidikan
 Masa kerja
 Status tenaga kerja
 Unsafe Condition
2. Factor Agent ( pekerjaan sendiri )
 Waktu kerja
 Beban kerja
 Lama kerja
 Jenis pekerjaan
 Prosedur kerja
3. Factor Environment ( lingkungan )
 Kebisingan
 Kelembaban
 Bahan kimia berbahaya dan lain

sebagainya Sebagai dasar usaha pelaksanaan K3 dalam upaya


pencapaian tujuan perusahaan yang disertai nihil kecelakaan kerja adalah adanya
teori penyebab terjadinya kecelakaan dan kerugian akibat kecelakaan kerja.
2.1.5 Penyebab Terjadinya Kecelakaan Kerja Antara Lain :

a. 1.88% Kesalahan Manusia (human error)


 kurangnya penegtahuan
 Kelalaian dan sikap meremehkan
 Kekurangmampuan peralatan dan sarana
 bekerja tanpa diberi wewenang
 Memakai jalan pintas
 tidak mematui peraturan
b. 2.10% Kondisi yang tidak aman (unsafe condition), misalnya:
 Peralatan pelindung yang tidak memenuhi syarat
 Bahan,peralatan yang rusak atau cacat
 Bising
 Terlalu sesak
 Ventilasi dan penerangan yang kurang
 housekeeping yang jelek
 pemaparan radiasi dan lain sebagainya
c. 3.2% Lain-Lain (force major), seperti :
 Gempa bumi dan peristiwa alam lainnya

2.1.6 Potensi Bahaya Potensi bahaya yang sering dialami oleh karyawan
yang

bekerja pada unit produksi PT. Teknik Tadakara Sumberkarya adalah :

 Tangan terjepit mesin bending


  Tangan atau jari terpotong mesin cutting
  Tangan kebeler insulock plat
  Kaki kejatuhan alat wiring
  Kaki kejatuhan busbar

2.1.7 Kerugian Akibat Kecelakaan, Antara Lain


1. Aspek manusia ( cost to the victim), meliputi :
 Ketegangan jiwa atau (stress)
 Sakit
 Kehilangan upah
 Mengadakan pengeluaran ekstra
 Menjadi cacat tetap dan tidak mampu bekerja
 Meninggal dunia
 Berdampak ke keluarga dan sanak saudara
 Membawa efek kedalam suasana kerja karywan yang
merasa tidak nyaman
2. Aspek financial, meliputi :
 Kehilangan pekerjaan ahli dan berpengalaman
 Kerugian produksi
 Kehilangan profit
 Pengeluran untuk menggantikan pekerja yang cacat atau meninggal
dunia dengan recruitment, traning, dan sebagainya
 Menaikkan premi asuransi
 Claim dari pihak ketiga bila dampaknya sampai keluar perusahaan

2.1.8 Klasifikasi Kecelakaan

Kerja Klasifiksi kecelakaan kerja menurut organisasi perburuan


internasional (1962) adalah sebagai berikut :

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :


 Terjatuh
 Tertimpa benda jatuh
 Tertimpa benda yang tidak bergerak
 Terjepit
 Gerakan yang melebihi kemapuan
 Pengaruh suhu tingg
i  Terkena arus listrik
 Kontak dengan bahan-bahan berbahaya dan radiasi

b. Klasifkasi menurut sifat dan kecelakaan :


 Mesin
 Alat dan angkut
 Peralatan lain
 Bahan-bahan,zat-zat,dan radiasi
 Lingkungan

c. Klasifikasi meurut sifat luka dan kelainan :


 Patah tulang
 Memar
 Luka bakar
 Keracunan
 Mati lemas
 Pengaruh listrik
 Lain-lain
d. Klasifikasi menurut letak atau luka ditubuh :
 Kepala
 Badan
 Leher
 Anggota tubuh bagian atas
 Anggota tubuh bagian bawah
 Kelainan umum

2.1.9 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Dengan melihat akibat-akibat kerugian yang ditimbulkan oleh kecelakaan


kerja,maka kecelakaan itu harus dicegah.Pencegahan kecelakaan itu didasarkan
atas pengetahuan tentang sebab-sebab kecelakaan yang terjadi.

Kecelakaan-kecelakaan kerja dapat dicegah dengan :

A. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan


mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,
kontruksi, perawatan dan pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan
cara kerja peralatan industry, tugas tugas pengusaha dan buruh,
latihan, supervise medis, PPPK, dan pemeriksaan kesehatan.
B. Standarisasi, yaitu penetapan standart-standart resmi,setengah resmi
atau tak resmi mengenai misalnya kontruksi yang memenuhi syarat-
syarat keselamatan jenis-jenis peraltan industry tertentu,praktek-
praktek keselamatan dan hygiene umum ,atau alat-alat pelindung
diri.
C. Pengawasan, yaitu pengawasan kepada para karyawan oleh
perusahaan tentang kedisiplinan dalam penerapan manajamen
keselamatan dan kesehatan kerja dan menindak tegas karyawan yang
tidak mematuhi peraturan K3 yang diterapkan oleh perusahaan
D. Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-
bahan yang berbahaya,pengujian alat-alat pelindung diri,penelitian
tentang peledakan gas dan debu atau penelahan tentang bahan-bahan
dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat dan
peralatan pengangkat lainnya.
E. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek
fisiologi dan patologis factor-faktor lingkungan dan teknologis,dan
keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan
F. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan
yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan
G. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan
yang terjadi,banyaknya,mengenai siapa saja,dalam pekerjaan apa
dan apa sebabnya.
H. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam
kurikulum teknik,sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus
pertukangan.
I. Latihan-latihan, yaitu latihan praktik bagi tenaga kerja,khususnya
tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja
J. Penggairahan, yaitu penggunaan secara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat
K. . Asuransi, yaitu insentif financial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar
oleh perusahaan ,jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik
L. Usaha keselamtan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran
utama efektif tindaknya penerapan keselamatan kerja.

2.2 Penerapan Sistem Manajemen

Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah bagian dari


sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang
dibutuhkan bagi pngembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamtan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisiensi dan produktif ( Permanaker No. per 05/Men/1996)

Sebagai upaya perusahaan untuk mencegah dan mengendalikan kerugian


yang diakibatkan kemungkinana adanya kecelakaan, kebakaran, kerusakan harta
benda, kerusakan lingkungan dan bahaya lainnya yang terjadi baik tenaga kerja
maupun perusahaan, perlu adanya suatu penerapan K3.

Penerapan K3 di PT, TEKNIK TADAKARA SUMBERKARYA di dasari


oleh :

 Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan atas


keselamatan dalam melakuakan pekerjaan untuk meningkaat kan
produksi dan produktivitas.
 Setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja perlu terjamin
keselamatannya.
 Setiap sumber-sumber produksi harus digunakan secara aman dan
efisien
 Pengurus atau pimpinan perusahaan harus diwajibkan memenuhi
dan menaati semua syarat-syarat dan kententuan keselamatan kerja
yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.
 Setiap orang yang memasuki tempat kerja diwajibkan menaati
semua peraturan dan persyaratan keselamtan kerja.
 Tercapainya kecelakaan nihil.

2.2.1 Kebijakan K3 (safety policy)


Kebijakan merupakan arah yang ditentukan oleh top manajement untuk
dipahami dan dipatuhi serta menuntut partisipasi aktif dari karyawan dalam
proses kerja yang ada diperusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai
secara maksimal.

Ketetapan kebijakan K3 selama ini yang telah diterapkan di PT. Teknik


Tadakara Sumberkarya telah mengalami beberapa kali revisi sesuai dengan
perkembangan perusahaan yang ada. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan
arah dalam usaha untuk menerapkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
keselamatan dan kesehatan kerja. Sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai,
antara lain :

a. Meningkatkan kesejahteraan dan K3 karyawan.


b. Mencegah kejadian yang merugikan perushaan akibat dari kecelakaan.
c. Semua karyawan wajib memahami,menghayati,dan bertanggung jawab
atas pelaksanaan K3 dan menjaga kebersihan lingkungan kerja.

Langkah positif yang di ambil perusahaan dalam usaha meningkatkan


kesejahteraan dan K3 karyawan serta mencegah kejadian yang merugikan
perusahaan adalah dengan menentukan pokok-pokok kebijakan K3. Sesuai
dengan nilai-nilai dasar tersebut,

a. Direksi berusaha untuk selalu meningkatkan perlindungan K3 bagi


setiap orang yang berada ditempat kerja serta mencegah adanya
kejadian dan kecelakaan yang dapat merugikan perusahaan. b.
Perusahaan menerapkan U.U.No 1/70 tentang K3, Permen
No.05/Men/1996 tentang SMK3 serta peraturan dan norma dibidang
K3.
b. Setiappimpinan atau supervise unit bertanggung jawab atas
dipatuhinya ketentuan K3 oleh setiap orang yang berada di unit
kerjanya.
c. Setiap orang yang berada ditempat kerja wajib menerapkan serta
melaksanakan ketentuan dan pedoman K3.
d. Dalam hal terjadi keadaan darurat dan/atau bencana pabrik,seluruh
karyawan wajib ikut serta melakukan tindakan penanggulangan.

Di PT. Teknik Tadakara Sumberkarya Surabaya,pelaksanaan K3


telah ditangani oleh pihak K3 secara fungsional dan dapat
memudahkan koordinasi dan control terhadap bahaya-bahaya yang
mungkin terjadi ditiap unit kerja dan bertanggung jawab atas
penerapan dan pengembangan K3 diperusahaan kepada manajamen.

2.3 Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri bukan merupakan alat untuk menghilangkan bahaya


ditempat kerja, tetapi hanya merupakan usaha pencegahan dan mengeliminer
kontak antara bahaya dan tenaga kerja sesuai dengan standart kerja yang di
perbolehkan.

Sesuai dengan undang-undang No.1 Tahun 1970, penyediaan alat


pelindung diri adalah menjadi keawajiban dan tanggung jawab bagi pengusaha
atau pimpinan perusahaan

a. Syarat-syarat alat pelindung diri


1. Memilikik daya pencegah dan memberikan peerlindungan yang
efektif terhadap jenis bahaya dihadapi oleh karyawan.
2. Kontruksi dan kemampuan harus memenuhi standar yang berlaku.
3. Efisien,ringan dan nyaman diapake.
4. Tidak menggangu gerakan-gerakan yang diperlukan.
5. Tahan lama dan pemeliharaannya mudah

b. Jenis alat pelindung diri


Untuk usaha meminimalisasi kecelakaan yang disebabkan factor
APD, tenaga kerja diwajibkan untuk memakai APD sesuai standart
denagn keadaan saat waktu bekerja saat itu. Misalnya :

a. Alat pelindung kepala (head protection/safety helmet)


Setiap bekerja harus memakai safety helmet yang
memenuhi standart guna melindungi kepala dari benturan atau
kejatuhan benda adapun contoh dari safety helmet yang sesuai
standar
b. Alat pelindung mata (eye protection)
Setiap tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan pada
tempat kerja yang memungkinkan terjadinya kecelakaan mata
harus menggunakan alat pelindung mata untuk melindungi
mata dari berbagai macam benda yang akan masuk ke mata 18
atau melindungi mata dari bahaya.adapun contoh alat
pelindung mata,
c. Alat pelindung pernafasan (respirator)
Penggunaan alat ini lebih dikhususkan pada tenaga kerja
yang melakuan pekerjaan dalam ruang tertutup (enclosed spce)
maupun terbuka
d. Alat pelindung terhadap kebisingan (ear plug)
Digunakan pada pekerjaan yang kemungkinan akan
menimbulkan suatu kebisinagn atau bunyi kontinyu tersebut
lama-kelamaan akan berpengaruh terhadap gendang
telinga,sehingga diperlukan adanya alat pelindung terhadap
kebisingan
e. Alat pelindung tangan (hand protection)
Sarung tangan sangat diperlukan semua pekerja dibagian
prosuksi agar tangan selalu terlindung dari kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja,misalnya terjepit, tergores dan lain-
lain
f. Alat pelindung kaki (safety shoes)
Setiap pekerja mutlak untuk memakai sepatu boot karet
atau bila ada memakai safety shoes,terutama bagi tenaga kerja
yang pekerjanya selalu mengangkat material yang berat.
a. Katelpak
b. sarung tangan
c. pelindung muka (face shield)

2.4 Kesehatan Kerja

a. untuk mengatasi pengaruh buruk dari kondisi-kondisi kesehatan


terhadap sector tenaga kerja atau sector produksi maka perlu
dilakukan
b. Pembinaan keahlian higien perusahaan dan kesehatan kerja dengan
lembaga nasioal.
c. Pembinaan tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan
ditingkatkan pengarahan-pengarahan tenaga kesehatan kedalam
sector produksi.
d. Diadakan pendidikan dan pelatihan (traning) kepada karyawan
tentang pentingnya kesehatan kerja dalam meningkatkan
produktivitas tenaga kerja.
e. Mengoptimalkan peranan pelayanan kesehatan kerja (PKK) yang
ada diperusahaan.

2.5 Statistik Kecelakaan Kerja

Stastistik akibat kecelakaan kerja meliputi kecelakaan pada waktu


menjalankan pekerjaan,penyakit-penyakit akibat kerja,atau yang berakibat
kematian.

Sesuai dengan tujuan perusahaan yang ada,dalam usaha mengukur


keberhasilan penerapan K3 di perusahaan digunakan beberapa parameter sebagai
berikut: ( Dr. Suma’mur P.K, 1981 )

2.5.4 Alat- Alat Yang Di gunakan Untuk Megevaluasi Masalah Tentang


Kecelakaan Kerja

Evaluasi teerhadap kecelakaan diperusahaan harus mampu mejawab apa


yang menjadi agar penyebab dari kecelakaan tersebut.Berkaitan dengan ini,kita
dapaat menggunakan alat-alat yang sederhana yang telah popular
1. Diagram pareto
Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian.masalah yang paling banyak
terjadi ditunjukkan oleh gfrafik batang pertama yang paling tinggi
serta ditempatkan pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai masalah
paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terkhir yang
rendah serta ditempatkan disisi paling kanan pada dasarnya diagram
pareto dapat digunakan sebagai alat interprestasi untuk :
 Menentukan frequency relative dan urutan pengting nya urutan-urutan
masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yng ada.
 Memfokuskan perhatuian pada isu-isu kritis dan pentingnya melalui
pembuatan rangking terhadap masalah-masalah atau penyebab dari
masalah itu dalam bentuk signifikan.

Pada dasarnya diagram pareto terdiri dari dua jenis yaitu:


a. Diagram pareto mengenai fenomena,diagram ini berkaitan dengan
hasil-hasil yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui
apa masalah yang ada.
b. Diagram pareto mengenal penyebab,Diagram ini berkaitan dengan
penyebab dalam proses dan dipergunakan dalam proses untuk
mengetahui apa penyevbab utama dari masalah yang ada

2. Diagram Sebab Akibat


1. Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan
antara sebab dan akibat.Diagram sebab-akibat dipergunakan
untuk menunjukkan factor-faktor penyebab (sebab) kecelakaan
dan karakterristik dari kecelakaan (akibat) yang disebabkan
oleh factor-faktor penyebab itu.Diagaram sebab akibat ini
sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone
diagram),karena bentuknya seperti kerangka ikan.Pada
dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk
kebutuhan-kebutuhan berikut:
 Membantu identifikasi akar penyebab dari suatu masalah K3.
 Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu
masalah K3.
 Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih
lanjutberkaitan dengan masalah K3 itu sendiri.

2. Berdasarkan data yang di dapatkan pada bagian divisi listrik


merupakan bagian yang paling banyak mengalami kecelakaan.
Jenis kecelakaan yang banyak terjadi adalah tergores isulock
plat. Penyebab terjadi kecelakaan disebab kan oleh beberapa
faktor yaitu.
Manusia peyebab utama terjadi nya kecelakaan kerja disebabkan oleh faktor
manusia. Kecelakaan yang di sebabkan manusia antara lain :

 Tidak menggunakan alat pelindung diri berupa sarung tangan. Sarung


tangan ini sangat penting sekali digunakan oleh pekerja pada divisi listrik
guna melindungi tangan berbagai macam jenis pekerjaan yang di lakukan
untuk menghindari goresan pada saat melakukan proses produksi.
 Kelelahan di akibat kan karena kurangnya istirahat. Hal ini akan
meyebabkan pekerja akan kurang teliti dalam melakukan suatu pekerjaan.
24 Dengan istirahat yang cukup, akan memberikan kondisi fisik pekerja
menjadi fit dan lebih baik lagi sehingga menghasilkan produk yang baik
dan memperkecil terjadinya kecelakaan pada pekerja itu sendiri.
 Kelalaian pekerja akan meneybabkan terjadinya kecelakaan seperti halnya
tidak mengindahkan peringatan-peringatan tanda bahaya yang dibuat oleh
perusahaan. Hal ini memang sepele tetapi pekerja tetap melakukan hal
tersebut sehingga kecelakaan kerja tetap akan terjadi
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Teori

3.1.1 Definisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 )

Menurut Mangkunegara, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu


pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur

Menurut Suma’mur (1981: 2), keselamatan kerja merupakan rangkaian


usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Simanjuntak (1994), keselamatan kerja adalah kondisi


keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita
bekerja yang mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan
keselamatan, dan kondisi pekerja

Mathis dan Jackson, menyatakan bahwa keselamatan adalah merujuk pada


perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.

Menurut Ridley, John (1983), mengartikan kesehatan dan keselamatan


kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi
pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar
pabrik atau tempat kerja tersebut. Jackson, menjelaskan bahwa kesehatan dan
keselamatan kerja menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan
psikologis

Lalu Husni, 2003: 138, ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan
keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di
tempat kerja

3.1.2 Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap
pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai
agama
Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah
peraturan perundangan-undangan dibidang keselamatan dan kesehatan
kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids
Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak
memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.
Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan
kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air
maupun udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia.

3.1.3 Tujuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang
tidak dapat diduga. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kondisi yang
tidak membawa keselamatan kerja, atau perbuatan yang tidak selamat.
Kecelakaan kerja dapat didefinisikan sebagai setiap perbuatan atau
kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan 34 kecelakaan.
Berdasarkan definisi kecelakaan kerja maka lahirlah keselamatan dan
kesehatan kerja yang mengatakan bahwa cara menanggulangi
kecelakaan kerja adalah dengan meniadakan unsur penyebab
kecelakaan dan atau mengadakan pengawasan yang ketat. (Silalahi,
1995)
Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan
mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan terjadinya
kecelakaan. Fungsi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
mengungkapkan sebab-akibat suatu kecelakaan dan meneliti apakah
pengendalian secara cermat dilakukan atau tidak
Menurut Mangkunegara (2002, p.165) bahwa tujuan dari
keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-
baiknya selektif mungkin.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan gizi pegawai. e. Agar meningkatkan kegairahan,
keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
e. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
lingkungan atau kondisi kerja.
f. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

3.1.4 Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja


Menurut Bennett dalam Santoso (2004) terdapat empat faktor
bergerak dalam satu kesatuan berantai yang dapat menyebabkan
kecelakaan, yaitu : lingkungan, peralatan, bahaya dan manusia. Ada
beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan
gangguan kesehatan pegawai (Mangkunegara, 2001) diantaranya yaitu
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
o Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang
berbahaya yang kurang diperhitungkan
keamanannya.
o Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
o Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada
tempatnya.

2. Pengaturan Udara

a. Pergantian udara di ruang kerja yang


tidak baik.
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan
pengaturannya
3. Pengaturan Penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak
tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya

4. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai

a. Kerusakan alat indera dan stamina pegawai yang tidak stabil.


b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh,
cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja
rendah, sikap pegawai yang ceroboh dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang
membawa resiko bahaya.

Menurut Dessler (1997), ada tiga alasan dasar kecelakaan di tempat kerja yaitu :

1. Kejadian yang bersifat kebetulan. 2.


2. Kondisi tidak aman : 36
a. Peralatan pelindung yang tidak memadai.
b. Peralatan rusak.
c. Prosedur yang berbahaya dalam, pada, atau disekitar mesin
atau peralatan.
d. Gudang yang tidak aman, sumpek dan terlalu penuh.
e. Penerangan yang tidak memadai. f. Ventilasi tidak
memadai.

3. Tindakan-tindakan yang tidak aman yang dilakukan karyawan :


a. Membuang bahan-bahan
b. Beroperasi atau bekerja dengan kecepatan yang tidak aman.
c. Membuat peralatan keamanan tidak beroperasi dengan baik.
d. Menggunakan peralatan yang tidak aman.
e. Menggunakan prosedur yang tidak aman.
f. Mengambil posisi tidak aman.
g. Mengangkat secara tidak tepat.
h. Pikiran kacau, gangguan, penyalahgunaan, kaget, berselisih

3.1.5 Faktor – Faktor Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja


(occupational accident)
adalah sebuah kejadian atau peristiwa yang berasal dari, atau
terjadi dalam, rangkaian pekerjaan yang berakibat cedera fatal (fatal
occupational injury) dan cedera tidak fatal (non-occupational injury).
Menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Tenaga Kerja, Kecelakaan Kerja adalah “kecelakaan yang
terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang
timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan
pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui.
Seringkali, kecelakaan kerja dipahami sebagai kejadian yang
mendadak, terjadi diluar

kendali seseorang dan tidak diharapkan/tidak disengaja. Berikut


merupakan faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja :

3.1.5.1 Faktor Teknis

a. Tempat Kerja

Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja, seperti


ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu tempat kerja,
lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan ruang, pewarnaan, gudang dan lain
sebagainya.Jika tempat kerja tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan,
maka kecelakaan kerja sangat mungkin terjadi.

b. Kondisi Peralatan
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung
bahaya dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya karena
mesin atau peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan, bergerak bolak-
balik, belt atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak, transmisi
serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin dan perlatan yang potensial
menyebabkan kecelakaan kerja harus diberi pelindung agar tidak
membahayakan operator atau manusia
c. Bahan-bahan dan peralatan yang bergerak
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya
(mudah meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat yang
lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan kerja. Untuk menghindari
kecelakaan kerja tersebut, perlu dilakukan pemikiran dan perhitungan
yang matang, baik metode memindahkannya, alat yang digunakan, jalur
yang akan di lalui, siapa yang bisa memindahkan dan lain sebagainya.
Untuk bahan dan peralatan yang berat diperlukan alat bantu seperti
forklift. Orang yang akan mengoperasikan alat bantu ini harus mengerti
benar cara menggunakan forklift, karena jika tidak, kemungkinan akan
timbul kesalahan dan mengancam keselamatan lingkungan maupun tenaga
kerja lainnya.
d. Transportasi
Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat
transportasi juga cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak tepat
(asal-asalan), beban yang berlebihan (overloading), jalan yang tidak baik
(turunan, gelombang, licin, sempit), kecepatan kendaraan yang berlebihan,
penempatan beban yang tidak baik, semuanya bisa berpotensi untuk
terjadinya kecelakaan kerja. Upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas,
diantaranyaadalah memastikan jenis transportasi yang tepat dan aman,
melaksanakan operasi sesuai dengan standart operational procedure
(SOP), jalan yang cukup, penambahan tandatanda keselamatan,
pembatasan kecepatan, jalur khusus untuk transportasi (misal dengan
warna cat) dan lain sebagainya.
e. Tools (Alat)
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat
mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua
kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja dapat
mengakibatkan kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alatalat yang
sudah tua dan melakukan kualitas kontrol pada alat-alat yang ada di
tempat kerja

3.1.5.2 Faktor Non-Teknis

a. Ketidaktahuan

Dalam menjalankan mesin-mesin dan peralatan otomotif diperlukan


pengetahuan yang cukup oleh teknisi. Apabila tidak maka dapat menjadi
penyebab kecelakaan kerja. Pengetahuan dari operator dalam menjalankan
peralatan kerja, memahami karakter dari masingmasing mesin dan sebagainya,
menjadi hal yang sangat penting, mengingat apabila hal tersebut asal-asalan,
maka akan membahayakan peralatan dan manusia itu sendiri.

b. Kemampuan
yang kurang Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan
untuk proses produksi dan proses maintenance atau perawatan. Orang
yang memiliki kemampuan tinggi biasanya akan bekerja dengan lebih
baik serta memperhatikan faktor keselamatan kerja pada pekerjannya.
Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah kemampuan akan menjadi lebih
baik.
c. Ketrampilan
yang kurang Setelah kemampuan pengetahuan teknisi baik, maka
diperlukan latihan secara terus-menerus.Hal ini untuk lebih selalu
mengembangkan ketrampilan gunasemakin meminimalkan kesalahan
dalam bekerja dan mengurangi angka kecelakaan kerja.Di dunia
keteknikan, kegiatan latihan ini sering disebut dengan training.
d. Bermain-main
Karakter seseorang yang suka bermain-main dalam bekerja, bisa
menjadi salah satu penyebab terjadinya angka kecelakaan kerja.
Demikian juga dalam bekerja sering tergesa-gesa dan sembrono juga bisa
menyebabkan kecelakaan kerja.Oleh karena itu, dalam setiap melakukan
pekerjaan sebaiknya dilaksanakan dengan cermat, teliti, dan hati-hati
agar keselamatan kerja selalu bisa terwujud. Terlebih lagi untuk
pekerjaan yang menuntut adanya ketelitian, kesabaran dan kecermatan,
tidak bisa dilaksanakan dengan berkerja sambil bermain.
e. Bekerja tanpa peralatan
keselamatan Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan
peralatan keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja dirancang
untuk melindungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari pekerjaan
yang baru dilaksanakan. Dengan berkembangnya teknologi, saat ini telah
dibuat peralatan keselamatan yang nyaman dan aman ketika 40
digunakan.Perlatan keselamatan tersebut diantaranya pakaian kerja
(wearpack), helm pengaman, kacamata, kacamata las, sarung tangan,
sepatu kerja, masker penutup debu, penutup telinga dari kebisingan, tali
pengaman untuk pekerja di ketinggian dan sebaginya. Terkadang orang
yang sudah merasa mahir justru tidak menggunakan peralatan
keselamatan, misal dalam mengelas tidak menggunakan topeng las. Hal
ini sangatlah salah, pekerja yang mahir dan profesional justru selalu
menggunakan peralatan keselamatan kerja untuk menjaga kualitas
pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan kesehatan dirinya selama
bekerja

3.1.5.3 Faktor Alam

a. Gempa bumi

Meskipun setiap perusahaan/industri telah menerapakan keselamatankerja


sesuai standar untuk meminimalisir angka kecelakaan kerja, namun faktor alam
sangat sulit diprediksi. Gempa bumi dapat mengakibatkan kecelakaan kerja
dengan menghancurkan tempat perusahaan /industri berada akibat pergerakan
tanah atau patahan lempeng bumi secara tektonik maupun vulkanik dan dapat
menimbulkan kerugian materi dan korban jiwa yang besar dan akan bertambah
jika gempa bumi tersebut juga disusul dengan tsunami.

b.Banjir

Banjir bandang juga dapat berpengaruh terhadap keselamatan kerja,


terlebih perusahaan berada dekat dengan aliran air. Air banjir selain dapat
merendam peralatan dan mesin produksi serta dapat menimbulkan kerusakan dan
konsleting listrik juga dapat menghanyutkan para pekerja/operator

c.Tornado/Puting Beliung

Tornado/puting beliung merupakan kolom udara yang berputar kencang


yang membentuk hubungan antara awan cumulonimbus atau dalam kejadian
langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah dan rata-rata memiliki
kecepatan 117km/jam dengan jangkauan 75 m sampai beberapa kilometer
sebelum menghilang.

3.1.6 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja

Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W.


Heinrich, maka terdapat berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di
tempat kerja, antara lain :

1. Pengendalian Bahaya Di Tempat Kerja :

a. Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman


b. Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman

2. Melalui Pembinaan dan Pengawasan :

a. Pelatihan dan Pendidikan.


b. Konseling dan Konsultasi.
c. Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi
3.Melalui Sistem Manajemen :
a. Prosedur dan Aturan
b. Penyediaan Sarana dan Prasarana
c. Penghargaan dan Sanks

3.1.7 Penggolongan Kecelakaan Kerja


Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kecelakaan
akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan

3.1.7.1 Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan Kerja


a. Terjatuh
b. Tertimpa benda
c. Tertumbuk atau terkena benda-benda
d. Terjepit oleh benda
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan
f. Pengaruh suhu tinggi
g. Terkena arus listrik
h. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi

3.1.7.2 Klasifikasi Menurut Penyebab

a. Mesin, misalnya: mesin pembangkit tenaga listrik, mesin


penggergajian kayu, dan sebagainya.
b. Alat angkut, misalnya: alat angkut darat, udara, dan alat
angkut air.
c. Peralatan lain, misalnya : dapur pembakar dan pemanas,
instalasi pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya.
d. Bahan-bahan, zat-zat, dan radiasi, misalya : bahan peledak,
gas, zat-zat kimia, dan sebagainya.
e. Lingkungan kerja (di luar bangunan, di dalam bangunan
dan di bawah tanah).
f. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas.

3.1.7.3 Klasifikasi Menurut Luka atau Kelainan

a. Patah tulang
b. Dislokasi (keseleo)
c. Regang otot (urat)
d. Memar dan luka dalam yang lain
e. Amputasi
f. Luka di permukaan 43
g. Gegar dan remuk
h. Luka bakar
i. Keracunan-keracunan mendadak
j. Pengaruh radiasi
k. Lain-lain

3.1.7.4 Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh

a. Kepala
b. Leher
c. Badan
d. Anggota atas
e. Anggota bawah
f. Banyak tempat
g. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut.
Dari klasifikasi-klasifikasi tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
penyebab kecelakaan kerja bersifat jamak, karena pada kenyataannya kecelakaan
akibat kerja biasanya tidak hanya satu faktor, tetapi banyak faktor.

3.2 Tinjauan Praktek

3.2.1 Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Sistem Manajemen K3 (SMK3) didefinisikan sebagai "bagian dari sistem


manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan
bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan
kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien, dan produktif" (Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER.
05/MEN/1996).

3.2.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ( K3 ) PT Pos Indonesia

3.2.2.1 Visi

Menjadi pemimpin pasar di Indonesia dengan menyediakan


layanan suratpos , paket, dan logistik yang handal serta jasa
keungan yang terpercaya.

3.2.2.2 Misi

a. Berkomitmen kepada pelanggan untuk menyediakan


layanan yang selalu tepat waktu dan nilai terbaik,
b. Berkomitmen kepada karyawan untuk memeberikan iklim
kerja yang aman, nyaman, dan menghargai kontribusi,
c. Berkomitmen kepada pemegang saham untuk memberikan
hasil usaha yang menguntungkan dan terus bertumbuh,
d. Berkomitmen untuk berkontribusi positif kepada
masyarakat,
e. Berkomitmen untuk berperilaku transparan dan terpercaya
kepada seluruh pemangku kepentingan.

3.2.2.3 Kewajiban

PT Pos Indonesia ( persero ) menyadari tanggung jawab moral dan


hukum untuk menyediakan tempat dan lingkungan kerja yang
aman dan sehat untuk pekerja , kontraktor, pelanggan, dan
pengunjung. Komitmen ini termasuk untuk menjamin bahwa
operasi perusahaan tidaak menempatkan masyarakat sekitar pada
resiko edera sakit atau kerusakan barang.
3.2.2.4 Tanggung Jawab Manajemen

Setiap wakil menejemen bertanggung jawab mengimplementasikan


kebijakan ini pada area yang menjadi tanggung jawabnya . hal itu
diukur melalui tinjauan kinerja tahunan mereka. Menejemen
bertanggung jawab untuk :

a. Menyediakan dan memelihara tempat kerja dalam


kondisi yang aman dan sehat,
b. b. Terlibat dalam pengembangan, promosi, dan
penerapan kebijakan dan prosedur K3,
c. Melatih pekerja mengenai cara bekerja yang aman
dan sehat dalam melaksanakan tugasnya,
d. Menyediakan sumber daya untuk memenuhi
komitmen k3.

3.2.2.5 Tanggung Jawab Karyawan

a. Mengikuti semua kebijakan dan prosedur K3,


b. Melaporkan semua bahaya/resiko yang diketahui kepada
supervisor atau manajer yang pertama ditemuinya.

3.2.2.6 Penerapan kebijakan

Kebijakan ini diterapkan untuk PT Pos Indonesia (persero) di


semua operasi dan unit kerja, termasuk untuk kondisi di mana
pekerja bekerja di luar tempat kerja / lapangan.

3.2.3 Peran dan Tanggung Jawab K3 PT Pos Indonesia ( Persero )

3.2.3.1 Tujuan

Tujuan utama K3 adalah mencegah, mengurahi bahkan


menghilangkan risiko kecelakaan di PT Pos Indonesia (Persero).
Maksud utama di butuhkanya K3 adalah untuk mencegah
terjadinya cacat/kematian pada karyawan, mencegah kerusakan
tempat, dan peralatan kerja, mencegah pencemaran lingkungan dan
masyarakat di sekitar kantor PT Pos Indonesia (Persero), dan
norma kesehatan kerja di harapkan menjadi instrumen yang
menciptakan dan memelihara derajat kesehatan kerja.

3.2.3.2 Ruang Lingkup


Prosedur ini meliputi sasaran tanggung jawab K3 pada beberapa
tingkatan menejerial di dalam PT Pos Indionesia (Persero).

3.2.3.3 Tanggung Jawab

Setiap tingkatan menejerial dalam PT Pos Indonesia (Persero)


berkewajiban melaksanakan tanggung jawab K3-nya masing-
masing sebagaimana yang telah ditetapkan dalam prosedur ini.

3.2.3.4 Prosedur

1. Menejemen Senior :

a. Secara formal menyetujui prosedur K3.


b. Meninjau keseluruhan kinerja K3 dalam PT Pos Indonesia
(Persero)
c. Berpartisipasi jika di perlukan dalam penyeslesaian K3.
d. Meninjau kecelakaan/insiden serius dan memantau tidakan
perbaikan.
e. Meninjau kinerja K3 dari menejemen mennengah.
f. Menjamin kesesuaian perusahaan dengan perundangan K3

2. Menejemen Menengah :

a. Menjamin semua tindakan yang diambil sesuai diambil


untuk menerapkan kebijakan K3, Prosedur K3 dan
Persyaratan perundangan.
b. Memantau kinerja K3 dalam area yang menjadi tanggung
jawabnya.
c. Menerima loporan kinerja K3 dari supervisor.

3. Supervisor :

a. Menerapkan kebiijakan K3, prosedur K3 dan persyaratan


perundang-undangan.
b. Memantau kinerja K3 dalam area yang menjadi tanggung
jawabnya.
c. Berpartisipasi jika di perlukan dalam penyelesaian masalah
K3.
d. Menyelidiki semua kecelakaan dalam area yang menjadi
tanggung jawabnya.
e. Secara aktif memantau tempat kerja untuk memastikan
karyawan menjalan kan prosedur K3 yang telah di
tentukan.

4. Karyawan :
a. Memenuhi semua prosedur kerja yang aman sesuai dengan
instruksi kerja.
b. Mengambil tindakan yang pantas bagi diri mereka dan
orang lain yang terpengaruh oleh tindakan mereka

Untuk mempermudah memahami tugas dan tanggung jawab dari setiap


posisi di PT Pos Indonesia ( Persero ), berikut ini disajikan bagan organisasi
penanganan keadaan darurat di PT Pos Indonesia ( Persero ) dan Pengelola K3 PT
Pos Indonesia ( Persero )

3.2.4 Keputusan Direksi PT Pos Indonesia ( Persero )

Untuk menciptakan rasa aman dan nyaman karyawan serta terjaminya


kesehatan karyawan dan keluarga karyawan PT Pos indonesia ( Persero ) serta
pemeliharaan kesehatan diselenggarakan dalam upaya membantu karyawan dalam
memelihara kesehatan untuk mewujudkan karyawan yang sehat dan produktif, PT
Pos Indonesia ( Persero ) telah mengatur dan memberikan peemeliharaan
kesehatan karyawan dan keluarganya dengan cara swakelola bekerja sama dengan
klinik , Rumah sakit, dan Laboratorium. Untuk itu di keluarkan KD.79
/DIRUT/0316 tentang PEMELIHARAAN KESEHATAN KARYAWAN di PT
POS INDONESIA ( PERSERO ) yang menetapkan :

a. Pelayanan kesehatan bagi karyawan PT Pos Indonesia ( Persero ) dan


keluarganya yang semula di lakukan swakelola , terhitung 1 April
2016 dilaksanakan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
( BPJS ) Kesehatan.
b. Kepesertaan karyawan dan keluarganya pada BPJS kesehatan untuk
pellayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dengan BPJS
murni.
c. Iuaran BPJS Kesehatan bagi karyawan sepenuhnya ditanggung
Perusahaan.
d. Jenis layanan /kategori layanan kesehtan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama, kriteria kondis gawat darurat, pelayanan rehabilitasi
dan tahapan rujukan berobat mengacu kepada ketentuan BPJS
Kesehatan.
e. Pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Lanjutan dilakukan
dengan pola coordination of benefit ( COB ) antara perusahaan
dengan Rumah sakit, dimana BPJS Kesehatan sebagai penjamin
pertama dan PT Pos Indonesia (Persero) sebagai penjamin kedua.
f. Selisih biaya atas COB di Rumah sakit setelah dikuraang baiaya yang
menjadi tanggungan BPJS Kesehatan, akan menjadi beban perusahaan
sebesar 90% dan menjadi beban karyawan yang bertalian sebesar
10%, kecuali meninggal dunia di rumah sakit makan 100%
ditanggung perusahaan.
g. Untuk kasus-kasus tertentu, diamana tidak terdapat Fasilitas
Kesehatan Lanjutan yang bekerja sama dengan Perusahaan, namun
dirujuk oleh Fasilitas Kessehatan Tingkat Pertaman BPJS Kesehatan,
maka di mungkinkan dilakukan restitusi biaya pengobatan.
h. Selisih biaya yang tidak di tanggung BPJS Kessehatan akibat diktum
diatas ,maka sebesar 90% menjad beban perusahaan dan sisanya
menjadi beban karyawan, kecuali jika karyawan meninggal, 100%
biaya di tanggung perusahaan.
BAB I V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian mengenai pengaruh dan pelaksanaan program Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3) terhadap produktivitas tenaga kerja pada proyek konstruksi yang
telah dilakukan melalui penyebaran kuesioner dengan respondennya adalah tenaga
kerja yang sedang menangani proyek konstruksi di wilayah Surakarta dan Yogyakarta,
diperoleh beberapa kesimpulan.

5.2 Saran

Setelah penulis melaksanakan penelitian tugas akhir tentang pengaruh


pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap produktivitas
tenaga kerja pada proyek konstruksi di wilayah Surakarta dan Yogyakarta ada beberapa
hal yang dapat dijadikan saran penulis untuk pembaca sekalian yang mungkin dapat
dijadikan pertimbangan dan masukan di masa mendatang, yakni :

i. Agar penelitian ini lebih akurat di masa mendatang, hendaknya peneliti


selanjutnya dapat menambah variasi aspek pelaksanaan program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), menambah responden, memperluas
wilayah penelitian.
ii. Mengingat pentingnya pengaruh pelaksanaan program Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap produktivitas tenaga kerja, maka di masa
mendatang sangat diharapkan perusahaan jasa konstruksi/kontraktor dapat
lebih menerapkan pelaksanaan program ini untuk mengurangi angka
kecelakaan kerja
iii. Setiap penyedia jasa konstruksi hendaknya memberikan pelatihan
program Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3) secara berkala sehingga
tersedia tenaga ahli di setiap proyek konstruksi.
iv. Pemerintah hendaknya mengeluarkan peraturan mengenai standar
pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang lebih baru
dan lebih jelas agar pelaksanaan program ini dapat berjalan dengan baik
DAFTAR PUSTAKA

Endroyo, Bambang., 2006, Peranan Manajemen K3 dalam Pencegahaan Kecelakaan


Kerja, Jurnal Teknik Sipil Volume III No. 1 Januari 2006, UNNES

Ervianto, Wulfram I., 2005, Manajemen Proyek Konstruksi, Andi, Yogyakarta Asiyanto,
2005, Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi, Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta

Ervianto, Wulfram I., 2002, Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi, Yogyakarta

Ervianto, Wulfram I., 2004, Teori-Aplikasi Manajemen Proyek Konstruksi, Penerbit Andi,
Yogyakarta.

Handoko, Hani T., 1984, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Penerbit
BPFE, Yogyakarta.

Ridley, John., 2008, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Erlangga, Jakarta

Trihendradi, C., 2010, Step by Step SPSS 18 Analisis Data Statistik, Penerbit ANDI,
Yogyakarta.

Walpole., R.E., 1995, Pengantar Statistika, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Kaming, P.F., Olomolaiye, P.O., Holt, G.D., Harris, F.C., 1997, Factors Influencing
Craftmen’s Productivity in Indonesia, International Journal of Project Management.

Soeharto, Imam, 1990, Manajemen Proyek Industri, Penerbit Erlangga, Jakarta

Soeharto, Imam, 1995, Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Industri Operasional,
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Santoso, Singgih, 2000, SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai