Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
ROBANI
SANDHEA KUSUMA
ULUL FADHLI RAHIM
VINA FEBRIANI NINGSIH
WIDYA FEBIOLA
A. Latar belakang
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti,
2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati &
Hartono, 2012).
Halusinasi yang paling banyak diderita adalah halusinasi pendengaran mencapai lebih
kurang 70%, sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringkat kedua dengan rata-rata
20%. Sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengucapan, penghidu, perabaan,
kinesthetic, dan cenesthetic hanya meliputi 10%,(Muhith, 2015).Menurut Videbeck (2008)
dalam Yosep (2009) tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu pasien tampak
berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri, menutup telinga karena pasien
menganggap ada yang berbicara dengannya.
Pada pasien gangguan jiwa dengan dengan kasus skizofrenia selalu diikuti dengan
gangguan persepsi sensori, halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien
menjadi menarik diri terhadap lingkngan sosialnya, hanyut dengan kesendirian dan
halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Dampak yang dirasakan oleh keluarga dengan adanya anggota keluarga mengalami halusinasi
adalah tingginya beban ekonomi, beban emosi keluarga, stress terhadap perilaku pasien yang
terganggu, gangguan dalam melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari dan keterbatasan
melakukan aktifitas. Beban sosial ekonomi diantaranya adalah gangguan dalam hubungan
keluarga , keterbatasan melakukan aktifitas sosial, pekerjaan, dan hobi , kesulitan finansial,
dan dampak negatif terhadap kesehatan fisik keluarga. Beban psikologis menggambarkan
reaksi psikologis seperti perasaan kehilangan, sedih, cemas dan malu terhadap masyarakat
sekitar, stress menghadapi gangguan perilaku dan frustasi akibat perubahan pola interaksi
dalam keluarga (Ngadiran, 2010).
Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan therapy aktifitas kelompok (TAK)
klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya, tentu saja klien yang mengikuti terapi ini adalah klien yang sudah
mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat berkerja sama dan
tidak mengganggu anggota kelompok yang lain.
B. Tujuan ujuan
1. Tujuan umum
d. Klien dapat melaksanakan cara baru yang dipilih untuk mengontrol halusinasinya
2. Jadwal kegiatan harian (jika ada yang dibuat saat TAK) sebelumya
E. Metode
1. Dinamika kelompok
F. Setting Tempat
L CL
P O
F P
P F
G. Pembagian tugas
1. Leader
Tugas:
2. CO leader
Tugas:
a. Membuka acara
b. mendapingi leader
3. fasilitator
tugas:
a. memberikan stimulus dan memotifator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti
jalan terapi
4. Observer
Tugas:
a. Mengobservasi jalannya kegiatan
b. Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama kegiatan
berlangsung (dicatat pada format yang tersedia)
H. Pasien
1. Kriteria pasien
I. Susunan Pelaksanaan
a. Leader
b. CO leader
c. Fasilitator
d. Observer
2. Pasien peserta TAK sebagai berikut:
e. Jika ingin mengajukan atau menjaab pertanyaan, pserta mengangkat tangan kanan dan
berbicara setelang dipersilahkan oleh pembimbing
f. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai
g. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun TAK belum selesai, maka
pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
a. Apabila ada klien yang sudah bersedia mengikuti TAK, namun pada saat pelaksanaan
TAK tidak bersedia, maka langkah yang di ambil adalah: mempersiapkan klien
cadangan yang telah diseleksi sesuai dengan criteria dan telah disepakati oleh anggota
kelompok lainnya
b. Apabila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan, leader memberitahukan
kepada anggota TAK bahwa perilaku kekerasan tidak boleh dilakukan
c. Apabila dalam pelaksaan dalam anggota kelompok ada yng tidak mentaati tata tertib
yang telah disepakati, maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih dahulu, dan bila
masih tidak kooperatif maka dikeluarkan dari kegiatan.
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI
SESI I: MENGENAL HALUSINASI
A. Definisi / Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaaan
atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Damaiyanti,
2012).Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati &
Hartono, 2012).
B. Tujuan
C. Setting
D. Alat
1. Sound system
2. Spidol
E. Metode
1. Diskusi
2. Tanya jawab
F. Langkah-langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi:
Halusinasi
2. Orientasi
c. Kontrak
b) Jika ada klien yang mau meninggalkan kelompok harus meminta izin pada terapis
3. Kerja
a. Terapi memperkenalkan diri (nama, dan nama paggilan) terapi meminta klien
memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan, dimulai dari klien yang
berada di sebelah kiri terapis, searah jarum jam
b. Terapis menjelaskan yang akan dilaksanakan, yaitu masing-masing klien membagi
pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan menceritakan.:
1) Isi halusinasi
2) Waktu terjadinya
3) Frekuensi halusinasi
4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi.
c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan dimulai dari
klien yang ada disebelah kiri terapis, seterusnya bergiliran searah jarum jam.
d. Saat seorang klien menceritakan halusinasi, setelah cerita selesai terapis
mempersilahkan klien lain untuk bertanya sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan.
e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran.
4. Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapi membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu belajar
mengontrol halusinasi.
H. Pengorganisasian
1. Terapis TAK
a. Leader
Tugas:
b. CO leader
Tugas :
• Membuka acara
• mendapingi leader
Tugas :
e. Jika ingin mengajukan atau menjaab pertanyaan, pserta mengangkat tangan kanan dan
berbicara setelang dipersilahkan oleh pembimbing
f. Peserta dilarang keluar sebelum acara TAK selesai
g. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun TAK belum selesai, maka
pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK
Fitria, N, 2010, “ Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksnaan tindakan,