Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

1. Pokok Bahasan : Perawatan klien gangguan jiwa di rumah


2. Sub Pokok Bahasan : Perawatan klien gangguan jiwa dengan gangguan
persepsi sensori: Halusinasi
3. Sasaran : Keluarga Tn. S.H
4. Waktu : 10.00 Wita - Selesai
5. Hari/tanggal : Jum’at, 28 Juni 2019
6. Tempat : Rumah Keluarga Tn. S.H

A. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan instruksi umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, keluarga diharapkan
dapat mengerti tentang perawatan klien dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi.
2. Tujuan instruksi khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, keluarga diharapkan mampu:
a. Memahami mengenai pengertian halusinasi.
b. Memahami mengenai jenis halusinasi.
c. Memahami mengenai penyebab halusinasi.
d. Memahami mengenai tanda dan gejala halusinasi.
e. Memahami mengenai akibat halusinasi.
f. Memahami mengenai cara mengontrol halusinasi.
g. Memahami mengenai cara merawat pasien dengan halusinasi.

B. Sasaran
Sasaran dari penyuluhan ini adalah keluarga Tn. S.H.

C. Pengorganisasian
Presentator : Reditya Natarianto, S.Kep
Fasilitator : Sita Andriani, S.Kep dan Wiwin Nafisyah, S.Kep

1
Dokumentasi : Tegar Silowrobai Purba, S.Kep

D. Garis Besar Materi


1. Pengertian halusinasi.
2. Jenis halusinasi.
3. Penyebab halusinasi.
4. Tanda dan gejala halusinasi.
5. Akibat halusinasi.
6. Cara mengontrol halusinasi.
7. Cara merawat pasien dengan halusinasi.

E. Pelaksanaan Kegiatan
No. Tahap Kegiatan Kegiatan Peserta Waktu
1. Pembukaan
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 5 menit
2. Menyampaikan tujuan 2. Menyatujui tujuan
penyuluhan penyuluhan
3. Kontrak waktu 3. Menyetujui kontrak waktu
yang ditentukan
2. Penyajian Materi
1. Menjelaskan tentang 1. Mendengarkan dan 20
masalah gangguan persepsi memperhatikan penjelasan menit
sensori: halusinasi Penyuluh
2. Memberikan kesempatan 2. Aktif bertanya
untuk bertanya
3. Menjawab pertanyaan 3. Mendengarkan penjelasan
peserta
3. Penutup
1. Melakukan evaluasi 1. Menjawab pertanyaan yang 5 menit
diberikan
2. Salam penutup 2. Menjawab salam

2
F. Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang digunakan, yaitu ceramah dan tanya jawab.

G. Media
Media yang digunakan adalah leaflet

H. Setting Tempat

1 4 Keterangan gambar:
3 1. Penyaji
3
2 2 2. Peserta
3. Fasilitator
4. Dokumentasi

I. Evaluasi
1. Struktur
Media yang digunakan dalam penyuluhan adalah menggunakan
leaflet. Penyaji membagikan leaflet kepada keluarga klien.
2. Proses Penyuluhan
Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Keluarga antusias terhadap materi penyuluhan. Keluarga
tidak meninggalkan tempat selama acara berlangsung. Keluarga dapat
menjawab pertanyaan secara benar saat dilakukan evaluasi.
3. Pertanyaan yang diberikan untuk mengevaluasi pengetahuan keluarga
a. Apa pengertian halusinasi?
b. Apa penyebab halusinasi?
c. Apa tanda dan gejala halusinasi?
d. Sebutkan akibat dari halusinasi?
e. Sebutkan cara mengontrol halusinasi?
f. Sebutkan cara merawat pasien dengan halusinasi?

3
4. Evaluasi Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan, keluarga dapat menjawab
pertanyaan yang diberikan. Keluarga antusias mengikuti kegiatan
penyuluhan, keluarga juga memceritakan pengalamannya dalam merawat
pasien.

J. Materi penyuluhan
1. Pengertian halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, parabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah tanggapan (persepsi) panca indera tanpa adanya
rangsangan dari luar diri.

2. Jenis halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Klien mendengar suara atau bunyi yang tidak ada hubungan
dengan stimulus nyata dan orang lain tidak mendengarnya.
b. Halusinasi penglihatan
Klien melihat gambaran yang jelas atau samar-samar tanpa
stimulus yang nyata dan orang lain tidak melihat gambar seperti apa
yang dikatakan klien.
c. Halusinasi penciuman
Klien mencium sesuatu yang bau yang muncul dari sumber
tertentu tanpa stimulus yang nyata dan orang lain tidak menciumnya.
d. Halusinasi pengecapan
Klien merasa merasakan sesuatu yang tidak nyata biasanya
merasakan rasa makanan yang tidak enak.
e. Halusinasi perabaan
Klien merasakan sesuatu pada kulitnya tanpa stimulus yang
nyata.

4
3. Penyebab halusinasi
a. Faktor Biologis
Keturuan, cacat kengenital, penyalahgunaan obat-obatan,
kerusakan fungsi otak ketidak seimbangan neurotransmitter.
b. Faktor Psikologis
Trauma dimasa anak-anak, kehilangan kasih sayang,
kekecewaan, pengalaman yang menyakitkan, stress berat, dll.
c. Faktor Sosial Budaya
Pola asuh, kesenjangan antara mimpi dan kenyataan, ekonomi,
dan tidak mamapu membina hubungan yang memuaskan
d. Faktor Fisik
Kelelahan yang berlebihan, tidak bisa tidur dalam waktu yang
sangat lama
e. Faktor Emosional
Cemas berlebiham yamg tidak mampu diatasi

4. Tanda dan gejala halusinasi


a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri.
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain.
c. Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata.
d. Tidak dapat memusatkan perhatian/konsentrasi.
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungan), dan takut.
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
g. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu dan
merasa sesuatu tanpa stimulus yang nyata.

5. Akibat Halusinasi
a. Seseorang yang berhalusinasi dapat melaukan kekerasan (mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan).
b. Keputusasaan.
c. Ketidakberdayaan, Intoleransi aktivitas sehingga perawatan diri

5
menjadi berkurang.

6. Cara mengontrol halusinasi


Agar pasien mampu mengontrol halusinasi, perawat dapat melatih
pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan
halusinasi, keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Menghardik Halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien
dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau
tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien
akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang
muncul.
b. Bercakap-Cakap dengan Orang Lain
Bercakap - cakap dengan orang lain dapat membantu
mengontrol halusinasi. Ketika pasien bercakap - cakap dengan orang
lain, terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari
halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
c. Melakukan Aktivitas yang Terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktifitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang sering kali mencetuskan halusinasi.oleh karena itu,
halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktifitas secara teratur dari
bangun pagi sampai tidur malam.tahapan intervensi perawat dalam
memberikan aktivitas yang terjadwal, yaitu:
1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
3) Melatih pasien melakukan aktivitas.

6
4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih.upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari
bangun pagi sampai tidur malam.
5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan
terhadap prilaku pasien yang positif.
d. Minum Obat Secara Teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien
juga harus dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan
program terapi dokter. Pasien gangguan jiwa yang dirawat dirumah
sering mengalami putus obat sehingga pasien mengalami
kekambuhan. Jika kekambuhan terjadi,untuk mencapai kondisi seperti
semula akan membutuhkan waktu.oleh karena itu, pasien harus dilatih
minum obat sesuai program dan berkelanjutan berikut ini intervensi
yang dapat dilakukan perawat agar pasien patuh minum obat.
1) Jelaskan kegunaan obat
2) Jelaskan akibat jika putus obat
3) Jelaskan cara mendapat obat / berobat
4) Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis, dan benar
kontinuitas).

7. Cara merawat pasien dengan halusinasi


a. Fasilitasi dan awasi penggunaan Obat Klien.
b. Libatkan klien dalam berbagai kegiatan bersama anggota keluarga.
c. Jangan biarkan klien sering menyendiri, ajak kumpul bersama.
d. Bantu klien melakukan kegiatan seperti biasanya.
e. Jika klien senyum dan bicara sendiri, langsung sapa katakana sedang
bicara sama siapa dan ajak bincang-bincang.
f. Jangan mengkritik langsung, hindari berdebat, berikan pujian jika
berperilaku baik.

7
g. Bantu pasien melakukan hubungan dan kegiatan dengan masyarakat
secara bertahap.
h. Dan Paling Penting “Jangan Memandang Penderita Tidak Dapat
Disembuhkan lagi” karena terbukti dengan pengobatan medis dan
perawatan serta dukungan dari keluarga dan masyarakat mereka
mampu produktif dan memberi manfaat bagi orang lain.

8
DAFTAR PUSTAKA

Herman, S.D. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika
Budi Ana, dkk. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC
Damaiyanti, M. Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT
Refika Aditama
Iskandar, dkk. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama
Trimelia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1.
Jakarta: Trans Info Medika
Yudi Hartono, dkk. (2012). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Fitria Nita, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).
Jakarta : Salemba Medika.

Yosep, I. 2011. Keperawatan Jiwa, Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama.

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Ngadiran, A. 2010. Studi Fenomena Pengalaman Keluarga Tentang Beban dan


Sumber Dukungan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan Halusinasi. Thesis.FIK
UI.
Varcarolis, E.M. 2010. Foundation of Psychiatric Mental Health Nursing : a
clinical
approach. 6th ed. Canada : Elsevier Inc

Anda mungkin juga menyukai