Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

Makalah disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah keperawatan medikal bedah 1

Dosen Pengampu: Ns. Santi Herlina, M.Kep, Sp.Kep.MB

Disusun Oleh:

Ainur Rofikoh Lubis 1810701014

Elga Rahayu Utami 1810701015

Sita Utami Dewi 1810701016

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Pokok bahasan : Penanganan pruritis pada pasien hemodialisa

Sub Pokok Bahasan : Mengatasi pruritis

Sasaran : Pasien Hemodialisa gatal pruritus pada pasien

Waktu : 20 menit

Tanggal : 06 Desember 2019

Tempat : Ruang Hemodialisa

I. Latar Belakang
Hemodialisa (HD) adalah sebuah proses yang bertujuan untuk mengeluarkan
produk limbah dan caisran yang ada didalam tubuh serta menggantikan fungsi
ginjal dalam tubuh yang tidak dapat berfungsi dengan baik ( smeeltzer &
bare, 2013). Didunia saat ini tercatat ada lebih dari 2juta pasien yang
menjalani terpi HD. Pasien HD di Amerika Serikat mencapai 350.000 orang,
Jepangm300.000 orang, sedangkan di Indonesia hampir mencapai 15.000
orang ( setiati,dkk,2014)
Cairan yang dikonsumsi ke dalam tubuh harus sama jumlahnya dengan air
yang keluar, maka jumlah asupan cairan harus dibatasi sesuai dengan jumlah
urin yang keluar pada hari sebelumnya ditambah dengan cairan yang keluar
melalui IWL (setiati,dkk,2014,smeeltzer & bare, 2013).
Seperti yang kita ketahui bahwa kasus gagal ginjal kronis hingga saat ini
sangat tinggi baik itu di level nasional maupun global; bahkan trennya pun
cenderung meningkat terus. Ngerinya lagi, hal ini juga diikuti oleh berbagai
penyulit penyerta yang salah satu di antaranya berupa kasus gatal yang sering
membandel.
Secara epidimiologi angka kasus gatal ini bervariasi, setidaknya 40% pasien
dengan penyakit ginjal stadium akhir mengalami gatal dengan derajat sedang-
berat. Berdasar negara prevalensi gatal (pruritus) yang berderajad sedang-
berat ditemukan 36% di Prancis, 50% di Inggris, Jepang dari 20% hingga
70%. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yamada et al., kasus gatal
dilaporkan sebesar 66,9% pasien cuci darah, dan di antaranya tersebut ada
41,2% yang memiliki gangguan tidur terkait gatal.
Umumnya bentuk keluhan gatal (yang dari penderita gagal ginjal) sangat
mendorong kebutuhan kuat untuk menggaruknya. Padahal kejadiannya begitu
sangat sering sehingga bisa dibayangkan bagaimana kompleksnya problem
tersebut. Faktor yang menerangkan gatal yang membandel, selain faktor
keringnya kulit dan abnormalnya saraf, juga dari timbunan garam calsium
phosphat yang mendasari gambaran dalam bentuk jerawat pada kulitnya yang
gatal.
Seiring dengan waktu, proses garukan tersebut berjalan terus-menerus pada
area kulit yang gatal tersebut hingga menyebabkan kerusakan kulit mekanis
yang cukup berat, kulit jadi terkelupas hingga gampang menjadi infeksi
sekunder. Muncul pula bentuk lesi kronis atau likenifikasi kulit yang
menambah bandelnya gatal yang ada sebelumnya. Secara akumulasi,
keparahan gatalnyanya ini bisa sekaligus menggambarkan jeleknya kualitas
pembuluh darah dan kualitas sarafnya.
II. Tujuan Pembelajaran Umum ( T I U )

Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 X 20 menit, diharapkan klien mampu

memahami tentang penanganan pruritis yang terjadi pada pasien gagal ginjal
kronik.

III. Tujuan Pembelajaran Khusus ( T I K )

Setelah diberi penyuluhan selama 1 X 20 menit, diharapkan klien dapat :

a. Menjelaskan kembali apa itu pruritis


b. Menyebutkan kembali penyebab pruritis
c. Menyebutkan dampak pruritis pasien gagal ginjal
d. Menyebutkan cara mengatasi pruritis pada pasien gagal ginjal

IV. Metode dan Media


 Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab/diskusi
 Media yang digunakan leaflet

V. Materi

Terlampir

VI. Pengorganisasian
a. Pembimbing Klinik : Ns. Santi Herlina, M.Kep, Sp.Kep.MB
b. Pembimbing Pendidikan : Ns. Santi Herlina, M.Kep, Sp.Kep.MB
c. Penyaji : Sita Utami Dewi
d. Moderator : Ainur Rofikoh Lubis
e. Observer : Elga Rahayu Utami
f. Fasilitator : Elga Rahayu Utami
VII. Kegiatan Penyuluhan

NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN KEGIATAN PESERTA


1 3 menit  Pembukaan
Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam Menjawab salam
 Memperkenalkan diri
 Menjelaskan tujuan dari Mendengarkan
penyuluhan pembukaan yang
 Menyebutkan materi yang akan disampaikan oleh
diberikan moderator.

 Menyampaikan kontrak waktu


2 10 menit  Pelaksanaan Mendengarkan dan
Penyampaian materi oleh pemateri: memberikan umpan balik
 Menggali pengetahuan tentang tehadap materi yang
pruritis disampaikan.
 Menjelaskan tentang pengertian
pruirits
 Menjelaskan penyebab priuritis
 Menjelaskan gejala priuritis
 Menjelaskan dampak priuritis
pada pasien hemodialisa
 Menjelaskan cara mengatasi
priuritis pada pasien
hemodialisa
3 2 menit  Tanya jawab Mengajukan pertanyaan
Memberikan kesempatan kepada
peserta untuk bertanya tentang
materi yang kurang dipahami
3 3 menit  Evaluasi Menjawab pertanyaan
Menanyakan kembali kepada
peserta tentang materi yang telah
diberikan dan reinforcement kepada
peserta yang dapat menjawab
pertanyaan
4 2 menit  Penutup Mendengarkan dengan
Menjelaskan kesimpulan dari seksama dan menjawab
materi penyuluhan salam
 Ucapan terima kasih
 Salam penutup

MATERI PENYULUHAN
UNTUK PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

A. Pengertian Pruritis

Pruritus adalah rasa gatal pada kulit yang terdapat pada tubuh dan terjadi
secara terus menerus.

B. Tanda dan Gejala GGK


1. Sakit kepala
2. Sesak nafas, oedema paru, hipertensi, oliguria, anuria, oedema ekstremitas
3. Mual, muntah, pucat, kulit kering, anemia
4. Gejala dini seperti lemah, sakit kepala, berat badan menurun, lelah, dan
nyeri pinggang
5. Gejala lanjut seperti nafsu makan menurun, mual disertai muntah, sesak
nafas baik di waktu ada kegiatan atau tidak, bengkak yang disertai
lekukan, gatal-gatal pada kulit, dan kesadaran menurun
C. Penatalaksanaan GGK
1. Observasi keseimbangan cairan antara yang masuk dan yang keluar (input
- output)
2. Batasi cairan yang masuk
3. Cuci darah (hemodialisis)
4. Operasi
5. Pengambilan batu
6. Transplantasi ginjal (cangkok ginjal)
7. Nutrisi
8. Obat-obatan

D. Penyebab gatal pada pasien gagal ginjal


Penderita gagal ginjal kronik, walaupun sudah dilakukan hemodialisa rutin,
masih tidak bisa memetabolisme ureum (hasil akhir metabolisme protein)
dengan baik. Ureum ini seharusnya dibuang melalui ginjal, dan pasien yang
mengalami gagal ginjal kronik tentu akan mengalami peningkatan kadar
ureum. Kadar ureum yang tinggi berhubungan dengan beberapa penyakit
kulit (termasuk rambut dan kuku), diantaranya:
 Pruritus, yaitu gatal-gatal yang meliputi sebagian atau seluruh tubuh
seseorang sehingga menimbulkan keinginan untuk menggaruk
 Xerosis, yaitu kekeringan pada kulit, bisa menyebabkan gatal
 Perubahan pigmen, berupa bercak-bercak kuning atau kecokelatan
pada kulit
 Kebotakan
 Bercak kecokelatan atau kemerahan pada kuku
 Uremic frost
 dll
E. Dampak gatal pada pasien gagal ginjal
Dampak gatal yang membandel mengakibatkan kualitas hidup dan kualitas
tidurnya sangat jelek hingga menjadikan semakin frustasi atau mudah depresi.
Adapun besarnya gangguan tidur akibat hal tersebut berkisar 28,8–90%. Pada
gilirannya gangguan ini akan memunculkan kelelahan kronis, memberikan
pengaruh negatif pada kapasitas fisik dan mental yang bisa berupa seperti:
peningkatan risiko darah tinggi (hipertensi) lebih berat, gangguan toleransi
glukosa, diabetes mellitus, semakin depresi, menurunkan angka harapan
hidup, dan peningkatan pemanfaatan layanan kesehatan.
Lebih-lebih, kecenderungan ini cepat memburuk ketika terjadi pada pasien
yang lebih tua, wanita, dan mereka dengan penyakit ginjal kronis stadium 5
non-dialisis (non cuci darah), penyakit paru-paru, diabetes, dan depresi.
Selain itu, jika dibandingkan dengan pasien tanpa keluhan gatal, penderita
dengan keluhan gatal ini menunjukkan kualitas hidup mental dan fisik yang
lebih buruk dan lebih besar mengalami kecemasan-depresi dan semakin
memperberat gangguan tidurnya. Mereka juga gampang sesak nafas dan
bolak balik masuk ICU atau bahkan beresiko meninggal mendadak.
Dengan demikian tidak mengherankan kalau gatal tipe ini tergolong pada
problem serius dan complicated. Memang keadaan awalnya muncul sebentar-
sebentar dan hanya berlangsung beberapa menit, namun banyak dari pasien
akhirnya menderita keluhan gatal parah yang berkepanjangan dan berujung
fatal menuju tingginya morbiditas dan mortalitas.

Mengapa bisa hal ini terjadi? Penjelasannya singkat bahwa sebagian besar
masih belum jelas. Yang jelas bahwa dalam menerangkan terjadinya gatal
demikian, peran racun di darah sangat berkontribusi besar dalam
menimbulkan gatal. Dan perlu diketahui bahwa racun tersebut jumlahnya
sampai ratusan jenisnya. Pajanan dari berbagai jenis racun yang menumpuk
tersebut akan menyebabkan peningkatan peradangan sistemik; akan
meningkatkan kadar hormon bernama paratiroid, ketidak normalan dari
mineral kalsium dan fosfor; ketidakseimbangan reseptor opiat; dan proses
abnormal sarafnya.
Selain itu, racun tersebut melumpuhkan kerja kelenjar keringat dan kelenjar
minyak sehingga memperberat kondisi kulit menjadi kering dan sangat peka
terhadap gatal serta aliran darahnya kurang lancar. Begitulah kondisi yang
terjadi sebagai akibat saling sinkronisasi dari kesemuanya seakan pepatah
bilang sudah jatuh di impit tangga. Maka wajar terjadi peningkatan dari angka
kesakitan dan kematian dari penderita gagal ginjal kronis dengan gatal yang
membandel.
Berdasar area gatalnya, maka yang paling umum terkena adalah kulit daerah
punggung dan anggota badan, lengan, dada, dan kepala, tetapi area lain dari
tubuh pun seringkali menyusahkan juga. Pada area yang terpengaruh ini
gatalnya bisa tetap konstan di situ saja (terlokalisir) namun bisa jadi menjalar
dari waktu ke waktu yang bersifat menyeluruh. Sedang sifat gatalnya
umumnya hilang timbul, simetris (area sisi kiri dan area sisi kanan dari bagian
tubuh), durasi dan intensitasnya dapat berubah seiring waktu dan gatal
biasanya sering muncul dan paling buruk di malam hari.
Udara panas, keringat, dan stres dapat memperburuk gatalnya, dan mandi air
dingin atau panas dapat meredakan gejala gatalnya. Laporan kontradiktif
telah dipublikasikan tentang efek akut cuci darah pada penderita dengan
kasus gatal tersebut bahwa gatalnya memburuk selama sesi cuci darah
sementara yang lain telah menunjukkan efek menguntungkan langsung dari
proses cuci darah. Inilah yang membedakan gatal dari penyebab lain terutama
pada pasien dengan gatal asimetris. Sebagian besar pasien yang terkena kasus
gatal bentuk ini akan terus memiliki gejala selama berbulan-bulan hingga
bertahun-tahun dan akan berbeda terbalik ketika penderita beralih ke cangkok
ginjal.
F. Cara mengatasi gatal pada pasien gagal ginjal

Awalnya perawatan harus dibuat kulitnya menjadi suasana lebih lembab


termasuk pemberian terapi topikal. Di samping itu, perlu beberapa hal, misal
peningkatan status gizi pasien, penguatan edukasi pasien tentang usaha
meminimalisir garukan, dan optimalisasi dari perawatan penyakit ginjal kronis
yang paling relevan dengan aspek gatalnya sendiri, termasuk kecukupan
pemenuhan cuci darah 3x perminggu, pemilihan membran cuci darah yang
baik (biokompatibel) dan menormalkan kadar hormon paratiroid darah,
mengontrol kadar kalsium dan fosfor. Bukti untuk terapi khusus untuk gatal
yang efektif diakui masih terbatas, meskipun demikian dokter pribadi Anda
akan berusaha memberikan terapi dengan baik misal dengan bentuk terapi oles
(topikal), obat bernama gabapentin, pemberian model fototerapi sinar
ultraviolet tipe B, memberikan akupunktur.

Khusus perawatan topikal, untuk kasus gatal ini biasanya menggunakan


emolien kulit, krim (capsaicin dan tacrolimus). Dalam hal emolien kulit ini
dimaksudkan untuk mempertahankan kadar air di kulit bisa relatif tinggi
(sering disebut menghidrasi/melembabkan kulit). Penggunaan emolien
sederhana yang tidak mengandung parfum atau zat tambahan lainnya akan
lebih disukai. Banyak persiapan topikal lainnya sebagai alternatif perlu dicoba
juga untuk diberikan ketika pemberian emolien sederhana sebelumnya tidak
membawa hasil. Adapun sediaan tersebut meliputi minyak primrose (yang
kaya akan asam lemak esensial seperti asam lin-linolenat), minyak ikan,
minyak zaitun, minyak safflower, minyak mandi yang mengandung
polidocanol dan krim yang mengandung lipid alami dan endocannabinoid.
Sedangkan untuk terapi sistemik disarankan sesuai anjuran dokter.
DAFTAR PUSTAKA

Sitifa Aisara1, Syaiful Azmi2, Mefri Yanni3. 2018. Jurnal Kesehatan Andalas, 7
(1). Artikel Penelitian Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal Kronik
yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Padang:
Unand

Anda mungkin juga menyukai