Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Indonesia sebagai Negara berkembang yang sedang membangun

menghadapi banyak masalah kesehatan masyarakat, sebagai Negara agraris

yang memasuki era industrialisasi membawa Indonesia kedalam berbagai transisi

epidemiologi, demografi dan lingkungan. Transisi lingkungan dapat dilihat

dengan adanya masalah yang berkaitan erat dengan “tradisional hazard” akibat

belum terpenuhinya sanitasi dasar seperti air bersih, jamban keluarga,

pengolahan sampah, limbah, pemukiman sehat, vector penyakit dan lain-lain.

Indonesia juga sedang mengalami “transformasi kesehatan” yang ditandai

dengan meningkatnya penyakit berbasis lingkungan, yakni penyakit yang

berkaitan dengan lingkungan fisik dan cenderung meningkat bila tidak diambil

langkah-langkah antisipatif, salah satunya dari penyakit tersebut adalah diare.

Pada kasus diare perlu dilakukan pelayanan keperawatan koprehensip

karena saat ini masalah diare merupakan masalah kesehatan masyarakat yang

luas dan kompleks yang tidak hanya menyangkut pasien saja tapi juga keluarga

dan masyarakat sekitarnya (H. Zaidin Ali, 1999).

Pasien diare umumnya baru datang ke dokter sesudah penyakitnya

berada dalam stadium lanjut dan kebiasaan ini perlu dihilangkan dan menjadi

tugas perawat untuk merubah kebiasaan ini. Tugas, peran dan fungsi serta

tanggung jawab perawat dilaksanakan atas dasar pelayanan keperawatan yang

paripurna melalui suatu proses keperwatan pasien diare dengan kemungkinan

1
yang akan timbul yaitu : masalah keseimbangan cairan elektrolit berhubungan

dengan output yang berlebihan, gangguan rasa nyaman (nyeri) gangguan

pemenuhan nutrisi, dan gangguan pemenuhan istirahat dan tidur.

Diare juga merupakan penyebab utama kematian selain ISPA (TB Paru)

SKRT 2005 mengungkapkan penyebab utama diare menduduki peringkat ketiga

setelah ISPA dan menyumbangkan 9,6% kematian pada kelompok balita, pola

penyebab kematian lebih tinggi lagi. Diare mendapat peringkat kedua yang

menyumbangkan 15,3% kematian penyakit berbasis lingkungan termasuk diare

masih tetap menjadi pola utama kesakitan (morbiditas) masyarakat Indonesia,

hasil SKRT 2004 menunjukkan penyakit diare, ISPA, kulit dan tuberkolosis

menyumbang secara komulatif 44%. Pada kelompok bayi dan balita, penyakit

tersebut meyumbangkan lebih dari 80% dari penyakit yang diderita oleh bayi

serta balita Indonesia.

Sedangkan didaerah banyuwangi sendiri penyakit diare menduduki

peringkat pertama dari 12 penyakit terbesar di Banyuwangi selama 2002 dan

2003 dengan jumlah penderita sebesar 22080 dan 19582 orang. Namun pada

tahun 2004, jumlah diare mengalami penurunan. Dari catatan Dinas Kesehatan

Kabupaten Banyuwangi selama tahun 2005 diare tercatat menduduki peringkat

ketujuh dari 12 penyakit terbesar di Banyuwangi dengan jumlah penderita

sebanyak 190.636 orang (12%). Meskipun mengalami penurunan peringkat

tetapi jumlah penderita ini dirasakan masih sangat besar, dan dari data medical

of record di RSI FATIMAH BANYUWANGI tepatnya diruang marwah tercatat

jumlah penderita diare yang menjalani rawat inap selama bulan September

sampai Januari 2007 tercatat sebanyak 27 orang.

2
Dari data diatas kita bisa mengetahui jumlah kasus kematian akibat

diare selalu hampir ada sepanjang tahun, bahkan kadang-kadang terjadi letupan

wabah. Hal ini sesuai dengan sifat dualistis penyakit ini, yaitu dapat bersifat

edemis dan epidemis. Hal ini berarti bahwa pembangunan kesehatan

memprioritaskan pada upaya-upaya kuratif. Dalam hal ini perawat juga dituntut

berperan dalam mensukseskan program pemerintah yang tertuang dalam

paradigma sehat uraian diatas melatar belakangi penulis menyusun karya tulis

pada kasus diare yang dituangkan dalam “ ASUHAN KEPERWATAN PADA NY. S

dengan gastro enteritis kronis”.

2. TUJUAN PENULISAN

1. TUJUAN UMUM

Penulisan memperoleh pengalaman nyata dalam memberikan

asuhan keperawatan secara komperehensif pada klien dengan

gastroenteritis kronis.

2. TUJUAN KHUSUS

a Mengkaji dan mengidentifikasi serta membuat analisa data pada klien

dengan gastroenteritis kronis.

b Menentukan diagnosa keperawatan berdasarkan trias konsep

kebutuhan menusia, sumber daya, dana serta kebijaksanaan yang

berlaku pada instansi pelayanan kesehatan.

c Menyusun rencana asuhan keperawatan sesuai prioritas diagnosa

keperawatan.

3
d Melaksanakan tindakan yang telah ditetapkan dengan tidak

mengabaikan sumber daya dan dana yang ada.

e Melakukan evaluasi tindakan keperawatan untuk mengetahui sejauh

mana pencapaian tujuan keperawatan yang telah dilakukan.

3. METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dan penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah

metode deskritif dengan studi kasus yaitu cara penulisan yang dilakukan

dengan :

1. Wawancara

Pengumpulan data dengan mengadakan Tanya jawab yang ada

kaitanya dengan masalah yang dihadapi oleh klien biasanya disebut

juga Anamnese.

2. Observasi

Pengumpulan data dengan mengamati prilaku dan keadaan klien setiap

hari dengan observasi tanda-tanda vital, kesadaran dan perkembangan

penyakit selama klien dirawat.

3. Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik klien untuk menentukan masalah

kesehatan klien yang dapat silakukan berbagai cara diantaranya adalah

inspeksi, palpasi, pekusi auskultasi.

4
4. Studi Dokumentasi

Merupakan catatan dari rekan medik pasien yang mencakup riwayat

penyakit dan perawatan yang telah dilakukan,

5. Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh teori yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan dengan gastroenteritis kronis.

4. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Mengutarakan tentang latr belakang masalah, batasan

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II : TIJAUAN PUSTAKA

Berisi konsep dasar penyakit yang meliputi pengertian, tanda

dan gejala, patofisiologi, penatalaksanaan pemeriksaan

penunjang serta berisi tinjauan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa perencanaan dan evaluasi keperawatan

pada klien dengan gastroenteritis kronis.

BAB III : TINJAUAN KASUS

Menguraikan data proses asuhan keperawatan klien secara

nyata yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawaratan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

5
BAB IV : PEMBAHASAN

Membahas kesenjangan yang ditemukan dalam teori dengan

kasus nyata yang ada secara keseluruhan.

BAB V : PENUTUP

Terdiri atas kesimpulan dan saran.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. PENGERTIAN

Gastroenteritis adalah infeksipada saluran pencernaan ditandai

dengan buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih

banyak dari biasanya (normal 100-200 ml perjam tinja), dengan tinja

berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula

disertai frekuensi defekasi yang meningkat. (Mansjoer, Arif, et all 2001)

Diare adalah:

a. Suatu keadaan bertambahnya kekerapan dan keenceran buang air

besar. Kekerapan yangmasih dianggap normal adalah sekitar 1-3

kali dan banyaknya 200-250 gram sehari. Beberapa kasus pasien

mengalami peningkatan kekerapan dan keenceran buang air besar

walaupun jumlahnya kurang dari 250 mg dalam kurun waktu sehari

(Soeparman 1990)

b. Buang air besar encer lebih dari tiga kali sehari (WHO, 1980)

c. Defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya

yang lebih dari 4 kali dalam 24 jam (Purnawan Junaedi, dkk, 1982)

Klasifikasi

7
Diare dapat dibagi menjadi 2:

a. Diare akut

Diare yang berlangsung selama 1 hari dan berlangsung kurang dari

14 hari (2 minggu).

b. Diare kronis

Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu (Dr. Sutomo Kasiman

dkk, 2000).

2. ETIOLOGI

Etiologi dibagi dalam beberapa faktor :

a. Faktor infeksi

Infeksi internal yaitu infeksi yang melalui saluran cerna penyebab

terbanyak pada anak meliputi:

- Infeksi bacteri : Salmonela, shegalla, E. colli, campilo bacteri.

- Infeksi virus : Izoka vierus, adeno virus, antero virus, astro

virus.

- Infeksi parasit : Cacing, protozoa.

- Jamur : Candida albicar.

b. Faktor malabsorbsi

- Malabsorbsi karbohidrat  laktosa

- Malabsorbsi lemak

- Malabsorbsi protein

c. Faktor makanan

Makanan basi, beracun, alergi makanan.

8
d. Faktor psikologis

Rasa takut dan cemas.

e. Imunodifisiensi (A. Mansjoer dkk, 2001)

Imunodifisiensi (A. Mansjoer dkk, 2001)

3. TANDA DAN GEJALA

- Mencret terus-terusan

- Berlendir

- Mual

- Muntah

- Pusing serta panas

4. KOMPLIKASI

1. Dehidrasi : sedang, ringan dan berat.

2. - Lemah - Bradikardi

- Hipoloni otot - Perubahan pada EKG

3. Rengatan Hipovolimik

4. Hipoglikemia

5. Intoleransi laktosa sekunder

Penyebab : a. Defisiensi cairan laktosa

b. Kerusakan villi mukosa usus halus

6. Kejang, trauma dengan dehidrasi hypertonik

Malnutrisi energi protein penyebab tidak muntah dan kelaparan.

9
5. PATOGENESIS

a. Penularan diare melalui:

- Tangan yang terkontaminasi

- Aktifitas seksual

- Makan / minum yang terkontaminasi tinja ditambah asekskresi

yang buruk

b. Faktor penentu terjadinya diare akut

- Faktor penyebab (agent)

- Faktor penjamu (host)

c. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain:

- Daya penetrasi yang merusak sel mukosa

- Kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi

cairan di usus

- Daya lekat kuman

d. Faktor penjamu

Faktor daya tahan tubuh/lingkungan lumen saluran cerna seperti

keasaman lambung, motilitas lambung, imunitas juga mencakup

lingkungan. (Mansjoer A. dkk, 2000)

10
6. PATOFISIOLOGI

DIARE
Gangguan Osmotik Gangguan sekresi Gangguan Motilitas
Malabsorbsi

Terjadinya pergeseran air dan Makanan tercemar kuman Peristaltis Peristaltis


elektrolit di plasma ke dalam kesempitan bakteri timbul
rongga usus usus untuk zat yang
Usus halus menyerap berlebihan
makanan
berkurang
Isi rongga meningkat Berkembang biak
Mual Diare
Merangsang usus untuk Virus Bakteri
mengeluarkan
Makanan Gangguan
berkurang garam
Menyerap Menghambat
empedu
H2O, NaCl penyimpanan
H2O, NaCl
Gangguan Iritasi Abrobsi lemak
keseimbangan usus
Diare Timbul
cairan dan integritas
rangsang
elektrolit kulit Mal nutrisi
beraseptor
pada dinding
usus
Intoleransi Perubahan nutrisi kurang dari
aktifitas fisik kebutuhan

Peningaktan air dan elektrolit


dalam rongga usus

Penetrasi kuman

Peradangan pada usus

Peningkatan metabolisme

Merangsang hotalamus

11
Peningkatan suhu tubuh
7. DERAJAT DEHIDRASI

Derajat dehidrasi menurut Mansjoer A. dkk dibagi menjadi 3 :

1. Dehidrasi ringan : bila kehilangan BB sampai 5%

2. Dehidrasi sedang : bila kehilangan BB 5-10 %

3. Dehidrasi berat : bila kehilangan BB lebih dari 10%

Sistim pengangkaan untuk menilai derajat dehidrasi :

Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan


yang diperiksa 0 1 2

Gelisah, lekas marah, Mengigau, koma


Keadaan umum Sehat
apatis, mengantuk atau renjatan

Sedikit berkurang 1-2 Sangat berkurang


Turgor kulit Normal < 1 detik
detik >2 detik

Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung

Kering dan membiru


Mucosa bibir Normal Kering
(sianosis)

Ubun-ubun
Normal Sedikit cekung Sangat cekung
besar

Denyut nadi normal 120-140/menit Lebih dari 140/menit

Derajat dehidrasi ditentukan dengan menjumlahkan nilai yang

diperoleh:

a. Nilai 0-2 : dehidrasi ringan

b. Nilai 3-6 : dehidrasi sedang

c. Nilai 7-12 : dehidrasi berat

12
8. MANIFESTASI KLINIS

Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami muntah,

nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare, terjadinya renjatan

hipovolemit harus dihindari, kekurangan cairan menyebabkan pasien

akan merasa haus, lidah kering,turgor kulit menurun, suara menjadi

serak.

Gangguan biokimia seperti asidosis metabolik akan

menyebabkan frekuensi pernafasan menajdi meningkat dan nafas lebih

cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan

hipovolament berat, maka denyut nadi cepat (> 120x/menit). Tekanan

darah menurun sampai tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung-

ujung ekstrimitas dingin dan kadang eyanosis.

9. DIAGNOSA

Menurut Mansjoer A. dkk diare karena infeksi dapat ditegakan

sebagai masalah diagnostik bila dianamnesis, manifestasi klinis dan

pemeriksaan penunjang menyokongnya, beberapa petunjuk anamnesis

yang mungkin dapat membantu diagno

a. Siapa?

b. Dimana?

c. Apakah orang lain terkena?

d. Makanan dan minuman sebelum kejadian diare?

13
10. PENATALAKSANAAN

Dehidrasi sebagai prioritasutama pengobatan. 4 hal yang

penting perlu diperhatikan:

a. Jenis cairan

Pada diare yang berat biasanya diberikan oralit, cairan RL dan

NaCl.

b. Jumlah cairan

Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang

dikeluarkan. Metode penghitungan cairan:

- Metode pierce yang berdasarkan keadaan klinis

Derajat dehidrasi Kebutuhan cairan (x kg BB)


Ringan 5%
Sedang 8%
Berat 10%

- Metode daldiono, berdasarkan keadaan klinis yang diberi

penilaian/skor :

Klinis Skor
Rasa haus/muntah 1
Tekanan darah sistolik 60-92 mmHg 1
Tekanan darah sistolik <60 mmHg 2
Frew. Nadi 20-24 x/menit 1
Kesadaran apatis 1
Kesadaran samnolen, sopor/koma 2
Frew. Nafas > 30 x/menit 1
Fasies koletika 2
Vox cholerica 2
Turgor kulit menurun 1
Washer woman’s hand 1

14
Ekstremitas dingin 1
Siasiosis 1
Umur 50-60 tahun -1
Umur >60 tahun -2

Kebutuhan cairan :

Skor
X 100% x kg BB x 1 liter
15

c. Jalan masuk/cara pemberian cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa bisa berupa oral /IV.

d. Jadwal pemberian cairan

Dehidrasi dengan penghitungan kebutuhan cairan berdasarkan

metode Daldioyono diberikan pada 2 jam pertama (Mansjoer A.

dkk, 2000)

B. TINJAUAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a) Biodata

1) Umum

Gastroenteritis lebih sering terjadi pada orang dewasa,

terutama pada orang yang kecapaian atau orang yang

hidupnya tidak sehat.

2) Alamat

Pada kasus gastroenteritis, alamat menentukan keadaan

lingkungan, tempat tinggal, terutama sanitasinya yang

15
biasanya kasus gastroenteritis menyerang daerah yang buruk

dan kotor.

3) Pendidikan

Pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pemahaman

klien dan keluarganya dalam mengatasi kesehatan dan

pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis.

b) Keluhan Utama

Klien gastroenteritis biasanya sering mengeluh BAB yang lebih dari

biasanya dengan konsistensi encer, berwarna sampai kehijauan

dan disertai lendir.

c) Riwayat penyakit sekarang

Diare terjadi dalam waktu 6-24 jam setelah klien mengalami

penilaian yang baik secara langsung maupun tidak langsung dalam

waktu singkat akan nampak yaitu gelisah, demam, nyeri perut,

turgor kulit menurun, BAB lebih dari biasanya sampai kehijauan,

disertai lendir, berat badan menurun dan biasanya dehidrasi.

d) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu klien dengan gastroenteritis ditemukan

adanya alergi, keracunan karena makanan dan alat-alat yang

terkontaminasi.

e) Riwayat kesehatan keluarga

Diare merupakan penyakit yang menular dari orang satu ke orang

lain. Biasanya sering dalam satu keluarga, karena kontak lebih

sering dilakukan, untuk itu diperlukan suatu genogram untuk

16
mengetahui apakah dalam anggota lain ada yang mengalami

penyakit yang sama.

f) Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola nutrisi

Pola makan yang salah akan memudahkan seseorang terkena

diare, bila klien sudah diare maka klian akan malas makan

timbul dehidrasi karena diakibatkan oleh proses penyakit.

2) Pola eliminasi

Klien dengan gastroenteritis bermula dari kebiasaan buruk

dalam BAB di tempat yang kotor tanpa teknik aseptik sehingga

penularan terjadi.

3) Pola aktifitas

Aktifitas yang salah bisa menyebabkan gastroenteritis

misalnya bermain tanah, bila terkena diare klien menjadi

malas beraktifitas.

4) Kebersihan diri

Dalam kebersihan diri misalnya ganti baju, cuci tangan, jarang

dibiasakan dengan aseptik sehingga diare muncul karena

personal hygiene yang buruk.

g) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Kesadaran klien dengan gastroenteritis bisa apatis, somnolen,

sopor (koma) tergantung dari derajat berat ringannya sejauh

mana timbul gejala.

17
2) Observasi TTV

- Bila terjadi gangguan asidosis metabolik akan

menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam

(kausmaul)

- Tekanan daerah menurun sampai tidak teratur dan suhu

meningkat disertai demam

3) Pemeriksaan cepalo kaudal

- Pemeriksaan kepala, leher dan wajah :

Orang dengan diare akan didapat hasil pemeriksaan muka

tampak pucat.

- Mata : mata akan tampak cowong

- Hidung : pernafasan cepat dangkal

- Mulut : mukosa bibir kering

- Leher : terdengar suara serak karena dehidrasi

- Dada : pada pernafasan terlihat > 30 kali/menit

- Abdomen :

Orang dengan diare bising usus akan meningkat

dikarenakan daya kerja peristaltik usus terjadi

peningkatan, dan tampak cekung karena

kekurangan/kehilangan cairan dan elektrolit.

- Ekotrinitas dingin, reflek agak lemah karena banyak energi

(kalori) yang terkuras karena BAB.

18
- Anus : pada daerah anus akan tampak lecet, klien

mengeluh nyeri karena tinja yang asam mengiringi dinding

anus.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan adalah masalah yang aktual dan

potensial, masalah aktual yaitu menjelaskan masalah yang nyata sesuai

dengan data klinik ditemukan. Dan masalah potensial yaitu masalah

kesehatan nyata akan terjadi jika tidak dilakukan intervensi

keperawatan (Budi Ana Keliat, 1990)

Diagnosa yang muncul sesuai prioritas pada gastroenteritis

adalah:

a. Keseimbangan cairan elektrolit sehubungan dengan out put yang

berlebihan.

b. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang

tidak adekuat.

c. Gangguan rasa nyaman (nyeri) yang berhubungan dengan kram

abdomen diare dan muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler

dan hiperperiskaltik.

d. Gangguan pola eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan proses

infeksi yang menyebabkan hiperperistaltik usus.

3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana asuhan keperawatan menurut Hunt Jenefer dan Mark

adalah catatan yang ada tentang intervensi rencana perawatan

19
merupakan mata rantai antara penetapan kebutuhan klien dan

pelaksanaan tindakan keperawatan. Dalam hal ini disusun dengan

melibatkan klien secara optimal, agar dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan terjalin suatu kerja sama yang saling membantu dalam

proses pencapaian tujuan keperawatan dalam memenuhi kebutuhan

klien sesuai dengan diagnosa keperawatan, maka prioritas masalah,

tujuan, kriteria hasil serta rencana tindakan pada klien gastroenteritis

adalah sebagai berikut:

a) Gangguan keseimbangan dan elektrolit berhubungan dengan out

put berlebihan

Dengan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit dapat teratasi dan tidak terjadi

lagi.

Intervensi

1. Monitor cairan infus dan tetesannya tiap 1 jam.

2. Monitor tanda-tanda vital tiap 6-7 jam.

3. Monitor tanda-tanda dehidrasi.

4. Catat intake dan out put dengan adekuat.

5. Anjurkan klien untuk banyak minum.

6. Tambahan advis terapi medis

20
Rasional

1. Pada dehidrasi berat beberapa infus 1 jam pertama tidak

boleh macet sehingga pemasukan cairan ke dalam tubuh tetap

adekuat.

2. Tanda-tanda vital dalam batas normal menunjukkan keadaan

umum klien dan deteksi dini dalam melakukan tindakan.

3. Tanda-tanda dehidrasi perlu dilakukan seperti keadaaan

umum sehingga dapat mengetahui derajat dehidrasi ringan,

sedang dan berat sehingga kebutuhan cairan dapat dilakukan.

4. Pencatatan intake dan output cairan penting dilakukan untuk

menentukan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.

5. Untuk membantu pemenuhan cairan lewat oral sehingga

kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi.

6. Melakukan intervensi sesuai advis terapi medis dalam

pemberian cairan, antipiretik, dan pemberian cairan,

antiperitik, antimetik maupun antibiotik.

b) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan)

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam makan yang disediakan

dihasilkan berat badan seimbang dengan tinggi badan, klien

tampak segar dan tidak tampak lemah.

21
Intervensi

1. Kaji status nutrisi melalui oral.

2. Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering.

3. Berikan diit rendah gula.

4. Timbang berat badan tiap hari.

5. Motivasi klien agar untuk mengurangi aktivitas yang

berlebihan.

Rasional

1. Mengetahui intake makanan setiap hari dan menentukan

tindakan selanjutnya.

2. Mencegah terjadinya muntah dan membantu mempercepat

penyerapan makanan di lambung.

3. Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh secara adekuat dan

mempermudah penyerapan makanan dan mengurangi

peningkatan peristaltik usus.

4. Mengetahui tingkat perkembangan pemenuhan kebutuhan

nutrisi setiap hari.

5. Mengurangi aktifitas berlebihan yang menguras energi klien.

c) Gangguan rasa nyaman (nyeri) sampai dengan kram abdomen

diare dan muntah sekunder terhadap dilatasi vaskuler dan

hiperperistaltik.

Dengan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam

gangguan rasa nyaman nyeri dapat diatasi dan tidak timbul lagi.

22
Intervensi

1. Kaji ulang tingkat nyeri klien dan cari kemungkinan

penyebabnya.

2. Atur posisi sesuai dengan kehendak klien untuk mengurang

klien.

3. Ajarkan tehnik distribusi untuk mengurangi nyeri.

4. Laksanakan advis terapi medis.

Rasional

1. Mengkaji tingkat nyeri klien untukdapat diketahui tindakan

yang sesuai dalam mengatasi nyeri.

2. Mengurangi nyeri dan ketegangan otot perut.

3. Teknik nafas panjang, memberikan penghangatan dan

mengistirahatkan organ yang sakit dapat mengurangi nyeri.

4. Melakukan intervensi sesuai advis terapi medis dalam

pemberian analgesik dan antibiotika.

d) Gangguan pada eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan

terjadinya proses intake yang menyebabkan hiperperistaltik usus.

Dengan kriteria hasil

Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam frekuensi BAB 1 kali dalam

sehari, konsistensi tinja tidak encer, peristaltik usus dalam batas

normal (3-35 kali/menit).

23
Intervensi

1. Kaji frekuensi jumlah, konsistensi dan warna tinja.

2. Perlakukan klien lebih banyak istirahat bila diare sedang

berlangsung.

3. Auskultasi abdomen setiap 8 jam sekali untuk mendengarkan

perubahan bising usus.

4. Berikan minum secara bertahap dan hindarkan makanan yang

merangsang.

5. Kolaborasi dalam memberikan antibiotik dan kaitan efek

samping obat.

Rasional

1. Mengalami sejauh mana tingkat derajat dehidrasi klien.

2. Istirahat dapat mengurangi peristaltik usus tidak

memperparah keadaan fisik klien.

3. Mengetahui keberhasilan tindakan dengan mendengarkan

setiap 8 jam sekali sudah ada perubahan peristaltik.

4. Berikan minum bertahap dan kurangi rangsangan peristaltik

dan makanan yang merangsang akan meningkatkan peristaltik

usus.

5. Antikrosik akan membantu menghilangkan faktor pencetus

dan menghilangkan efek samping untuk menghindari hal-hal

yang tidak diinginkan dan segera memberikan tindakan yang

sesuai.

24
C. PELAKSANAAN

Tahap pelaksanaan merupakan penerapan tindakan keperawatan

yang telah disusun pada tahap perencanaan. Pada kasus gastroenteritis

pelaksanaan lebih diutamakan pada masalah defisi volume cairan sesuai

pada tahap perencanaan berdasarkan urutan prioritas masalah.

D. EVALUASI

Merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk memulai apakah tujuan pada tahap perencanaan tercapai atau tidak

sesuai kriteria standart yang telah ditentukan. Pada tiap masalah

keperawatan secara umum pada kasus gastroenteritis yang perlu dievaluasi

adalah:

a. Frekuensi BAB dalam 24 jam

b. Konsistensi

c. Warna

d. Tanda-tanda volume cairan

25
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Biodata Pasien

a. Nama : Ny. S

b. Umur : 73 tahun

c. Jenis Kelamin : Perempuan

d. Suku / Bangsa : Indonesia

e. Agama : Islam

f. Pekerjaan : -

g. Alamat : Jl. Letjend. Sutoyo 04 Banyuwangi

h. Tanggal / Jam MRS : 7 Januari / 21.00 malam

i. No. Register : 2007 01 07 074

j. Tanggal Pengkajian : 8 Januari 2007.

Biodata Penanggung Jawab

a. Nama : Tn. T

b. Umur : 52 tahun

c. Jenis Kelamin : Laki-laki

d. Agama : Islam

e. Pekerjaan : Wiraswasta

f. Suku / Bangsa : Indonesia

g. Alamat : Jl. Letjend. Sutoyo 04 Banyuwangi

h. Hubungan dengan pasien : Anak

26
2. Keluhan Utama

a. Keluhan MRS

Klien mengatakan BAB 10x sehari, mules terasa mual muntah,

mencret dan kepala terasa pusing.

b. Keluhan saat pengkajian

Keluarga klien mengatakan bahwa klien masih mencret tadi malam

sebanyak 5x tanggal 8 januari 2007 suhu tubuh klien agak panas.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien mengatakan pada tanggal 6 Januari klien makan bakso

setelah itu dia mencret terus selama sehari semalam, tapi setelah diberi

obat mencret sesudah itu dia mencret terus menerus dan berlendir,

bukanya hilang malah tambah parah.

Klien datang bersama keluarganya ke rumah sakit fatimah.

Keluarga klien mengatakan sejak tadi malam tanggal 6 januari 2007

klien BAB 10x (dengan konsistensi mencret : cair, berlendir, dan sedikit

ampas) perut merasa mulas, mual, muntah, dan kepala terasa pusing

suhu badan panas naik turun.

4. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Klien mengatakan bahwa klien baru pertama kali menderita

sakit seperti ini, sebelumnya keluarga klien juga mengatakan bahwa

klien tidak pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.

27
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien mengatakan keluarga klien tidak pernah menderita

penyakit yang sama seperti penyakit yang diderita oleh klien sekarang,

klien juga mengatakan ada riwayat penyakit menurun (DM) pada

keluarganya klien mengatakan ayahnya yang menderita penyakit (DM).

6. Riwayat Psikososial dan Status Spiritual

a. Riwayat psikologis

Klien mengatakan sadar penyakitnya dapat ditimbulkan dengan

bentuk tenaag kesehatan dalam waktu cepat. Hal ini dibuktikan

dengan klien bersifat baik dan komunikatif.

b. Aspek sosial

Klien mengatakan bahwa klien tinggal bersama anak-anaknya dan

juga cucunya, hubungan dengan keluarga sangat baik, dan dengan

pasien saat di rumah sakit juga baik.

c. Aspek spiritual

Klien mengatakan bahwa klien menganut agama Islam dan klien

mengatakan juga klien belum bisa sholat karena masih sakit klien

tetap sabar dan selalu berdoa agar cepat sembuh.

7. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Pola nutrisi

1). Sebelum sakit

Klien mengatakan biasanya klien makan 3 kali sehari dengan

porsi sepiring dan habis.

28
Komposisi nasi, sayur, dan lauk pauk, dan juga minum air

mineral.

2). Saat sakit

Klien mengatakan sejak mencret terus menerus, klien tidak

nafsu makan karena mual dan muntah saat makan, porsi diet

yang disediakan rumah sakit tidak selalu dihabiskan selalu ada

sisa. Makanan yang tersisa ½ dari porsi yang disediakan.

b. Pola eliminasi

1). BAB sebelum sakit

Sebelum sakit klien mengatakan bahwa klien biasanya

BAB sebanyak 1 s/d 2x perhari tidak ada gangguan dalam BAB

dengan konsistensi padat dan warna kuning bau khas feces.

BAB saat sakit

Saat sakit klien mengatakan bahwa klien sebelum

dibawa ke RSU Fatimah mencret 10x perhari, klien juga

mencret sebanyak 5x dari tadi malam sampai pagi. Out putnya

300 cc konsistensi cair dan berlendir.

2). BAK sebelum sakit

Sebelum sakit klien mengatakan buang air kecil

sebanyak 2 s/d 3 kali perhari tidak ada gangguan dalam BAK.

BAK saat sakit

Klien mengatakan saat sakit BAK sebanyak 5 s/d 6 kali

dan ditampung di pispot sebanyak 500 cc.

29
c. Pola kebersihan diri

1). Sebelum sakit

Klien mengatakan biasanya mandi 2x sehari pagi dan sore dan

gosok gigi 1x sehari, keramas 2x dalam satu minggu setiap

kukunya mulai panjang selalu dipotong sendiri.

2). Saat sakit

Klien hanya diseka 2x sehari pagi dan sore oleh anak atau

keluarganya lainnya, ganti pakaian sehabis diseka, tidak

keramas dan tidak gosok gigi.

d. Pola aktivitas, latihan dan bermain

1). Sebelum sakit

Keluarga klien mengatakan klien dapat melakukan aktivitas

sehari-hari yang meliputi makan, minum, BAB, BAK.

2). Saat sakit

Keluarga klien mengatakan klien hanya terbaring lemas diatas

tempat tidur, selama sakit kebutuhan klien dibantu oleh

keluarganya klien sendiri.

e. Pola istirahat dan tidur.

1). Sebelum sakit

Klien mengatakan klien tidur teratur biasanya 7 s/d 9 jam

sehari. Malam 21.00 – 04.00 = 7 jam

Siang 13.00 – 15.00 = 2 jam

30
2). Saat sakit

Saat masuk rumah sakit klien mudah tertidur dan juga mudah

terbangun apabila mendengar suara berisik atau apabila

disentuh atau dipegang sedikit.

Malam 23.00 – 05.00 = 6 jam.

Siang 13.00 – 14.00 = 1 jam.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Keadaan umum lemah, klien hanya terbaring ditempat tidur

composmetis, terpasang infus RL 20 tetes/detik ditangan sebelah

kiri. Scala coma glargow :

Respon motorik : 6

Respon verbal : 5

Respon buka mata : 4

15

b. Tanda-tanda vital

TD =110/70 N =80x / mnt

RR =20x / mnt T =37,50 c

c. Status gizi

TB = 155 cm

BB = 50 kg

Saat sakit

BB = 48 kg

d. Pemeriksaan cepalo – caudal

31
1) Kepala dan rambut

- Bentuk kepala lonjong, kulit tidak ada luka, tidak ada

ketombe.

- Warna rambut putih, lurus, persebaran merata.

- Pada rambut terlihat kotor, karena tidak dibersihkan.

2) Hidung

Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada secret,

tidak ada nyeri tekan, septum nasal tepat berada di tengah.

3) Telinga

Kedua telinga simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada

serumen dan tidak ada nyeri tekan.

4) Mata

Mata kanan/kiri : simetris, tidak ada luka / lesi.

Alis mata : agak cowong, simetris

Sclera : berwarna putih

Konjungtiva : tidak ada tanda anemis.

5) Mulut, gigi, lidah, tonsil, pharing.

Mulut : tidak ada lesi sedikit bau karena tidak gosok gigi.

Gigi : gigi tidak lengkap, tanggal karena sudah tua.

Lidah : berwarna merah

Tonsil : tidak ada pembesaran

Bibir : kering

Pharing : tidak kemerahan.

32
6) Leher dan tenggorokan

- Tidak ada pembesaran pada kelenjar Tyroid

 Tidak ada nyeri menelan

 Tidak ada pembesaran KGB

- Leher tampak kotor

7) Dada dan thorax

a. Inspeksi

Bentuk simetris, pernafasan reguler, expansi paru

simetris, menggunakan pernafasan dada.

b. Palpasi

Tidak ada peningkatan / vokal fremitul merata dikedua

lapang paru, pernafasan simetris, tidak ada nyeri tekan.

c. Perkusi

Terdengar sonor disemua lapang paru.

d. Auskultasi

Tidak terdengar suara tambahan (rales, ronchy,

wheezing).

8) Pemeriksaan jantung

a. Inspeksi

Ictus cordis tidak tampak, tidak terlihat adanya denyutan

ictus cordis di ICS 5 mid clavicula sinistra.

b. Palpasi

Ictus cordis di ICS 5 mid clavicula sinistra tidak teraba.

c. Perkusi

33
- Tidak ada pembesaran jantung

- Terdengar pekak, batas jantung atau di ICS 2

(internal dextra) pada jantung bawah ICS 6 di mid

clavikula sinistra.

d. Auskultasi

Tidak terdengar bunyi jantung III Bj I dan Bj II terdengar

tunggal, tidak terdapat mur-mur.

9) Payudara

a. Inspeksi

Payudara simetris kanan dan kiri tidak ada benjolan

b. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan pada daerah sekitar

10) Pemeriksaan abdomen

a. Inspeksi

Bentuk rata, tidak ada bayangan veria, warna seperti

warna sekitar, umbilikus normal tampak kotor.

b. Auskultasi

Peristaltik usus 40x / menit

c. Perkusi

Terdengar tympani

d. Palpasi

Tidak teraba massa, tidak ada pembesaran hepar.

11) Integumen, extrimitas, kuku dan kekuatan otot

34
Terpasang infus pada tangan kiri, extrimitas tampak kotor, tak

ada syanosis, tidak ada claping finger, warna kuku merah

muda, kuku tidak panjang tidak ada odema.

Kekuatan otot
5 5
5 5

Turgor kulit kembali + 1-2 detik

12) Genetalia dan anus

Genetalia bersih tidak ada luka, lesi, tidak ada keluhan nyeri,

saat kencing anus tidak iritasi/lecet.

13) Pemeriksaan penunjang

a. Hematologi

LED : 96 (N:0-20)

Hb. Spectrophotometer 9% : 4,8 gr% (N:2-16)

Leucosit / mm3 : 5200 (N:51-67)

Limphosit : 26 (N:25-37)

Monosit : 3 (N:2-6)

b. Foal Hati

SGOT : 43,7 (N:21)

SGPT : 23,1 (N:22)

c. Foal Ginjal

BUN : 9,65 (N:820)

14) Penatalaksanaan

- Infus RL : 10 tts/menit

- Infeksi Cefotaxime : 1 gr 3x1 Cotrimox : 3x2

35
Rantin : 2x1/ampuls Imodium : 3x1

Dexanta : 3x1

15) Harapan klien

Klien mengatakan bahwa klien dan keluarganya

mengharapkan supaya klien bisa lekas sembuh dari sakitnya

dan segera bisa berkumpul lagi dengan keluarganya.

16) Genogram.

: Perempuan
: Laki-laki
: Garis perkawinan
: Garis keturunan
: Penderita/klien
: Garis tinggal dalam 1 rumah

36
ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. S


No. Register : 2007 01 07 074

No. Kelompok Data Masalah Etiologi


1. Ds : Gangguan Malabsorsi makanan
Keluarga klien mengatakan keseimbangan
bahwa klien mencret 10x cairan dan elektrolit Enzim pepsin
konsistensi cair, berlendir, berhubungan merangsang peristaltik
ampas sedikit, volume 300 cc dengan output yang
Do : berlebihan Hiporperistaltik
- turgor kulit kembali 1-2 detik
- mata agak cowong Menurunkan
- mukosa bibir kering kesempatan menyerap
- pada tangan kiri terpasang makanan
infus RL 30 tts/menit
- peristaltik usus 40 x/menit Gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit
2. Ds Gangguan Masukan makanan/
Klien mengatakan sejak masuk pemenuhan nutrisi minuman yang
RS klien tidak nafsu makan berhubungan terkontaminasi
karena mual dan terasa ingin dengan intake yang
mutnah tidak adekuat Infeksi pada mukosa
Do : usus
- keadaan umum lemah
- bila makan mual-mual Menimbulkan
mekanisme tubuh
- lidah kotor
untuk mengeluarkan
- pola makan
toksin
- Sebelum sakit: klien
makan 3x hari dalam
Peningkatan gerakan
porsi piring konsistensi
usus
nasi, sayur-sayuran, lauk
pauk, minum air mineral
- Saat sakit: klien makan Berkurangnya
3x sehari dengan kesempatan usus
pemberian diit BH, klien menyerap makanan
tidak nafsu makan
karena mual dan muntah, Gangguan pemenuhan
Cuma 4 s/d 5 sendok nutrisi kurang dari
- BB saat sakit = 48 kg kebutuhan tubuh
- BB sebelum sakit = 50 kg

37
DAFTAR MASALAH

Nama Pasien : Ny. S


No. Register : 2007 01 07 074

Tanggal Tanggal Tanda


No. Diagnosa Keperawatan
Muncul Teratasi Tangan
1. 08-01-2007 Gangguan keseimbangan 10-01-2007
Jam 08.00 cairan dan elektrolit kurang
pagi dari kebutuhan tubuh
TTV : TD : 110/70 mm/Hg
N : 80 kali/menit
S : 37,5oC
RR : 20 kali/menit
Buang air besar + 10 kali per
hari dengan konsistensi cair,
berlendir, ampas sedikit,
volume tiap buang air besar
300 c, turgor kulit kembali 1-2
detik, mata agak cowong, bibir
kering, peristaltik usus 40
kali/menit

2. 08-01-2007 Gangguan pemenuhan nutrisi 10-01-2007


Jam 08.00 kurang dari kebutuhan tubuh
pagi yang ditandai dengan,
keadaan umum lemah, bila
makan mual-mual, lidah kotor,
muntah, diet tidak dihabiskan
Cuma ½ porsi berat badan
menurun dari 50 kg turun 2 kg
menjadi 48 kg

38
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

No. Register : 2007.01 07 074

Tanggal No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

08-01-2007 1 Gangguan keseimbangan Setelah dilakukan DS: Klien mengatakan BAB 1. Bina hubungan 1. Meningkatkan hubungan
cairan dan elektrolit tindakan 3x24 1-3 kali/hari dengan saling percaya. kerjasama dan kooperatif
berhubungan dengan out jam. Gangguan konsistensi berampas dengan klien dan
2. Monitor cairan infus
put berlebihan. keseimbangan dan agak padat keluarga dalam proses
dan tetesannya tiap
cairan dan penyembuhan.
1 jam.
elektrolit dapat
2. Pada dehidrasi berat
teratasi dan tidak DO: - Mukosa bibir lembab. 3. Monitor tanda-
tetesan infuse 1 jam
terjadi lagi. tanda dehidrasi.
- Turgor kulit kembali pertama tidak boleh
< 1 dtk. 4. Catat intake dan macet sehingga
output dengan pemasukan cairan ke
- Mata tidak cowong
adekuat. dalam tubuh tetap ade
- TTV : kuat.
5. Monitor tanda-
TD = 120/80 mm/hg tanda vital tiap 6 3. Tanda-tanda dehidrasi
N = 80x / mnt jam. perlu dilakukan seperti
6. Anjurkan klien keadaan umum sehingga
S = 360 C dapat mengetahui
untuk banyak
RR = 20x / minum. derajat dehidrasi ringan,
sedang, dan berat
7. Tambahkan advis sehingga kebutuhan
terapi medis. cairan dapat dilakukan.

39
4. Pencatatan intake dan
output cairan penting
dilakukan untuk
menentukan
keseimbangan cairan dan
elektrolit dalam tubuh.
5. Tanda-tanda vital dalam
batas normal
menunjukan dalam
keadaan umum dan
deteksi dini dalam
melakukan tindakan.
6. Minum dapat menambah
intake dan cairan melalui
oral.
7. Untuk membantu
pemenuhan cairan lewat
oral sehingga kebutuhan
cairan dan elektrolit
terpenuhi. Melakukan
intervensi sesuai advis
terapi medis dalam
pemberian cairan,
antiperitik dan antimetik
maupun antibiotik.

08-01-2007 2. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan DS: Klien mengatakan nafsu 1. Kaji status nutrisi 1. Mengetahui intake
nutrisi berhubungan tindakan 3 x 24 makan meningkat serta melalui oral. makanan setiap hari dan
dengan intake yang tidak jam maka yang tidak mual dan muntah. menentukan tindakan
2. Berikan makanan
adekuat disediakan

40
dihasilkan berat DO: - Keadaan umum dalam porsi kecil selanjutnya.
badan seimbang tampak segar. tetapi sering.
2. Mencegah terjadinya
dengan tinggi
- Lidah tidak kotor. 3. Berikan diit BH muntah dan membantu
badan klien
rendah gula. mempercepat
tampak segar dan - Bila makan tidak
penyerapan makanan
tidak tampak merasa mual lagi. 4. Timbang berat
dilambung.
lemah. badan tiap hari.
- Klien menghabiskan
3. Memenuhi kebutuhan
diit BH rendah gula. 5. Motivasi klien agar
nutrisi tubuh secara
untuk mengurangi
- Berat badan kembali adekuat dan
aktivitas yang
normal dari 48 mempermudah
berlebihan.
kembali 50 kg. penyerapan makanan
dan mengurangi
peningkatan peristaltik
usus.
4. Mengetahui tingkat
perkembangan
pemenuhan kebutuhan
nutrisi setiap hari.
5. Mengurangi aktivitas
berlebihan yang
menguras energi klien.

41
CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. S

No. Register : 2007 01 07 074

Tanggal Jam No Tindakan Keperawatan TT

08-01-2007 08.0 1. - Meningkatkan hubungan kerjasama dan


0 kooperatif dengan klien dan keluarga.

09.0 - Memonitor cairan infus dan tetesannya tiap


0 1 jam

10.0 - Mendeteksi tanda-tanda dehidrasi


0

10.3 - Mencatat intake dan out put dengan


0 adekuat

11.0 - Memonitor tanda-tanda vital tiap 6 jam


0

11.4 - Menganjurkan klien untuk banyak minum


5

14.0 - Memberikan tambahan advis terapi medis.


0

09-01-2007 10.0 2. - Mengkaji status nutrisi melalui oral.


0

11.0 - Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi


0 sering

11.3 - Memberikan diet BH rendah gula


0

13.0 - Menimbang berat badan setiap hari


0

14.0 - Memotivasi klien untuk mengurangi


0 aktifitas yang berlebihan.

42
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny. S


No. Register : 2007 01 07 074
No. Tanggal Tanggal Tanggal
Dx 08-01-2007 09-01-2007 10-01-2007
1. S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan
bahwa klien BAB 3x sehari sejak siang tidak
mencret 10 sejak dengan konsistensi BAB sejak pagi 1
2 hari yang lalu tidak cair banyak kali dengan
dengan ampas, lembek kosistensi lembek
konsistensi cair, agak padat.
berlendir, dan
sedikit berampas.
O: - Turgor kulit O: - Turgor kulit O: - Turgor kulit
kembali 1-2 kembali 1 dtk kembali <1 dtk
dtk
- Mata agak - Mata agak - Mata tidak
cowong cowong cowong
- Mukosa bibir - Mukosa bibir - Mukosa bibir
kering agak lembab lembab
- TTV - TTV - TTV
TD:110/70 TD:120/80 TD:120/80
mm/hg mm/hg mm/hg
N : 80 x / mnit N : 80 x / mnit N : 80 x / mnit
S : 37,5 C0
S : 36,5 C
0
S : 35,80 C
RR : 20x / mnt RR : 20x / mnt RR : 20x / mnt
- Periltaltik usus - Periltaltik usus - Periltaltik usus
40x/mnt 30x/mnt 25x/mnt
A: Masalah belum A: Masalah teratasi A: Masalah teratasi
teratasi sebagian
P: Lanjutkan P: Lanjutkan P: Hentikan
intervensi intervensi intervensi
2,3,4,5,6,7. 2,3,4,5,6,7.
2. S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan S: Klien mengatakan

43
tidak nafsu makan nafsu makan nafsu makan
terasa mual dan meningkat meningkat tidak
terasa ingin meskipun klien mual.
muntah. merasa masih
mual
O: - Keadaan O: - Keadaan O: - Keadaan
umum lemah umum agak umum tampak
segar segar
- Bila makan - Bila makan - Bila makan
mual-mual masih mual tidak mual
- Lidah kotor - Lidah tidak - Lidah tidak
kotor kotor
- Berat badan - Berat badan - Berat badan
mengalami mengalami kembali
penurunan peningkatan normal
A: Masalah belum A: Masalah belum A: Masalah teratasi
teratasi teratasi
P: Lanjutkan P: Lanjutkan P: Hentikan
intervensi 2,3,4,5 intervensi 2,3,4,5 intervensi.

44
BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan adalah suatu pengamatan dengan tujuan untuk

mengetahui kenyataan yang ada pada kasus nyata dengan membandingkan

antara teori pada BAB III (tinjauan kasus). Pada BAB IV ini membahas seluruh

aspek keperawatan mulai dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi pada klien Ny. S dengan gastroenteritis di RSI FATIMAH BANYUWANGI

tersebut meliputi :

A. PENGKAJIAN

Pada tahap pengkajian ini terdiri dari 3 tahap yaitu : Pengumpulan

data, Analisis data dan Diagnosa keperawatan.

Pada tahap pengumpulan data meliputi aspek Bio, Psiko, Sosial

dan Spiritual tidak ditemukan kesenjangan. Pada saat penggalian data

penulis tidak mengalami banyak kesulitan karena klien kooperatif dan klien

banyak membantu perawat dalam melakukan proses perawatan.

Pada keluhan utama atau alasan klien masuk rumah sakit dimana

klien mengalami diare sejak sehari sebelum masuk rumah sakit. Buang air

besar lebih dari 10 kali dirumah dengan konsistensi cair bercampur lendir

dan dibawah sehari kemudian ke RSI FATIMAH tepatnya tanggal 7 januari

2007 pukul 20.00 WIB. Hal ini sesuai dengan teori dimana klien mengalami

diare akut yaitu buang air besar yang cair melebihi tiga kali dalam sehari

(WHO, 1890) dan timbulnya secara mendadak dan berlangsung singkat

dalam beberapa jam. (Hendarwanto, 1997).

45
Pada pengkajian pola kebiasaan sehari-hari pada kasus nyata

dijumpai adanya gangguan. Pada nutrisi klien mengalami gangguan dalam

pola nutrisi kurang dari kebutuhan akibat dari rasa mual dan nyeri yang

menyebabkan nafsu makan klien menurun demikian juga pola minum klien

menurun.

Pola eliminasi klien juga mengalami gangguan dimana BAB klien

lebih dari 10 kali pada saat pengkajian dengan stiap kali BAB + 300 ml

sehingga hal ini juga berakibat pada pola BAK menurun akibat ginjal tidak

mengeluarkan produk metaboliknya akibat dari kurangnya cairan dalam

tubuh.

Pada pola aktifitas sehari-hari mengalami gangguan dikarenakan

kelemahan tubuh akibat dari banyaknya cairan yang keluar melaui diare dan

muntah. Hal tersebut diatas sesuai dengan teori, kecuali pada pola minum

klien. Pada kasus minum klien menurun akibat rasa mual dan nyeri.

Meskipun klien sering merasa haus tetapi bila minum terlalu banyak

mambuat perut klien mual dan nyeri. Hal ini disebabkan minuman yang

terlalu banyak akan menekan area gastrik sehingga menyebabkan mual.

(Lynda Juall Carpenito, 1999).

Pada pemeriksaan fisik pada kasus nyata tidak banyak mengalami

pembedaan dengan teori dimana klien tampak lemah, terjadi penurunan

berat badan, hal ini sama dengan berat badan pada teori disebabkan intake

yang tidak adekuat, tetapi pada kasus nyata klien mengalami penurunan

berat badan disebabkan oleh kehilangan cairan yang berlebihan bukan

karena intake yang tidak adekuat. Penurunan berat badan disebabkan oleh

46
intake yang tidak nutrisi yang tidak adekuat dapat terjadi setelah minimal 3

hari.

Pada pemeriksaan kesadaran pada kasus nyata ditemukan klien

dalam keadaan composmentis meskipun klien tampak lemah. Hal ini

terdapat kesenjangan dengan teori dimana klien gastroenteritis dapat terjadi

kesadaran berupa samnolen, stupor bahkan bisa jatuh pada kondisi syok

hipovolemik, namun pada kenyataan kasus nyata tidak ditemukan. Hal ini

mungkin terjadi oleh karena klien sudah mendapatkan cairan sesuai

kebutuhan dan mendapatkan dengan cepat.

Pada tanda-tanda vital tidak didapatkan kesenjangan antara

penurunan tekanan darah, peningkatan nadi, peningkatan frekwensi

pernafasan, peningkatan nadi dan peningkatan suhu tubuh.

Pada pemeriksaan cepalo-caudal ada beberapa kesenjangan

antara teori dan kasus nyata, yaitu pada pemeriksaan kepala dan rambut.

Pada teori disebutkan bahwa rambut klien dapat rontok, tetapi pada kasus

nyata tidak didapatkan, hal ini dikarenakan klien masih satu hari dehidrasi,

sehingga belum tampak adanya rambut rontok akibat dampak dari

kekurangan nutrisi.

Pada diagnosa keperawatan dalam kasus nyata didapatkan empat

diagnosa keperawatan. Pada teori disebutkan ada tujuh diagnosa

keperawatan sehingga ada tiga diagnosa yang tidak muncul yaitu :

a Intoleransi aktivitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik. Pada

diagnosa ini tidak muncul dikarenakan peran kelurga sangat membantu

47
permasalahan ini, dimana kelemahan fisik klien dapat diatasi lewat

segala aktifitas selama sakit diambil alih keluarga.

b Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan iritasi pada daerah

sekitar anus tidak muncul karena klien dengan dibantu keluarganya

selalu membersihkan daerah sekitar anus dan mengatakan merasa

tidak nyaman bila tidak dibersihkan, sehingga kebersihan daerah sekitar

anus tetap terjaga kebersihanya agar tidak terjadi gangguan integritas

kulit.

c Gangguan Psikologis (cemas) berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakitnya dan piñatalaksanaannya juga tidak

muncul disebabkan peran keluarga dapat memotivasi klien agar

mendapat perawatan medis dan klien mengatakan bahwa tidak cemas

dengan penyakitnya dan dapat dengan cepat disembuhkan.

Pada diagnosa keperawatan kebutuhan nutrisi terjadi hal yang

tidak sama antara kasus nyata dan teori. Dimana pada teori disebutkan

diagnosa keperawatan tersebut actual, tetapi pada kasus nyata diagnosa

keperawatan tersebut masih potensial, karena klien baru 1 hari masuk

rumah sakit, sedangkan gangguan nutrisi minimal bisa terjadi 3 hari. Pada

data tersebut ada penurunan berat badan yang diakibatkan kehilangan

cairan dan elektrolit yang berlebihan bukan karena gangguan nutrisi.

B. PERENCANAAN

Perencanaan pada teori dan kasus nyata tidak terdapat

kesenjangan, hanya saja pada teori belum bisa ditentukan jangka waktu

48
untuk pencapai tujuan, karena pada teori belum melihat langsung keadaan

klien. Sedangkan perencanaan pada kasus nyata sudah bisa ditentukan

jangka waktu untuk pencapaian tujuan, karena penulis langsung kelapangan

dan melihat keadaan klien secara langsung dan juga berorientasi pada

tingkah laku klien.

Adapun yang diprioritaskan pada kasus nyata dalam perencanaan

ini dan harus segera ditangani yaitu masalah keseimbangan cairan dan

elektrolit dan gangguan rasa nyaman. Karena masalah ini bila tidak

ditangani akan terjadi dehidrasi berat dan kemajuan klien dalam proses

perwatan akan terganggu dan akan memperparah keadaan klien.

C. PELAKSANAAN

Pelaksanaan merupakan realisasi dari rencana keperawatan

berupa kegiatan yang disesuaikan dengan perencanaan. Pada perencanaan

tindakan keperawatan ada 2 diagnosa keperawatan yang harus dilaksanakan

dan 2 diagnosa keperawatan tersebut dapat dilakukan dengan baik oleh

perawat. Hal ini tidak lepas dari peran keluarga yang ikut mendukung dan

berpartisipasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini.

D. EVALUASI

Evaluasi merupakan penilaian dari hasil asuhan keperawatan yang

keberhasilanya disesuaikan dengan tujuan dan kriteria standart yang telah

ditentukan.

49
Pada masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

tercapai dalam waktu 3x24 jam yang ditandai dengan tanda-tanda vital.

Tensi 120/80 mm/Hg, nadi 80 kali/menit, suhu 35,5 oc, turgor kulit kurang

dari 1 detik, keadaan umum baik, mata tidak cowong dan mokusa bibir

lembab.

Faktor penghambat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada

klien dengan gastroenteritis ini dalam hal ketidakbiasaan klien BAB sambil

berbaring, walaupun tempat tidur klien khusus untuk klien gastroenteritis

(diare) yang ada lubangnya, klien sering minta turun ke WC. Hal ini

bertentangan dengan intervensi batas aktivitas selama masih terjadi diare,

sehingga peran keluarga sangat penting untuk menggerakkan dan

memotivasi klien untuk tetap BAB sambil berbaring.

Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini

adalah penulis dapat berkolaborasi dengan tim perawat, sehingga dapat

membantu penulis dalam pengumpulan data sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ini.

50
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan

gastroenteritis kronis, maka penulis dapat mengambil kesimpulan.

1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan gastroenteritis

ditemukan keluhan BAB 10x berlendir dan cair, mual, muntah, keluhan

ini menimbulkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dan

gangguan pemenuhan nutrisi pada klien. Pada pemeriksaan fisik terjadi

penurunan tonus otot sehingga klien tidak mampu beraktifitas secara

optimal.

2. Diagnosa Keperawatan

Dari pengkajian dapat diidentifikasi masalah dengan diagnosa

keperawatan sebagai berikut :

a Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan berlebih melalui diare dan muntah.

b Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang

berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap mual dan

muntah.

3. Perencanaan

Perencanaan pada kasus ini dibuat berdasarkan masalah yang muncul

pada klien dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi serta sarana

51
yang ada diruangan serta disusun sesuai dengan prioritas diagnosa

keperawatan.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan pada dasarnya merupakan penerapan pada rencana

asuhan keperawatan yang bertujuan untuk menyelesaiakan masalah

yang dihadapi klien, tapi tidak semua perencanaan dapat dilaksanakan

karena disesuaikan dengan situasi, kondisi dan fasilitas yang ada

5. Evluasi

Evaluasi dilakukan sampai hari ketiga, karena pengkajian pada klien

selama tiga hari, sehingga masalah yang muncul masih belum teratasi.

B. SARAN

1. Dalam melakukan tindakan keperawatan hendaklah perawat tidak

hanya memfokuskan pada pengobatan fisik klien saja. Tetapi juga

dengan memberikan pengobatan pada psikologis klien, sehingga dalam

proses keperawatan, perawat juga dituntut untuk melakukan

pendekatan dengan komunikasi terapeutik.

2. Pada kasus gastroenteritis, pendidikan kesehatan pada keluarga sangat

penting, sebab mengingat penyakit ini berhubungan dengan

kebersihan, sehingga pada kasus gastroenteritis ini perlu ditekankan

bahwa pencegahan lebih penting dengan menjaga kebersihan

lingkungan sekitar, serta mengkonsumsi makanan yang bersih sehingga

tidak timbul penyakit ini terulang.

52
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Juall (2000), Rencana Asuhan dan Dukumentasi Keperawatan .

Keliat. Budi. Ana, (1990), Diagnosa Keperawatan, Jakarta EGC.

Kasiman dr. Sutomo dkk (2000), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Edisi 3, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia (UI)

Mansjoer A, dkk. (2001), Kapita selekta kedokteran, jilid 2, edisi 3, Jakarta.


Penerbit Media Aescula Pius.

Depkes RI. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan, Depkes RI : Jakarta

53

Anda mungkin juga menyukai