Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN KEPERAWATAN

(ASMA BRONCHIAL)

Disusun :

SITTI HASRIYANTI MUSLIM


ARIFUDDIN
PUSPA AYU RAMADHANI
RISMAYANTI
RISAL
SANTI AZIZ
YEYEN PUSPITA

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN BUTON


TAHUN AKADEMIK
2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmad dan
karunianya kami selaku kelompok VIII dapat menyelesaikan tugas yang telah
diberikan kepada kelompok kami serta kami berterimah kasih pula karena telah
mempercayakan materi yang berjudul “ASKEP ASMA BRONCHIAL“. Dalam
pemenuhan tugas mata kuliah KMB I Dan tak lupa pula kami ucapakan terimah
kasi kepada :
1. Kepada tuhan yang maha kuasa karena atas izinnya kami dapat
menyelesaikan tugas kami walaupun terdapat banyak halangan serta
rintangan yang kami hadapi akan tetapi, berkaat ridhonya kami mampu
menghadapi halangan serta rintangan tersebut,
2. Kepada para orang tua kami karena atas restu dan doa mereka pula
kami dapat menyelesaikan makalah ini,
3. Kepada para wali kami yang telah memberikan kepercayaan kepada kami
sehingga kami bermotivasi dalam mengerjakan tugas makalah kami
4. Kepada dosen pembimbing kami Pak Aswan ,S.Kep, Ns. Yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami mendapatkan pengetahuan serta
wawasan mengenai materi ini.
5. Kepada para teman-teman kami yang telah memberikan dukungan serta
semangat kepada kami sehingga kami pun mampu dalam menyelesaikan
tugas makalah kami.

Kami selaku penyusun serta penulis makalah ini menyadari bahwa


makalah yang kami susun ini masih jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kami
selaku penyusun serta penulis mengharapkan partisipasinya dalam
memberilakan kritik serta saran yang membangun agar makalah yang kami buat
ini mendekati kesempurnaan.

Baubau, oktober 2015

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

 
A. Latar Belakang

Asma adalah penyakit saluran napas kronik yang penting


dan  merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai
negara di seluruh dunia. Asma dapat bersifat ringan dan tidak
mengganggu aktiviti, akan tetapi dapat bersifat menetap dan
mengganggu aktiviti bahkan kegiatan harian. Produktiviti menurun akibat
mangkir kerja atau sekolah, dan dapat disability (kecacatan), sehingga
menambah penurunan produktiviti serta menurunkan kualiti hidup.
Menurut WHO sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia
adalah penyandang asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak
180.000 orang setiap tahunnya.
Dari tahun ke tahun prevalensi penderita asma semakin
meningkat. Di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun
dengan menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma
and Allergy in Children) tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asma
masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni
5,2%. Kenaikan prevalensi di Inggris dan di Australia mencapai 20-
30%. National Heart, Lung and Blood Institute melaporkan bahwa asma
diderita oleh 20 juta penduduk amerika.
Asma terbukti menurunkan kualitas hidup penderitanya. Dalam
salah satu laporan di Journal of Allergy and Clinical Immunology tahun
2003 dinyatakan bahwa dari 3.207 kasus yang diteliti, 44-51%
mengalami batuk malam dalam sebulan terakhir. Bahkan 28,3%
penderita mengaku terganggu tidurnya paling tidak sekali dalam
seminggu. Penderita yang mengaku mengalami keterbatasan dalam
berekreasi atau olahraga sebanyak 52,7%, aktivitas sosial 38%, aktivitas
fisik 44,1%, cara hidup 37,1%, pemilihan karier 37,9%, dan pekerjaan
rumah tangga 32,6%. Absen dari sekolah maupun pekerjaan dalam 12
bulan terakhir dialami oleh 36,5% anak dan 26,5% orang dewasa. Selain
itu, total biaya pengobatan untuk asma di USA sekitar 10 milyar dollar
per tahun dengan pengeluaran terbesar untuk ruang emergensi dan
perawatan di rumah sakit. Oleh karena itu, terapi efektif untuk penderita
asma berat sangat dibutuhkan.
Angka  kejadian  penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan
dengan perubahan pola hidup masyarakat modern, polusi baik
lingkungan maupun zat-zat yang  ada  di  dalam  makanan.  Salah satu
penyakit  alergi  yang  banyak  terjadi  di masyarakat adalah penyakit
asma. (Medlinux, 2008)

B. Tujuan Penulisan

 Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi tentang penyakit yang menyerang pada
sistem pernapasan
 Tujuan Khusus
Untuk memahami tentang asma bronchial dan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit asma bronchial

C. Manfaat Penulisan

 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui mengenai konsep dasar dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan penyakit asma bronchial
 Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui tentang gangguan pada system
pernapasan khususnya tentang penyakit asma bronchial secara lengkap
I. KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya
respon trachea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya
dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
(The American Thoracic Society, 1962).

Menurut United States Nasional Tuberculosis Assosiation (1967),


asma bronkhial merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh
peningkatan reaksi trakea dan bronki terhadap berbagai macam
rangsangan yang manifestasinya berupa kesukaran bernapas, karena
penyempitan yang menyeluruh dari saluran napas. Penyempitan ini
bersifat dinamis dan derajat penyempitannya dapat berubah-ubah, baik
secara spontan maupun karena pemberian obat-obatan. Kelainan
dasarnya adalah tampaknya suatu perubahan status imunologis
sipenderita.

B. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe,yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang
disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

C. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
• Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika
terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
• Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
A. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contohnya: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,
bakteri dan polusi
B. Ingestan, yang masuk melalui mulut
Contohnya: makanan dan obat-obatan
C. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contohnya: perhiasan, logam dan jam tangan
• Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang
serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
• Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi
perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
• Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya
serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri
tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada
waktu libur atau cuti.
• Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari
cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai
aktifitas tersebut.

D. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos
bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum
adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di
udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan
cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan
untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka
antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik
eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot
polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih
berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena
peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita
asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea.
Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara
ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
Pencetus Serangan
(Alergen, emosi/ stress, obat-obatan dan
infeksi

Reaksi Antigen &


Antibodi

Dikeluarkannya Substansi vasoaktif


Histamin, bradikinin, dan anafilatoksin)

Meningkatnya Permeabilitas
Kapiler

Sekresi mukus meningkat Kontraksi Otot Polos

Batuk Bronchospasme

Kelelahan Stenosis Bronkus Penurunan Hipoventilasi


Ekspansi Paru
Nausea
Ketidak efektifan Gangguan Difusi
Mengi
bersihan jalan
Anoreksia nafas
Hipoksemia
Ketidakefektifan
Malnutrisi Pola Nafas
Hiperkapnia

Pemenuhan Antibodi
Nutrisi menurun Gangguan Pertukaran
kurang dari Gas
kebutuhan

Rentan Infeksi

Resiko tinggi
terhadap infeksi

E. Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak
bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke
depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi (whezing),
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.
Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan
asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara
lain: silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali
terjadi pada malam hari.

F. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinopil.
 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan)
dari cabang bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug.
2. Pemeriksaan darah
 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
terjadihipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
 Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari
serangan.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada
paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran
radiolusen pada paru-paru.

2. Pemeriksaan tes kulit


Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang
terjadi pada empisema paru yaitu :
 Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clock wise rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB ( Right bundle branch block).
 Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa
redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-
paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya
respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri
tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita
tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan
obstruksi.

H. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas

I. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:


1. Pengobatan non farmakologik:
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
 Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
 Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi
dalam 2 golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam
bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang
berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga
yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan
broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-
partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan
simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga
bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin
dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan
perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena
sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya
penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya
berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam
bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan
ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya
muntah atau lambungnya kering).
 Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat
pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk
penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin biasanya
diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
 Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg/hari.
Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.

J. Prognosis
Para penderita asma pada umumnya hanya menginjak pada
tingkat kronis. Meskipun terkadang masuk kedalam periode panjang
remisi. Prospek jangka panjang pada penyakit asma bergantung dari
tingkat keparahan penyakit ini. Pada kasus ringan sampai sedang, asma
dapat membaik prognosisnya dari waktu ke waktu dan banyak orang
dewasa yang terbebas dari gejala asma. Bahkan, pada beberapa kasus
yang parah, orang dewasa mungkin mengalami kesembuhan tergantung
pada derajat obstruksi di paru-paru dan ketepatan waktu serta efektivitas
pengobatan. Sekitar 10% dari kasus persisten berat, dapat terjadi
perubahan dalam struktur dinding saluran udara sehingga menyebabkan
munculnya masalah progresif dan irreversible pada fungsi paruparu,
bahkan terjadi pada klien yang mendapat pengobatan agresif. Pada
perokok aktif dan klien dengan produksi lendir yang berlebihan (indicator
kelakuan buruk) maka penurunan fungsi paru-parunya lebih cepat apabila
terjadi serangan asma dibandingkan dengan rata-rata orang asma.
Peristiwa kematian dari serangan asma adalah yang relatif jarang terjadi
dan dapat dicegah. Hal ini sangat jarang terjadi pada klien yang
menerima pengobatan yang tepat dari penyakit asma. Meskipun pada
umumnya asma tidak mengancam kehidupan, namun dapat melemahkan
dan menakutkan. Asma yang cenderung tidak terkontrol dapat
mengganggu sekolah dan pekerjaan serta kegiatn sehari-hari klien
dengan penyakit asma.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Umur
Asma dapat terjadi pada berbagai kalangan umur dari anak-anak
hingga usia produktif dapat terkena serangan asma. Mengingat bahwa
faktor pemicu serangan asma sendiri salah satunya adalah alergen.

Pekerjaan
Tidak ada jenis pekerjaan tertentu yang mejadi spesifikasi asma.
Namun, pada orang yang alergi pada lingkungannya seperti alergi
asappabrik, asap mobil, debu maupun serbuk bunga dapat memicu
serangan asma.

b. Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : Sesak saat bernafas
Riwayat Penyakit Sekarang : Klien sesak saat bernafas, mengeluh nyeri
dada, batuk, lesu.

c. Riwayat Penyakit Dahulu


Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.

d. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


B1 (Breath)
 Dispnea pada saat istirahat
 Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
 Menggunakan otot bantu pernapasan, dengan cara meninggikan
bahu, melebarkan hidung dan adanya retraksi interkostal.
 Adanya bunyi napas mengi dan suara wheezing saat ekspirasi.
 Adanya batuk berulang.
 RR > 25 kali permenit, HR > 120 kali permenit

B2 (Blood)
 Warna kulit atau membran mukosa abu-abu/ sianosis.

B3 (Brain)
 Ansietas (-)

B4 (Bladder)
 Intake cairan normal berhubungan dengan tidak adanya syok.

B5 (Bowel)
 Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.
 Penurunan berat badan karena anoreksia
B6 (Bone)
 Malaise
e. Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat
dibagimenjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi
padaempisema paru yaitu :
1. Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi danclock wise rotation.
2. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB ( Right bundle branch block).
3. Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia,
SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


 Klien mengeluh sesak saat  Dispnea
bernapas  Napas klien nampak memberuk
 Klien mengeluh Nyeri dada saat klien berbaring terletang
 Klien mengeluh batuk ditempat tidur
 Klien mengatakan merasa lesu  Saat bernapas klien
dan lelah Menggunakan otot bantu
 Klien mengatakan tidak nafsu pernapasan, dengan cara
makan meninggikan bahu, melebarkan
hidung dan adanya retraksi
interkostal.
 Adanya bunyi napas mengi dan
suara wheezing saat ekspirasi.
 Adanya batuk berulang.
 Setiap batuk klien
mengeluarkan dahak
 RR > 25 kali permenit, HR >
120 kali permenit
 Membran mukosa abuabu
(sianosis)
 Penurunan berbadan
 Ketidakmampuan untuk makan
karena distress pernapasan
Analisa Data

Tanda dan Gejala Etiologi Masalah Keperawatan


DS: peningkatan produksi Ketidakefektifan bersihan
Klien mengeluh batuk secret yang kental jalan nafas

DO:
adanya bunyi napas tidak
normal yakni
wheezing/mengi

Adanya batuk berulang.

Setiap batuk klien


mengeluarkan dahak

DS: Mengi Ketidakefektifan pola


Klien mengeluh sesak nafas
saat bernapas

DO:
Napas klien nampak
memberuk saat klien
berbaring terletang
ditempat tidur

Saat bernapas klien


Menggunakan otot bantu
pernapasan, dengan
cara meninggikan bahu,
melebarkan hidung dan
adanya retraksi
interkostal.

Adanya bunyi napas


mengi dan suara
wheezing saat ekspirasi.

RR > 25 kali permenit,


HR > 120 kali permenit

DS: gangguan suplai Gangguan pertukaran


Klien mengeluh sesak oksigen (obstruksi oleh gas
saat bernapas spasme bronkus)

DO:
Dispnea
Membran mukosa
abuabu (sianosis)
Saat bernapas klien
Menggunakan otot bantu
pernapasan, dengan
cara meninggikan bahu,
melebarkan hidung dan
adanya retraksi
interkostal.

DS: Anoreksia Pemenuhan Kebutuhan


Klien mengatakan tidak Nutrisi Kurang dari
nafsu makan Kebutuhan tubuh

DO:
Penurunan berbadan

Ketidakmampuan untuk
makan karena distress
pernapasan

Klien mengeluh batuk tidak adekuat Risiko tinggi terhadap


imunitas. infeksi
Klien mengatakan
merasa lesu dan lelah

Klien mengatakan tidak


nafsu makan

Adanya batuk berulang.

Penurunan berbadan

B. Diagnosa
 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi secret yang kental yang di tandai dengan:
DS:
Klien mengeluh batuk
DO:
adanya bunyi napas tidak normal yakni wheezing/mengi
Adanya batuk berulang.
Setiap batuk klien mengeluarkan dahak
 Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan Mengi yang ditandai
dengan:
DS:
Klien mengeluh sesak saat bernapas
DO:
Napas klien nampak memberuk saat klien berbaring terletang
ditempat tidur
Saat bernapas klien Menggunakan otot bantu pernapasan,
dengan cara meninggikan bahu, melebarkan hidung dan adanya
retraksi interkostal.
Adanya bunyi napas mengi dan suara wheezing saat ekspirasi.
RR > 25 kali permenit, HR > 120 kali permenit

 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen


(obstruksi oleh spasme bronkus) yang ditandai dengan:
DS:
Klien mengeluh sesak saat bernapas
DO:
Dispnea
Membran mukosa abuabu (sianosis)
Saat bernapas klien Menggunakan otot bantu pernapasan,
dengan cara meninggikan bahu, melebarkan hidung dan adanya
retraksi interkostal.

 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan tubuh


berhubungan dengan Anoreksia yang ditandai dengan:
DS:
Klien mengatakan tidak nafsu makan
DO:
Penurunan berbadan
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan

 Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat imunitas


yang ditandai dengan faktor resiko:
Klien mengeluh batuk
Klien mengatakan merasa lesu dan lelah
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Adanya batuk berulang.
Penurunan berbadan
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan Hasil
Ketidakefektifa Jalan nafas kembali Observasi:
n bersihan paten dengan bunyi Kaji / pantau Takipnea
jalan nafas napas bersih setelah frekuensi pernafasan biasanya ada
berhubungan perawatan selama catat rasio inspirasi pada beberapa
dengan 3x24 jam, dengan dan ekspirasi. derajat
peningkatan Kriteria hasil: dan dapat
produksi secret 1. Wheezing ditemukan
kental ditandai berkurang/hilang. pada
dengan: 2. Sesak berkurang. penerimaan
DS: 3. Batuk berkurang. selama
Klien mengeluh 4. Klien dapat stress/ adanya
batuk yang mengeluarkan proses infeksi
menetap sputum. akut.
dengan adanya 5. TTV dalam batas Pernafasan
sputum normal keadaan dapat
DO: umum baik : Nadi melambat dan
adanya bunyi 60-90x/menit, RR frekuensi
napas tidak 12-20 x/menit, ekspirasi
normal yakni tekanan darah memanjang
wheezing/men 80/120 mmHg dibanding
gi inspirasi.

Auskultasi bunyi Beberapa


nafas, catat adanya derajat spasme
bunyi nafas, misalnya bronkus terjadi
: mengi, dengan
erekeis, ronkhi. obstruksi jalan
nafas. Bunyi
nafas
redup dengan
ekspirasi mengi
(empysema),
tak
ada fungsi
nafas (asma
berat).

Auskultasi paru-paru Pengkajian ini


sebelum dan membantu
sesudah tindakan mengevaluai
berhasilan
tindakan.

Catat adanya derajat Disfungsi


dispnea, ansietas, pernafasan
distress pernafasan, adalah variable
penggunaan obat yang
bantu. tergantung
pada tahap
proses akut
yang
menimbulkan
perawatan di
rumah sakit.

mandiri: Peninggian
Tempatkan posisi kepala tempat
yang nyaman tidur
pada pasien, dengan mempermudah
posisi semifowler fungsi
± 30-450 pernapasan
dengan
menggunakan
gravitasi.

Pertahankan polusi Pencetus tipe


lingkungan alergi
minimum, contoh: pernafasan
debu, asap dll dapat
mentriger
episode akut.

Tingkatkan masukan Hidrasi


cairan sampai dengan membantu
3000 ml/ hari sesuai menurunkan
toleransi kekentalan
jantung memberikan sekret,
air hangat. penggunaan
cairan hangat
dapat
menurunkan
spasme
bronkus

Dorong atau berikan Higine mulut


perawatan mulut yang baik
meningkatkan
rasa
sehat dan
mencegah bau
mulut.

Penkes:
Instruksikan klien Batuk yang
pada metode yang terkontrol
tepat dalam melelahkan
mengontrol batuk: dan
a. Nafas dalam dan inefektif,
perlahan sambil menimbulkan
duduk setegak frustasi.
mungkin. a. Duduk tegak
b. Gunakan nafas menggeser
diafragmatik organ abdimal
c. Tahan nafas menjauhi paru,
selama 3 sampai memungkinkan
5 detik dan kemudian ekspansi lebih
dengan perlahan besar
hembuskan sebanyak b. Pernafasan
mungkin melalui diafragmatik
mulut ( sangkar iga menurunkan
dibawah abdomen frekuensi
harus turun) pernafasan dan
d. Ambil nafas kedua, meningkatkan
tahan, dan batuk dari fentilasi
dada (bukan dari alveolar
belakang mulut atau c. Peningkatan
tenggorok) dengan volume udara
menggunakan nafas dalam paru
pendek, meningkatkan
batuk kuat. pengeluaran
e. Demonstrasikan sekret
pernafasan d. Peningkatan
pursed-lip volume udra
dalam paru
meningkatkan
pengeluaran
sekret
e. Pernafasan
pursed-lip
memanjangkan
ekshalasi untuk
menurunkan
udara
yang
terperangkap.

Ajarkan klien tindakan Sekresi kental


untuk sulit untuk
menurunkan dikeluarkan
viskositas sekresi: dan dapat
a. Pertahankan menyebabkan
hidrasi adekuat sumbatan
b. Pertahankan mukus, yang
kelembaban adekuat dapat
udara inspirasi menimbulkan
c. Hindari lingkungan atelektasis.
yang
mengandung stimulan

Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian Pemberian
Obat sesuai indikasi. obat berguna
Bronkodilator untuk
1x1 (inhalasi). Membebaskan
spasme jalan
nafas, mengi
dan
produksi
mukosa.

Ketidakefektifa Pola nafas kembali Obsevari: Kecepatan


n pola nafas efektif setelah Kaji frekuensi biasanya
berhubungan perawatan selama kedalaman mencapai
dengan mengi 3x24 jam dengan, pernafasan kedalaman
kriteria hasil: dan ekspansi dada. pernafasan
1. Pola nafas efektif. Catat upaya bervariasi
2. RR 16-20 kali pernafasan termasuk tergantung
permenit penggunaan otot derajat gagal
3. TTV dalam batas bantu pernafasan/ nafas. Expansi
normal. pelebaran nasal. dada terbatas
4. Ekspansi paru yang
mengembang berhubungan
dengan
atelektasis dan
atau nyeri dada
.
Observasi pola batuk Kongesti
dan karakter alveolar
sekret. mengakibatkan
batuk
sering/iritasi.

Auskultasi bunyi Mengi


nafas dan catat menyertai
adanya bunyi nafas obstruksi jalan
seperti crekels, nafas /
mengi. kegagalan
pernafasan.

Mandiri:
Tinggikan kepala dan Duduk tinggi
bantu memungkinkan
mengubah posisi. ekspansi paru
dan
memudahkan
pernafasan.

Dorong/bantu pasien
dalam nafas dan
latihan batuk.
Kolaborasi
Berikan oksigen Pemberian
tambahan sesuai oksigen
dengan kebutuhan. tambahan
berguna dalam
memaksimalka
n bernafas dan
menurunkan
kerja nafas,
memberikan
kelembaban
pada
membran
mukosa dan
membantu
pengenceran
sekret.
Gangguan Memperbaiki Observasi:
pertukaran gas ventilasi dan Kaji frekuensi dan Berguna dalam
berhubungan oksigenasi jaringan kedalaman evaluasi
dengan adekuat dan pernafasan. derajat distress
gangguan membebaskan pernafasan.
suplai gejala distress
oksigen pernafasan setelah Kaji secara rutin kulit Sianosis
(obstruksi oleh perawatan selama dan warna mungkin perifer
spasme 3x24 jam dengan membran mukosa. (terlihat pada
bronkus). kriteria hasil: kuku)
1. Perbaikan atau sentral
ventilasi (sekitar bibir
2. Terbebas dari atau daun
gejala distress telinga).
pernafasan
3. pH 7,35 – 7,45 ; Auskultasi bunyi Bunyi nafas
pO2 80 – 100 mmHg nafas, catat area mungkin redup
; pCO2 35 – 45 penurunan aliran karena
mmHg udara atau bunyi penurunan
tambahan. aliran udara
atau area
konsolidasi.

Palpasi fermitus Penurunan


getaran fibrasi
diduga ada
pengumpulan
cairan.

Mandiri: Pengiriman
Tinggikan kepala oksigen dapat
tempat tidur, bantu diperbaiki
pasien untuk memilih dengan
posisi yang posisi duduk
mudah untuk tinggi dan
bernafas. latihan nafas
untuk
menurunkan
kolaps jalan
nafas, dispnea,
dan
kerja nafas.

Dorong Kental, tebal,


mengeluarkan dan banyaknya
spuntum, sekresi adalah
penghisapan bila sumber utama
diindikasikan. gangguan
pertukaran gas
pada
jalan nafas
kecil.
Penghisapan
dilakukan bila
batuk tidak
efektif.

Kolaborasi Dapat
Berikan oksigen memperbaiki
tambahan sesuai atau mencegah
dengan indikasi hasil memburuknya
AGDA dan hipoksia.
toleransi pasien.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi Observasi: Pasien distress
Kebutuhan terpenuhi setelah Kaji kebiasaan diet, pernafasan
Nutrisi Kurang perawatan selam masukan makanan akut sering
dari Kebutuhan 3x24jam dengan saat ini. Catat derajat anoreksia
tubuh kriteria hasil: kerusakan karena
berhubungan menunjukkan makanan. dipsnea.
dengan peningkatan berat
anoreksia badan menuju
tujuan yang tepat.
Mandiri: Rasa tak enak,
Lakukan perawatan bau
oral, buang menurunkan
sekret, berikan wadah nafsu makan
khusus untuk dan dapat
sekali pakai. menyebabkan
mual/muntah
dengan
peningkatan
kesulitan nafas.

Kolaborasi: Menurunkan
Berikan oksigen dipsnea dan
tambahan selama meningkatkan
makan sesuai energi
indikasi. untuk makan,
meningkatkan
masukan.
Risiko tinggi Mengurangi infeksi Kaji suhu tubuh klien Demam dapat
terhadap yang mungkin terjadi terjadi karena
infeksi pada klien setelah infeksi dan
berhubungan perawatan selama atau
dengan tidak 3x24 jam dengan dehidrasi.
adekuat kriteria hasil:
imunitas. 1.Mengidentifikasika Diskusikan kebutuhan Malnutrisi
n intervensi untuk nutrisi adekuat dapat
mencegah atau mempengaruhi
menurunkan resiko kesehatan
infeksi dengan tanda Umum
–tanda naiknya suhu
badan, dan batuk
terus menerus. Dapatkan specimen mengidentifikas
2. Perubahan pola sputum dengan i organisme
hidup untuk batuk atau penyabab
meningkatkan pengisapan untuk dan kerentanan
lingkungan yang pewarnaan terhadap
nyaman. gram,kultur/sensitifita berbagai anti
s. microbial
Daftar Pustaka

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma


Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma
Management and Prevension In Children. www. Dimuat dalam
www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:
EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian
Asma Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Kardio Vaskuler. Malang : Hak Terbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I.  Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai