Anda di halaman 1dari 6

Tipologi Desa

Disusun oleh :

Badria A. Labungasa
(19081106018)

Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sam Ratulangi Manado
2019
Tipologi Desa
Tipologi desa adalah keadaan dan kenyataan karakteristik geografis, sosiologis,
antropologis, ekonomi, dan ekologi desa yang khas, serta perubahan atau perkembangan dan
kemajuan desa.

Tipologi Desa merupakan fakta, karakteristik dan kondisi nyata yang khas, keadaan
terkini di desa, maupun keadaan yang keadaan yang berubah, berkembang dan diharapkan
terjadi di masa depan (visi desa).

1.   Tipologi Desa Berdasarkan Sistem Ikatan Kekerabatan


Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka terbentuklan
ikatan-ikatan kekerabatan di dalam wilayah pemukiman penduduk. Setidaknya ada tiga sistem
ikatan kekerabatan yang membentuk tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:

a.      Tipe Desa Geneologis,
Suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana masyarakatnya mempunyai
ikatan secara keturunan atau masih mempunyai hubungan pertalian darah. Desa yang
terbentuk secara geneologis dapat dibedakan atas tipe patrilineal, matrilineal, dan campuran.

b.      Tipe Desa Teritorial,
Suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela. Desa teritorial
terbentuk menjadi tempat pemukiman penduduk berdasarkan kepentingan bersama, dengan
demikian mereka tinggal di suatu desa yang menjadi suatu masyarakat hukum dimana ikatan
warganya didasarkan atas ikatan daerah, tempat atau wilayah tertentu.

c.       Tipe Desa Campuran,
Suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan wilayah. Dalam
bentuk ini, ikatan darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.

2.   Tipologi Desa Berdasarkan Hamparan Tempat Tinggal


Berdasarkan hamparan tempat tinggal, maka desa dapat diklasifikasikan atas:

a.      Desa Pedalaman
Desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari kehidupan kota. Suasana
ideal desa pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan nuansa kedamaian, yaitu
kehidupan sederhana, sunyi, sepi dalam lingkungan alam yang bersahabat.

b.  Desa Pegunungan
Desa Terdapat di daerah pegunungan,  Pemusatan tersebut  didorong
kegotongroyongan penduduknya. Pertambahan penduduk memekarkan desa pegunungan itu
ke segala arah, tanpa rencana. Pusat- pusat  kegiatan penduduk bergeser mengikuti pemekaran
desa.

c.  Desa Dataran Tinggi


Desa yang berada di daerah pegunungan. Permukiman penduduk di sini umumnya
memanjang sejajar dengan jalan raya yang menembus desa tsb. Jika desa mekar secara alami,
tanah pertanian di luar desa sepanjang jalan raya menjadi permukiman baru. Ada kalanya
pemekaran ke arah dalam ( di belakang perrmukiman lama ). Lalu dibuat jalan raya mengelilingi
desa ( ring road ) agar permukiman baru tak terpencil.

d.  Desa Dataran Rendah


Desa yang letaknya berada di dataran rendah dan mata pencaharian dari desa dataran
rendah biasanya bergantung pada sektor pertanian.

e.  Desa Pesisir/ Pantai


Desa yang berada di daerah pantai yang landai.  dapat tumbuh permukiman yang
bermatapencarian di bidang perikanan, perkebunan kelapa dan perdagangan. Perluasan desa
pantai itu dengan cara menyambung sepanjang pesisir, sampai bertemu dengan desa pantai
lainnya. Pusat-pusat kegiatan industri kecil ( perikanan, pertanian ) tetap dipertahankan di
dekat tempat tinggal semula.

3.   Tipologi Desa Berdasarkan Pola Pemukiman


     Menurut Paul Landis (1948) pada dasarnya terdapat empat tipe desa pertanian:
a. Farm Village Type,
Suatu desa dimana orang bermukim secara besama-sama dalam suatu tempat dengan
sawah ladang yang berada di sekitar tempat mereka. Tipe desa seperti ini banyak dijumpai di
Asia Tenggara termasuk Indonesia.
b. Nebulous Farm Village Type,
Suatu desa dimana penduduknya bermukim bersama di suatu tempat, dan sebagian
lainnya menyebar di luar pemukiman tersebut bersama sawah ladangnya.
c. Arranged Isolated Farm Type,
Suatu desa dimana penduduknya bermukim di sekitar jalan-jalan yang menghubungkan
dengan pusat perdagangan (trade center) dan selebihnya adalah sawah ladang mereka.
d. Pure isolated farm type,
Suatu desa di mana penduduknya bermukim secara tersebar bersama sawah ladang
mereka masing-masing.
Soekandar Wiriaatmadja (1972) membagi pola pemukiman di pedesaan ke dalam empat pola,
yakni:
a. Pola Permukiman Menyebar
Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan satu sama lain. Pola ini terjadi karena
belum adanya jalan-jalan besar, sedangkan orang-orang harus mengerjakan tanahnya secara
terus menerus. Dengan demikian, orang-orang tersebut terpaksa harus bertempat tinggal di
dalam lahan mereka.
b. Pola Permukiman Memanjang
Bentuk pemukiman yang terlentak di sepanjang jalan raya atau di sepanjang sungai,
sedangkan tanah pertaniannya berada di belakang rumahnya masing-masing.
c. Pola Permukiman Berkumpul
Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk berkumpul dalam sebuah
kampung, sedangkan tanah pertaniannya berada di luar kampung.
d. Pola Permukiman Melingkar
Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk melingkar mengikuti tepi jalan,
sedangkan tanah pertaniannya berada di belakangnya.

4.   Tipologi Desa Berdasarkan mata pencaharian


Tipe masyarakat desa berdasarkan mata pencaharian pokok dapat diklasifikasikan dalam
desa pertanian dan desa industri.
a. Desa Pertanian terdiri atas: 1) desa pertanian dalam artian sempit yang meliputi: desa
pertanian lahan basah dan lahan kering. 2) desa dalam artian luas yang meliputi: desa
perkebunan milik rakyat, desa perkebunan milik swasta, desa nelayan tambak, desa nelayan
laut, dan desa peternakan.
b. Desa Industri yang memproduksi alat pertanian secara tradisional maupun modern.

5.  Tipologi Desa Derdasarkan Kegiatannya


Tipe desa berdasarkan kegiatannya dapat dikelompokan menjadi:
  
a.   Desa Agrobisnis adalah desa yang berorentasi pada sektor pertanian terutama pada sektor
perdagangan produk hasil pertanian tersebut.
  
b.  Desa Agroindustri adalah desa yang berorientasi pada sektor pertanian terutama dalam
bidang industri pertanian tersebut, baik dari segi teknologi pertanian maupun yang lainnya
  
c.  Desa Parawisata adalah desa yang berada di suatu daerah pariwisata dan mata pencaharian
serta keseharian dari masyarakat desa tersebut sangat bergantung dari usaha yang
mengandalkan sektor pariwisata dari desa tersebut.

d. Desa non Pertanian adalah desa yang di dalam linkungan desa tersebut tidak ada lagi
terlaksana kegiatan pertanian, melainkan usaha usaha yang dilakukan oleh masyarakat
penduduk yang tinggal di desa tersebut yaitu berusaha bekerja diluar sektor pertanian.
Contohnya dengan berdagang.

6.   Tipologi Desa Berdasarkan Perkembangannya


Berdasarkan perkembangannya, tipe desa di Indonesia terbagi atas empat tipe, yakni:

a. Pra desa (Desa Tradisional)
Tipe desa semacam ini pada umumnya dijumpai dalam kehidupan masyarakat adat
terpencil, dimana seluruh kehidupan masyarakatnya termasuk teknologi bercocok tanam, cara
memelihara kesehatan, cara makan dan sebagainya masih sangat tergantung pada alam
sekeliling mereka. Tipe desa seperti ini cenderung bersifat sporadis dan sementara.

b.  Desa Swadaya  (Desa terbelakang)


Suatu wilayah desa dimana masyarakat sebagian besar memenuhi  kebutuhannya
dengan cara mengadakan sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang 
berhubungan dengan masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena
kurang berinteraksi  dengan wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.
   Ciri-ciri desa swadaya :
1) Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya.
2) Penduduknya jarang.
3) Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris.
4) Bersifat tertutup.
5) Masyarakat memegang teguh adat.
6) Teknologi masih rendah.
7) Sarana dan prasarana sangat kurang.
8) Hubungan antarmanusia sangat erat.
9) Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga

c. Desa Swakarya (Desa sedang berkembang)


Keadaannya sudah lebih maju dibandingkan desa   swadaya, dimana  masyarakatnya
sudah mampu menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain  disampinguntuk memenuhi 
kebutuhan sendiri. Interaksi sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya belum terlalu sering.
Ciri-ciri desa swakarya :
1) Adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir.
2) Masyarakat sudah mulai terlepas dari adat.
3) Produktivitas mulai meningkat.
4) Sarana prasarana mulai meningkat.
5) Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara berpikir.

d. Desa Swasembada  (Desa maju)


Desa yang sudah mampu mengembangkan semua potensi yang dimiliki secara
optimal. Hal ini ditandai dengan kemampuan masyarakatnyauntuk mengadakan interaksi dengan
masyarakat luar, melakukan tukar-menukar barang dengan wilayah lain (fungsi perdaganagan)
dan kemampuan untuk saling  mempengaruhi dengan penduduk di wilayah lain. d a r i hasil
interaksi tersebut, masyarakat dapat menyerap teknologi  baru u ntuk memanfaatkan
sumberdayanya sehingga proses pembangunan berjalandengan baik.
ciri-ciri desa swasembada adalah berikut :
1) Hubungan antarmanusia bersifat rasional.
2) Mata pencaharian homogen.
3) Teknologi dan pendidikan tinggi.
4) Produktifitas tinggi.
5) Terlepas dari adat.
6) Sarana dan prasarana lengkap dan modern

Anda mungkin juga menyukai