yang dimiliki dapat kita bagi menjadi empat macam yaitu desa tradisional, desa swadaya, desa swakarya
dan desa swasembada.
a. Desa tradisional
Desa tradisional yaitu desa dimana hidup masyarakatnya masih tergantung dengan alam. Desa ini
biasanya terdapat di tempat-tempat terpencil yang sarana dan prasarana baik itu transportasi maupun
komunikasinya sangat sulit dijangkau sehingga desa ini seperti hidup terisolir dengan daerah lain. Hal ini
menyebabkan penduduknya cenderung tertutup terutama bagi orang dari daerah lain.
b. Desa swadaya
Desa swadaya hampir mirip dengan desa tradisional dimana hidupnya terisolir dari dunia luar,
masyarakatnya cenderung tertutup dan kemajuan desanya lambat. Namun desa swadaya sudah mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri. Penduduknya sudah mampu mengolah potensi yang ada di desanya
secara tradisional. Untuk itu, penduduk desa ini sangat tergantung dengan alam dan kondisi geografis
c. Desa swakarya
Desa swakarya lebih maju daripada desa swadaya karena bukan hanya bisa memanfaatkan potensi yang
ada di desanya saja melainkan sudah bisa mengembangkannya sehingga hasil produksinya bisa lebih
banyak, lebih variatif sehingga bisa dijual ke daerah lain yang membutuhkannya. Pada desa swakarya
sudah terdapat aparatur desa, lembaga desa serta masyarakatnya telah mengenal tentang pentingnya
pendidikan. Desa swakarya juga sudah mampu menjalin interaksi dengan daerah lain meski masih
sedikit.
d. Desa swasembada
Desa swasembada merupakan desa yang mampu mengoptimalkan potensi yang terdapat di desanya jadi
desa ini lebih maju daripada desa swakarya. Masyarakat pada desa ini telah mengenal pendidikan dan
mampu menyerap teknologi dari daerah luar yang lebih maju. Adapun sarana transportasi dan
komunikasinya juga sudah lancar (Baca juga: Struktur ruang desa).
https://www.siswapedia.com/tipe-tipe-desa-berdasarkan-perkembangan-masyarakatnya/
C. Tipologi Desa
Berdasarkan ciri-ciri fisik desa dalam sistem kehidupan masyarakat, maka terbentuklan ikatan-ikatan
kekerabatan di dalam wilayah pemukiman penduduk. Setidaknya ada tiga sistem ikatan kekerabatan yang
membentuk tipe-tipe desa di Indonesia, yakni:
Suatu desa yang ditempati oleh sejumlah penduduk dimana masyarakatnya mempunyai ikatan secara
keturunan atau masih mempunyai hubungan pertalian darah. Desa yang terbentuk secara geneologis
dapat dibedakan atas tipe patrilineal, matrilineal, dan campuran.
Suatu desa yang ditempati sejumlah penduduk atas dasar suka rela. Desa teritorial terbentuk menjadi
tempat pemukiman penduduk berdasarkan kepentingan bersama, dengan demikian mereka tinggal di
suatu desa yang menjadi suatu masyarakat hukum dimana ikatan warganya didasarkan atas ikatan
daerah, tempat atau wilayah tertentu.
Suatu desa dimana penduduknya mempunyai ikatan keturunan dan wilayah. Dalam bentuk ini, ikatan
darah dan ikatan wilayah sama kuatnya.
2. Tipologi Desa Berdasarkan Hamparan Tempat Tinggal
a. Desa Pedalaman
Desa-desa yang tersebar di berbagai pelosok yang jauh dari kehidupan kota. Suasana ideal desa
pedalaman pada umumnya lebih diwarnai dengan nuansa kedamaian, yaitu kehidupan sederhana, sunyi,
sepi dalam lingkungan alam yang bersahabat.
b. Desa Pegunungan
Desa yang berada di daerah pegunungan. Permukiman penduduk di sini umumnya memanjang sejajar
dengan jalan raya yang menembus desa tsb. Jika desa mekar secara alami, tanah pertanian di luar desa
sepanjang jalan raya menjadi permukiman baru. Ada kalanya pemekaran ke arah dalam ( di belakang
perrmukiman lama ). Lalu dibuat jalan raya mengelilingi desa ( ring road ) agar permukiman baru tak
terpencil.
Desa yang letaknya berada di dataran rendah dan mata pencaharian dari desa dataran rendah biasanya
bergantung pada sektor pertanian.
e. Desa Pesisir/ Pantai
Desa yang berada di daerah pantai yang landai. dapat tumbuh permukiman yang bermatapencarian di
bidang perikanan, perkebunan kelapa dan perdagangan. Perluasan desa pantai itu dengan cara
menyambung sepanjang pesisir, sampai bertemu dengan desa pantai lainnya. Pusat-pusat kegiatan
industri kecil ( perikanan, pertanian ) tetap dipertahankan di dekat tempat tinggal semula.
1. Menurut Paul Landis (1948) pada dasarnya terdapat empat tipe desa pertanian:
Suatu desa dimana orang bermukim secara besama-sama dalam suatu tempat dengan sawah ladang
yang berada di sekitar tempat mereka. Tipe desa seperti ini banyak dijumpai di Asia Tenggara termasuk
Indonesia.
Suatu desa dimana penduduknya bermukim bersama di suatu tempat, dan sebagian lainnya menyebar di
luar pemukiman tersebut bersama sawah ladangnya.
Suatu desa di mana penduduknya bermukim secara tersebar bersama sawah ladang mereka masing-
masing.
2. Soekandar Wiriaatmadja (1972) membagi pola pemukiman di pedesaan ke dalam empat pola,
yakni:
Rumah-rumah para petani tersebar berjauhan satu sama lain. Pola ini terjadi karena belum adanya jalan-
jalan besar, sedangkan orang-orang harus mengerjakan tanahnya secara terus menerus. Dengan
demikian, orang-orang tersebut terpaksa harus bertempat tinggal di dalam lahan mereka.
Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk berkumpul dalam sebuah kampung, sedangkan
tanah pertaniannya berada di luar kampung.
Bentuk pemukiman di mana rumah-rumah penduduk melingkar mengikuti tepi jalan, sedangkan tanah
pertaniannya berada di belakangnya.
1) desa pertanian dalam artian sempit yang meliputi: desa pertanian lahan basah dan lahan kering.
2) desa dalam artian luas yang meliputi: desa perkebunan milik rakyat, desa perkebunan milik swasta,
desa nelayan tambak, desa nelayan laut, dan desa peternakan.
b. Desa Industri yang memproduksi alat pertanian secara tradisional maupun modern.
a. Desa Agrobisnis adalah desa yang berorentasi pada sektor pertanian terutama pada sektor
perdagangan produk hasil pertanian tersebut.
b. Desa Agroindustri adalah desa yang berorientasi pada sektor pertanian terutama dalam bidang
industri pertanian tersebut, baik dari segi teknologi pertanian maupun yang lainnya
c. Desa Parawisata adalah desa yang berada di suatu daerah pariwisata dan mata pencaharian serta
keseharian dari masyarakat desa tersebut sangat bergantung dari usaha yang mengandalkan sektor
pariwisata dari desa tersebut.
d. Desa non Pertanian adalah desa yang di dalam linkungan desa tersebut tidak ada lagi terlaksana
kegiatan pertanian, melainkan usaha usaha yang dilakukan oleh masyarakat penduduk yang tinggal di
desa tersebut yaitu berusaha bekerja diluar sektor pertanian. Contohnya dengan berdagang.
Berdasarkan perkembangannya, tipe desa di Indonesia terbagi atas empat tipe, yakni:
Tipe desa semacam ini pada umumnya dijumpai dalam kehidupan masyarakat adat terpencil, dimana
seluruh kehidupan masyarakatnya termasuk teknologi bercocok tanam, cara memelihara kesehatan, cara
makan dan sebagainya masih sangat tergantung pada alam sekeliling mereka. Tipe desa seperti ini
cenderung bersifat sporadis dan sementara.
b. Desa Swadaya (Desa terbelakang)
Suatu wilayah desa dimana masyarakat sebagian besar memenuhi kebutuhannya dengan cara
mengadakan sendiri. Desa ini umumnya terpencil dan masyarakatnya jarang berhubungan dengan
masyarakat luar, sehingga proses kemajuannya sangat lamban karena kurang berinteraksi dengan
wilayah lain atau bahkan tidak sama sekali.
2) Penduduknya jarang.
4) Bersifat tertutup.
Keadaannya sudah lebih maju dibandingkan desa swadaya, dimana masyarakatnya sudah mampu
menjual kelebihan hasil produksi ke daerah lain disampinguntuk memenuhi kebutuhan sendiri. Interaksi
sudah mulai nampak, walaupun intensitasnya belum terlalu sering.
4) Produktifitas tinggi.
http://shelviahandayani.blogspot.com/2014/11/makalah-jenis-dan-tipologi-desa.html?m=1
Contoh Kota : Jakarta (9.607.787 jiwa), Bandung (2.394.873 jiwa), Tangerang (1.798.601 jiwa)
3) Tingkat Metropolis : suatu kota besar yang perekonomiannya sudah mengarah ke industri.
4) Tingkat Megapolis : suatu wilayah perkotaan yang terdiri atas beberapa metropolis yang berdekatan
lokasinya sehingga membentuk jalur perkotaan yang sangat besar.
5) Tingkat Tryanopolis : suatu kota yang kehidupannya sudah dipenuhi dengan kerawanan sosial,seperti
kemacetan lalu lintas dan tingkat kriminalitas yang tinggi,
1) Kota Pusat Produksi : kota yang memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau pemasok,baik yang
berupa bahan mentah,barang setengah jadi maupun barang jadi.
2) Kota Pusat Perdagangan ( Centre of Trade and Commerce) : kota yang memiliki fungsi sebagai pusat
perdagangan, baik untuk domestik maupun Internasional,
3) Kota Pusat Pemerintahan (Political Capital) : kota yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan
atau sebagai Ibu Kota Negara.
4) Kota Pusat Kebudayaan (Cultural Centre) : kota yang memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan.
https://skepticalinquirer.wordpress.com/2015/01/21/klasifikasi-kota/amp/