Anggota :
1. Yuangga (04221026)
2. Abel Ardalefa (04221072)
3. Abrar Rafiq An Nashr (04221041)
4. Alrifqi Berlin Ramadan M. (04221021)
5. M. Alfan Kamali (12221004)
6. Rinaldi Saputra Limbong (12221028)
7. Sukma Maharany (21221004)
8. Melly Rosinta Pasaribu (21221009)
A. Latar Belakang
Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan
keanekaragaman etnisnya. Namun, keanekaragaman etnis ini juga menyebabkan
konflik antar etnis yang terjadi di daerah tersebut. Salah satu konflik etnis yang
pernah terjadi di Kalimantan Tengah adalah konflik Sampit antara etnis Dayak dan
Madura pada tahun 2001-2002. Konflik tersebut terjadi di Kabupaten Kotawaringin
Timur dan Kabupaten Kotawaringin Barat yang mengakibatkan korban jiwa dan
kerugian yang cukup besar bagi masyarakat dan pemerintah.
Konflik ini bermula karena kecemburuan sosial atas kedatangan transmigran dari
Madura. Warga suku Madura telah bertransmigrasi sejak 1930-an melalui program
pemerintah kolonial Belanda. Perpindahan penduduk Madura ke Kalimantan
puncaknya terjadi pada masa Orde Baru melalui program transmigrasi yang dimulai
Pelita I-VI. Program transmigrasi itu membawa dampak di berbagai aspek. Salah
satunya aspek ekonomi, warga Madura banyak yang menguasai mata pencaharian di
daerah tersebut karena dikenal gigih dan ulet dalam bekerja.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Apa sejarah dan latar belakang terjadinya konflik Sampit antara etnis Dayak
dan Madura di Kalimantan Tengah?
2. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya konflik Sampit?
3. Apa dampak dan kerugian yang ditimbulkan oleh konflik Sampit?
4. Bagaimana tindakan pemerintah dalam menangani konflik Sampit?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Konflik Sampit antara etnis Dayak dan Madura di Kalimantan Tengah terjadi
pada tahun 2001-2002 dan berujung pada tindak kekerasan yang menimbulkan korban
jiwa dan kerugian material. Konflik ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
persaingan ekonomi, ketidakadilan dalam pembagian sumber daya, kurangnya
pemahaman budaya dan adat istiadat, serta lemahnya pengawasan pemerintah
terhadap kelompok-kelompok yang rawan konflik. Pemerintah Indonesia telah
mengambil tindakan untuk menangani konflik ini, seperti mengirimkan pasukan
militer dan polisi, mengadakan dialog antara kedua belah pihak, memberikan bantuan
kemanusiaan dan relokasi bagi para pengungsi konflik, dan meningkatkan
pengawasan terhadap kelompok-kelompok rawan konflik.
B. Saran
Untuk mencegah terjadinya konflik serupa di masa depan, pemerintah Indonesia
perlu melakukan upaya-upaya berikut ini: