Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PAHAM LIBERALISME

KELOMPOK 3
KELAS B
FASILITATOR :

Disusun Oleh :
1. Rafi Naufal Fernanda (2020-11-029)
2. Sabrina Allya Zahra (2020-11-030)
3. Nabila Athayazahra Putri (2020-11-031)
4. Nashita Azzahra S (2020-11-033)
5. Fanny Larasati (2020-11-037)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, dalam penyusunannya penulis dapat menyelesaikan makalah “Liberalisme”.
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya sehingga terbentuklah makalah ini. Dalam menyelesaikan tugas
makalah ini, penulis menggunakan jurnal, textbook, dan internet.
Di dalam makalah ini berisi tentang liberalisme itu sendiri. Tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah memperbanyak pengetahuan tentang liberalisme
di Indonesia. Kami juga menyadari bahwa dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan yang
membacanya.

Jakarta, November 2020


Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................6

PEMBAHASAN.....................................................................................................6

2.1 Pengertian Liberalisme...............................................................................6

2.2 Konsep dan Bentuk Liberalisme di Indonesia..........................................7

2.3 Perkembangan Liberalisme di Indonesia..................................................7

2.4 Pengaruh Liberalisme Terhadap Indonesia..............................................7


BAB III....................................................................................................................7
PENUTUP...............................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................7
3.2 Saran............................................................................................................7
DAFTAR ISI...........................................................................................................8
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri
diciptakan olehDestutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan
"sains tentang ide". Tujuan untama dibalik ideologi adalahuntuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif.

Lahirnya paham liberalisme merupakan embrio dari perjuangan kaum


liberal yang menentang setiap tindakan yang dianggap menekan kebebasan
individu sebenarnya telah ada di Inggris sebagai reaksi terhadap penindasan
yang dilakukan oleh kaum bangsawan dan kaum agama di zaman absolute
monarki, dimana setiap orang harus tunduk terhadap kekuasaan bangsawan
dan agama dengan adaya kekangan tersebut orang-orang ingin melepaskan diri
dan memperjuangkan kemerdekaan individu.

Untuk memperjuangkan kemerdekaan. Kebebasan individu akhirnya


dijamin dengan dikeluarkannya Magna Charta th 1215.  Isi piagam ini antara
lain bahwa seseorang kecuali budak, tidak boleh ditangkap, dipenjar, disiksa,
diasingkan atau disita hak miliknya tanpa cukup alas an menurut hukum.
Kemudian terjadi di beberapa negara.pada tahun 1776 tercatat dua peristiwa
penting dalam sejarah dunia dalam usaha memperjuangkan/kebesan individu.

Peristiwa yang pertama adalah ditandatanganinya Declration of


Independence dari tiga belas daerah koloni Inggris di Amerika utara dan
Peristiwa kedua adalah penerbitan buku karya guru besar dari Skotlandia yaitu
“ The Wealth Of Nations “.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan liberalisme?
2. Apa saja konsep dan bentuk liberalisme di indonesia?
3. Bagaimana perkembangan liberalisme di Indonesia?
4. Bagaimana pengaruh liberalisme terhadap Indonesia?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan liberalisme.
2. Mengetahui apa saja konsep dan bentuk liberalisme di Indonesia.
3. Mengetahui perkembangan liberalisme di Indonesia.
4. Mengetahui pengaruh liberalisme terhadap Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Liberalisme


Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin liber artinya bebas dan bukan
budak atau suatu keadaan dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan orang lain.
Dan isme yang berati paham. Makna bebas kemudian menjadi sebuah sikap kelas
masyarakat terpelajar di Barat yang membuka pintu kebebasan berfikir (The old
Liberalism). Dari makna kebebasan berfikir inilah kata liberal berkembang
sehingga mempunyai berbagai makna.

Kapitalisme adalah sistem ekonomi berasakan modal yang banyak


membenarkan individu dan sektor swasta memiliki harta benda, industry dan
perniagaan lebih banyak daripada kerajaan.

https://www.dosenpendidikan.co.id/liberalisme-adalah/

2.2 Konsep dan Bentuk Liberalisme di Indonesia


2.3 Perkembangan Liberalisme di Indonesia
2.4 Pengaruh Liberalisme Terhadap Indonesia

1. Politik Pintu Terbuka

Sistem politik pintu terbuka menyebabkan modal-modal asing dari mulai


masuk ke Indonesia dan tertanam pada sektor perkebunan, seperti gula, karet, teh,
kopi, tembakau, tebu, timah, dan minyak. Perkebunan swasta tersebut menguasai
perekonomian di Indonesia. Kapitalisme sebagai suatu sistem perekonomian, yang
terletak pada suatu organisasi dari penerima upah bebas secara legal, dengan suatu
tujuan untuk mendapatkan keuntungan uang dari para pemilik modal, dan
membuat tanda-tanda dalam setiap aspek masyarakat, merupakan suatu fenomena
modern (Weber, 2005)

Modernisasi suprastruktur pada masa liberal telah memberikan


kesempatan baru bagi Indonesia. Hadirnya pabrik gula menghadirkan pekerjaan
lain di luar pertanian, karena industri gula memunculkan jalur rel dan jalan raya.
Banyak masyarakat pribumi bekerja di perusahaan kereta api SDS. Masyarakat
pribumi yang bekerja di SDS menempati jabatan-jabatan rendah, sedangkan
orang-orang Belanda dan Eropa menempati jabatan tinggi.

2. Demokrasi liberal

Di Indonesia, pernah melakukan sistem pemerintahan Demokras liberal.


Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang
menganut kebebasan individu. secara konstitusional hak-hak individu dari
kekuasaan pemerintah.

Demokrasi Liberal (1950-1959)

Indonesia memasuki periode demokrasi liberal sejak tahun 1950, yakni


ketika terjadi kompromi politik antara pemerintah Republik Indonesia Serikat
(RIS) dan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1950. Keduanya menjadi Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan untuk sementara menggunakan
konstitusi buah kompromi antara Undang-Undang RIS dan Undang-Undang
Dasar 1945 yang disebut Undang-Undang Dasar tahun 1950 atau Undang-Undang
Dasar Sementara (UUDS). Masa demokrasi liberal ini ditandai oleh menjamurnya
partai-partai politik yang saling berkompetisi satu sama lain dalam meraih simpati
rakyat dan mencapai kekuasaan politik (Suradi Hp et al., 1986: 101-102). Ricklefs
(2005: 480) mengatakan bahwa sistem demokrasi liberal dalam bentuk multi
partai yang dijalankan tersebut diinspirasi salah satunya dari sistem yang berlaku
di Belanda. Jadi, kabinet bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) yang dianggap sebagai representasi partai-partai yang ada.

Paham liberalisme dalam pendidikan menghasilkan beberapa hal yang kurang


menguntungkan.

Pertama, ruang publik pendidikan dan kebudayaan justru menjadi ajang konflik
antar- ideologi yang berbeda-beda, hal itu terjadi karena sistem multi partai dalam
demokrasi liberal. Pengiriman guru dan dosen ke luar negeri juga menimbulkan
masalah ketika mereka mencoba menerapkan ilmunya begitu saja ketika kembali
ke Indonesia.

Kedua, munculnya intelektualisme dan verbalisme, hal itu karena pendidikannya


masih berkiblat ke Eropa Barat yang menekankan dimensi akademik dan
membuahkan pembelajaran verbalistis serta meluasnya feodalisme yang
menjunjung sekolah umum dan kurang memperhatikan sekolah kejuruan. Ketiga,
timbulnya individualisme, berupa keinginan anak-anak muda bersekolah untuk
memperoleh ijazah sebagai bekal bekerja. Dalam pembelajaran siswa-siswi jadi
lebih mementingkan diri sendiri dan mata pelajaran yang akan diujikan pada
waktu ujian. Kegiatan kemasyarakatan, juga pelajaran seni dan olah raga
dikesampingkan. Keempat, muncul banyak sekolah swasta yang didasari oleh
paham kapitalisme, yakni mencari untung (profit) dengan menyelenggarakan
sekolah-sekolah. Kelima, timbulnya rongrongan terhadap kebudayaan nasional,
karena dalam sistem demokrasi liberal, masyarakat bebas mengembangkan
kebudayaan sendiri. Buahnya adalah: kebudayaan nasional terancam dengan
masuknya budaya asing di Indonesia (Suradi Hp et al. 1986: 46-47).

Merujuk pada laporan “Dua Puluh Tahun Indonesia Merdeka Bidang Pendidikan
dan Kebudayaan” Suradi Hp. et al. (1986: 80) mengatakan bahwa periode
1950/51 hingga 1959 adalah periode yang penuh dengan paham liberal. Ia
menulis:

Di bidang kebudayaan liberalisme membawa kemerosotan. Nampak sikap orang


kebarat- baratan, baik dalam cara berpakaian, penggunaan bahasa, pemilihan
bacaan, maupun tontonan yang digemari. Dansa dihidupkan, musik ngak-ngik-
ngok banyak diperdengarkan, para remaja suka berpakaian mini, suka bacaan
cabul atau bermoral rendah. Pada umumnya mereka meremehkan yang serba asli
Indonesia dan menjunjung tinggi yang serba luar negeri.

Hal tersebut menurut Suradi Hp. et al. (1986: 80) salah satunya karena dalam
UUDS 1950 pasal 40 ditetapkan bahwa penguasa melindungi “kebebasan”
mengusahakan kebudayaan serta kesenian dan ilmu pengetahuan. Dengan
demikian, pemerintah tidak leluasa untuk mencegah masuknya budaya, nilai-nilai,
dan tradisi Barat yang libera

dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama di perkotaan. Jika dilihat dari


sisi sejarah, tahun 1950-an memang tahun-tahun awal setelah pergolakan
bersenjata dan diplomasi melawan kolonialisme selesai, dan upaya untuk
membangun sebuah negara dan bangsa yang maju memerlukan bantuan Barat.
Mulai masuknya nilai-nilai Barat melalui film- film, musik, dan juga ilmu
pengetahuan yang dibawa oleh para pelajar yang kembali dari Barat turut
memengaruhi kultur di masyarakat dan dunia pendidikan. Namun agaknya terlalu
simplistis jika menyimpulkan bahwa pendidikan yang didasari semangat ideologis
nasionalisme dan demokrasi dengan tetap berpegang pada Pancasila dan
kebudayaan kebangsaan telah membuahkan cara pandang dan kultur serta nilai-
nilai liberal di masyarakat.

Hal tersebut karena secara faktual pemerintah telah mengeluarkan kebijakan


perundang-undangan yang di dalamnya terdapat arah yang jelas ke mana
pengembangan pendidikan harus diarahkan. Hanya saja ketidakstabilan politik,
ekonomi, juga masuknya budaya Barat melalui berbagai media telah menjadikan
upaya-upaya pemerintah tersebut tidak optimal. Demokrasi liberal yang
dijalankan oleh pemerintah RI waktu itu memang menyediakan ruang besar dan
longgar bagi munculnya berbagai inisiatif budaya, termasuk yang datang dari
Barat, sehingga tidak mengherankan jika nilai-nilai liberal muncul di masyarakat.
Dunia pendidikan tentu juga terpengaruh, karena pada hakikatnya pendidikan
tidak lepas dari pengaruh kultur dominan yang berkembang di masyarakat
(Giroux, 1983: 128-167). Agaknya lebih tepat jika disimpulkan bahwa
merebaknya nilai-nilai liberal bahkan kapitalisme di masyarakat justru bukan
semata-mata karena orientasi demokrasi dalam pendidikan nasional sebagaimana
dicantumkan dalam penjelasan UU No. 4 Tahun 1950, melainkan diakibatkan
oleh praktik demokrasi liberal yang longgar terhadap semua nilai dan budaya,
termasuk yang datang dari Barat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR ISI

Weber, Max. 2015. Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme. Terjemahan Yusup Priyasudiarja.
Yogyakarta: Narasi.

Suradi Hp., Safwan, M., Latuconsina, D., & Samsurizal. (1986). Sejarah Pemikiran Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Riklefs, M.C. (2005). Sejarah Indonesia Modern: 1200- 2004. Jakarta: Serambi.

Giroux, H. (1983). Theory and Resistance in Education: A Pedagogy for the Opposition. Massachussetts:
Bergin & Garvey Publisher, Inc.

Anda mungkin juga menyukai