Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai pemuda yang berjuang demi
Indonesia dengan cara berprestasi mengharumkan nama Indonesia. Terlepas dari itu
semua,pada jaman sebelum kemerdekaan pemuda mengahargai negeri ini dengan cara rela
mati demi kemerdekaan indonesia yang saat itu tengah dijajah oleh kaum nonpribumi.
Kegigihan pemuda kala itu dapat menghasilkan sebuah kemerdekaan bagi Indonesia dengan
cara membuat organisasi pemuda sehingga menghasilkan “sumpah pemuda”.
Sumpah pemuda adalah sebuah ikrar dari para pemuda yang dijadikan bukti otentik
bahwa pada tangga 28 oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karena itu sudah
seharusnya segenap rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari
lahirnya bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari
perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis
pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat
itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia
asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil
mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tonggak Sejarah Perjuangan Nasional
Salah satu tonggak sejarah perjuangan Bangsa Indonesia adalah Sumpah Pemuda
yang selalu diperingati setiap tanggal 28 Oktober. Namun momen penting ini tidaklah berdiri
sendiri, Sumpah Pemuda merupakan hasil dari serangkaian perjuangan-perjuangan Bangsa
Indonesia sejak ribuan tahun silam dalam usaha membebaskan diri dari belenggu penjajahan.
Seperti kita ketahui bersama, sebelum 1928, perjuangan telah dimulai sejak abad ke-17,
dimana waktu itu perlawanan-perlawanan secara fisik dari berbagai daerah muncul akibat
kekejaman dan penindasan kaum penjajah. Tak heran, kalau di tahun 1628 dan 1629 Sultan
Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram berani menyerang kompeni hingga ke Batavia.
Tahun 1662 – 1669 Sultan Hasanuddin, Raja Gowa XVI juga mengadakan perlawanan
mengusir penjajah di Makasar. Lalu 1817 di Ambon ada Pattimura, kemudian 1825 -1830
terjadi Perang Diponegoro, demikian pula di Sumatera, Tuanku Imam Bonjol memimpin
perlawanan pada tahun 1824 hingga 1837. Perlawanan lainnya pun muncul dengan tujuan
yang sama mengusir penjajah dari bumi Indonesia.
Akan tetapi sangat disayangkan, perjuangan tersebut tidak membawa hasil yang
diharapkan karena politik devide et impera yang diterapkan Belanda waktu itu mampu
menaklukkan semua perlawanan. Belanda mampu menaklukkan hampir seluruh wilayah
nusantara sehingga bangsa ini semakin mengalami penderitaan panjang. Sadar akan hal
tersebut, para pemuda Indonesia yang memiliki semangat dan jiwa patriotisme kemudian
melakukan bentuk perlawanan dalam bentuk yang lain. Mereka melawan – bukan dalam arti
fisik – melalui organisasi Budi Oetomo yang didirikannya pada 20 Mei 1908. Momen ini
kemudian dijadikan sebagai tonggak sejarah kebangkitan pemuda Indonesia dalam
pergerakan kebangsaan Indonesia, yang kemudian diakui sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Beberapa tahun kemudian tepatnya 1911 muncul Sarekat Islam yang didirikan oleh HOS
Tjokroaminoto. Setahun kemudian namanya diubah menjadi Sarekat Dagang Islam. Selain itu
di tahun yang sama, berdiri pula Indische Partai yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu
Danudirdja Setia Budi, Ki Hajar Dewantara dan Tjipto Mangunkusumo. Tujuan politiknya
sangat jelas yaitu untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Belanda. Ketiga tokoh ini
kemudian dibuang karena dianggap membahayakan kelangsungan Pemerintah Hindia
Belanda melalui tulisan-tulisannya yang tajam di surat kabar. Demikian pula gerakan dan
aksi-aksi yang mereka lakukan.

2
Organisasi-organisasi lain pun kemudian bermunculan, namun belum memberikan
harapan yang menggembirakan. Mereka tetap tak mampu menghadapi dan memberikan
perlawanan berarti disebabkan perjuangan yang mereka lakukan masih sendiri-sendiri.
Setelah menyadari kondisi seperti itu, keadaan pun lalu berubah. Para pemuda kemudian
berfusi, menyatukan diri dan mengusung rasa kebangsaan yang selama ini belum tersentuh.
Ini kemudian melahirkan Kongres Pemuda Indonesia I pada tahun 1926. Waktu itu cita-cita
persatuan menjadi tujuan utama, namun masih belum dapat diwujudkan secara nyata. Rasa
kebangsaan dan persatuan itu mencapai puncaknya dengan kemunculan pemuda Soekarno,
anggota Jong Java. Ia terus mengobarkan rasa persatuan dan kesatuan Indonesia sebagai
landasan untuk mencapai kemerdekaan. Pemuda yang kemudian terkenal dengan julukan
Bung Karno ini mendasarkan perjuangan mencapai kemerdekaan pada kekuatan sendiri, anti
kapitalisme dan imperialisme serta non-cooperation atau tak bersedia bekerja sama dengan
Hindia Belanda.
Atas prakarsa Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia, maka diadakan Kongres
Pemuda Indonesia II di Jakarta pada tanggal 27 – 28 Oktober 1928. Kongres dihadiri oleh
berbagai perhimpunan pemuda yang ada di Indonesia. Dalam sidang ketiga, 28 Oktober 1928
itulah kemudian dicetuskan Sumpah Pemuda yang sangat terkenal hingga sekarang. Sumpah
Pemuda sebagai tonggak sejarah perjuangan yang bersifat nasional, meliputi seluruh wilayah
nusantara mencapai cita-cita bersama. Pada Kongres ini pula diperkenalkan lagu kebangsaan
Indonesia Raya 3 stanza oleh Wage Rudolf Supratman. Kata-kata keramat yang dicetuskan
dalam Kongres II Pemuda Indonesia tersebut terus mengakar dalam diri setiap anak bangsa.
Perjuangan terus berlanjut, perlawanan terhadap Pemerintah Hindia Belanda pun tak berhenti
hingga mencapai puncak dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Republik Indonesia 17
Agustus 1945. Rasa kebangsaan, persatuan dan kesatuan harus tetap kita jaga dengan jiwa
dan semangat Sumpah Pemuda. Jangan sampai kerja keras para pemuda pada masa
perjuangan dahulu terbuang percuma dengan kondisi Bangsa Indonesia di masa sekarang.
Kalau dulu kaum penjajah yang memecah belah bangsa Indonesia, bukan tidak mungkin
persatuan dan kesatuan yang selama ini kita bina terkoyak oleh ulah bangsa sendiri. Bahasa
Indonesia yang selama ini diakui sebagai bahasa persatuan rusak justru oleh perilaku bangsa
sendiri.

3
2. Pengagas Kongres Sumpah Pemuda Pertama
Siapa penggagas Kongres Sumpah Pemuda pertama kali?. Ya, adalah Mohammad
Tabrani Soerjowitjitro. Dia merupakan tokoh penting di balik terselenggaranya Kongres
Sumpah Pemuda Pertama tahun 1926. Mohammad Tabrani Soerjowitjitro, wafat pada 1984.
Tidak cuma menggagas terselenggaranya kongres tersebut, namun ia juga kemudian menjadi
ketuanya. Saat masih hidup, banyak yang memintanya menuliskan pengalaman dan apa yang
diketahuinya perihal kongres, yang kemudian mengantar terjadinya Kongres Pemuda 1928
yang momumental tersebut. Tapi Tabrani selalu menolak. Sikapnya baru mencair ketika pada
1973, Sudiro, bekas Wali Kota Jakarta, memintanya. Maka Tabrani pun menuliskan
pengalamannya dalam buku 45 Tahun Sumpah Pemuda. Buku ini diterbitkan pada 1974 oleh
Yayasan Gedung-gedung Bersejarah Jakarta. Menurut Tabrani, laporan kongres yang
berjudul Verslag van Het Eerste Indonesisch Jeugdcongress (Laporan Kongres Pemuda
Indonesia Pertama) yang diterbitkan oleh Panitia Kongres telah dimusnahkan Belanda. Ia
mengetahui kabar itu ketika tengah bersiap meninggalkan Tanah Air untuk berangkat ke
Jerman. Tapi, untunglah, sebelumnya ia telah mengirimkan salinan laporan itu ke Museum
Pusat dan sejumlah media massa.
Pada 1973 Tabrani menemukan dokumen kongres itu di Museum Pusat yang kini
bernama Museum Nasional. Menurut Tabrani, untuk mengelabui pemerintah Belanda, saat
itu ia melakukan sejumlah trik kala kongres. Beberapa orang sengaja ia perintahkan
mengobrol dengan kepala polisi rahasia dan sejumlah pejabat Belanda yang hadir.
Tujuannya, agar mereka tak sempat menyimak pidato peserta kongres. Persiapan Kongres
Pemuda Pertama dilakukan pada 15 November 1925 di gedung Lux Orientis, Jakarta. Hadir
lima organisasi pemuda dan beberapa peserta perorangan. Organisasi itu Jong Java, Jong
Sumatranen Bond, Jong Ambon, Pelajar Minahasa, dan Sekar Roekoen. Tabrani mewakili
Jong Java. Pertemuan itu menghasilkan kesepakatan membentuk panitia Kongres Pemuda
Indonesia Pertama. Tujuan kongres tersebut, adalah menggugah semangat kerja sama di
antara bermacam-macam organisasi pemuda di tanah air, supaya dapat diwujudkan dasar
pokok lahirnya persatuan Indonesia, di tengah-tengah bangsa di dunia. Panitia kongres terdiri
atas 10 orang, di antaranya Bahder Djohan, Sumarto, Jan Toule Soulehuwij, Paul Pinontoan,
dan Tabrani. Dari sini lantas dibentuk panitia inti dengan komposisi pengurus meliputi Ketua
Tabrani, wakil ketua Sumarto, sekretarisDjamaludin (Adinegoro), dan bendahara Suwarso.
Kongres Pemuda Pertama itu kemudian digelar di Jakarta pada 30 April 1926 hingga
2 Mei 1926. Berbagai persoalan dibahas dalam kongres ini. Bahder Djohan, misalnya,

4
menyampaikan materi “Kedudukan wanita dalam masyarakat Indonesia”. Tapi, lantaran
terlambat datang dari Bandung, akhirnya materi tersebut dibacakan Djamaludin. Adapun Paul
Pinontoan membahas peranan agama dalam gerakan nasional. Dalam kongres yang memakai
bahasa Belanda itu dibicarakan pula soal bahasa persatuan. Muhammad Yamin, yang
membahas “Masa depan bahasa-bahasa Indonesia dan kesusastraannya”, menyatakan hanya
dua bahasa, Jawa dan Melayu, yang berpeluang menjadi bahasa persatuan. Namun Yamin
yakin bahasa Melayu yang akan lebih berkembang sebagai bahasa persatuan. Djamaludin
sependapat dengan Yamin. Menurut Tabrani, peserta kongres saat itu sepakat menetapkan
bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Namun Tabrani menentang. Menurut Tabrani,
kalau nusa itu bernama Indonesia, bangsa itu bernama Indonesia, maka bahasa itu harus
disebut bahasa Indonesia dan bukan bahasa Melayu, walaupun unsur-unsurnya Melayu.
Pendapat ini diterima Yamin dan Djamaludin. Keputusan menetapkan bahasa persatuan itu
pun ditunda dan akan dikemukakan lagi dalam Kongres Pemuda Kedua. ketika kongres
kedua berlangsung, Tabrani dan Djamaludin sedang berada di luar negeri. Tabrani juga
disebut-sebut berperan mengubah rumusan Sumpah Pemuda. Sewaktu disepakati, sumpah itu,
terutama butir ketiga, berbunyi: “Menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Rumusan
populer sekarang:”Mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia”. Menurut Keith Foulcher
dalam Sumpah Pemuda, Makna & Proses Penciptaan Simbol Kebangsaan Indonesia
(Komunitas Bambu, cetakan II, 2008), pergeseran itu tidak terjadi begitu saja. Foulcher
merujuk pada Kongres Bahasa 1938. Ketika itu, kata Foulcher, Tabrani menyampaikan topik
“Mendorong Penyebarluasan Bahasa Indonesia”. Saat itu ia memberikan argumen bahwa
bahasa Indonesia tidak beroposisi terhadap bahasa daerah, tapi merepresentasikan “Sumpah
Kita”. Ia kemudian menyampaikan satu rumusan baru:
Kita bertoempah tanah (sic) satu, jaitoe tanah (sic) Indonesia,
Kita berbangsa satoe, jaitoe bangsa Indonesia,
Kita berbahasa satoe, jaitoe bahasa Indonesia

Tabrani lahir di Pamekasan, Madura, 10 Oktober 1904. Setelah menamatkan


pendidikan di MULO Surabaya, dia masuk AMS di Bandung dan kemudian OSVIA, juga di
Bandung. Sejak di MULO ia aktif di Jong Java. Meski menuntut ilmu di sekolah calon
pamong praja, Tabrani lebih berminat pada jurnalistik. Pada 1926 ia sudah memimpin harian
Hindia Baroe bersama Haji Agus Salim. Selepas Kongres Pemuda Pertama, ia berkeliling
Eropa, hingga 1931, mencari pengalaman jurnalistik. Ia, antara lain, mengunjungi London,

5
Berlin, Koln, dan Wina. Sembari membantu koran-koran Belanda, seperti Het Volk dan De
Teleraaf. Setelah pulang ke Tanah Air, ia mendirikan Partai Rakyat Indonesia dan
menerbitkan majalah Revue Politiek. Beberapa tahun kemudian, ia memimpin harian
Pemandangan. Dalam Kongres Persatoean Djoernalis Indonesia Kelima di Solo 1939,
Tabrani terpilih sebagai ketua. Di zaman Jepang, ia memimpin koran Tjahaja di Bandung.
Pada zaman Jepang ini pula ia pernah dijebloskan ke penjara Sukamiskin. Ia disiksa hingga
kakinya cacat, pincang. Lepas dari penjara, Tabrani memimpin Indonesia Merdeka yang
diterbitkan Jawa Hokokai. Saat Indonesia merdeka, ia sempat mengelola koran Suluh
Indonesia, milik Partai Nasional Indonesia.

3. Makna Sumpah Pemuda


Dimana sejarah mencatat bahwa perubahan negeri ini banyak dipengaruhi oleh
pemuda. Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda berasal dari Perhimpunan Pelajar
Pelajar Indonesia (PPPI) yang kemudian dikenal sebagai momentum Sumpah Pemuda. Hari
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 menjadi sejarah dan juga sebuah bukti bahwa
pemuda memiliki semangat yang tinggi dalam upaya perbaikan negerinya. Semangat baru ini
dikobarkan para pemuda ditengah masa penjajahan. Dengan satu tujuan mencapai cita‐cita
negara Indonesia yang berdaulat. Berbagai peristiwa mewarnai perjuangan mereka dan rela
berkorban hanya untuk mengedepankan persatuan, kesatuan, dan tujujan kemerdekaan. Pada
saat itu, orang berbicara tentang pentingnya kesatuan, karena melihat kondisi kehidupan
masyarakat terpecah‐pecah oleh kolonialisme Belanda. Ketika akhirnya tebentuk negara
Indonesia pada tahun 1945, dan pada masa pembentukan itu Indonesia mengalami krisis
kesatuan dan kebangsaan. Era yang dalam bentangan sejarah disebut masa demokrasi‐liberal,
yang ditandai dengan berbagai pemberontakan daerah dan mengakar kuatnya partai politik.
Masa‐masa yang dilalui dari era demokrasi terpimpin, orde baru, hingga reformasi. Rentang
waktu sejarah perjalanan bangsa indonesia sudah cukup panjang.
Dan kini, kita sebagai generasi penerus perlu merenungi kembali makna sumpah
pemuda dengan jiwa dan semangat kebangsaan serta keinginan bersatu yang tinggi. Tapi
apakah ikatan kita sebagai sebuah bangsa sudah kuat dan kokoh. Ini perlu jadi renungan para
tokoh bangsa. Ketika tanah air ini aman‐aman saja, apakah semangat nasional jadi luntur,
semangat kebangsaan ikut memudar ? Pada kenyataanya, banyak kaum muda saat ini yang
mencoreng dirinya sendiri sebagai generasi penerus bangsa sebagai sosok yang tidak berguna
dengan pergaulan yang dilarang dalam agama dan hukum, seperti pecandu narkoba, dan

6
bertindak semaunya tanpa berfikir rasional. Banyak alasan yang mereka kemukakan sebagai
pembelaan diri, tetapi sebagai kaum pemuda yang menjadi harapan bangsa harus selalu
melihat kedepan dengan segala kemampuanya berusaha dengan sebaik mungkin dan menjadi
kebanggaan baik didalam keluarga atau masyarakat, juga mengabdi kepada agama dan
bangsa.
Demokrasi yang kita jalani sekarang bisa memberikan berbagai dampak positif dan
negatif, apabila tak diikuti dengan kesadaran semangat kebangsaan yang tinggi, tentu saja
demokratisasi tidak membuat kita terpecah. Semangat dan jiwa Sumpah Pemuda perlu
digelorakan kembali dalam jiwa kaum muda sekarang. Masa depan bangsa ini terletak pada
etos kerja dan semangat kaum muda. Dalam sejarah bangsa manapun di dunia, kaum muda
tetap menduduki posisi penting pada setiap perubahan. Sumpah Pemuda berkumandang,
gelora dan semangat kaum muda dituntut di masa sekarang, dengan tujuan memperbaiki
kondisi ekonomi bangsa dan mensejaterakan rakyat Indonesia. Bangkit dan Berjuanglah
Pemuda Pemudi Indonesia........!

4. Nilai-Nilai Sumpah Pemuda dan Persatuan


a. Nilai-Nilai Sumpah Pemuda
Sejarah merupakan modal awal untuk mencari bagaimana wajah Indonesia di masa
depan. Sumpah Pemuda sebagai peristiwa historis juga menjadi salah satu kekuatan untuk
membangun kepribadian bangsa. Kekuatan itu berupa nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalamnya. Maka, amat disayangkan jika nilai-nilai luhur dalam Sumpah Pemuda tidak digali,
diperkenalkan, dan disebarluaskan bagi generasi muda saat ini yang adalah generasi penerus
bangsa. Oleh karena itu, penulis ingin menggali, memperkenalkan, dan menyebarluaskan
nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Sumpah Pemuda sehingga mendorong generasi muda
untuk melestarikannya. Nilai-nilai itu antara lain:

1. Kebersamaan dan persaudaraan


Penderitaan akibat penjajahan menimbulkan rasa kesamaan nasib yang semakin
mempererat tali persaudaraan para pemuda. Rasa kebersamaan dan persaudaraan itu
membuka kesadaran bahwa perbenturan kepentingan individu dapat menimbulkan keretakan
yang justru merugikan mereka sendiri. Oleh karena itu, dalam proses hingga perumusan
Sumpah Pemuda, rasa kebersamaan dan persaudaraan menjadi landasan utamanya.

7
2. Toleransi
Rasa toleransi dari para pemuda sangat tampak ketika para pemuda terbuka pada
kemajemukan dan keberagaman. Mereka memberi tempat pada pluralitas. Dan, mereka tidak
terbelenggu pada eksistensi agama, suku, dan lokalitas kedaerahan. Dengan mengembangkan
sikap toleransi yang tinggi para pemuda berhasil mengikrarkan Sumpah Pemuda.

3. Tanggung jawab dan disiplin diri


Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat pengucapan janji, tetapi amatlah jauh lebih
berharga bila janji itu ditepati oleh para pemuda. Dan, ternyata memang benar para pemuda
menepati janji itu. Terbukti dengan perubahan cara berpikir dan tindak mereka. Dulunya
perjuangan mereka masih terbelenggu pada kedaerahan dan kesukuan, tetapi setelah Sumpah
Pemuda, berubah menjadi perjuangan nasional. Hal tersebut memperlihatkan rasa tanggung
jawab dan disiplin diri yang tinggi dari para pemuda dulu untuk memenuhi janji mereka.

4. Wawasan
Sumpah Pemuda membuka wawasan para pemuda tentang betapa luas dan
beragamnya suatu wilayah yang bernama Indonesia. Selain itu, konsep tentang suatu negara
yang dulunya hanya milik beberapa orang yang terpelajar, menjadi pemahaman bersama para
pemuda yang hadir saat konggres itu.

5. Nasionalisme
Adanya kebersamaan perasaan senasib, kedekatan fisik atau non fisik, terancam dari
musuh yang sama, dan punya tujuan yang sama yaitu kemerdekaan, mendorong bangkitnya
nasionalisme pemuda. Nasionalisme Indonesia dapat mengatasi ikatan primordial (lokalitas,
suku, ras, dan agama) sehingga nasionalisme Indonesia lahir sebagai sebuah ikatan bersama.
Nilai-nilai sumpah pemuda yang penulis telah paparkan merupakan bekal pendiri (pemuda
jaman itu) yang tak ternilai harganya untuk mengangkat semangat juang, rasa percaya diri,
dan optimisme bangsa (pemuda) untuk menghadapi tantangan saat ini. Tentunya, nilai-nilai
yang diuraikan di atas dilandasi oleh sikap-sikap yang mendukung, seperti saling
menghargai, saling menghormati, saling memperhatikan, setia kawan, dan sikap
mengutamakan dialog untuk menyelesaikan suatu persoalan.

8
b. Sumpah Pemuda dan Persatuan
Kesatuan dan persatuan harus menjadi basis ketahanan sebuah bangsa, apalagi bangsa
yang sedang berkembang seperti Indonesia dalam menghadapi arus globalisasi yang makin
keras. Konggres Pemuda II tanggal 26 – 28 Oktober 1928 telah berhasil merumuskan
ideologi yang berhasil mendasari jiwa kesatuan dan persatuan, yaitu bertumpah darah yang
satu, tanah Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; dan memiliki bahasa persatuan,
bahasa Indonesia. Satu tanah air, berarti mereka merasa menikmati hidup dalam satu wilayah
yang sama. Bertumbuh dan berkembang dalam tanah yang sama. Mereka sudah tidak
memikirkan bahwa wilayah yang lain memiliki kekayaan alam yang berlimpah sehingga
mengundang kecemburuan sosial. Semua adalah milik bersama dan untuk bersama.
Berbangsa satu, berarti mereka terlebih dahulu menanggalkan identitas-identitas primordial
seperti etnis, suku, dan ras. Doktrin-doktrin yang melekat pada suatu kelompok yang merasa
memiliki perbedaan budaya, sejarah, maupun prinsip-prinsip hidup sendiri juga dicoba untuk
dihargai dan dihormati karena memiliki rasa ”berbangsa satu”.
Bahasa persatuan, berarti mereka sudah mempunyai sarana untuk mengikat persatuan
mereka. Suatu persatuan membutuhkan suatu komunikasi yang terus-menerus. Untunglah hal
itu sudah dijembatani oleh bahasa Melayu yang kemudian diangkat menjadi bahasa
Indonesia. Para pemuda menggunakan bahasa Indonesia dengan bangga tanpa perlu
meninggalkan bahasa daerah masing-masing. Peristiwa Sumpah Pemuda menunjukkan
kesatuan dan persatuan Indonesia terbentuk atas dasar kesadaran bersama bukan paksaan.
Jelaslah bahwa kesatuan dan persatuan amat dibutuhkan bangsa Indonesia untuk mencapai
cita-cita bersama.

9
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Sumpah Pemuda sangat besar pengaruhnya bagi bangsa Indonesia. Rasa persatuan
dan kesatuan semakin tebal yang semakin meluas tidak hanya dikalangan pemuda saja tetapi
juga dikalangan masyarakat luas. Sifat kedaerahan yang sebelumnya sangat kuat menjadi
berganti dengan sifat Nasionalisme yang mengakar pada semangat persatuan untuk
terwujudnya bangssa Indonesia yang merdeka dari belenggu penjajahan. Sumpah Pemuda
juga mempunyai nilai-nilai strategis yang mendukung ke arah kesatuan dan persatuan bangsa
seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Kalau sekarang nilai-nilai itu sepertinya
terabaikan dalam berbangsa, itu adalah kesalahan transformasi nilai. Maka, yang kita
butuhkan di masa depan adalah sejarah sebagai pembelajaran moral untuk kepentingan
kebangsaan. Masa lalu sebagai pengalaman adalah guru dan darinya kita dapat berefleksi dan
memperoleh banyak nilai yang terkandung di dalamnya.

2. Saran
Sebaiknya generasi penerus lebih bisa menyaring segala bentuk jajahan yang bisa
merusak bangsa ini. Salah satu caranya yaitu apabila pemuda dan masyarakat luas merasa
kurang dengan kinerja petinggi negeri ini maka ikutilah cara sejarah yang sudah tercetak
ampuh. Dengan mengadakan kongres penolakan dan menunjukan kegiatan yang positif dari
kongres tersebut. Atau dengan cara negosiasi secara mufakat agar bangsa ini tidak dikenal
sebagai bangsa yang agresif.

10

Anda mungkin juga menyukai