Anda di halaman 1dari 12

TUGAS BAHASA LAMPUNG

DISUSUN OLEH :

NAMA : ISKA SEVRIA PRASASTI


KELAS : XII MP3

YAYASAN PENDIDIKAN WAY TUBA MEMBANGUN


SMK TUNAS WIYATA WAY TUBA
JLN. MAYJEN RIYACUDU NO. 27 KEC.WAY TUBA
KAB. WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG
AKSARA LAMPUNG DAN ANAK HURUF

a. Pengertian Aksara Lampung


Aksara merupakan bentuk tulisan yang mempunyai hubungan dengan aksara Pallawa
dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup
seperti dalam Huruf bahasa Arab, dengan menggunakan tanda-tanda fathah pada baris atas
dan tanda-tanda kasrah pada baris bawah, akan tetapi tidak menggunakan tanda dammah
pada baris depan, melainkan dengan menggunakan tanda di belakang, di mana masing-
masing tanda memiliki nama tersendiri. Aksara Lampung atau juga di kenal dengan Had
Lampung dipengaruhi dua unsur, diantaranya yaitu Aksara Pallawa dan juga Huruf Arab.
Had Lampung mempunyai bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang
Bengkulu, aksara Sunda, dan juga aksara Lontara. Had Lampung terdiri dari huruf induk,
anak huruf ganda, anak huruf,  dan gugus konsonan, juga terdapat lambang, angka dan juga
tanda baca. Had Lampung disebut juga dengan istilah Kaganga ditulis dan dibaca dari kiri ke
kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.

Aksara lampung sudah mengalami perkembangan/perubahan. Sebelumnya Had


Lampung kuno jauh lebih kompleks, sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang
dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang merupakan
hasil dari penyempurnaan tersebut.

Aksara Lampung adalah aksara yang dipelajari di Provinsi Lampung sebagai muatan
lokal. hingga saat ini, Aksara Lampung belum terdaftar di Unicode sehingga penulisan
Aksara ini Lampung belum dikenal oleh komputer. Usaha komputerisasi Aksara Lampung
sudah dilakukan oleh masyarakat termasuk oleh orang Lampung itu sendiri dengan membuat
software/font yang dapat diaplikasikan langsung dalam pengetikan komputer. Komputerisasi
Aksara Lampung pada awalnya dilakukan oleh Wawan Supriadi dan juga Hery Fajar
Isnawan. Kemudian Komputerisasi berikutnya dilakukan oleh Mohammad Yuzariyadi
dengan sedikit penyempurnaan.
Pada masa silam, gadis-gadis asli Lampung mempunyai kemampuan memikat lawan
jenisnya. Memang kata kata (mantra-mantra) pengasih ini ditorehkan dalam Aksara Lampung
kaganga di atas media kulit kayu. Aksara Lampung juga di pakai untuk menulis surat, surat
resmi untuk mengesahkan hak kepemilikan tanah tradisional, mantra, guna-guna,cara
sesajian, syarat menjadi pemimpin, obat-obatan, hingga syair mistik Islam. Ada pula syair
percintaan, yang dikenal juga sebagai bandung atau hiwang. Media penulisan selain kulit
kayu, juga memakai  bilah bambu,daun lontar, dalung (kepingan logam), kulit hewan, tanduk
kerbau, dan juga batu. Syair percintaan yang berbentuk dialog ditulis pada keping atau
lembar bambu —disebut dengan gelumpai— diikat jadi satu dengan tali melalui lubang di
ujung satu serta diberi nomor berdasarkan urutan abjad. Ada juga yang menorehkannya pada
tabung bambu dan juga kulit kayu berlipat.

Karya-karya ilmiah tentang bahasa dan juga aksara Lampung semuanya memakai “ra”
untuk menuliskan huruf atau fonem ke-16 aksara Lampung. Gelar (adok) dan juga nama
tempat harus dituliskan dengan ejaan ra, meski dibaca mendekati bunyi kha/gha, misalnya
adalah Pangiran Raja Purba, Batin Sempurna Jaya, Radin Surya Marga, Minak Perbasa,
Marga Pertiwi. Penulisan “radu rua rani mak ratong” adalah  ejaan baku, sedangkan
penulisan “khadu khua khani mak khatong” tidaklah baku. Sementara itu, penelitian ilmiah
tentang bahasa dan aksara Lampung ini dipelopori oleh Prof. Dr. Herman Neubronner van
der Tuuk melalui artikel nya yaitu  “Een Vergelijkende Woordenlijst van Lampongsche
Tongvallen” dalam jurnal ilmiah Tijdschrift Bataviaasch Genootschap (TBG), volume 17,
1869, hal. 569-575, dan juga  artikel “Het Lampongsch en Zijne Tongvallen”, dalam TBG,
volume 18, 1872, hal. 118-156, kemudian diikuti juga oleh penelitian Prof. Dr. Charles
Adrian van Ophuijsen melalui artikel “Lampongsche Dwerghertverhalen” dalam jurnal
Bijdragen Koninklijk Instituut (BKI), volume 46, 1896, hal. 109-142. Juga Dr. Oscar Louis
Helfrich pada tahun 1891 menerbitkan kamus Lampongsch-Hollandsche Woordenlijst. Lalu
ada tesis Ph.D. dari Dale Franklin Walker pada Universitas Cornell, Amerika Serikat, yang
berjudul A Grammar of the Lampung Language (1973).

Menurut Prof. C.A. van Ophuijsen, bahasa Lampung tergolong bahasa tua dalam
rumpun Melayu-Austronesia, karena masih banyak sekali melestarikan kosakata Austronesia
purba, seperti: apui, bah, balak, hirung, hulu, bingi, buok, heni, ina, ipon, iwa, luh, telu, tuha,
pedom, pira, pitu, tutung, siwa, walu, dsb. Prof. H.N. van der Tuuk meneliti kekerabatan
bahasa Lampung dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya. Bahasa Lampung dan bahasa
Sunda mempunyai kata awi (bambu), bahasa Lampung dan juga bahasa Sumbawa
mempunyai kata punti (pisang), bahasa Lampung dan bahasa Batak memiliki kata bulung
(daun). Hal ini membuktikan bahwa bahasa-bahasa Nusantara memang satu rumpun, yaitu
rumpun Austronesia yang meliputi kawasan dari Madagaskar sampai pulau-pulau di Pasifik.
Pada saat ini, Penggunaan Aksara Lampung tidak seumum penggunaan Huruf Latin. Ulun
Lampung sendiri lebih banyak memakai Huruf Latin untuk menulis Bahasa Lampung. Oleh
kaum muda, Penggunaan Aksara Lampung biasanya digunakan untuk menulis hal yang
bersifat pribadi seperti buku harian dan juga surat cinta. Selain itu, tidak sedikit yang menulis
Bahasa Indonesia dengan menggunakan Aksara Lampung.
Penggunaan Aksara Lampung dapat kita lihat pada penulisan nama jalan di Provinsi
Lampung. Selain itu, penggunaan Aksara Lampung bisa kita lihat pada logo Provinsi,
Kabupaten, dan juga Kota di Provinsi Lampung. Lampung merupaan bahasa Malayo-
Polinesia yang diucapkan di provinsi Indonesia Lampung di Sumatera bagian selatan. Ada
dialek Lampung, Abung / Pepadun ( Lampung Nyo ) di Lampung barat, Pesisir / Say Batin
( Lampung Api ) di Lampung timur, dan juga Komering, yang cukup berbeda untuk dianggap
bahasa yang berbeda. Lampung Api dianggap sebagai ragam prestise.

b. Lampung tertulis

Lampung ditulis dengan alfabet Latin, akan tetapi di masa lalu ditulis dengan aksara
sendiri, yang dikenal dengan Aksara Lampung atau disebut dengan Had Lampung , yang
mirip sekali dengan naskah lain di Sumatera yaitu Rejang, Bugis dan juga Sunda. Skrip
Lampung dipakai untuk menulis mantra, hukum adat, surat, karya keagamaan dan puisi. Itu
tertulis di kulit kayu, pelat logam, kulit binatang, tanduk, daun palem, batu dan bambu.
Setelah Islam menyebar ke Indonesia naskah Lampung diganti dengan aksara Arab. Hari-
hari ini naskah Lampung dipakai sampai batas tertentu pada rambu-rambu jalan, logo
pemerintah dan juga tempat lain, dan diajarkan di beberapa sekolah.

c. Anak Huruf Aksara Lampung


Dalam anak huruf aksara lampung, di bedakan menjadi 3 bagian yaitu :
1. Anak huruf yang terletak di atas huruf: ulan, bicek, tekelubang (ang), rejenjung
(ar), datas (an).
2. Anak huruf yang terletak dibawah huruf: bitan dan tekelungau (au).
3. Anak huruf yang terletak di belakang huruf: tekelingai (ai), keleniah (ah), nengen
(tanda huruf mati).

1. Anak Huruf di bagian atas


2. Anak Huruf di bagian bawah

3. Anak Huruf di bagian samping

d. Tanda Baca Aksara Lampung

Tanda baca aksara lampung ini bisa kamu gunakan untuk memberikan tanda seperti
tanda titik, tanda koma dan yag lainnya, berikut untuk tanda baca aksara lampung.
e. Aksara Lampung Angka

f. Aksara Lampung dan Contoh Penulisannya


Dalam menggunakan atau menulis aksara lampung di awali dari kiri ke kanan, dengan
menggunakan huruf dasar sebagai suku kata dan anak huruf sebagai penyambungnya, berikut
untuk beberapa contoh cara menulis aksara lampung.
MARGA DI LAMPUNG

Lampung mengenal marga-marga yang mulanya bersifat geneologis-territorial. Tapi,


tahun 1928, pemerintah Belanda menetapkan perubahan marga-marga geneologi-teritorial
menjadi marga-marga teritorial-genealogis, dengan penentuan batas-batas daerah masing-
masing. Setiap marga dipimpin oleh seorang kepala marga atas landasan pemilihan oleh dan
dari punyimbang-punyimbang yang bersangkutan. Demikian pula, kepala-kepala kampung
diambil keputusan sesuai hasil pemilihan oleh dan dari para punyimbang. Di seluruh
keresidenan Lampung, terdapat marga-marga teritorial sebagai berikut:
No. Nama Marga Kecamatan sekarang Beradat Berbahasa(Dialek)
1. Melinting Labuhan Maringgai Peminggir Melinting A (api)
2. Jabung Jabung idem idem
3. Sekampung idem idem idem
4. Ratu Dataran Ratu Peminggir Darah Putih idem
5. Dataran idem idem idem
6. Pesisir Kalianda idem idem
7. Rajabasa idem idem idem
8. Ketibung Way Ketibung idem idem
9. Telukbetung Telukbetung Peminggir Teluk idem
10. Sabu Mananga Padangcermin idem idem
11. Ratai idem idem idem
12. Punduh idem idem idem
13. Pedada idem idem idem
Peminggir
14. Badak Cukuhbalak Pemanggilan idem
(Semaka)
15. Putih Doh idem idem idem
16. Limau Doh idem idem idem
17. Kelumbayan idem idem idem
18. Pertiwi idem idem idem
19. Limau Talangpadang idem idem
20. Gunungalip idem idem idem
21. Putih Kedondong idem idem
22. Beluguh Kotaagung idem idem
23. Benawang idem idem idem
24. Pematang Sawah idem idem idem
25. Ngarip Semuong Wonosobo idem idem
Buay Nunyai
26. Kotabumi Pepadun O (nyou)
(Abung)
27. Buay Unyi Gunungsugih idem idem
28. Buay Subing Terbanggi idem idem
29. Buay Nuban Sukadana idem idem
30. Buay Beliyuk Terbanggi idem idem
31. BuayNyerupa Gunungsugih idem idem
32. Selagai Abung Barat idem idem
33. Anak Tuha Padangratu idem idem
34. Sukadana Sukadana idem idem
35. Subing Labuan Labuan Maringgai idem idem
36. Unyi Way Seputih Seputihbanyak idem idem
37. Gedongwani Sukadana idem idem
Karta
38. Buay Bolan Udik (Tulangbawang Pepadun (Megou-pak) idem
Udik)
39. Buay Bolan Menggala idem idem
Tulangbawang
40. Buay Tegamoan idem idem
Tengah
Tulangbawang
41. Buay Aji idem idem
Tengah
Tulangbawang
42. Buay Umpu idem idem
Tengah
Buay Pemuka
43. Negeri Akbar Pepadun A (api)
Bangsa Raja
Buay Pemuka
44. Pakuonratu idem idem
Pangeran Ilir
Buay Pemuka
45. Pakuonratu idem idem
Pangeran Udik
Buay Pemuka
46. Belambangan Umpu idem idem
Pangeran Tuha
47. Buay Bahuga Bahuga (Bumiagung) idem idem
48. Buay Semenguk Belambangan Umpu idem idem
49. Buay Baradatu Baradatu idem idem
50. Bungamayang Negararatu Pepadun (Sungkai) idem
51. Balau Kedaton idem idem
52. Merak-Batin Natar idem idem
53. Pugung Pagelaran idem idem
54. Pubian (Nuat) Padangratu idem idem
55. Tegineneng Tegineneng idem idem
56. Way Semah Gedongtataan idem idem
57. Rebang Pugung Talangpadang Semende Sumatera Selatan
58. Rebang Kasui Kasui idem idem
59. Rebang Seputih Tanjungraya idem idem
60. Way Tube Bahuga Ogan idem
61. Mesuji Wiralaga Pegagan idem
62. Buay Belunguh Belalau Peminggir (Belalau) A (api)
63. Buay Kenyangan Batubrak idem idem
64. Kembahang Batubrak idem idem
65. Sukau Sukau idem idem
66. Liwa Belakang Bukit Liwa idem idem
67. Suoh Suoh idem idem
68. Way Sindi Karya Penggawa idem idem
69. La'ai Karya Penggawa idem idem
70. Bandar Karya Penggawa idem idem
71. Pedada Pesisir Tengah idem idem
72. Ulu Krui Pesisir Tengah idem idem
73. Pasar Krui Pesisir Tengah idem idem
74. Way Napal Pesisir Selatan idem idem
75. Tenumbang Pesisir Selatan idem idem
76. Ngambur Bengkunat idem idem
77. Ngaras Bengkunat idem idem
78. Bengkunat Bengkunat idem idem
79. Belimbing Bengkunat idem idem
80. Pugung Penengahan Pesisir Utara idem idem
81. Pugung Melaya Lemong idem idem
82. Pugung Tampak- Pesisir Utara idem idem
83. Pulau Pisang Pesisir Utara idem idem
84. Way Tenong Way Tenong Semendo Sumatera Selatan

Susunan marga-marga territorial yang sesuai keturunan kerabat tersebut, pada saat
kekuasaan Jepang sampai saat kemerdekaan pada tahun 1952 dihapus dan menjadi bentuk
pemerintahan negeri. Sejak tahun 1970, nampak susunan negeri sebagai persiapan persiapan
pemerintahan daerah tingkat III tidak lagi diaktifkan, sehingga sekarang kecamatan langsung
mengurus pekon-pekon/kampung/desa sebagai bawahannya.
PAKAIAN ADAT LAMPUNG

Pakaian adat menjadi salah satu identitas dan kebanggaan bagi suatu daerah.
Tidak terkecuali pakaian adat Lampung, yang kerap dikenakan dalam upacara adat,
prosesi pernikahan hingga gelaran seni-budaya. Selain terkenal dengan keindahan
tempat wisata dan budayanya, provinsi Lampung yang terletak di ujung selatan Pulau
Sumatera, juga memiliki ragam pakaian adat yang khas. Selain itu, sarat dengan makna
dan filosofi yang menjadi salah satu keunikannya. Masyarakat Lampung memiliki
semboyan “Sai Bumi Ruwa Jurai”, berarti Satu Bumi Dua Jiwa. Semboyan ini
menggambarkan terdapat dua suku bangsa yang mendiami wilayah Lampung, terdiri
dari suku Lampung Pepadun dan suku Lampung Saibatin atau Pesisir. Meskipun sama-
sama menjadi masyarakat asli, namun keduanya memiliki pebedaan, tidak hanya tradisi
dan bahasa, tetapi juga pakaian adatnya.

1. Pakaian Adat Lampung Pepadun

Pakaian adat Lampung suku Pepadun yang mendiami daerah pedalaman atau
daerah dataran tinggi Lampung, terlihat dalam busana pengantin untuk  prosesi
pernikahan. Pakaian adat pria berupa baju lengan panjang berwarna putih yang
dipadukan dengan celana panjang hitam. Di luarnya, dibalut dengan sarung tumpal yaitu
kain sarung khas Lampung yang ditenun menggunakan benang emas. Sarung ini dipakai
menutup celana dari pinggang hingga lutut. Kemudian, di bagin luar sarung, diikat
sesapuran atau sehelai kain putih dengan rumbai tinggi. Bagian bahu dilingkari dengan
selendang bujur sangkat atau khikat akhir. Sama halnya dengan busana pengantin pria,
pakaian adat Lampung untuk pengantin wanita memiliki ciri khas berwarna putih dan
emas, serta bentuknya seperti kebaya yang ramping membalut badan. Bagian bawah,
dililitkan kain tapis dengan motif khusus yang terbuat dari benang emas dan perak.
Keistimewaan busana pengantin wanita terletak pada aksesoris pelengkapnya, seperti
siger atau mahkota, gelang, kalung, cincing dan hiasan pada pinggang.

2. Pakaian Adat Lampung Saibatin

Jika pakaian adat Lampung Pepadun terlihat bersahaja, busana adat Lampung
Saibatin tampak mewah, karena warnanya yang serba merah menyala. Busana pengantin
pria berupa jas yang terbuat dari bahan beludru bermotif floral bunga tabur, salur, atau
pucuk rebung. Sebagai atribut, pengantin pria memakai kopiah tungkus atau tukkus, dan
perhiasan seperti gelang dan kalung.

Anda mungkin juga menyukai