Anda di halaman 1dari 9

Adat Istiadat Provinsi Lampung

Kata Lampung berasal dari kata "anjak lambung" yang berarti berasal dari
ketinggian dan seperti diketahui bahwa kaki gunung Pesagi dan dataran tinggi
Sekala brak, Lampung Barat yang menjadi tempat asal mula suku Lampung atau
Ulun Lampung adalah puncak tertinggi di tanah Lampung. Karena kebutuhan untuk
memenuhi hidup yang sudah tidak terpenuhi lagi di dataran tinggi Sekala Brak, maka
kelompok demi kelompok meninggalkan Sakala Berak menurun ke lembah dengan
mengikuti aliran sungai. Kelompok atau kaum tersebut kemudian membentuk buwai.

1.Rumah Adat

Rumah adat daerah Lampung dinamakan Rumah Nuwo Sesat. Rumah sesat
tersebut digunakan untuk musyawarah tertinggi antara marga-marga. Jambat Agung
atau Lorong Agung adalah nama tangga menuju Rumah Nuwo Sesat sebagai
perlambang marga Lampung. Di atas Lorong Agung terdapat 3 macam payung
berwarna : putih, kuning, dan merah. Putih untuk tingkat marga, kuning untuk tingkat
kampong, dan merah untuk tingkat suku.

2.Pakaian Adat
Pria Lampung memakai pakaian adat berupa tutup kepala, baju jas dengan leher
tertutup, celana panjang dan berkain songket yang melingkar di pinggang. Sebilah
belati terselip didepan perut. Wanitanya memakai tutup kepala melebar dengan
bentuk yang khas. Bajunya disebut kawai sadariah dan berkain songket. Perhiasan
yang dipakainya adalah anting-anting, pending dan gelang pada kedua belah
tangannya. Pakaian ini dipakai sewaktu menghadiri upacara adat dirumah orang tua
atau mertua.

3.Tari-tarian Daerah Lampung


a.Tari Sigeh Pengunten

Tari sigeh pengunten (siger penguntin) merupakan salah satu tari kreasi baru dari
daerah Lampung. Tari ini merupakan pengembangan dari tari sembah yang
merupakan tari tradisi asli masyarakat Lampung. Melalui Peraturan Daerah, Tari
Sigeh Pengunten diresmikan sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu
penting. Koreografi tari ini juga mengambil unsur dari berbagai tari tradisional
Lampung untuk merepresentasikan budaya Lampung yang beragam.

Tari sembah telah umum ditampilkan sebagai bagian dari ritual penyambutan tamu
dalam acara-acara resmi seperti prosesi pernikahan. Tari ini menggambarkan
ekspresi kegembiraan atas kedatangan para tamu undangan. Selain itu, makna
esensial dari tari ini merupakan bentuk penghormatan kepada para tamu undangan
yang hadir. Dalam tari ini, para penari mengekspresikan hal tersebut dalam
rangkaian gerakan yang luwes, ramah, dan penuh kehangatan.
b.Tarian Cangget

Tarian Cangget merupakan Tarian yang menggambarkan pergaulan yang dilakukan


oleh muda mudi untuk mencari jodoh. Waktu Tari Cangget ditarikan biasanya para
orang tua memperhatikan dan menilai gerak-gerik mereka dalam membawakan
tarian ini. Kegiatan seperti ini oleh masyarakat Lampung disebut dengan nindai.
Tujuannya pun tidak hanya sekedar melihat gerak-gerik pemuda atau pemudi saat
sedang menarikan Tari Cangget, melaiinkan juga untuk melihat kehalusan budi,
ketangkasan dan keindahan ketika mereka berdandan dan mengenakan pakaian
adat Lampung.

Macam-macam Tari Cangget


Tarian cangget yang menjadi ciri khas orang Lampung ini sebenarnya terdiri dari
beberapa macam, yaitu:

 Cengget Nyambuk Temui, adalah tarian yang dibawakan oleh para pemuda
dan pemudi dalam upacara menyambut tamu agung yang berkunjung ke daerahnya.
 Cangget Bakha, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi pada
saat bulat purnama atau setelah selesai panen (pada saat upacara panen raya).
 Cangget Penganggik, adalah tarian yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi
saat mereka menerima anggota baru. Yang dimaksud sebagai anggota baru adalah
pada pemuda dan atau pemudi yang telah berubah statusnya dari kanak-kanak
menjadi dewasa. Perubahan status ini terjadi setelah mereka melalukan upacara
busepei (kikir gigi).
 Cangget Pilangan, adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan
pemudi pada saat mereka melepas salah seorang anggotanya yang akan menikah
dan pergi ke luar dari desa, mengikuti isteri atau suaminya.
 Cangget Agung adalah tarian yang dimainkan oleh para pemuda dan pemudi
pada saat ada upacara adat pengangkatan seseorang menjadi Kepala Adat (Cacak
Pepadun). Pada saat upacara pengangkatan ini, apabila Si Kepala Adat mempunyai
seorang anak gadis, maka gadis tersebut akan diikutsertakan dalam tarian cangget
agung dan setelah itu ia pun akan dianugerahi gelar Inten, ujian, Indoman atau
Dalom Batin.
c.Tarian Bedana

Tarian Bedana merupakan tarian muda mudi yang dilakukan atas kegembiraan yang
dipentaskan di daerah lampung. Tari bedana yang diyakini bernapaskan agama
Islam merupakan tari tradisional, mencerminkan tata kehidupan masyarakat
Lampung yang ramah dan terbuka sebagai simbol persahabatan dan pergaulan.

d.Tari Melinting

Tari Melinting merupakan Tarian yang menjadi aset Bandar Lampung sejak dahulu
kala yang merupakan peninggalan dari Ratu Melinting. Keagungan Ratu Melinting
yang tersohor pada jaman itu. Dimana para penarinya hanya sebatas putera dan
puteri Ratu Melinting yang di pentaskan di Balai Adat. Pada waktu dulu Tarian
Melinting hanya dilakukan dilingkungan keraton atau keluarga, sekarang tarian ini
dilakukan secara umum dan biasanya untuk penyambutan tamu.
e.Tari Merak

Tari Merak banyak dipentaskan di seluruh Indonesia bahkan ada beberapa provinsi
juga memiliki Tari Merak. Begitu juga dengan lampung memiliki tarian merak yang
berfungsi untuk penyambutan gelar. Sebuah tari yang mengisahkan kehidupan
burung merak yang serba indah. Tarian ini melambangkan keluhuran budi dan susila
rakyat Lampung.

ALAT MUSIK TRADISIONAL DAERAH LAMPUNG

1. Gamolan
Gamolan adalah alat musik menyerupai gamelan. Alat musik Gamolan dari Provinsi Lampung ini
merupakan alat musik yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara dipukul.
Diperkirakan alat musik khas Lampung ini sudah dimainkan masyarakat Lampung kuno sejak
abad ke-4 masehi, akan tetapi sampai dengan saat ini banyak masyarakat Lampung yang belum
mengetahui dari kekayaan alat musik tradisional ini.

Seorang peneliti asal Australia tertarik untuk meneliti alat musik gamolan ini. Menurutnya alat
musik gamolan ini sudah ada dan lebih tua dari gamelan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya
gambar gamolan pada relief candi Borobudur.
Gamolan modern yang dapat ditemui di Lampung Barat dan Way Kanan, memiliki perbedaan
dibandingkan dengan gamolan kuno. Gamolan kuno memiliki delapan bilah bambu yang sejajar
di atas satu bongkahan bulat bambu sebesar sekitar lengan orang dewasa. Delapan bilah
bambu masing-masing mewakili delapan tangga nada, yaitu do re mi fa so la si do. Sementara,
gamolan modern hanya memiliki tujuh bilah bambu yang mewakili tujuh tangga nada. Satu
tangga nada yang hilang adalah tanga nada fa. Margaret mengatakan, dirinya pun belum
memahami alasan penghapusan tangga nada fa. 
2. Serdam
Serdam merupakan alat musik tiup tradisional dari Provinsi Lampung yang terbuat dari bambu dan
memiliki nada pentatonis. Berbeda dengan Seruling  atau Suling, Serdam umumnya menghasilkan
nada dasar G = do, terdiri dari 5 lubang yang menghasilkan tangga nada  berirama do, re, mi, sol, la
dan si (1, 2, 3, 5, 6 dan 7).

Instrumen musik Lampung ini terbuat dari bambu yang berbentuk bulat berdiameter + 1 cm dengan
panjang   + 25,5 cm. Diameter lubang peningkah + 4 mm, jarak dari ujung buluh ke lubang
peningkah  + 4 cm, sedang jarak antara masing-masing lubang peningkah + 2  cm. Jarak lubang klep I
dan klep II + 1,5 cm sedangkan jarak peniup ke klep I + 4 cm.

Serdam dipergunakan bersama-sama dengan instrument musik Lampung lainnya, biasanya dimainkan


oleh seorang putra. Cara memainkannya ujung lubang peniup ditiup dan lubang-lubang penghasil
nada ditutup dengan jari-jari seperti yang kita ketahui sebagaimana meniup seruling. Sedangkan untuk
mencari nada rendah atau tinggi dilakukan dengan cara menutup atau membuka lubang-lubang jari
yang ada di sepanjang tubuh Serdam. 

Serdam - alat musik tradisional lampung


 

3. Kompang / Khaddap

Kompang merupakan sejenis alat musik tradisional yang sangat dikenal di kalangan masyarakat
Melayu pada umumnya. Hampir mirip dengan alat musik rebana, Kompang merupakan alat musik
tradisional dari Provinsi Lampung yang dibuat dari kayu dan kulit kambing. Di beberapa daerah di
Lampung, alat musik Kompang juga disebut dengan Khaddap. Keberadaan alat musik ini dikaitkan
dengan penyebaran agama Islam di Indonesia.

Kompang terdiri dari berbagai ukuran. Ada yang berukuran garis pusat sepanjang 22.5 cm, 25 cm,
27.5 cm dan ada juga yang mencapai 35 cm.

Kompang dimainkan secara beregu dalam keadaan duduk, berdiri atau berjalan. Jika kompang
dimainkan dalam acara berzanji, pemain akan duduk bersila atau duduk di atas kursi. Jika dimainkan
dalam acara pernikahan dan pawai menyambut pejabat daerah atau pejabat negara, pemain kompang
ini berjalan mengiringi pengantin atau pejabat daerah, atau pejabat negara tersebut.

Kompang dimainkan dengan menggunakan kedua belah tangan. Sebelah tangan memegang kompang,
dan sebelah tangan lagi memukul kompang. Terdapat tiga rentak dalam permainan kompang, yaitu
rentak biasa, rentak kencet, dan rentak sepulih. Rentak yang biasa dimainkan ialah rentak biasa.
Rentak kencet ialah rentak di tengah-tengah pukulan, kemudian seolah-olah terhenti seketika.
Sedangkan rentak sepulih dimainkan untuk kembali pada rentak lagu pertama.

4. Gambus
Seperti halnya alat musik  Kopang, Alat musik Gambus merupakan alat musik tradisional yang
penyebarannya berkaitan dengan penyebaran agama Islam di Nusantara. Namun dalam
perkembangannya alat musik Gambus ini dipergunakan dengan syair Bahasa Melayu, bahkan
dilengkapi dengan instrument lainnya.

Sedangkan di Provinsi Lampung sendiri, alat musik Gambus dikenal dengan nama Gambus
Lunik atau Anak Buha yang merupakan jenis alat musik kordofon yang dimainkan dengan cara
dipetik.
KLIPING SENI BUDAYA

Disusun Oleh :

Abdul Rohman / Kelas X PH-4

SMKN 3 PANGKALPINANG
2017/2018

Anda mungkin juga menyukai