USULAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA
Halaman
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
RINGKASAN
Pada bagian akhir, pantun berisi pemberian gelar dan harapan-harapan untuk
pengantin. Berdasarkan hal tersebut, dapat dilihat betapa pentingnya posisi pantun
dalam proses pemberian adat tersebut. Tanpa pantun, pemberian gelar tidak dapat
disampaikan. Terkait hal itu, penulis tertarik meneliti lebih lanjut mengenai fungsi
pantun dalam prosesi pemberian gelar tersebut.
Selain itu, penelitian akan menguraikan proses penciptaan pantun wawancan dan
struktur pantun wawancan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode etnografi. Metode etnografi tersebut digunakan untuk mengamati prosesi
adat, kehidupan pemangku adat, dan para penutur pantun. Pengumpulan data
dilakukan dengan proses wawancara, observasi, dan pendokumentasian pertunjukan.
Selanjutnya data diolah dan dianalisis menggunakan pendekatan struktural sehingga
dapat terungkap hasil penelitian. Secara Umum hasil penelitian diharapkan dapat
dijadikan sebagai upaya penyelamatan dan pelestarian tradisi lisan di Lampung.
vii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki kekayaan budaya.
Selain budaya asli, berkembang juga budaya dari berbagai daerah lain di
Indonesia seperti Jawa, Sunda, Bali, dan lain sebagainya. Hal itu disebabkan
karena secara demografis, penduduk Lampung tidak hanya dihuni oleh
masyarakat suku Lampung, tetapi ada banyak suku pendatang. Kedatangan suku-
suku luar tersebut terjadi melalui kegiaan transmigrasi sejak zaman kolonial
Belanda hingga Orde Baru.
Namun demikian, banyaknya pendatang tidak serta merta mematikan
kebudayaan asli Lampung. Meskipun populasi orang Lampung hanya 25% (Fair,
2010), namun budaya Lampung tetap berkembang dan dilestarikan. Salah satu
kebudayaan yang masih berkembang adalah sastra lisan. Setidaknya ada 5 jenis
sastra lisan yang masih berkembang yaitu peribahasa, teka-teki, mantra, puisi,
dan cerita rakyat. Salah satu sastra lisan yang masih hidup dan adalah wawancan.
Wawancan sendiri tergolong ke dalam bentuk puisi lama yakni pantun.
Di Lampung, pantun wawancan disampaikan dalam prosesi adat pengantin
yakni saat pemberian nama (adok) kepada pengantin. Pantun menjadi aspek utama
karena di dalamnya terdapat makna yang berhubungan dengan pemberian gelar
tersebut. Selain itu, sebagaimana karya sastra atau tradisi lisan lainnya pantun
tentu memiliki fungsi dan makna yang berguna bagi masyarakat. Melalui pantun,
makna ditransmisikan. Sebagaimana dikatakan Pudentia (2007:27), bahwa dalam
tradisi lisan, pesan yang disampaikan mengandung banyak hal.
Menurut Geertz dalam Jaeni (2012) kebudayaan merupakan: 1) suatu
sistem keteraturan makna dan simbol-simbol yang dipakai individu untuk
mendefinisikan dunia mereka, mengekspresikan perasaan-perasaan mereka, dan
membuat penilaian mereka; 2) suatu pola makna-makna yang ditransmisikan
secara historis yang terkandung dalam bentuk-bentuk simbolik; 3) peralatan
simbolik bagi kontrol perilaku, dan sumber-sumber ekstrasomatik dari informasi;
serta 4) sebagai sistem simbol yang harus dipahami, diterjemahkan, dan
diinterpretasi.
1
Untuk memahami makna pantun dalam pemberian gelar diperlukan sebuah
penyelidikan secara khusus. Penelitian tentang transmisi ini sejalan dengan
pandangan Suwardi Endraswara. Menurut Endraswara (2009:17) tujuan penelitian
folklor dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu (1) hendak melestarikan,
mendokumentasikan, dan sedikit mengembangkan, (2) menggali nilai folklor agar
dimanfaatkan hasilnya sedikit demi sedikit, (3) menemukan identitas bangsa lewat
pluralitas folklor.
Dalam rencana penelitian ini, peneliti akan mengkaji pantun wawancan
dalam prosesi pemberian gelar pengantin Lampung adat Saibatin. 1 Wilayah
penelitian dilakukan di Kecamatan Talang Padang, Tanggamus. Di Talang
Padang, upacara adat tersebut masih dilakukan hingga saat ini.
1
Masyarakat Lampung dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pepadun dan saibatin.
Dua adat tersebut dikenal dengan istilah ruwa jurai (dibaca (kh) Khuwa Jurai) yang berarti dua
negeri.Kedua kelompok masyarakat adat tersebut memiliki struktur hukum adat yang berbeda.
Lebih jelas baca Yolanda, Putri Yosi (2016) dalam Komunikasi Simbolik Dalam Prosesi
Pemberian Gelar Adat Penyimbang Marga Legun Di Kelurahan Way Urang Kecamatan Kalianda
Kabupaten Lampung Selatan
2
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pantun wawancan dalam
prosesi pemberian gelar pengantin Lampung Saibatin yang meliputi, proses
penciptaan, struktur, fungsi dan maknanya. Dengan adanya penelitian dan
pendokumentasian diharapkan dapat menyelamatkan dan mengembangkan tradisi
lisan pantun agar tetap diterima oleh masyarakat
3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam penelitian ini, ada beberapa teori yang digunakan. Pertama, teori-
teori dalam tradisi lisan, seperti Teori Formula Milman Parry dan Albert Bate
Lord dan teori struktural.
2.1 Kelisanan
Teori kelisanan lebih banyak dijelaskan oleh Milman Parry dan Albert B.
Lord. Mereka meneliti proses penciptaan Homeros dengan mengambil sampel
salah seorang penutur cerita rakyat Yugoslavia. Dalam penelitian tersebut
ditemukan bahwa penutur tradisi lisan tidak menghafalkan karya-karya yang telah
tertulis, mereka hanya memainkan variasi bahasa berdasarkan matra dan irama
puisi.
Unsur bahasa itu oleh Parry dan Lord disebut formula atau formulaik.
Menurut Lord (1976:4) formula adalah kelompok kata yang secara teratur
dimanfaatkan dalam kondisi matra yang sama untuk mengungkapkan satu ide
hakiki. Sedangan formulaik didefinisikan sebagai larik atau separuh larik yang
disusun atas dasar pola formula. Dari penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa unsur kelisanan adalah unsur penting dalam kajian tradisi lisan.
Pada pantun wawancan, teks memang ditulis terlebih dahulu, akan tetapi
aspek kelisanannya tetap dominan yakni pada saat pantun tersebut dibacakan.
2.2 Pantun
Pantun adalah salah satu bentuk puisi lama yang berkembang dalam budaya
masyarakat Indonesia terutama suku Melayu. Pantun memiliki struktur bahasa
yang terikat oleh aturan-aturan tertentu. Rizal (2010 : 12), mengemukakan bahwa
pantun merupakan puisi asli anak Indonesia dan bangsa-bangsa serumpun Melayu
(Nusantara), milik budaya bangsa. Bersajak akhir dengan pola ab-ab yang terdiri
empat baris. Dua baris pertama merupakan sampiran atau bayangan dan dua baris
terakhir sebagai isi pantun atau maksud. Sampiran memiliki fungsi estetik untuk
mengantarkan isi (makna/maksud).
Sementara Kosasih (2008 : 17), mengemukakan bahwa pantun merupakan
puisi lama yang terikat oleh berbagai ketentuan, seperti banyaknya larik setiap
4
bait, banyaknya suku kata dalam setiap larik atau pola rimanya. Ketentuan-
ketentuan tersebutlah yang membedakan pantun dengan puisi lama lainnya.
Meskipun memiliki bentuk yang teratur, pantun juga dapat dikategorikan
sebagai tradisi lisan, karena baik dalam hal penciptaannya yang spontan, pantun
juga sering dibacakan dengan cara dilagukan. Sebagaimana yang disampaikan
Fang dalam Harun, 2012 : 164), pantun adalah senandung atau puisi rakyat yang
dinyanyikan.
2.2.1 Ciri-ciri Pantun
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahasa pantun memiliki
sejumlah aturan. Ciri utama dari pantun adalah bersajak akhir dengan ab-ab atau
aa-aa dan dua baris pertama disebut sampiran sedangkan dua baris terakhir
merupakan isi. Rizal (2010: 14), mengemukakan bahwa ”Pantun adalah bentuk
puisi yang mempunyai ciri-ciri tersendiri,” yaitu sebagai berikut :
1) Setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata.
2) Setiap bait terdiri dari 4 baris.
3) Setiap bait paling banyak terdiri dari 4 kata.
4) Baris pertama dan kedua dinamakan sampiran.
5) Baris ketiga dan keempat dinamakan isi.
6) Mementingkan rima akhir dan rumus rima itu ialah ab-ab, maksudnya bunyi
akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua
sama dengan baris keempat.
2.2.2 Pantun Lampung
Pantun yang berkembang di Lampung memiliki berbagai jenis. Pantun
disampaikan dalam waktu dan tujuan tertentu. Perbedaan konteks tersebut yang
juga membedakan nama dan fungsinya.
Berikut jenis-jenis pantun yang berkembang di Lampung:
1. Paradinei / paghadini,yaitu sastra lisan lampung yang fungsinya untuk
menyambut tamu dalam acara pernikahan secara adat.
2. Pepaccur / pepaccogh / Wawancan ialah sastra lisan lampung yang fungsinya
sebagai pemberian gelar adat pada pengantin yang disertai nasihat-nasihat pada
pengantin. Ngamai adok adalah istilah pemberian gelar pada pengantin pria, Ngini
5
adok adalah istilah pemberian gelar pada pengantin wanita. Pepaccur dalam setiap
bait berjumlah 4 baris
3. Pattun / segata / adi-adi adalah sastra lisan Lampung yang berupa nyanyian.
Setiap bait dalam segata terdiri dri 4 baris. Dan bersajak ab-ab. Sagata ada 5
macam yaitu Sagata sanak ngebabang (pantun mengasuh anak),Sagata
bekahago/buhaga (pantun percintaan), Sagata butangguh/ betangguh (pantun
salam akhir kegiatan/ pesan), Sagata lelagaan (pantun berolok-olok),Sagata
nyindigh (menyindir yang kurang baik).
4. Bebandung, ialah sastra lisan lampung yang berisi nasihat / petuah atau ajaran
yang berkenaan dengan agama Islam. dalam setiap bait berjumlah 4 baris
5. Ringget dikenal di lingkungan masyarakat lampung Abung, menggala,
melinting – dalam setiap bait berjumlah 6 baris. Ringget digunakan pada saat
pelepasan atau keberangkatan seorang gadis secara lamaran (ippun),
keberangkatan tersebut disebut Ittar Terang menuju tempat calon suami.
6. Pisaan ialah sastra lampung yang berupa tulisan fungsinya sebagai pelengkap
acara muda-mudi / jago damar / kedayok dan Pengisian waktu bersantai. Pisaan
dikenal di lingkungan masyarakat lampung pubiyan, sungkai, wai kanan. Dalam
setiap bait berjumlah 4 baris
7. Highing-highing dikenal di lingkungan masyarakat Lampung Pemanggilan
jelema daya (komering).
8. Wayak / ngehahaddo / hahiwang dikenal di lingkungan masyarakat Lampung
Pesisir. Fungsi ringget / pisaan / highing-highing / wayak / ngehahaddo /
hahiwang Untuk pengantar acara adat. pelengkap acara pelepasan pngantin wanita
ke tempat pengantin pria Pelengkap acara cangget / tarian adat Senandung pada
saat menina bobokan anak
9. Hahiwang ialah sastra lisan lampung yang berisi kesedihan.
10. Talibun adalah sastra lisan yang berasal dari melayu, termasuk ragam puisi
Lampung. Talibun kadang-kadang berupa berbalas pantun. Setiap bait dalam
talibun berjumlah 6 baris yang bersajak abc-abc.
11. Ngedio. Pada acara begawi, biasanya mengadakan acara bujang gadis (Muli
meghanai) yang disebut Ngedio. Dalam acara ini bujang gadis bersenda gurau dan
6
berbalas surat. Ngedio ada dua yaitu Ngedio pebukaan (ngedio di awal
begawi/hajat), Ngedio pegubaran (ngedio di akhir acara hajat). 2
Dari berbagai jenis pantun tersebut, pantun yang relevan dengan penelitian
adalah pantun Pepaccur / pepaccogh / Wawancan. Pantun tersebut dilakukan
hanya pada saat prosesi pemberian gelar bagi pengantin Lampung.
2.3 Kajian Struktural
Kajian struktural adalah salah satu metode kajian sastra yang berasal dari
pendekatan strukturalisme. Pendekatan strukturalisme diusung oleh pakar
linguistik Perancis Ferdinand de Saussure. Pendekatan struktural kemudian
dikembangkan oleh kaum Formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Sebuah karya
sastra, puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun
secara koherensif oleh berbagai unsur (pembangun)-nya. Di satu pihak, struktur
karya sastra dapat diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua
bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk
kebulatan yang indah (Abrams, 1981:68 dalam Nurgiyantoro, 2007:36).
Di pihak lain, struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian
hubungan antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan,
saling mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh
(Nurgiyantoro, 2007:36). Kajian struktur ini digunakan untuk mengkaji struktur
pertunjukan dan mengkaji makna dan fungsi pantun.
2.4 Penelitian terdahulu
Penelitian tentang wawancan belum banyak dilakukan. Akan tetapi penelitian
mengenai prosesi pemberian gelar adat telah dilakukan oleh Putri Yosi Yolanda,
dalam sebuah skripsi yang berjudul “Komunikasi Simbolik Dalam Prosesi
Pemberian Gelar Adat Penyimbang Marga Legun Di Kelurahan Way Urang
Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan (2016). Dalam penelitian
tersebut Yolanda mengkaji aspek komunikasi pertunjukan. Di mana segala
sesuatu yang ada dalam prosesi baik teks maupun konteks memiliki makna
2
Dikutip dari http://www.infobdl.net/?p=8429, diakses tanggal 8 Oktober 2016 pukul
09.44
7
simbolik. Sementara pada penelitian ini aspek pengkajian lebih berfokus pada
kelisanan yang terdapat dalam pantun wawancan, struktur, makna dan fungsinya
bagi masyarakat.
8
Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan beberapa
pertanyaan kunci sebagai berikut yaitu:
1. Kisah/sejarah,silsilah, dan arti upacara adat
2. Tuturan dan makna
3. Penyelenggaraan upacara adat
4. Naskah Pantun
5. Pembuatan pantun
6. Fungsi pantun
Berdasarkan hasil wawancara, observasi, dan studi literatur maka akan
dilakukan analisis. Melalui analisis akan dapat dipahami relasi antarkomponen.
Analisis ini juga berguna sebagai ricek atau pemeriksaan ulang menggunakan
triangulasi data hingga terjawablah permasalahan penelitian. Tahap terakhir
adalah penulisan laporan penelitian dan publikasi di jurnal ilmiah. Diagram alur
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Pengumpulan Data
(Wawancara, perekaman
pertunjukan)
Transkripsi rekaman
9
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Ringkasan anggaran biaya dalam penelitian dosen pemula ini diuraikan
dalam Tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4. 1. Ringkasan anggaran biaya penelitian dosen pemula yang diajukan
No Jenis Pengeluaran Anggaran yang diusulkan
1 Honorarium 6.600.000
2 Pembelian habis pakai dan alat penunjang 5.575.000
3 Perjalanan 6.000.000
4 Sewa 900.000
Jumlah 19.075.000
Bulan
No Kegiatan
3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Survei obyek penelitian
2 Pengumpulan Data
3 Pengolahan Data
4 Analisis Data
6 Penyusunan laporan kemajuan
7 Penyusunan laporan akhir
8 Publikasi
10
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. 2008. Kamus Bahasa ( Lampung – Indonesa, Indonesia – Lampung ).
Bandar Lampung.
Endraswara, Suwardi. 2009. Metode Penelitian Folklor. Jogjakarta: Medpress.
Finnegan, Ruth. 1992. Oral Tradition and the Verbal Arts: A Guide to Research
Practices. London ; Routledge;
Harun, Mohd. 2012. Pengantar Sastra Aceh. Banda Aceh : Cita Pustaka Media
Perintis.
Kosasih, Engkos. 2008. Cerdas Berbahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas X.
Jakarta: Erlangga.
Helena, Esther. 2005. Pakaian dan Upacara Adat Perkawinan Lampung
Melinting.UPTD Museum Lampung “RUWA JURAI”. Dinas Pendidikan
Propinsi Lampung
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Saibatin. Bandar Lampung: Universitas
Lampung
Jaszi, Peter dkk., 29. Kebudayaan Tradisional: Suatu Langkah Maju Untuk
Perlindungan di Indonesia, American University, Ford Foundation, dan
LSPP, Jakarta.
Moleong, Laxy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Pers.
Pudentia MPSS (ed) 2008. Metodologi Kajian Tradisi Lisan, Asosiasi Tradisi
Lisan
(ATL).
...........................(1994). “Tradisi Lisan dalam Penulisan Sejarah Lokal” Makalah
Lokakarya Penulisan Sejarah Lokal, Cisarua, 15—16 Juli 1994.
Spradley, James. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana, 2007.
Sweeney, Amin. 2011. Surat Naskah Angka Bersuara: Ke Arah Mencari
11
“Kelisanan”, dalam Amin Sweeney, Pucuk Gunung Emas: Kelisanan dan
Keberaksaraan dalam Kebudayaan Melayu-Indonesia, Kepustakaan
Populer Gramedia dan majalah Horizon. Jakarta.
____________, Surat Naskah Angka Bersuara: Kearah Mencari Kelisanan”, ”,
dalam Pudentia MPSS (ed), Metodologi Kajian Tradisi Lisan, Asosiasi
Tradisi Lisan (ATL), Jakarta.
Vansina, Jan. 2011. Oral tradition as History. Yogyakarta: Ombak
Yolanda, Putri Yosi. 2016. “Komunikasi Simbolik Dalam Prosesi Pemberian
Gelar Adat PenyimbangMarga Legun Di Kelurahan Way Urang
Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan”. Bandar Lampung:
Unila.
Sumber Internet
http://www.infobdl.net/?p=8429, diakses tanggal 8 Oktober 2016 pukul 09.44
http://bpsntbandung.
blogspot.co.id/2009/07/masyarakat-adat-lampung-saibatin-dalam.html. Diakses
tanggal 7 Oktober 2016 pukul 13.00
http://saliwanovanadiputra.blogspot.co.id/2012/09/lima-sai-batin-marga-
mulangtiyuh-ke.html. Diakses tanggal 6 Oktober 2016 pukul 10.00
12
LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi anggaran penelitian
Lampiran 2. Susunan organisasi tim dan pembagian tugas
Lampiran 3. Biodata ketua dan anggota tim pengusul
Lampiran 4. Surat pernyataan ketua peneliti
viii
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran
A. Honorarium
Honor Per
Honor/Jam Waktu
Honor Minggu Tahun
(Rp) (jam/minggu)
1(Rp.)
Ketua 15.000 8 28 3.360.000
Anggota 15.000 8 22 2.640.000
Penerjemah 15.000 4 10 600.000
Sub Total (Rp) 6.600.000
B. Peralatan penunjang
Harga
Justifikasi Kuantitas
Material Harga satuan peralatan
pemakaian pemakaian
penunjang
Memory internal Perekaman 1 450.000 550.000
pertunjukan
Memory Back up data 1 900.000 900.000
Eksternal
Alat pengeras Perekaman 1 500.000 500.000
suara pertunjukan
Tripod Perekaman 1 1.000.000 1.000.000
pertunjukan
Sub Total (Rp) 2.950.000
C. Bahan Habis Pakai
Harga
Justifikasi Kuantitas
Material Harga satuan peralatan
pemakaian pemakaian
penunjang
Alat tulis kantor Log book 2 750.000 1.500.000
Kertas HVS Pembuatan 5 75.000 375.000
draf
proposal,
laporan
kemajuan
dan akhir
Bahan habis Mencetak 1 750.000 750.000
komputer (tinta hasil
printer dan CD)
Sub Total (Rp) 2.625.000
D. Perjalanan
Harga
Justifikasi Kuantitas
Material Harga satuan peralatan
pemakaian pemakaian
penunjang
Perjalanan ke Pengambilan 8 300.000 2.400.000
lapangan data
Seminar nasional Pendaftaran 1 1.000.000 1.000.000
dalam negeri Tiket (PP) 1 1.600.000 1.600.000
ix
Akomodasi 1 1.000.000 1.000.000
dan
komunikasi
Sub Total (Rp) 6.000.000
Sewa
Harga
Justifikasi
Material Kuantitas Harga satuan peralatan
sewa
penunjang
Perekaman
Sewa Handycame 3 300.000 900.000
pertunjukan
Sub Total (Rp) 900.000
Total 19.075.000
x
Lampiran 2 Susunan Organisasi Tim dan Pembagian Tugas
Alokasi
Instansi Bidang Waktu
No Nama/NIDN Uraian Tugas
Asal Ilmu (jam/min
ggu)
1 Jafar Fakhrurozi, STMIK Sastra, 8 Ketua, koordinator,
S.Pd., M.Hum/ Teknokrat Pendidika Survei dan perizinan,
0226098301 Lampung n Bahasa pengambilan data,
dan pengolahan data,
Sastra membuat video
Indonesia pertunjukan,
merancang bahan
ajar pelaporan
2 Shely Nasya STMIK Bahasa 8 Anggota,
Putri, M.Pd./ Teknokrat Indonesia penelusuran
0207118901 Lampung referensi,
pengolahan data,
membuat video
pertunjukan,
merancang bahan
ajar, pelaporan
xi