Anda di halaman 1dari 2

Perkembangan Drama di Mesir

Jika kita melihat sejarah, bahwasannya teater (drama) Arab sudah lahir sejak tahun
1847 M, yang di gagas pertama kali oleh Marûn An-Nuqass dengan judul “al-Bakhīl” yang
terinspirasi oleh Muller yang ketika itu sementara menjadi hari kelahiran teater di negeri
Arab. Aspeknya hanya terikat pada wujud, dan seni ini di bawa oleh para cendekiawan Arab
yang berada di ranah Eropa, kemudian mereka mengembangkannya di daerah mereka.Terkait
hal ini, Shakespeare telah membuat drama sebanyak 37 kali, yang dia ambil dari masa
Yunani dan Romawi kuno, seperti musim semi yang menggugurkan negaranya.
Mouliere berhaluan pada kesenian sirkus Komedi Italia yang menjadi populer masa
itu. Dan pada abad ke-20 Bernard Shoe menemukan kesalahan pada drama di lingkungan
sastra yang di dapat dari para pendahulunya. Ada beberapa macam drama tradisional seperti
badut dan akrobat, kemudian juga ada sirkus dalam drama “Androklees dan Singa”,
Melodrama pada “Murid Setan”, Ksatria, Berlsczk dan lain sebagainya. Selain itu pelopor
drama Arab seperti : Marwan An-Nuqas, Ahmad Abu Khalil al-Qabani, dan Ya’kub Shunu’
mereka telah meletakkan pondasi utama dalam penulisan naskah drama. Mereka semua telah
sepakat dalam menentukan bentuk-bentuk drama yang berada di wilayah Arab. Drama di
wilayah Arab tidak sepopuler drama yang ada di Eropa, dikarenakan cikal bakal dari sebuah
drama terdapat di wilayah Eropa. Oleh sebab itu, banyak orang-orang Arab yang mengambil
bentuk-bentuk drama yang ada di Eropa.
Menurut Zaki Tholimat, bahwasannya unsur seni drama yang di bawa oleh al-Qabani
lebih lemah daripada unsur-unsur yang di bawa oleh An-Nuqas. Karena bahasa sangatlah
penting dalam sebuah drama, guna mengetahui apakah bahasa yang di gunakan bahasa asing
atau bukan. Kemudian menurut Ya’kub Shunu’, bahwa sebuah drama yang di tampilkan
haruslah terikat dengan dua cabang asal drama (Prancis dan Italia) yang telah mengunjungi
Mesir pada tahun 1870 M, yang di sajikan dalam bentuk komedi dan opera. Kemudian
Shunu’ membuat drama sebanyak 32 macam drama, yang kebanyakan menceritakan tentang
kondisi sosial Mesir pada waktu itu.
Kemudian kelompok-kelompok pertunjukan Suriah dan Lebanon mulai memasuki
wilayah Mesir, dan kelompok ini sudah berkembang di Iskandariah sampai ke Mesir.
Kelompok kelompok ini membuat novel-novel dengan menggunakan bahasa Perancis
terjemahan, yang menyuguhkan keindahan dan kenikmatan bagi para pembacanya. Lebih
banyak menggunakan bentuk-bentuk sajak dan puisi. Langkah awal yang di lakukan oleh
gerakan ini adalah pembaharuan di Mesir, sehingga orang-orang asing dapat hidup di
lingkungan baru. Dan pembaharuan di dalam drama lebih luas daripada pembaharuan di
dalam cerpen, sehingga memutuskan hubungan diantara orang-orang asing dan orang-orang
mesir itu sendiri. Para pembaharu Mesir meletakkan puisi-puisi pada drama, sampai para
penonton merasa terpesona dengan nyanyian-nyanyian yang di tampilkan seperti opera di
Italia. Dan dewasa ini, banyak drama yang di tampilkan berupa gerakan-gerakan dan
nyanyian-nyanyian. Para pembaharu banyak meniru para dramawan-dramawan Prancis
Klasik seperti Roseen, Koerne dan Muller. Kemudian orang-orang Suriah dan Lebanon yang
bermukim di Mesir melakukan hal yang serupa, seperti Salim Nuqas, Abi Khalil al-Qabbani
dan Iskandar Farh.
Orang-orang Mesir kemudian mengikuti jejak Suriah dan Lebanon dalam seni yang
baru ini, mereka mengembangkan aliran yang berbeda seperti aliran Abdullah ‘Akasyah dan
aliran Syeikh Salamah Hajazi (seorang penyanyi terkemuka) yang memperkuat drama dengan
nyanyian seperti pada aliran ‘Aziz ‘Aid yang menampilkan drama tragedi. Akan tetapi aliran
ini tidak berkembang lama sampai pada abad ke-20 George White seorang dramawan Paris
datang dengan membawa aliran baru dan mementaskan kaidah-kaidah drama yang lebih baik
pada tahun 1912 M. Di tahun yang sama, para dramawan amatir membentuk sebuah
kelompok bernama “Jam’iyyah Anshar al-Tamtsil” bertujuan untuk meletakkan dasar-dasar
kesenian yang benar. Kelompok ini terdiri dari Abdurahman Rusydi, Ibrahim Ramzi,
Muhammad Taimur. Kemudian Syekh Salamah Hijazi bergabung dengan George White dan
mereka membentuk perkumpulan yang baru pada tahun 1914, dua tahun setelahnya.
Ditengah-tengah perang dunia pertama, Abdurrahman Rusydi membentuk kelompok drama
yang tidak berlangsung lama, kemudian muncul Najib Raihan dengan karyanya yang berupa
nyanyian dan ratapan dengan judul “Kasy Kasy Bik”berdasarkan ketidaksetujuannya pada
kekerasan, dan juga bersama Aziz Aid membentuk kelompok yang menampilkan nyanyian
pendek yang disebut Operet. Kelompok ini secara keseluruhan menampilkan drama-drama
yang diadaptasi dari barat dan mulai menampilkan pertunjukkan dramawan-dramawan baik
profesional maupun amatir yang diadaptasi dari kisah Seribu Satu Malam dan kisah imajinatif
lainnya baik dari sejarah Arab Islam maupun cerita bentuk lokal. Hal ini bertujuan untuk
membangkitkan kecintaan terhadap nasionalisme Mesir

Anda mungkin juga menyukai