Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI KESANTUNAN POSITIF DALAM CERPEN KALUNG BERLIAN KARYA GUY

DE MAUPASSANT BERDASARKAN PERSPEKTIF BROWN DAN LEVINSON

Achsanul Fikri Arrizki


Bahasa dan Sastra Arab – Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: 17310007@student.uin-malang.ac.id

Abstrack

Keywords:

Abstrak

Kata Kunci:

Pendahuluan

Kesantunan
Levinson berpendapat (1987) kesantunan merupakan suatu cara yang diapakai
penutur untuk mendapatkan tujuan tertentu seperti mendapat hubungan yang
harmonis antar penutur. Kesantunan merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang
dalam berkomunikasi untuk mendapat hubungan yang baik dengan lawan bicara atau
lawan tutur sehingga dalam komunikasi yang dilakukan dapat berjalan lancar tanpa ada
kesenjangan didalamnya. Pada dasarnya, kesantunan merupakan suatu cara untuk
menjaga keharmonisan masing-masing penutur untuk memperlakukan sesama penutur
agar diperlakukan sesuai dengan derajat sosial baik itu untuk penutur maupun lawan
tutur (sumardiono dan ulupi, 2018, h. 53).
Kesantunan dalam kondisi sosial merupakan gambaran pribadi dalam
masyarakat. Wajah merupakan makna sosial dan emosional yang dimiliki setiap
individu dan ada pengharapan untuk diketahui oleh orang lain (Yule, 2006, h.104).
Kesantunan merupakan seuatu bentuk usaha penyelamatan muka yang disebut sebagai
face threatening act (Yule, 1996, h.61). Kesantunan adalah suatu usaha yang dilakukan
agar tidak merendahkan citra diri penutur maupun citra diri lawan tutur dengan
harapan pembicaraan yang dilakukan dapat berlangsung dengan baik.
Kesantunan merupakan suatu hal yang setiap individu harus memiliki. Salah satu
hal yang dapat mempengaruhi sukses atau tidaknya seorang penutur adalah bagaimana
penutur mampu menggunakan konsep kesantunan ini sesuai dengan kadar
proporsionalnya. Kesantunan sangat berguna dalam menciptakan interaksi
antarindividu yang harmonis dan nyaman dilakukan karena ini berhubungan langsung
dengan tata krama dan menunjukkan rasa hormat kepada lawan bicara. Hal ini juga
sangat berguna untuk meredam konflik yang terjadi diantara masyarakat. (Yassi, 2017,
h.160).
Kesantunan memiliki keterikatan dengan sikap atau perilaku yang pantas dalam
perspektif masyarakat dan budaya tertentu. Istilah kesantunan berkaitan erat dengan
kesopanan, rasa hormat, perilaku yang pantas, atau sikap yang baik (Kushartanti, 2009,
h.257). Dalam hal ini, dapat disimpulkan bahwa kesantunan bukan merupakan hal yang
hanya berkaitan dengan bahasa saja, namun berkaitan juga dengan perilaku nonverbal
yang diupayakan seseorang untuk menghormati lawan bicara. Brown dan Levinseon
memandang bahwa kesantunan memiliki pengaruh yang besar dalam penghindaran
konflik (Agung, 2011, h. 46).
Di samping itu, Brown dan Levinson (Amaroh, 2010, h. 36) membagi prinsip
kesantunan menjadi empat strategi kesantunan yang dapat dipergunakan agar dapat
bertutur dengan santun.
a. Melakukan tindak tutur secara apa adanya, tanpa basa basi (on record)
Strategi on record berarti ketika penutur menyampaikan sesuatu yang
memiliki satu tujuan, dipahami oleh peserta pertuturan, diucapkan secara lugas
tanpa usaha penyelamatan muka, maka penutur bertanggung jawab secara
penuh atas apa yang disampaikan.
b. Kesopanan positif
Kesopanan positif diasosiasikan dengan muka positif lawan tutur, yaitu
keinginan penutur agar dipahami dan dihargai keinginannya. Kesopanan positif
berupa pendekatan yang menorehkan kesan pada muka lawan tutur bahwa pada
hal-hal tertentu penutur juga mempunyai keinginan yang sama dengan lawan
tutur. Kesopanan positif ini menunjukan kedekatan dan hubungan yang baik
penutur dan lawan tutur. Kesopanan positif ini dapat diterapkan dalam tindakan
berikut: (1) memperhatikan apa yang sedang dibutuhkan lawan tutur, (2)
menggunakan penanda-penanda solidaritas kelompok, (3) menumbuhkan sikap
optimistik, (4) melibatkan lawan tutur ke dalam aktivitas penutur, (5)
menawarkan atau menjanjikan sesuatu, (6) memberikan pujian kepada lawan
bicara, (7) menghindari ketidakcocokan, (8) melucu (Wijana dan Rohmadi, 2011,
h.136) .
c. Kesopanan negatif
Kesopanan negatif diasosiasikan dengan muka negatif lawan tutur yaitu
keinginan agar penutur tidak dilanggar hak-haknya oleh lawan tutur. Kesopanan
negatif pada hakikatnya ditunjukkan dengan bagaimana memenuhi atau
menyelamatkan sebagian muka negatif lawan tutur yaitu keinginan penutur
untuk mempertahankan apa yang dianggap sebagai wilayah dan keyakinan
dirinya. Kesopanan negatif ini menunjukan jarak sosial antara penutur dan lawan
tutur. Kesopanan negatif ini dapat diterapkan dalam tindakan berikut: (1)
ungkapan secara tidak langsung, (2) gunakan pagar (hadges) atau kalimat tanya,
(3) bersikap pesimistis, (4) jangan membebani, (5) menggunakan bentuk pasif,
(6) ungkapan permohonan maaf, (7) menggunakan bentuk plural (Wijana dan
Rohmadi, 2011:136).
d. Melakukan tindak tutur secara tidak langsung (off record)
Strategi off record merupakan ungkapan secara tidak langsung oleh
penutur sehingga membuka peluang untuk diinterpretasikan secara berbeda-
beda. Yang termasuk dalam off record adalah memberi isyarat (gerakan sebagai
tanda), petunjuk asosiasi (perkumpulan), persuasi (ajakan), ungkapan halus,
ungkapan berlebihan, tautologi (pengulangan gagasan), kontradiksi
(pertentangan), ironi (situasi yang bertentangan), metafora (perbandingan),
retorik (gaya), ambiguitas (makna leih), samar-samar, tuturan secara langsung
dan tuturan yang tidak lengkap.

Strategi kesantunan
Dalam melakukan interaksi, penutur dan lawan tutur menggunakan strategi-
strategi dalam berkomunikasi sehingga dapat tercipta interaksi yang mudah dimengerti
kedua penutur sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima sekaligus menjaga
hubungan antar penutur (Aminah, 2017, h. 142).

Dalam melakukan interaksi, penutur dan lawan tutur menggunakan


strategi-strategi dalam berkomunikasi sehingga dapat tercipta interaksi yang mudah
dimengerti kedua penutur sehingga pesan yang disampaikan mudah diterima sekaligus
menjaga hubungan antar penutur. Kesantunan merupakan salah satu strategi yang
harus dilakukan seorang penutur untuk mendapat kelancaran dalam berinteraksi satu
sama lain. Hal ini penting dilakukan agar sesama penutur merasa bahwa dirinya
dihargai dalam menjalin komunikasi. Dalam peristiwa tutur kesantunan diwujudkan
dalam tindak tutur (Aminah, 2017, h.142).

Strategi kesantunan positif


Kesantunan positif merupakan suatu usaha penutur untuk diakui oleh lawan
tutur. Yule berpendapat bahwa kesantunan positif merupakan suatu keinginan untuk
diterima, disukai, dan dianggap dalam suatu kelompok tertentu. Pada strategi ini
penutur mencoba untuk seminimal mungkin membuat kesenjangan dengan lawan tutur
dengan bersikap ramah dan tidak mengancam muka (sumardiono dan ulupi, 2018, h.
53).
Orang yang melakukan kesantunan positif akan menunjukkan sifat keakraban,
kedekatan, dan hubungan baik (Abdul, 2017, h. 161). Seseorang yang melakukan
kesantunan positif akan mencoba untuk selalu menghargai dan menghormati (Yule,
2014, h. 111). Levinson membagi strategi kesantunan positif menjadi lima belas strategi
yaitu:
a. Notice, attend to hearer (his interest , his wants, his need, and goods) yaitu
memberikan apa yang diinginkan oleh lawan tutur seperti perhatian dan
kesukaannya. Contohnya, “kamu terilhat pucat, mau aku ambilkan obat?”.
b. Exaggerate ( interest approval, symphaty with hearer) yaitu menunjukkan rasa
ketertarikan yang besar kepada lawan tutur. Contohnya, “wow bagus sekali
lukisanmu”.
c. Intensify interest to hearer yaitu menambah rasa ketertarikan kepada lawan
tutur. Contohnya, “sudah makan belum? Kamu suka makanan apa?”.
d. Use in group identity markers yaitu memberikan panggilan khusus kepada lawan
tutur seperti ayah, ibu, kakak, sayang, dan seterusnya.
e. Seek agrement yaitu membuat kesepakatan dengan lawan tutur baik itu tertulis
maupun tidak tertulis (tersirat). Contohnya, “saya kira pendapat saya lebih
masuk akal dan bisa diterima semua orang, apa kalian setuju?”.
f. Avoid disagrement yaitu meminimalisir adanya perselisihan antar penutur.
g. Presuppose / raise / assert common geround yaitu suatu penegasan terhadap
kesamaan yang dimiliki antar penutur. Contohnya, “kita pesan makanan yang
sama hari ini ya”
h. Joke yaitu menggunakan selera humor untuk mencairkan suasana.
i. Assert or presuppose speakers knowledge 0f and concern for hearers want yaitu
menebak keinginan dan perhatian penutur untuk lawan bicaranya.
j. Offer, promise yaitu memberikan suatu janji kepada lawan tutur.
k. Be optimistic yaitu bersikap optimis kepada lawan tutur.
l. Include speaker and hearer yaitu membuat lawan tutur terlibat dalam sebuah
perbincangan.
m. Give or ask for a reasson yaitu meminta atau memberi suatu alasan kepada lawan
tutur.
n. Assume or assert reciprocity yaitu membuat kerja sama antar penutur dengan
keuntungan bersama. Contohnya, “saya mau melakukan apa yang kamu
perintahkan asal saya mendapat bayaran yang setimpal”.
o. Give gift to hearer ( goods, shymphaty, undrestending and cooperation) yaitu
penutur memberi suatu hadiah kepada lawan tutur.

Metode Penelitian
Dalam kamus besar bahasa Indonesia metode memiliki makna suatu cara atau
jalan yang teratur untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan penelitian dalam
kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti kegiatan pengumpulan atau analisis untuk
menyelesaikan persoalan atau menguji hipotesis untuk mengembangkan prinsip umum.
Dapat dikatakan bahwa metode penelitian adalah cara seorang peneliti untuk
mengumpulkan data penelitian, baik itu dengan cara wawancara, observasi, tes maupun
dokumentasi (Arikunto, 2002, h. 136). Sedangkan dalam pendapat yang lain
diteramgkan bahwa metode penelitian adalah cara atau jalan untuk memecahkan suatu
permasalahan (Subagyo, 2006, h. 2).
a. Jenis penelitian
Seperti yang sudah dipaparkan diatas bahwa penelitian memiliki makna mencari
sesuatu yang dilakukan secara terus menerus dan berulang-ulang. Namun berbeda
dengan jenis penelitian yang memiliki banyak sekali cabang atau jenis-jenisnya, yang
tentu juga memiliki deskripsi yang berbeda-beda pula. Dengan banyaknya jenis
penelitian yang ada maka penelitian ini menggunakan dua jenis penelitian yaitu:
1. Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan upaya mencari atau menggali dan
pemahaman makna terhadap fenomena atau kejadian yang terjadi didalam
berbagai individu atau kelompok, yang fenomena itu terjadi akibat dari
persoalan sosial atau kemanusiaan (Septiawan, 2010, h. 1).
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang penelitian yang berfokus
pada fenomena yang terjadi pada objek penelitian misalnya, persepsi,
perilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dideskripsikan
lewat kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
menggunakan beberapa metode alamiah (Moleong, 2007, h. 6)
Penelitian kualitatif dianggap cocok dengan metode penelitian ini karena
mampu menunjukkan fenomena atau kejadian yang terjadi dengan berfokus
pada satu kelompok atau individu.
2. Penelitian deskriptif
Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang menggunakan
penggambaran atau melukiskan subjek atau objek penelitian untuk
memecahkan suatu masalah baik itu berupa seseorang, lembaga, masyarakat
dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta yang terjadi sebagaimana
apa adanya (Hadari Nawawi, 1998, h. 63). Penelitian deskriptif ini kemudian
akan dipadukan dengan penelitian kualitatif.
Penelitian deskriptif kualitatif ini dugunakan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut: (Moleong, 2000, h. 5)
a.) Penelitian kualitatif deskriptif dianggap lebih mudah digunakan untuk
menyesuaikan keadaan yang nyata terjadi.
b.) Peneliti dan responden dapat secara langsung menjalin hubungan.
c.) Penelitian ini dianggap lebih peka dan dapat lebih menyesuaikan
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi dibanding penelitian yang lain
b. Sumber data
Sumber data merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena ini memiliki
sangkut paut yang sangat kuat dengan kualitas hasil penelitian. Oleh karena itu, sumber
data menjadi hal yang paling penting dalam menentukan metode pengumpulan data.
Sumber data dibagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder
(purhantara, 2010, h. 79).
1. Data primer
Data primer merupakan data yang langsung diambil langsung dari subjek
penelitian, dalam hal ini peneliti memperoleh data secara langsung melalui
instrumen-instrumen yang sudah ditetapkan. Data primer dikumpulkan oleh
peneiliti untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam penelitian.
Pengumpulan data primer merupakan bagian internal dari penelitian dan
digunakan untuk tujuan pengambilan keputusan. Data primer merupakan data
yang disajikan secara terperinci, itulah mengapa keakuratannya sangat tinggi
(Purhantara, 2010, h. 79).
Data primer pada penelitian ini diperoleh di cerpen karangan Guy de
Maupassant berjudul Kalung Berlian.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang dapat diperoleh dalam berbagai bentuk
(Moehar, 2002, h. 113). Data sekunder adalah data yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan melalui
artikel, jurnal, leteratur, dan situs-situs yang ada didalam internet yang berkaitan
dengan penelitian (Sugiyono, 2009, h. 137)
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan seorang peneliti dalam mengambil
data sekunder terutama keakurasiannya. Berikut langkah peneiliti yang perlu
ditempuh untuk mengambil data sekunder: (Purhantara, 2010, h. 80)
a) Data mampu menjawab atau menyelesaikan masalah
b) Kesesuaian waktu antara pengambilan data dengan periode waktu
yang diinginkan peneliti
c) Kesesuaian antara populasi
d) Konsistensi dan relevansi
e) Biaya yang digunakan
f) Kemungkinan yang ditimbulkan oleh data sekunder
g) Dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhadap akurasi data.
c. Teknik pengumpulan data
Teknik menurut kamus besar bahasa Indonesia merupaka suatu cara atau sistem
dalam mengerjakan sesuatu. Pengumpulan data merupakan bagian yang sangat
penting dalam proses penelitian, karena ini akan mempengaruhi hasil dari penelitian
dan juga menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Maka dalam penelitian
kali ini peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Studi pustaka
Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data guna mengumpulkan
informasi yang didapat dari buku-buku maupun karya ilmiah (Martono, 2011, h.
97). Langkah-langkah yang diambil peneliti dalam studi pustaka sebagai berikut :
a) Mencari data yang berkaitan dengan penelitian baik berupa buku,
jurnal, leteratur, maupun dokumen-dokumen yang berkaitan dengan
kesantunan wajah positif dalam perspektif Brown dan Levinson.
b) Mengumpulkan data yang sudah ditemukan
c) Membagi data
2. Studi dokumenter
Dokumen adalan catatan dari berbagai kegiatan atau peristiwa pada masa
lalu baik itu berupa jurnal penelitian terdahulu maupun literatur-literatur
terdahulu. Adapun langkah-langkah peneliti yang harus dilakukan adalah
mencari kajian terdahulu berupa jurnal, buku atau literatur.
3. Teknik mencatat
Teknik mencatat adalah teknik mengelompokkan data dengan mencatat
keseluruhan data yang telah didapatkan (Kesuma, 2007, h.45)
d. Teknik validasi data
Validitas pada sebuah data merupakan suatu hal yang sangat penting. Terlebih
pada penelitian kualitatif yang berkarakter post positivisme dimana kebenaran itu
tidak mutlak. Validitas pada sebuah data dibagi menjadi empat yaitu validitas
internal, eksternal, reliabilitas, dan objektifitas (Sugiyono, 2007, h. 363). Maka
penelitian ini akan menggunakan beberapa teknik validitas data, yaitu:
1. Credibility (validitas internal)
Uji kredibilitas data atau kepercayaan data terhadap kualitas penelitian
kualitatif dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member
check (Sugiyono, 2008, h. 121)
a) Perpanjangan pengamatan
Agar mendapat data yang valid dan sesuai dengan fakta yang ada yang
didapat dari berbagai sumber yang menjadi subjek penelitian maka
penulis melakukan perpanjangan pengamatan. Penelitian ini dilakukan
dengan sangat teliti dan dilakukan dengan kondisi yang tepat.
b) Peningkatan ketekunan
Peningkatan ketekunan memiliki arti bahwa peneliti melakukan
pengamatan secara berkesinambungan dan lebih cermat (Sugiyono, 2008,
h. 124). Bekal yang dibutuhkan peneliti untuk meningkatkan ketekunan
adalah membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi yang memiliki keterikatan dengan penelitian (Sugiyono,
2008, h. 125)
c) Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan
berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono, 2008, h. 125). Metode
triangulasi merupakan pengumpulan data menggunakan berbagai macam
metode dalam pengumpulan data, investigator, sumber data, maupun
sudut pandang teoritis yang lain (Glesne, 2006, h. 37). Berikut beberapa
jenis triangulasi :
1) Triangulasi sumber
Untuk menguji kredibilitas data menggunakan triangulasi
sumber dilakukan cara mengecek data yang telah diperoleh dari
berbagai sumber (Sugiyono, 2008, h. 127).
2) Triangulasi teknik
Triangulasi teknik adalah menguji kredibilitas data dengan
teknik yang berbeda namun dengan sumber yang sama (Sugiyono,
2008, h. 127).
3) Triangulasi waktu
Triangulasi waktu yaitu pengujian kredibilitas data dengan cara
melakukan pengecekan dengan cara observasi, atau teknik lain
dalam waktu atau situasi yang berbeda (Sugiyono, 2008, h. 127).
d) Analisis kasus negatif
Analisis kasus negatif yaitu peneliti mencari data yang bertentangan
dengan data yang telah ditemukan. Jika masih ada data yang bertentangan
dengan temuan maka data masih diragukan, tapi jika tidak ada data yang
bertentangan maka data itu dapat dipercaya (Sugiyono, 2008, h. 128).
e) Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi yang dimaksud disini adalah bahan yang digunakan
untuk mendukung data yang telah ditemukan peneliti supaya data itu
valid dan terpercaya (Sugiyono, 2008, h. 128).
f) Mengadakan member check
Member check adalah data yang diperoleh peneliti ditinjau ulang
untuk menyesuaikan data yang diperoleh (Sugiyono, 2008, h. 129).
2. Transferability (validitas eksternal)
Transferibility yaitu menunjukkan derajat ketepatan atau dapat
diaplikasikannya hasil penelitian.
3. Depandibility (realibilitas)
Uji depandibility ini peneliti melakukan audit terhadap semua proses
penelitian (Sugiyono, 2008, h. 131).
4. Confirmability (objektivitas)
Uji confirmability memiliki kesamaan dengan depandibility sehingga dapat
dilakukan secara bersamaan. Uji ini merupakan menguji hasil penelitian yang
dikaitkan dengan proses penelitian (Sugiyono, 2008, h. 131).
Namun demikian, dengan waktu yang tidak mencukupi maka peneliti tidak bisa
menggunakan semua teknik validitas tersebut dan hanya akan menggunakan beberapa
teknik saja.
e. Teknik analisis data
Analisis data merupakan suatu pekerjaan yang butuh kerja keras dan sulit. Analisis
membutuhkan daya kreatif kemampuan intelektual yang tinggi. Peneliti harus mencari
metode yang cocok untuk menganalisis dikarenakan tidak ada metode tertentu untuk
menganalisis data, karena bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang
lain (Nasution, 2001, h. 88)
Dalam menganailisis data kualitatif harus dilakukan secara interaktif dan secara
terus menerus sampai selesai. Adapun aktifitas dalam menganalisis data, yaitu data
reduction, data display, dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2008,h. 91).
Berikut penjelasan langkah-langkah menganalisis data:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan kegiatan yang memerlukan proses berpikir yang
sensitif dan memerlukan kecerdasan, keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi.
Reduksi data merupakan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal yang terpenting, dan mencari tema dan polanya (Sugiyono, 2008,h. 92-93).
Berikut langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam mereduksi data :
a) Peneliti mendalami data-data yang termasuk dalam strategi kesantunan
posisif dalam perspektif levinson pada tokoh utama pada cerpen Kalung
Berlian karya Guy de Maupassant.
b) Peneliti memiliah data yang masuk kedalam strategi kesantunan positif.
c) Peneliti membagi data-data yang sudah dipilah.
2. Display data
Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan melalui uraian singkat,
bagan hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Langkah ini dapat
membantu peneliti untuk mempermudah pamahaman mengenai data yang diperoleh
dan diolah (Sugiyono, 2008, h.95). Berikut langkah yang diambi peneliti dalam
display data:
a) Data yang telah selesai dikumpulkan kemudian dijelaskan oleh peneliti baik
terkait teori kesntunan positif maupun cerpen Kalung Berlian karya Guy de
Maupassant.
b) Data yang telah dikumpulkan kemudian dikaitkan oleh peneliti dan
dipaparkan tujuannya oleh peneliti berdasarkan strategi kesantunan positif
dalam cerpen karya Guy de Maupassant.
c) Yang terakhir peneliti memaparkan hasil data yang telah dikelompokkan.
3. Kesimpulan/verifikasi
Kesimpulan merupakan langkah ketiga dalam menganalisis data kualitatif
(Sugiyono, 2008, h.99). Yang mana, ini ditujukan menarik kesimpulan untuk
menjawab rumusan masalah. Kesimpulan penelitian kualitatif merupakan temuan
yang sebelumnya belum pernah ada dan merupakan temuan baru. Temuan dapat
berupa gambaran suatu objek yang masih remang-remang, dapat berupa deskripsi,
dapat berupa hubungan interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2008, h.99).
Adapun langkah-langkah dalam mengambil kesimpulan sebagai berikut:
a) Hasil dan pembahasan yang telah ditulis kemudian dirangkum oleh peneliti.
b) Peneliti kemudian menyimpulkan data hasil, pembahasan, dan tujuan yang
kemudian dikaitkan dengan teori dan tema.

Hasil dan Pembahasan


Dalam sub bab hasil dan pembahasan, kami akan memaparkan hasil temuan
mengenai strategi kesantunan positif dalam cerpen Kalung Berlian karya Guy de
Maupassant berdasarkan perspektif Levinson. Peneliti menyimpulkan strategi
kesantunan positif berdasarkan lima belas strategi kesantunan positif yang di
kemukakan oleh levinson. Oleh karenanya, peneliti akan fokus pada strategi kesantunan
positif yang terdapat dalam cerpen Kalung Berlian. Perlu diketahui bahwa tidak semua
strategi kesantunan positif dalam perspektif levinson ada dalam cerpen dan hanya
membahas strategi yang ada didalam cerpen. Berikut penjelasannya:
a. Strategi Kesantunan Positif
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Levinson bahwa kesantunan positif
merupakan suatu keinginan untuk diterima, disukai, dan dianggap dalam suatu
kelompok tertentu. Pada strategi ini penutur mencoba untuk seminimal mungkin
membuat kesenjangan dengan lawan tutur dengan bersikap ramah dan tidak
mengancam muka (sumardiono dan ulupi, 2018, h. 53).

Anda mungkin juga menyukai