Anda di halaman 1dari 11

Lingua XV (2) (2019)

LINGUA
Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya
Terakreditasi Sinta 3 berdasarkan Keputusan Dirjend Penguatan Riset
dan Pengembangan, Kemenristek Dikti No 21/E/KPT/2018
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/lingua

KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA DALAM TINDAK TUTUR


MELARANG DAN MENGKRITIK PADA TUJUH ETNIS

Oleh: Noibe Halawa 1 Erizal Gani 2 Syahrul R 3


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang

Info Artikel Abstract

Sejarah artikel: The purpose of this study is to reveal and describe the politeness of speech in banning and
Diterima criticizing based on ethnicity that includes: 1) Partners older or higher position and not
April 2019 yet familiar; 2) Mitra said equally big or same position and not yet familiar; 3) Partner
Disetujui said younger or lower position and not yet familiar; 4) Speakers of respected people;
Juni 2019 5) Partner said to be older or taller and familiar; 6) Partner said equal or equal and
Dipublikasikan equal; and 7) Partner said younger or lower and already familiar. The type of research is
Juli 2019 qualitative with descriptive method and research data obtained through the spreading
of questionnaire to 100 respondents and the analysis technique is done by percentage.
Keywords: Of the seven contexts of Indonesian language politeness in the act of banning speech
politeness, speech prohibited dominantly speak frankly without preamble (TTB) as much as 5 strategI
acts, prohibiting, speak, frankly with positive bases of positive politeness (TBKP) as much as 2 strategies
criticism, ethnicity speak. While on the speech act criticism is dominated by frankly with a positive base of
positive politeness (TBKP) as much as 4 strategies speak while speaking frankly without
Kata Kunci: any basic talk (TTB) 2 strategy speak.
kesantunan, tindak
tutur, melarang,
mengkrtik, etnis Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap dan mendeskripsikan kesantunan


bertutur dalam melarang dan mengkritik berdasarkan etnis yang meliputi: 1) Mitra
lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya dan belum akrab; 2) Mitra tutur sama besar
atau sama kedudukannya dan belum akrab; 3) Mitra tutur lebih muda atau lebih
rendah kedudukannya dan belum akrab; 4) Mitra tutur orang yang disegani; 5) Mitra
tutur lebih tua atau tinggi kedudukannya dan sudah akrab; 6) Mitra tutur sama besar
atau sama kedudukannya dan sudah akrab; dan 7) Mitra tutur lebih muda atau lebih
rendah dan sudah akrab. Jenis penelitian adalah kualitatif dengan metode deskriptif
dan data penelitian diperoleh melalui penyebaran angket kepada 100 responden
serta teknik analisisnya dilakukan dengan persentase. Dari tujuh konteks kesantunan
berbahasa Indonesia dalam tindak tutur melarang didominasi oleh bertutur terus
terang tanpa basa basi (TTB) sebanyak 5 strategi bertutur, terus terang dengan basa
basi kesantunan positif (TBKP) sebanyak 2 strategi bertutur. Sedangkan pada tindak
tutur mengkritik didominasi oleh terus terang dengan basa basi kesantunan positif
(TBKP) sebanyak 4 strategi bertutur sedangkan bertutur terus terang tanpa basa
basi (TTB) 2 strategi bertutur.

(C) 2019 UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

* Alamat korespondensi P-ISSN 1829 9342, E-ISSN 2549-3183


noibehallase@gmail.com

195
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Pendahuluan (Alfiati, 2015:19). Pentingnya kesantunan


Kesantunan bertutur merupakan salah dalam bertutur yaitu dapat menciptakan
satu kajian dari ilmu pragmatik dan berbicara komunikasi yang efektif antara penutur dan
mengenai bertutur adalah juga berbicara mitra tutur (Rakasiwi, 2014:3). Sedangkan Ode
mengenai pragmatik. Penutur berbahasa (2015:5), menjelaskan “kesantunan sebagai
Indonesia sekarang kurang memperhatikan perilaku yang diekspresikan dengan cara yang
maksim sopan santun dalam bertutur. Hal ini baik atau beretika dan merupakan fenomena
disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan kultural, sehingga apa yang dianggap santun
penutur yang meliputi beberapa faktor yakni oleh suatu kultur mungkin tidak demikian
prinsip sopan santun dalam berbahasa, halnya dengan kultur yang lain.” Artinya
prinsip kerja sama dalam berbahasa dan kesantunan merupakan aspek kebahasaan
konteks berbahas. Kesantunan bertutur yang amat penting karena dapat memperlancar
merupakan salah satu aspek kebahasaan yang interaksi antar individu. Dalam dunia
dapat meningkatkan kecerdasan emosional sosiolinguistik kesantunan merupakan sebuah
penuturnya karena didalam komunikasi, istilah yang berkaitan dengan ‘kesopanan’, ‘rasa
penutur dan petutur tidak hanya dituntut hormat’, ‘sikap yang baik’, atau ‘perilaku yang
menyampaikan kebenaran, tetapi harus tetap pantas’.
berkomitmen untuk menjaga keharmonisan Secara umum kesantunan berbahasa
hubungan (Sumarsono, 2010:148). dikelompokkan kedalam dua jenis, yaitu,
Kesantunan bertutur adalah kesopanan kesantunan tingkat pertama (first order
dan kehalusan dalam menggunakan bahasa politeness), yang merujuk pada etiket atau
ketika berkomunikasi melalui lisan maupun kaidah kepatutan bertingkah laku dalam suatu
tulisan. Bahasa yang digunakan penuh dengan kelompok masyarakat tertentu. Pada sisi ini
adab tertib, sopan santun dan mengandungi kesantunan merujuk kepada seperangkat
nilai-nilai hormat yang tinggi (Rina, 2017:559). kaidah tatakrama yang disepakati oleh suatu
Kesantunan berbahasa juga merupakan kelompok dan pemahaman atas kaidah
cara yang digunakan oleh penutur di dalam tatakrama kelompok menjadi indikator
berkomunikasi agar mitra tutur tidak merasa kesuksesan seorang dalam bertutur yang
tertekan, tersudut, atau tersinggung dan santun. Kesantunan tingkat pertama ini disebut
dimaknai sebagai usaha penutur untuk kesantunan sosial. Kedua, kesantunan tingkat
menjaga harga diri, atau wajah, penutur kedua (second order politeness) yang merujuk
atau pendengar (Markhamah, 2011:153). pada penggunaan bahasa untuk menjaga
Kesantunan berbahasa merupakan salah satu hubungan interpersonal. Pada sisi ini indikator
aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kesuksesan dalam bertutur ditentukan oleh
kecerdasan emosional penuturnya karena perangkat pemahaman bahasa yang dikuasai
didalam komunikasi, penutur dan petutur penutur, misalnya knowledge of the world
tidak hanya dituntut menyampaikan (pengetahuan tentang dunia), knowledge
kebenaran, tetapi harus tetap berkomitmen of culture (pengetahuan tentang budaya),
untuk menjaga keharmonisan hubungan.6 kecerdasan seseorang dalam mencerna
Keharmonisan hubungan penutur dan petutur segala fenomena interaksi, dan sebagainya.
tetap terjaga apabila masing- masing peserta Kesantunan tingkat kedua ini dosebut
tutur senantiasa tidak saling mempermalukan kesantunan interpersonal (Kuntarto, 2016:56).

196
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Kesantunan merupakan kebiasaan- itu. Misalnya menyuruh, memohon, menuntut,


kebiasaan menyangkut perilaku yang berlaku menyarankan, dan menantang; 3) Ekspresif
dalam masyarakat. Dalam situasi kehidupan adalah tindak tutur yang dilakukan dengan
sehari-hari, sikap yang yang santun akan maksud agar tuturannya diartikan sebagai
memberi dampak positif terhadap hubungan evaluasi mengenai hal yang disebutkan
sosial dengan lingkungan sekitar. Kesantunan di dalam tuturan itu. Misalnya memuji,
dalam berbahasa merupakan ranah baru dalam mengucapkan terima kasih, mengkritik, dan
berbahasa terutama dalam kajian pragmatik. menyelak; 4) Komisif adalah tindak tutur yang
Kesantunan dalam berbahasa, meskipun mengikat penuturnya untuk melaksanakan apa
pengkajian baru, namun sudah mendapatkan yang disebutkan di dalam tuturannya. Misalnya
perhatian oleh banyak linguis dan pragmatisis berjanji, bersumpah, dan mengancam; 5)
(Maulidi, 2015:42). Kesantunan sebagai Deklarasi adalah tindak tutur yang dilakukan
melakukan tindakan yang mempertimbangkan si penutur dengan maksud untuk menciptakan
perasaan orang lain yang didalamnya hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang
memperhatikan positif face (mukapositif) baru. Misalnya memutuskan, membatalkan,
yaitu keinginan untuk diakui dan negatif face melarang, mengizinkan, dan memberi maaf.
(muka negatif) yaitu keinginan untuk tidak Dalam berkomunikasi, lanjut Abdul, tindak
diganggu dan terbebas dari beban. Kajian tutur sebagai salah satu kegiatan utama manusia
strategi kesopanan pada dasarnya adalah dalam bermasyarakat, ada tiga hal yang harus
kajian tentang mengetahui cara menggunakan diperhatikan agar kegiatan itu mencerminkan
bahasa ketika partisipan sedang berinteraksi diri kita sebagai manusia yang beradab.
atau berkomunikasi. Kajian ini membahas Ketiga hal tersebut adalah (1) kesantunan
bagaimana menggunakan bahasa dan membuat berbahasa, (2) kesopanan berbahasa, dan (3)
percakapan berjalan lancar dan nyaman. etika berbahasa. Ketiganya bukan merupakan
Tetapi, dalam hal komunikasi setiap orang ingin hal yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan
dipahami dan tidak ingin diganggu oleh orang merupakan satu kesatuan tak terpisahkan
lain; bahkan, dia tidak ingin kehilangan muka yang harus ada dalam berkomunikasi atau
pada saat berkomunikasi. Kehilangan muka berinteraksi.
berarti merasa malu, terhina atau kecewa/ Kesantunan sebagai suatu sistem
jengkel. Itulah mengapa muka adalah sesuatu relasi interpersonal yang dirancang
yang secara emosion al diinvestasi, dijaga, untuk memfasilitasi interaksi dengan cara
ditingkatkan dan secara konstan ada di dalam meminimalkan potensi konflik yang secara
interaksi (Awin Wijaya, 2015: 2). alami terdapat dalam interaksi antar individu.
Chaer (2010:29-30) membagi tindak Kuntarto (2016:58-59), membedakan
tutur dalam lima kategori, yaitu: 1) Representatif kesantunan sosial dan kesantunan
(disebut juga asertif) adalah tindak tutur yang interpersonal (yang juga disebut sebagai tact).
mengikat penuturnya kepada kebenaran atas Kesantunan sosial (first order) berfungsi untuk
apa yang dikatakannya. Misalnya mengatakan, menyediakan strategi-strategi rutin dalam
melaporkan dan menyebutkan; 2) Direktif rangka mengatur interaksi sosial; Sedangkan
adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya kesantunan interpersonal (second-order)
dengan maksud agar lawan tutur melakukan mengacu pada kesantunan dalam tingkatan
tindakan yang disebutkan di dalam tuturan pragmatik yang berfungsi mendukung

197
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

hubungan interpersonal dengan cara menjaga mengancam, mengklarifikasi, dan mengeluh


muka dan mengatur hubunganinterpersonal. sedangkan wujud kesantunan positifnya
Kesantunan positif, lanjut Eko adalah tindakan menggunakan sebelas strategi: kesamaan
penyeimbang yang diarahkan untuk menjaga melalui praanggaban, penanda solidaritas
muka Positif mitra tutur, yang dilakukan kelompok, pemagaran opini, rasa optimistik,
penutur dengan cara menunjukkan bahwa kelakar, melibatkan mitra tutur, mengulang
penutur menghargai keinginan dan kebutuhan sebagian tuturan, pujian dan merendahkan
mitra tutur. Sebaliknya, kesantunan negatif diri, menghindari ketidaksetujuan, memberi
adalah tindakan penyeimbang yang diarahkan tawaran, dan memperhatikan kebutuhan
untuk menjaga muka negatif mitra tutur, yang mitra tutur. Hasil penelitian Rahmawati
dilakukan dengan cara menunjukkan niat (2014:149) menyimpulkan bahwa kesantunan
penutur yang tidak bermaksud memperdaya berbahasa di lingkungan terminal Bojonegoro
mitra tutur melalui pembatasan terhadap menunjukkan bahwa tuturan yang ada di
tindakan mitra tutur. Strategi off record lingkungan terminal khususnya di terminal
memampukan penutur menghindar dari sekitar wilayah Bojonegoro yang dituturkan
tanggungjawab melakukan sebuah FTA. Hal ini oleh para calo, pedagang asongan, supir, dan
dapat dicapai dengan melakukan implikatur kondektur terdapat pelanggaran enam maksim
percakapan. prinsip kesantunan Leech, yaitu: pelanggaran
Strategi penyampaian makna ‘melarang’ maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan,
ada dua, yaitu strategi langsung atau strategi pelanggaran maksim kemurahan, pelanggaran
literal dan strategi tidak langsung atau maksim kerendahan hati, pelanggaran maksim
strategi nonliteral. Bila menggunakan strategi kecocokan, dan pelanggaran maksim simpati.
literal, tuturan berupa konstruksi imperatif. Penelitian Tansliova (2017:1) menyimpulkan
Bila menggunakan stratgei nonliteral, bahwa pada acara “Kick Andy” Metro TV
tuturan berupa konstruksi deklaratif atau terdapat tindak tutur meliputi lokusi, ilokusi,
berupa konstruksi interogatif (Sasanti, dan perlokusi serta keenam prinsip kesantunan
2013:198). Kadar kekuatan dominasi tindak berbahasa yang meliputi: maksim kebijaksa
tutur mempengaruhi tingkat kesopanan. naan, maksim kedermawanan, maksim
Kadar kekuatan dominasi suatu tindak penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim
tutur berbanding terbalik dengan tingkat kemufakatan, dan maksim kesimpatian dan
kesopanan suatu tindak tutur. Semakin tinggi juga memenuhi skala kesantunan berbahasa
kadar dominasi, semakin rendah tingkat sedangkan hasil penelitian Joko (2011:1)
kesopanannya, semakin rendah kadar dominasi, menyatakan bahwa The results showed that (1)
semakin tinggi tingkat kesopanannya (Baryadi, of the realization of the speech act refuser, the
2012:33). Penelitian mengnai kesantunan respondents prefered the “declarative” mode to
sudah dilakukan oleh Maulidi, 2015:49 dalam reject the partners than the other modes, both
media Facebook ditemukan status pengguna single mode and dual mode, (2) from the point
yang mengandung kesantunan, Zain, 2015:55 of strategy used to “reject” partner respondents,
wujud tuturan Jokowi dalam talkshow Mata most respondents tended to reject “indirectly”
Najwa mengandung beberapa implikatur because it allows both participants involved in
antara lain mempengaruhi, menolak, feel “face saving”, and (3) of the level politeness
meyakinkan, menyindir, memerintah, melarang, in the use of strategies, respondents tend to use

198
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

the level politeness “very polite” and “polite” to faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-
others (lovers, rectors, and parking worker) and sifat hubungan antara fenomena yang diselidiki
tend to “not polite” to the little brother/sister. tentang kesantunan berbahasa indonesia
Berdasarkan latar belakang masalah dalam tindak tutur melarang dan mengkritik
di atas, maka rumusan masalah penelitian ini pada beberapa etnis (Minangkabau, Melayu,
adalah: Bagaimana kesantunan bertutur dalam Mandailing, Jawa, Rejang, Batak dan Nias). Data
melarang dan mengkritik berdasarkan etnis penelitian adalah tindak tutur melarang dan
yang meliputi: 1) Mitra lebih tua atau lebih mengkritik yang diperoleh melalui penyebaran
tinggi kedudukannya dan belum akrab; 2) Mitra angket kepada 100 responden serta teknik
tutur sama besar atau sama kedudukannya dan analisisnya dilakukan dengan cara persentase.
belum akrab; 3) Mitra tutur lebih muda atau
lebih rendah kedudukannya dan belum akrab; Hasil dan Pembahasan
4) Mitra tutur orang yang disegani; 5) Mitra Hasil penelitian ini yaitu deskripsi
tutur lebih tua atau tinggi kedudukannya dan tentang kesantunan berbahasa indonesia
sudah akrab; 6) Mitra tutur sama besar atau dalam tindak tutur melarang dan mengkritik
sama kedudukannya dan sudah akrab; dan 7) pada beberapa etnis (Minangkabau, Melayu,
Mitra tutur lebih muda atau lebih rendah dan Mandailing, Jawa, Rejang, Batak dan Nias),
sudah akrab. diuraikan berikut ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam
mendeskripsikan kesantunan bertutur dalam Tindak Tutur Melarang
melarang dan mengkritik berdasarkan etnis Temuan dan Pembahasan Mengenai +k-S
yang meliputi: 1) Mitra lebih tua atau lebih Temuan penelitian mengenai melarang
tinggi kedudukannya dan belum akrab; 2) Mitra secara santun mitra tutur lebih tua atau
tutur sama besar atau sama kedudukannya dan lebih tinggi kedudukannya dari penutur dan
belum akrab; 3) Mitra tutur lebih muda atau solidaritas dengan penutur rendah atau belum
lebih rendah kedudukannya dan belum akrab; akrab (+k-S) dapat dilihat datanya pada Tabel
4) Mitra tutur orang yang disegani; 5) Mitra 1 nomor urut 1 (lihat lampiran). Responden
tutur lebih tua atau tinggi kedudukannya dan sebanyak 100 orang dari 7 etnis mengatakan
sudah akrab; 6) Mitra tutur sama besar atau bahwa melarang mitra tutur yang lebih tua
sama kedudukannya dan sudah akrab; dan 7) atau lebih tinggi kedudukannya dan belum
Mitra tutur lebih muda atau lebih rendah dan akrab dengan terus terang tanpa basa basi
sudah akrab. (TTB) 25 orang atau 25%, terus terang dengan
basa basi kesantunan positif (TBKP) 50 orang
Metode Penelitian atau 50%, terus terang dengan basa-basi
Jenis penelitian ini adalah penelitian kesantunan negatif (TBKN) 17 orang atau 17%,
kualitatif dengan menggunakan metode yang mengatakan samar-samar (SS) 8 orang
deskriptif yang merupakan suatu objek yang atau 8% sedangkan bertutur dalam hati (BDH)
digunakan untuk meneliti status sekelompok tidak ada atau 0%.
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu Dari data di atas dapat disimpulkan
sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada bahwa melarang secara santun mitra tutur
masa sekarang (Nazir, 2005:54). Tujuannya yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya
adalah mendeskripsikan secara sistematis, dari penutur dan solidaritas dengan penutur

199
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

rendah atau belum akrab (+k-S) dari 7 etnis: basi (TTB) 65 orang atau 65%, terus terang
1) yang teringgi mengatakan bahwa dengan dengan basa basi kesantunan positif (TBKP) 20
cara terus terang dengan basa-basi kesantuan orang atau 20%, terus terang dengan basa-basi
positif (TBKP) sebanyak 50%. kesantunan negatif (TBKN) 11 orang atau 11%,
Temuan dan Pembahasan Mengenai =K-S yang mengatakan dengan samar-samar (SS) 3
Temuan penelitian mengenai melarang orang atau 3% Sedangkan bertutur dalam hati
secara santun mitra tutur yang sama besar (BDH) 1 orang 1%.
atau sama kedudukannya dari penutur dan Dari data di atas dapat disimpulkan
solidaritas dengan penutur rendah atau belum bahwa yang teringgi yaitu sebanyak 65 orang
akrab =K-S) dapat dilihat datanya pada Tabel dari 100 responden dan 7 etnis mengatakan
1 nomor urut 2. Dari responden sebanyak bahwa melarang secara santun mitra tutur
100 orang dari 7 etnis mengatakan bahwa lebih muda atau lebih rendah kedudukannya
melarang mitra tutur sama besar atau sama dari penutur dan solidaritas dengan penutur
kedudukannya dari penutur dan solidaritas rendah atau belum akrab dengan cara terus
dengan penutur rendah atau belum akrab terang tanpa basa-basi (TTB).
dengan terus terang tanpa basa basi (TTB) Temuan dan Pembahasan Mengenai –S
adalah 39 orang atau 39%, terus terang dengan Temuan penelitian mengenai melarang
basa basi kesantunan positif (TBKP) 30 orang secara santun mitra tutur orang yang
atau 30%, terus terang dengan basa-basi disegani(-S) dapat dilihat datanya pada Tabel 1
kesantunan negatif (TBKN) 26 orang atau 26%, nomor urut 4. Responden sebanyak 100 orang
yang mengatakan samar-samar (SS) adalah 6 dari 7 etnis mengatakan bahwa melarang
orang atau 6% Sedangkan bertutur dalam hati secara santun mitra tutur orang yang disegani
(BDH) adalah 0%. (-S) dengan terus terang tanpa basa basi (TTB)
Dari data di atas dapat disimpulkan 23 orang atau 23%, terus terang dengan basa
bahwa yang teringgi yaitu 39 orang dari 100 basi kesantunan positif (TBKP) 20 orang
responden dan 7 etnis mengatakan bahwa atau 20%, terus terang dengan basa-basi
melarang secara santun mitra tutur lebih tua kesantunan negatif (TBKN) adalah 11 orang
atau lebih tinggi kedudukannya dan belum atau 11%, dengan samar-samar (SS) 3 orang
akrab dengan cara terus terang tanpa basa- atau 3% Sedangkan bertutur dalam hati (BDH)
basi (TTB). 1%.
Temuan dan Pembahasan Mengenai -K-S Dari data di atas dapat disimpulkan
Temuan penelitian mengenai melarang bahwa melarang secara santun mitra tutur
secara santun mitra tutur lebih muda atau orang yang disegani adalah dengan terus
lebih rendah kedudukannya dari penutur dan terang tanpa basa basi (TTB) sebanyak 23%.
solidaritas dengan penutur rendah atau belum Temuan dan Pembahasan Mengenai +K+S
akrab (-K-S) dapat dilihat datanya pada Tabel Temuan penelitian mengenai melarang
1 nomor urut 3. Dari responden sebanyak 100 secara santun mitra tutur lebih tua atau
orang dari 7 etnis mengatakan mengatakan lebih tinggi kedudukannya dari penutur dan
bahwa melarang mitra tutur lebih muda atau solidaritas dengan penutur tinggi atau sudah
lebih rendah kedudukannya dari penutur akrab (+K+S) dapat dilihat datanya pada
dan solidaritas dengan penutur rendah atau Tabel 1 nomor urut 5. Responden sebanyak
belum akrab dengan terus terang tanpa basa 100 orang dari 7 etnis mengatakan bahwa

200
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

melarang secara santun mitra tutur lebih tua Temuan penelitian mengenai melarang
atau lebih tinggi kedudukannya dari penutur secara santun mitra tutur lebih muda atau
dan solidaritas dengan penutur tinggi atau lebih rendah kedudukannya dari penutur
sudah akrab dengan terus terang tanpa basa dan solidaritas dengan penutur tinggi atau
basi (TTB) 51 orang atau 51%, terus terang sudah akrab (-K+S) dapat dilihat datanya pada
dengan basa basi kesantunan positif (TBKP) 29 Tabel 1 nomor urut 7. Responden sebanyak
orang atau 29%, terus terang dengan basa-basi 100 orang dari 7 etnis mengatakan bahwa
kesantunan negatif (TBKN) adalah 13 orang melarang secara santun mitra tutur lebih muda
atau 13%, dengan samar-samar (SS) 7 orang atau lebih rendah kedudukannya dari penutur
atau 7% Sedangkan bertutur dalam hati (BDH) dan solidaritas dengan penutur tinggi atau
0%. sudah akrab dengan terus terang tanpa basa
Dari data di atas dapat disimpulkan basi (TTB) 61 orang atau 61%, terus terang
bahwa melarang secara santun mitra tutur dengan basa basi kesantunan positif (TBKP) 18
lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya dari orang atau 18%, terus terang dengan basa-basi
penutur dan solidaritas dengan penutur tinggi kesantunan negatif (TBKN) adalah 13 orang
atau sudah akrab (+K+S) adalah dengan terus atau 13%dengan samar-samar (SS) 7 orang
terang tanpa basa basi (TTB) sebanyak 23%. atau 7% Sedangkan bertutur dalam hati (BDH)
Temuan dan Pembahasan Mengenai =K+S 0%.
Temuan penelitian mengenai melarang Dari data di atas dapat disimpulkan
secara santun mitra tutur sama besar atau sama bahwa melarang secara santun mitra tutur
kedudukannya dari penutur dan solidaritasnya lebih muda atau lebih rendah kedudukannya
tinggi atau sudah akrab dengan penutur(=K+S) dari penutur dan solidaritas dengan penutur
dapat dilihat datanya pada Tabel 1 nomor tinggi atau sudah akrab adalah dengan terus
urut 6. Responden sebanyak 100 orang dari terang tanpa basa basi (TTB) sebanyak 61%.
7 etnis mengatakan bahwa melarang secara Kesantunan Berbahasa Indonesia dalam
santun mitra tutur sama besar atau sama Tindak Tutur Mengkritik
kedudukannya dari penutur dan solidaritasnya Temuan dan Pembahasan Mengenai +k-S
tinggi atau sudah akrab dengan penutur Temuan penelitian mengenai mengkritik
dengan terus terang tanpa basa basi (TTB) 65 secara santun mitra tutur lebih tua atau
orang atau 65%, terus terang dengan basa basi lebih tinggi kedudukannya dari penutur dan
kesantunan positif (TBKP) 12 orang atau 12%, solidaritas dengan penutur rendah atau belum
terus terang dengan basa-basi kesantunan akrab (+k-S) dapat dilihat datanya pada Tabel 2
negatif (TBKN) adalah 13 orang atau 13%, nomor urut 1. Responden sebanyak 100 orang
dengan samar-samar (SS) 9 orang atau 9% dari 7 etnis mengatakan bahwa mengkritik
Sedangkan bertutur dalam hati (BDH) 0%. mitra tutur yang lebih tua atau lebih tinggi
Dari data di atas dapat disimpulkan kedudukannya dan belum akrab dengan terus
bahwa melarang secara santun mitra tutur terang tanpa basa basi (TTB) 23 orang atau
sama besar atau sama kedudukannya dari 23%, adalah. terus terang dengan basa basi
penutur dan solidaritasnya tinggi atau sudah kesantunan positif (TBKP) 57 orang atau 57%,
akrab(=K+S) adalah dengan terus terang tanpa terus terang dengan basa-basi kesantunan
basa basi (TTB) sebanyak 65%. negatif (TBKN) 13 orang atau 13%, yang
Temuan dan Pembahasan Mengenai -K+S mengatakan samar-samar (SS) 13 orang atau

201
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

13% sedangkan bertutur dalam hati (BDH) tida 2 nomor urut 3. Dari responden sebanyak 100
ada atau 0%. orang dari 7 etnis mengatakan mengatakan
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mengkritik mitra tutur lebih muda
bahwa yang teringgi yaitu sebanyak 57 orang atau lebih rendah kedudukannya dari penutur
dari 100 dan 7 etnis mengatakan bahwa dan solidaritas dengan penutur rendah atau
mengkritik secara santun mitra tutur lebih belum akrab dengan terus terang tanpa basa
tua atau lebih tinggi kedudukannya dan belum basi (TTB) 54 orang atau 54%, terus terang
akrab dengan cara terus terang dengan basa- dengan basa basi kesantunan positif (TBKP) 20
basi kesantuan positif(TBKP). orang atau 20%, terus terang dengan basa-basi
kesantunan negatif (TBKN) 18 orang atau 18%,
Temuan dan Pembahasan Mengenai =K-S yang mengatakan dengan samar-samar (SS) 5
Temuan penelitian mengenai mengkritik orang atau 5% Sedangkan bertutur dalam hati
secara santun mitra tutur yang sama besar (BDH) 2 orang 2%.
atau sama kedudukannya dari penutur dan Dari data di atas dapat disimpulkan
solidaritas dengan penutur rendah atau belum bahwa yang teringgi yaitu sebanyak 54 orang
akrab =K-S) dapat dilihat datanya pada Tabel dari 100 responden dan 7 etnis mengatakan
2 nomor urut 2. Dari responden sebanyak bahwa mengkritik secara santun mitra tutur
100 orang dari 7 etnis mengatakan bahwa lebih muda atau lebih rendah kedudukannya
mengkritik mitra tutur sama besar atau sama dari penutur dan solidaritas dengan penutur
kedudukannya dari penutur dan solidaritas rendah atau belum akrab dengan cara terus
dengan penutur rendah atau belum akrab terang tanpa basa-basi (TTB).
dengan terus terang tanpa basa basi (TTB) Temuan dan Pembahasan Mengenai –S
adalah 32 orang atau 32%, terus terang dengan Temuan penelitian mengenai mengkritik
basa basi kesantunan positif (TBKP) 34 orang secara santun mitra tutur orang yang
atau 34%, terus terang dengan basa-basi disegani(-S) dapat dilihat datanya pada Tabel 2
kesantunan negatif (TBKN) 20 orang atau 20%, nomor urut 4. Responden sebanyak 100 orang
yang mengatakan samar-samar (SS) adalah 15 dari 7 etnis mengatakan bahwa mengkritik
orang atau 15% Sedangkan bertutur dalam secara santun mitra tutur orang yang disegani
hati (BDH) adalah 0%. (-S) dengan terus terang tanpa basa basi (TTB)
Dari data di atas dapat disimpulkan 13 orang atau 13%, terus terang dengan basa
bahwa yang teringgi yaitu 34 orang dari 100 basi kesantunan positif (TBKP) 56 orang
responden dan 7 etnis mengatakan bahwa atau 56%, terus terang dengan basa-basi
mengkritik secara santun mitra tutur lebih kesantunan negatif (TBKN) adalah 19 orang
tua atau lebih tinggi kedudukannya dan belum atau 19%, dengan samar-samar (SS) 12 orang
akrab dengan cara terus terang dengan basa atau 12% Sedangkan bertutur dalam hati
basi kesantunan positif (TBKP) (BDH) 0%.
Temuan dan Pembahasan Mengenai -K-S Dari data di atas dapat disimpulkan
Temuan penelitian mengenai mengkritik bahwa mengkritik secara santun mitra tutur
secara santun mitra tutur lebih muda atau orang yang disegani adalah dengan basa basi
lebih rendah kedudukannya dari penutur dan kesantunan positif (TBKP) sebanyak 56 orang
solidaritas dengan penutur rendah atau belum atau 56%
akrab (-K-S) dapat dilihat datanya pada Tabel

202
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Temuan dan Pembahasan Mengenai +K+S 20 orang atau 20%, dengan samar-samar (SS)
Temuan penelitian mengenai mengkritik 6orang atau 6% Sedangkan bertutur dalam
secara santun mitra tutur lebih tua atau hati (BDH) 0%.
lebih tinggi kedudukannya dari penutur dan Dari data di atas dapat disimpulkan
solidaritas dengan penutur tinggi atau sudah bahwa mengkritik secara santun mitra tutur
akrab (+K+S) dapat dilihat datanya pada sama besar atau sama kedudukannya dari
Tabel 2 nomor urut 5. Responden sebanyak penutur dan solidaritasnya tinggi atau sudah
100 orang dari 7 etnis mengatakan bahwa akrab(=K+S) adalah dengan terus terang tanpa
mengkritik secara santun mitra tutur lebih tua basa basi (TTB) sebanyak 59%.
atau lebih tinggi kedudukannya dari penutur Temuan dan Pembahasan Mengenai -K+S
dan solidaritas dengan penutur tinggi atau Temuan penelitian mengenai mengkritik
sudah akrab dengan terus terang tanpa basa secara santun mitra tutur lebih muda atau
basi (TTB) 37 orang atau 37%, terus terang lebih rendah kedudukannya dari penutur dan
dengan basa basi kesantunan positif (TBKP) solidaritas dengan penutur tinggi atau sudah
47 orang atau 47%, terus terang dengan basa- akrab (-K+S) dapat dilihat datanya pada Tabel 2
basi kesantunan negatif (TBKN) adalah 11 nomor urut 7. Responden sebanyak 100 orang
orang atau 11%, dengan samar-samar (SS) 5 dari 7 etnis mengatakan bahwa mengkritik
orang atau 5% Sedangkan bertutur dalam hati secara santun mitra tutur lebih muda atau
(BDH) 0%. lebih rendah kedudukannya dari penutur dan
Dari data di atas dapat disimpulkan solidaritas dengan penutur tinggi atau sudah
bahwa mengkritik secara santun mitra tutur akrab dengan terus terang tanpa basa basi
lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya dari (TTB) 63 orang atau 63%, terus terang dengan
penutur dan solidaritas dengan penutur tinggi basa basi kesantunan positif (TBKP) 13 orang
atau sudah akrab (+K+S) adalah dengan terus atau 13%, terus terang dengan basa-basi
terang dengan basa basi kesantunan positif kesantunan negatif (TBKN) adalah 15 orang
(TBKP) 47 orang atau 47%. atau 15% dengan samar-samar (SS) 12 orang
Temuan dan Pembahasan Mengenai =K+S atau 12% Sedangkan bertutur dalam hati
Temuan penelitian mengenai mengkritik (BDH) 0%.
secara santun mitra tutur sama besar atau Dari data di atas dapat disimpulkan
sama kedudukannya dari penutur dan bahwa mengkritik secara santun mitra tutur
solidaritasnya tinggi atau sudah akrab dengan lebih muda atau lebih rendah kedudukannya
penutur(=K+S) dapat dilihat datanya pada dari penutur dan solidaritas dengan penutur
Tabel 2 nomor urut 6. Responden sebanyak tinggi atau sudah akrab adalah dengan terus
100 orang dari 7 etnis mengatakan bahwa terang tanpa basa basi (TTB) sebanyak 63%.
mengkritik secara santun mitra tutur sama
besar atau sama kedudukannya dari penutur Simpulan
dan solidaritasnya tinggi atau sudah akrab Tujuh konteks kesantunan berbahasa
dengan penutur dengan terus terang tanpa Indonesia dalam tindak tutur melarang
basa basi (TTB) 59 orang atau 59%, terus didominasi oleh bertutur terus terang tanpa
terang dengan basa basi kesantunan positif basa basi (TTB) sebanyak 5 strategI bertutur,
(TBKP) 13 orang atau 13%, terus terang dengan terus terang dengan basa basi kesantunan
basa-basi kesantunan negatif (TBKN) adalah positif (TBKP) sebanyak 2 strategi bertutur.

203
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Sedangkan pada tindak tutur mengkritik Awin Wijaya. 2015. Brown and Levinson’s
didominasi oleh terus terang dengan basa basi Politeness Strategies. [Online]. Tersedia:
kesantunan positif (TBKP) sebanyak 4 strategi http:// awinlanguage. co.id/.
bertutur sedangkan bertutur terus terang
tanpa basa basi (TTB) 2 strategi bertutur. Baryadi. 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan
Berdasarkan analisis tujuh konteks kekerasan. Yogyakarta: Universitas
kesantunan berbahasa indonesia dalam Sanata Dharma.
tindak tutur melarang didominasi oleh
bertutur terus terang tanpa basa basi (TTB) Chaer, Abdul., 2010. Kesantunan Berbahasa.
sebanyak 5 strategI bertutur sedangkan terus Jakarta: Rineka Cipta
terang dengan basa basi kesantunan positif
(TBKP) 2 strategi bertutur. Dari tujuh konteks Joko, Wahyudi Santoso, Diah Vitri Widayanti
kesantunan berbahasa indonesia dalam tindak & Dwi Astuti. 2011. Bentuk, Strategi
tutur mengkritik didominasi oleh terus terang Penggunaan, dan Kesantunan Tindak
dengan basa basi kesantunan positif (TBKP) Tutur Menolak dalam Interaksi
sebanyak 4 strategi bertutur sedangkan Antarmahasiswa Prodi Sastra Prancis
bertutur terus terang tanpa basa basi (TTB) 2 Fbs Unnes. Jurnal UNNES. [Online].
strategi bertutur. Tersedia: https:// journal. unnes. ac. id/
Disarankan kepada penutur dalam nju/ index.
melarang mitra tutur hendaknya disampaikan
dengan terus terang tanpa basa basi (TTB). Kuntarto, Eko. 2015. Kesantunan Berbahasa
Sedangkan untuk mengkritik hendaknya terus Ditinjau Dari Prespektif Kecerdasan
terang dengan basa basi kesantunan positif Majemuk. Jurnal Ilmiah Universitas
(TBKP) baik 1) Mitra lebih tua atau lebih tinggi Batanghari Jambi Vol.16 No. 2 Tahun
kedudukannya dan belum akrab; 2) Mitra tutur 2016. [Online]. Tersedia: http://
sama besar atau sama kedudukannya dan repository.unja.ac.id.
belum akrab; 3) Mitra tutur lebih muda atau
lebih rendah kedudukannya dan belum akrab; Markhamah, dkk. 2011. Analisis Kesalahan
4) Mitra tutur orang yang disegani; 5) Mitra dan Kesantunan Berbahasa. Surakarta:
tutur lebih tua atau tinggi kedudukannya dan Muhammadiyah University Press.
sudah akrab; 6) Mitra tutur sama besar atau
sama kedudukannya dan sudah akrab; dan 7) Maulidi, Ahmad. 2015. Kesantunan Berbahasa
Mitra tutur lebih muda atau lebih rendah dan Pada Media Jejaring Sosial Facebook.
sudah akrab. E-Jurnal Bahasan Todea, Volume 3
Nomor 4, Oktober 2015 hlm 42-49.
Daftar Pustaka [Online]. Tersedia: jurnal. untad.ac.id/
jurnal/ index. php.
Alfiati. 2015. Santun Berbahasa Indonesia.
Jurnal, Vol. 2, No. 1, Juli 2015 An- Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta:
Nuha. [Online]. Tersedia: Ejournal. Ghalia Indonesia.

staimadiun. ac.id/index. php.

204
Lingua. Volume XV. Nomor 2. Juli 2019

Ode, Wa Nurjamily. 2015. Kesantunan Riska, Febrina Putri, Ngusman Abdul Manaf,
Berbahasa Indonesia dalam Lingkungan Abdurahman. Jurnal Bahasa, Sastra
Keluarga (Kajian Sosiopragmatik). Jurnal dan Pembelajaran Volume 2 Nomor
Humanika No. 15, Vol. 3, Desember 2015. 1, Februari 2015. [Online]. Tersedia:
[Online]. Tersedia: http:// ojs.uho.ac.id/ ejournal. unp.ac. id/ index. Php.
index. php.
Sasanti, Niken. 2013. Tindak Tutur “Melarang”
Rahmawati, Rodhiati. 2014. Analisis dalam Bahasa Indonesia. Jurnal
Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Penelitian. Volume 16, No. 2, Mei 2013,
Terminal Sekitar Wilayah Bojonegoro hlm. 196-206. [Online]. Tersedia: http://
dengan Prinsip Kesantunan Leech. EDU- e-journal. usd. ac.id/index. php/.
KATA, Vol. 1, No. 2, Agustus 2014: 149-
158. Sumarsono. 2010. Pragmatik. Singaraja:
Universitas Pendidikan
Rakasiwi, Ratna A.A. & Putra Suandi N. 2014. GaneshaTansliova, Lili. 2017. Tindak
Penerapan Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Tutur Kesantunan Berbahasa dalam
Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Acara “Kick Andy”. Jurnal Elektronik
Indonesia dengan Pendekatan Saintifik ARTIKULASI – Vol 1 No. 1 Tahun 2017.
oleh Siswa Kelas IV SD Jembatan Budaya. [Online]. Tersedia: http://ejournal. usi.
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa, ac.id/. [Diakses Tanggal 8 Desember
Pascasarjana Universitas Pendidikan 2017].
Ganesha Singaraja. [Online]. Tersedia:
pasca. undiksha.ac. id/ e-journal/index/ Zain, Syaifudin N. 2015. Implikatur Dan
jurnal. Kesantunan Positif Tuturan Jokowi
dalam Talkshow Mata Najwa dan
Rina, Tri Budiwati. 2017. Kesantunan Berbahasa Implementasinya Sebagai Bahan Ajar
Mahasiswa Dalam Berinteraksi dengan Bahasa Indonesia di SMK. [Online].
Dosen Di Universitas Ahmad Dahlan. Tersedia: https://www. researchgate.
THE5TH Urecol Proceeding: 18 February vnet/ profile/ Zain.
2017 UAD Yokyakarta. [Onlione].
Tersedia: http:// lpp. uad. ac. id/.

205

Anda mungkin juga menyukai