Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi Tugas Semester Dua sebagai syarat mengikuti Ujian
Akhir Semester Program Diploma IV Politeknik
Disusun oleh
Agung Suhud Pangestu
(221134033)
2. Pengisian Kuisioner
Penulis membuat kuisioner yang berguna sebagai data tambahan untuk
bahan penyusunan karya ilmiah ini. Kuisioner dilakukan agar penulis mendapat
pandangan lain dari mahasiswa yang juga menjadi objek karya tulis ini. Kuisioner
berisi beberapa pertanyaan yang dijawab dengan skala linear yang nilainya nol
sampai lima. Rinciannya adalah sebagai berikut:
0 = Tidak pernah/Tidak setuju
1 = Pernah
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = sangat sering
5 = selalu/setuju
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami karya tulis ini, maka penulis
mengelompokkan setiap bahasan menjadi lima bab yang masing-masiing bab
memiliki sub-bab yang berkaitan satu sama lain. Sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut:
Bab pertama, sehubungan dengan pendahuluan yang mana menggambarkan
gambaran umum dari pokok bahasan karya ilmiah ini. Pada bab ini dibahas latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, teknik pengumpulan data,
dan sistematika penulisan. Sub bab – sub bab ini berfungsi memberi pola pikiran
juga pada pembaca.
Bab kedua, berisi tentang pokok bahasan pertama yakni mengenai bahasa
santun. Pada bab ini dijelaskan secara jelas mengenai pengertian bahasa santun dan
konsep bahasa santun itu sendiri.
Bab ketiga, berisi tentang pokok bahasan kedua yakni mengenai bahasa kasar.
Disini dijelaskan pengertian bahasa kasar, klasifikasi tujuan berkata kasar, kategori
atau jenis bahasa kasar, serta faktor penyebab seseorang dapat berkata kasar.
Bab keempat, berisi tentang analisis bahasa dari objek yang penulis gunakan
yaitu mahasiswa di kelas 1B-TPJJ Politeknik Negeri Bandung. Pada bab ini dibahas
mengenai bagaimana tingkat penggunaan bahasa yang santun dan penggunaan
bahasa kasar di kelas 1B-TPJJ Politeknik Negeri Bandung berdasarkan data yang
penulis kumpulkan.
BAB II
BAHASA SANTUN
2) Fungsi abusive
Berarti penggunaan makian yang langsung ditujukan pada orang lain. Contohnya
seseorang berkata kasar kepada orang lain sebagai pelampiasan amarahnya akibat
hal yang dilakukan orang yang di maki tersebut.
3) Fungsi humorous
Berarti penggunaan makian yang merujuk langsung pada orang lain, tetapi tidak
dimaksudkan untuk menghina. Contohnya ketika sekumpulan orang yang merasa
sudah dekat satu sama lain, terkadang mereka memanggil satu sama lain dengan
kata kasar seperti nyet (monyet).
4) Fungsi auxiliary
berarti penggunaan makian yang tidak langsung merujuk pada orang lain,
melainkan sekadar cara bicara yang seringkali tidak sungguh-sungguh.
4) Nama Profesi
Nama profesi yang digunakan untuk menghina seseorang adalah nama profesi
yang negatif dan hina di masyarakat. Contohnya seperti pelacur, namun dalam
pelafalannya biasanya disebut juga dengan lonte.
5) Kata Sifat
Kata sifat yang digunakan sebagai kata kasar adalah kata sifat yang memberi
kesan negatif jika dilontarkan kepada orang lain. Contohnya seperti goblok, tolol,
idiot, dan lain-lain.
6) Kondisi
Kata-kata yang mengungkapkan kondisi yang tidak menyenangkan biasanya
digunakan sebagai kata-kata kasar. Kondisi ini dapat mengenai kondisi cacat disik
atau keadaan ekonomi seseorang. Contohnya seperti buta, tuli, miskin, dan lain-
lain.
7) Istilah Asing
Selain bahasa sendiri, kebanyakan orang juga menggunakan bahasa asing untuk
berkata kasar. Istilah-istilah asing ini memang tergolong kedalam kata kasar di
negaranya. Contohnya seperti fuck, shit, dan lain-lain
3. Meniru Idola
Faktor idola seperti influencer yang seseorang temukan di media sosial juga memberi
pengaruh dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Orang tentu menganggap idolanya
keren dan cenderung meniru apa yang dilakukan idolanya, termasuk saat berkata
kasar
4. Gangguan Kepribadian
Orang dengan gangguan kepribadian negativistic dapat cenderung berkata kasar. Hal
ini dilakukan untuk menjatuhkan harga diri lawan bicara orang tersebut karena ada
perasaan takut sebelum ia yang dijatuhkan oleh lawan bicara. Jika hal ini dibiarkan,
maka berkata kasar menjadi kebiasaan sehingga apa yang salah menjadi seolah benar
dan dianggap biasa.
BAB IV
ANALISIS BAHASA MAHASISWA KELAS 1B-TPJJ POLITEKNIK NEGERI
BANDUNG
Diagram diatas berisikan data yang didapat dari sebelas orang yang
mengisi kuisioner. Dari sebelas orang, hanya lima orang yang tidak pernah
berkata kasar (tidak santun) ketika ada kehadiran dosen di ruang kelas. Meski
sedikit, tetapi ternyata merupakan sebuah fakta bahwa mahasiswa cenderung
berbahasa sesuka hati ketika berkomunikasi sengan mahasiswa lain, bahkan
ketika ada dosen.
5.1 Kesimpulan
Semakin seseorang memiliki bahasa yang santun, semakin juga ia memiliki
pribadi yang baik. Bahasa yang santun berbanding terbalik dengan bahasa yang kasar.
Artinya semakin seseorang tidak berbahasa kasar, maka semakin santun dirinya.
Tingkat kesantunan bahasa seseorang ini dipengaruhi oleh di lingkungan mana ia
tumbuh dan berkembang. Semakin lingkungan baik, maka semakin baik juga
bahasanya.
Bahasa santun merupakan bahasa yang penting dipahami dan dikuasai oleh
semua orang. Bahasa yang santun memberikan kemudahan kepada setiap orang untuk
memahami maksud dan tujuan yang diinginkan penutur. Bahasa ini harusnya sudah
menjadi bahasa yang secara sadar atau tidak sadar akan keluar dari mulut seseorang.
Pada kenyataannya bahasa yang santun sulit untuk diterapkan kedalam
kehidupan sehari-hari, husunya kedalam kehidupan sekolah atau kampus. Sekolah
atau kampus menjadi tempat dimana orang-orang dididik untuk memiliki ilmu
pengetahuan yang luas dan adab serta akhlak yang mulia. Yang mana adab dan akhlak
mulia ini salah satunya dapat tercermin dari perkataan yang santun.
Pada ruang lingkup Mahasiswa kelas 1B-TPJJ Politeknik Negeri Bandung,
penggunaan bahasa santun tidak begitu dipedulikan. Menurut hasil observasi dan
pengisian kuisioner, memang benar bahwa mahasiswa kelas 1B-TPJJ menggunakan
bahasa yang santun ketika berkomunikasi dengan dosen. Tetapi yang terjadi ketika
mereka berkomunikasi dengan sesama mahasiswa sangatlah berbeda, mereka solah-
olah tidak peduli akan bahasa yang santun. Meskipun juga mereka sadar bahwa
bahasa yang santun sangatlah penting untuk dipahami dan dikuasai sebagai sarana
berkomunikasi dengan siapapun.
DAFTAR PUSTAKA
Armita, Dina (2022) Bahasa Kasar (abussive language) dan Dampaknya Bagi
Perkembangan Perilaku Anak di Desa Pelem. Ponorogo: Institut Agama Islam Negeri
Kemdikbud. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diambil dari KBBI Kemendikbud :
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Bahasa%20kasar
Rosidin, Odin. (2010). Kajian Bentuk, Kategori, dan Sumber Makaian, Serta Alasan
Penggunaan Makian Oleh Mahasiswa. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
Program Studi Linguistik. Universitas Indonesia, Depok.