Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS BAHASA MAHASISWA KELAS 1B-TPJJ

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

Karya tulis ini dibuat untuk memenuhi Tugas Semester Dua sebagai syarat mengikuti Ujian
Akhir Semester Program Diploma IV Politeknik

Disusun oleh
Agung Suhud Pangestu
(221134033)

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah cara seseorang untuk mengekspresikan apa yang ada di


dalam dirinya. Bentuk ekspresi tersebut dapat berupa ide, gagasan, bahkan emosi.
Bentuk komunikasi ini dilakukan dengan suasana sedih, tenang, gembira, ataupun
marah. Komunikasi juga sebagai bentuk hubungan sosial karena komunikasi tidak
bisa dilakukan sendiri. Komunikasi dilakukan oleh sesama manusia atau manusia
dengan unsur lainnya.
Manusia memiliki etika untuk melakukan komunikasi. Etika ini berfungsi agar
proses pengekspresian yang dilakukan oleh manusia tidak berdampak negatif kepada
penerima ekspresi tersebut. Ketika manusia saling berkomunikasi, maka mereka
harus saling menjaga perasaan. Perasaan tersebut dijaga karena setiap manusia
memiliki ide dan gagasan yang berbeda, serta kadang sedang berada pada tingkat
emosi yang berbeda.
Komunikasi yang baik dapat dicapai dengan penggunaan bahasa yang santun.
Bahasa santun artinya bahasa yang diungkapkan telah dipikir matang-matang pilihan
kata dan struktur kalimatnya. Pilihan kata disesuaikan dengan siapa lawan komunikasi
seseorang.
Manusia yang berbahasa santun menandakan dirinya memiliki kepribadian yang
baik. Sebab, setiap kata yang terucap dari diri seseorang merupakan cerminan isi diri
itu sendiri. Sekeras apapun manusia untuk berbahasa santun jika karakter pribadi nya
buruk maka akan sulit dilakukan. Jika seseorang yang tidak terbiasa berbahasa santun
mencoba untuk santun, kadang secara tidak sadar bahasa yang keluar tidaklah santun.
Kepribadian yang baik terbentuk dari bagaimana seseorang dapat mempelajari setiap
hal yang datang dan ia temukan dalam hidupnya.
Lingkungan kampus menjadi salah satu tempat bagi mahasiswa untuk
mengembangkan dirinya. Mahasiswa akan selalu berkomunikasi dengan unsur unsur
yang ada di kampus, khususnya dengan sesama mahasiswa dan dosen. Komunikasi
dilakukan karena mahasiswa tidak bisa mengembangkan dirinya tanpa bantuan teman
dan guru. Bahasa yang digunakan oleh mahasiswa terhadap sesama mahasiswa
dengan mahasiswa terhadap dosen tentu memiliki etika yang berbeda. Wajarnya,
mahasiswa harus menggunakan bahasa santun dalam berkomunikasi dengan dosen
sebab dosen berusia lebih tua dan dianggap sebagai orang yang membimbing
mahasiswa untuk mengembangkan dirinya. Begitupun dengan sesama mahasiswa,
meskipun cenderung memiliki jarak usia yang tidak jauh, mahasiswa harus senantiasa
berbahasa santun untuk mencirikan dirinya adalah manusia yang terdidik dan
berkarakter baik.
Apa yang terjadi pada mahasiswa di masa kini sangat bertentangan dengan
dengan sifat sifat mahasiswa yang terdidik dan berkarakter baik. Bahasa menjadi salah
satu tanda yang jelas dalam menilai seberapa terdidiknya mahasiswa. Kini mahasiswa
cendurung terbiasa berbahasa kasar dan tidak pantas. Bahkan ketika sesama
mahasiswa sedang berkomunikasi di sekitar dosen, mereka berkata sesuka hati tanpa
peduli akan kehadiran dosen itu sendiri.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tingkat kesantunan berbahasa mahasiswa kelas 1B-TPJJ Politeknik


Negeri Bandung?
2. Bagaimana penggunaan bahasa kasar pada mahaiswa kelas 1B-TPJJ Politeknik
Negeri Bandung?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk menganalisis bahasa mahasiswa 1B-TPJJ Politeknik Negeri Bandung


2. Untuk mengetahui tingkat kesantunannya
3. Untuk mengetahui seberapa tinggi penggunaan bahasa kasar pada mahasiswa
kelas 1B-TPJJ Politeknik Negeri Bandung

1.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam karya ilmiah ini adalah:
1. Observasi
Observasi penulis lakukan di ruang kelas 1B-TPJJ sendiri. Penulis yang
mana juga termasuk salah satu mahasiswa di kelas 1B-TPJJ mengamati langsung
bahasa yang digunakan oleh mahasiswa-mahasiswa di kelas. Observasi dilakukan
untuk memperoleh data mengenai seberapa tinggi tingkat kesantunan bahasa
mahasiswa dan juga penggunaan bahasa atau kata-kata kasar di kelas. Hal ini
dilakukan agar penulis memperoleh fakta yang nantinya dijadikan bahan
kesimpulan karya ilmiah ini.

2. Pengisian Kuisioner
Penulis membuat kuisioner yang berguna sebagai data tambahan untuk
bahan penyusunan karya ilmiah ini. Kuisioner dilakukan agar penulis mendapat
pandangan lain dari mahasiswa yang juga menjadi objek karya tulis ini. Kuisioner
berisi beberapa pertanyaan yang dijawab dengan skala linear yang nilainya nol
sampai lima. Rinciannya adalah sebagai berikut:
0 = Tidak pernah/Tidak setuju
1 = Pernah
2 = kadang-kadang
3 = sering
4 = sangat sering
5 = selalu/setuju
1.5 Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami karya tulis ini, maka penulis
mengelompokkan setiap bahasan menjadi lima bab yang masing-masiing bab
memiliki sub-bab yang berkaitan satu sama lain. Sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut:
Bab pertama, sehubungan dengan pendahuluan yang mana menggambarkan
gambaran umum dari pokok bahasan karya ilmiah ini. Pada bab ini dibahas latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, teknik pengumpulan data,
dan sistematika penulisan. Sub bab – sub bab ini berfungsi memberi pola pikiran
juga pada pembaca.
Bab kedua, berisi tentang pokok bahasan pertama yakni mengenai bahasa
santun. Pada bab ini dijelaskan secara jelas mengenai pengertian bahasa santun dan
konsep bahasa santun itu sendiri.
Bab ketiga, berisi tentang pokok bahasan kedua yakni mengenai bahasa kasar.
Disini dijelaskan pengertian bahasa kasar, klasifikasi tujuan berkata kasar, kategori
atau jenis bahasa kasar, serta faktor penyebab seseorang dapat berkata kasar.
Bab keempat, berisi tentang analisis bahasa dari objek yang penulis gunakan
yaitu mahasiswa di kelas 1B-TPJJ Politeknik Negeri Bandung. Pada bab ini dibahas
mengenai bagaimana tingkat penggunaan bahasa yang santun dan penggunaan
bahasa kasar di kelas 1B-TPJJ Politeknik Negeri Bandung berdasarkan data yang
penulis kumpulkan.
BAB II
BAHASA SANTUN

1.1 Pengertian Bahasa Santun


Menurut Ilmu Bahasa, bahasa diartikan sebagai bunyi yang keluar dari alat ucap
manusia dan digunakan ketika berkomunikasi dalam hal menyampaikan informasi
atau maksud tertentu. Bahasa dapat diungkapkan baik secara lisan maupun dalam
bentuk tulisan. Selain itu, menurut pendapat Richards, Platt, dan Weber (1985),
bahasa adalah suatu sistem komunikasi terstruktur yang menyusun kata menjadi
kelompok kata, klausa, dan kalimat. Ketika diungkapkan, susunan kata ini akan
memberi pengaruh yang besar bagi pendapat orang lain terhadap pribadi
pengungkapnya. Karena merupakan unsur yang penting, bahasa ini perlu ditata pilihan
kata nya agar terbentuk suatu bahasa yang santun.
Kesantunan atau kesopanan merupakan tata cara, adat, atau kebiasaan yang
berlaku pada suatu masyarakat. Kesantunan atau kesopanan ini lahir dari masyarakat
sendiri sebagai bentuk kesadaran masyarakat untuk menentukan suatu hal benar dan
layak dilakukan. Hal yang perlu diperhatikan kesantunannya ini salah satunya adalah
bahasa. Ketika berkomunikasi pada suatu lingkup masyarakat, maka tutur kata yang
digunakan harus yang tunduk pada norma atau cara yang dianggap santun di lingkup
tersebut. Lingkup masyarakat disini dapat berupa lingkup masyarakat pada umumnya,
lingkup masyarakat pada institusi pendidikan, atau lingkup masyarakat lainnya.
Bahasa yang santun adalah bahasa yang baik dan benar pilihan katanya. Pilihan
kata ini disesuaikan dengan dengan siapa seseorang berkomunikasi atau
mengungkapkan bahasanya. Bahasa yang santun dapat dicirikan dengan bagaimana
lawan bicara atau penerima tutur bahasa bereaksi terhadap pilihan kata yang
digunakan penutur. Umumnya jika bahasa yang digunakan tidak santun, lawan bicara
atau penerima tutur bahasa akan merasa tersinggung. Untuk itu, kemampuan setiap
orang untuk berbahasa santun sangat diperlukan agar terjalin hunungan sosial yang
baik.

1.2 Konsep Dasar Bahasa Santun


Menurut Achmad Wahidy dalam karya tulisnya yang berjudul Cerdas dan
Cermat Berbahasa Scermin Pribadi Bangsa Bermartabat: Perilaku Santun Berbahasa,
suatu bahasa dapat dikatakan santun apabila memenuhi tiga kaidah. Tiga kaidah itu
diantaranya adalah (1) Formalitas (formality), (2) ketidaktegasan (hesintancy), dan (3)
kesamaan atau kesekawanan (equality of camamraderie). Menurutnya, kaidah pertam
dapat diartikan bahwa jangan memaksa atau angkuh terhadap apa yang diinginkan
penutur bahasa terhadap yang ditutur. berhubungan dengan kaidah pertama, kaidah
kedua artinya penutur harus menyusun bahasa sedemikian rupa agar yang ditutur
dapat menentukan pikiran terhadap apa yang penutur bahasakan. Kaidah ketiga
artinya penutur harus mampu memposisikan dirinya juga sebagai yang ditutur. Jika
ketika penutur memposisikan dirinya sebagai yang ditutur ingin merasa senang dan
tak tersinggung, maka penutur harus mengungkapkan bahasa yang membuat yang
ditutur senang dan tidak tersinggung.
Bahasa tidak bisa hanya dianggap santun oleh penutur atau yang ditutur saja.
Sebab bisa saja penutur menganggap bahasa yang ia ungkapkan adalah bahasa yang
santun sedangkan yang ditutur menganggapnya tidak. Perbedaan kesepahaman ini
dapat disebabkan oleh bedanya aturan kesantunan dan budaya pada lingkup yang
berbeda beda juga. Oleh karena itu, penutur harus mengetahui kepada siapa ia
mengungkapkan bahasanya agar tahu bagaimana cara dan tutur kata apa yang baik
dan benar ia ungkapkan. Jika tidak, penutur harus mengetahui bagaimana cara
berbahasa yang paling umum dianggap sebagai bahasa yang santun.
BAB III
BAHASA KASAR
3.1 Pengertian Bahasa Kasar
Bahasa kasar adalah bahasa yang tidak pantas diucapkan karena tidak baik
bagi aturan yang ada pada suatu lingkungan. Bahasa kasar atau kotor ini
mengungkapkan suatu perasaan yang kesal dan marah akan situasi yang dihadapi
pengungkap. Selain itu, menurut Partridge (1984:144) tujuan dari bahasa atau kata-
kata kasar dan kotor ini adalah sebagai penghinaan, pengejekkan, pengutukkan, dan
lain sejenisnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memaki atau maki berarti
mengeluarkan kata-kata (ucapan) keji (kotor, kasar, dan sebagainya) sebagai
pelampiasan kemarahan atau rasa jengkel dan sebagainya. Menurut Andersson dan
Hirsch (1985 dalam Rosidin 2010), terdapat tiga syarat agar suatu kata atau ungkapan
dapat dikelompokkan sebagai kata kasar atau makian, yaitu (1) merujuk pada tabu
atau stigma (tanda dari ketidakberterimaan sosial) dalam suatu lingkungan budaya, (2)
tidak dapat ditafsirkan secara harfiah, dan (3) dapat digunakan untuk mewujudkan
emosi dan sikap yang kuat.

3.2 Klasifikasi Kata-kata Kasar Yang Dijadikan Makian


Andersson dan Trudgill (1983 dalam Rosidin 2010) mengklasifikasikan kata-
kata-kasar yang digunakan sebagai makian kedalam empat kategori fungsi yang
diantaranya adalah:
1) Fungsi expletive
Berarti penggunaan makian untuk menyatakan emosi dan tidak ditujukan langsung
pada orang lain. Contohnya seperti berkata kasar ketika kesal karena kalah
bermain game.

2) Fungsi abusive
Berarti penggunaan makian yang langsung ditujukan pada orang lain. Contohnya
seseorang berkata kasar kepada orang lain sebagai pelampiasan amarahnya akibat
hal yang dilakukan orang yang di maki tersebut.

3) Fungsi humorous
Berarti penggunaan makian yang merujuk langsung pada orang lain, tetapi tidak
dimaksudkan untuk menghina. Contohnya ketika sekumpulan orang yang merasa
sudah dekat satu sama lain, terkadang mereka memanggil satu sama lain dengan
kata kasar seperti nyet (monyet).

4) Fungsi auxiliary
berarti penggunaan makian yang tidak langsung merujuk pada orang lain,
melainkan sekadar cara bicara yang seringkali tidak sungguh-sungguh.

3.3 Kategori Kata-kata Kasar


Bahasa atau kata-kata kasar yang biasa digunakan terbagi kedalam beberapa
kategori, diantaranya:
1) Nama binatang
Tidak semua nama binatang digunakan sebagai kata-kata yang kasar. Nama
binatang yang digunakan sebagai kata-kata kasar adalah binatang yang dianggap
kotor, najis, buas, atau buruk. Contohnya seperti anjing dan babi yang dianggap
binatang najis.

2) Nama Anggota Tubuh


Bagian tubuh yang biasa digunakan sebagai kata kasar adalah bagian tubuh yang
tabu dan tidak pantas untuk diungkapkan secara umum. Bagian tubuh ini berkaitan
erat dengan organ seksual pria dan wanita. Contohnya seperti nama alat kelamin
pria dan wanita.

3) Nama Makhluk Ghaib


Makhluk ghaib, atau yang disebut juga makhluk halus, makhluk tak kasat mata,
atau makhluk astral adalah istilah yang digunakan untuk mengatakan makhluk
hidup yang eksistensinya tidak dapat dijangkau oleh panca indera Manusia. Nama
makhluk ghaib dijadikan sebagai kata kasar sebab oleh sebagian orang makhluk
ini dianggap sebagai makhluk yang menggannggu kehidupan manusia. Contohnya
seperti setan, tuyul, dan lain-lain.

4) Nama Profesi
Nama profesi yang digunakan untuk menghina seseorang adalah nama profesi
yang negatif dan hina di masyarakat. Contohnya seperti pelacur, namun dalam
pelafalannya biasanya disebut juga dengan lonte.

5) Kata Sifat
Kata sifat yang digunakan sebagai kata kasar adalah kata sifat yang memberi
kesan negatif jika dilontarkan kepada orang lain. Contohnya seperti goblok, tolol,
idiot, dan lain-lain.

6) Kondisi
Kata-kata yang mengungkapkan kondisi yang tidak menyenangkan biasanya
digunakan sebagai kata-kata kasar. Kondisi ini dapat mengenai kondisi cacat disik
atau keadaan ekonomi seseorang. Contohnya seperti buta, tuli, miskin, dan lain-
lain.

7) Istilah Asing
Selain bahasa sendiri, kebanyakan orang juga menggunakan bahasa asing untuk
berkata kasar. Istilah-istilah asing ini memang tergolong kedalam kata kasar di
negaranya. Contohnya seperti fuck, shit, dan lain-lain

3.4 Faktor Seseorang Berbahasa Kasar


Kebiasaan seseorang berkata kasar erat hubungannya dengan kondisi lingkungan
dimana ia tumbuh dan berkembang. Seseorang yang tumbuh dan berkembang di
lingkungan terdidik tidak mungkin biasa untuk berkata kasar. Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kebiasaan buruk ini, diantaranya adalah:
1. Ingin Terlihat Dewasa
Menurut Dr. Francis Compton, seseorang yang berkata kasar memiliki pengalaman
saat kecilnya mendengar orang-orang dewasa berkata kasar. Oleh karena itu, anak
tersebut berkata kasar agar orang lain menganggapnya dewasa. Jadilah kebiasaan
berkata kasar tersebut terbawa sampai ia benar-benar dewasa.

2. Ingin Diterima Sebagai Teman


Orang berkata kasar karena ingin dianggap “gaul”, tak mau dianggap “cupu”, atau tak
mau berbeda dengan gaya bicara teman-temannya. Sebab jika berbeda sendiri, orang
tersebut akan takut untuk dijauhi temannya.

3. Meniru Idola
Faktor idola seperti influencer yang seseorang temukan di media sosial juga memberi
pengaruh dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Orang tentu menganggap idolanya
keren dan cenderung meniru apa yang dilakukan idolanya, termasuk saat berkata
kasar

4. Gangguan Kepribadian
Orang dengan gangguan kepribadian negativistic dapat cenderung berkata kasar. Hal
ini dilakukan untuk menjatuhkan harga diri lawan bicara orang tersebut karena ada
perasaan takut sebelum ia yang dijatuhkan oleh lawan bicara. Jika hal ini dibiarkan,
maka berkata kasar menjadi kebiasaan sehingga apa yang salah menjadi seolah benar
dan dianggap biasa.
BAB IV
ANALISIS BAHASA MAHASISWA KELAS 1B-TPJJ POLITEKNIK NEGERI
BANDUNG

4.1 Kesantunan Bahasa Mahasiswa 1B-TPJJ


Mahasiswa adalah sejumlah orang yang memiliki kesempatan untuk
mengenyam pendidikan pada suatu institusi, universitas, atau perguruan tinggi.
Dengan kesempatan ini mahasiswa dapat mengembangkan dirinya untuk mencapai
berbagai pengetahuan yang sesuai dengan bidang pendidikan yang dipilihnya.
Pengetahuan yang mahasiswa dapatkan pada masa kuliah ini harus dapat mahasiswa
manfaatkan dan kembangkan kembali agar menjadi hal-hal yang bermanfaat
khusunya bagi dirinya sendiri, umumnya untuk khalayak banyak.
Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi sangat penting dipahami dan
dikuasai oleh mahasiswa. Sebab, dalam proses perkuliahan mahasiswa tidak bisa
berhasil tanpa bantuan dari orang lain. Orang lain yang dimaksud tentunya adalah
masyarakat pada lingkungan akademik, seperti dosen, kakak tingkat, teman, dan lain-
lain. Bantuan yang dimaksud dapat berupa bimbingan, teman diskusi, kritik atau
saran, dan masih banyak lagi. Untuk mencapai bantuan-bantuan tersebut tentu
mahasiswa harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar apa yang
dimaksud dapat tersampaikan dengan baik sehingga dapat dipahami.

Kuisioner diberikan kepada total tiga puluh orang jumlah keseluruhan


mahasiswa 1B-TPJJ Politeknik Negeri Bandung, dan diisi hanya oleh satu per tiga
lebih nya atau sebelas orang. Berdasarkan dua diagram hasil kuisioner di atas, dapat
dilihat bahwa sembilan orang menyatakan bahasa yang santun sangat penting, dan
mayoritas dari pngisi kuisioner menyatakan bahasa yang mereka gunakan cukup
sampai selalu santun. Meski satu orang menyatakan sangat jarang.
4.1.1 Mahasiswa dengan Dosen
Mahasiswa adalah pihak yang menimba ilmu, sedangkan dosen adalah
fasilitator yang memberi mahasiswa peluang untuk mendapat ilmu. Dalam
hubungan ini tentu dosen berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada
mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai pihak yang lebih rendah dan
juga pihak yang membutuhkan peran dosen harus memiliki rasa hormat dan
adab sopan santun terhadap dosen. Rasa hormat dan sopan santun ini dapat
direalisasikan dari bagaimana mahasiswa berkomunikasi dan berprilaku
terhadap dosen.
Dalam berkomunikasi dengan dosen, mahsiswa harus memperhatikan
setiap kata yang disampaikannya. Baik penyampaian itu dilakukan secara
langsung, maupun lewat tulisan. Jangan sampai bahasa yang digunakan oleh
mahasiswa kepada dosen adalah bahasa yang tidak santun.
Berdasarkan data dan fakta, mahasiswa di kelas 1B-TPJJ Politeknik
Negeri Bandung memiliki tingkat kesantunan bahasa yang cukup tinggi ketika
berkomunikasi dengan dosen. Melalui hasil observasi, ketika mahasiswa ingin
membuka percakapan dengan dosen, mahasiswa selalu menggunakan kata salam
seperti “assalamualaikum” atau “selamat pagi” dan lain-lain. Selain itu,
mahasiswa juga selalu menggunakan kata “izin” atau “maaf” jika ingin bertanya
atau menyela perkataan dosen.

4.1.2 Mahasiswa dengan Mahasiswa


Mahasiswa pasti melakukan komunikasi yang intens dengan sesama
mahasiswa sekelasnya. Komunikasi ini dilakukan baik ketika jam
perkuliahan atau diluar waktu kuliah. Setiap diskusi yang dilakukan sesama
mahasiswa dalam kelas perlu bahasa yang mudah dimengerti satu sama lain.
Selain itu mahasiswa juga harus menggunakan bahasa yang memberi
kenyamanan satu sama lain. Karena berada di lingkungan pendidikan, maka
bahasa yang digunakan tidak hanya sekedar saling dimengerti dan nyaman
digunakan saja, tetapi juga harus santun.
Pada kenyataannya penggunaan bahasa santun di kelas 1B-TPJJ
Politeknik Negeri Bandung ini jarang digunakan sebagai sarana
berkomunikasi satu sama lain. Tanpa memandang apakah sedang melakukan
kuliah atau tidak mahasiswa cenderung menggunakan bahasa sesuai
keinginan hati. Tanpa memandang apakah ada dosen atau tidak, sesekali
terdengar mahasiswa yang berkomunikasi satu sama lain mengatakan bahasa
yang tidak santun.

Diagram diatas berisikan data yang didapat dari sebelas orang yang
mengisi kuisioner. Dari sebelas orang, hanya lima orang yang tidak pernah
berkata kasar (tidak santun) ketika ada kehadiran dosen di ruang kelas. Meski
sedikit, tetapi ternyata merupakan sebuah fakta bahwa mahasiswa cenderung
berbahasa sesuka hati ketika berkomunikasi sengan mahasiswa lain, bahkan
ketika ada dosen.

Diagram kedua menunjukkan presentase mahasiswa yang sering


mendengar temannya berkata kasar. Hasilnya, sepuluh orang memilih skala
empat dan lima yang artinya mereka selalu mendengar teman mereka
(sesama mahasiswa kelas 1B-TPJJ) berkata kasar.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Semakin seseorang memiliki bahasa yang santun, semakin juga ia memiliki
pribadi yang baik. Bahasa yang santun berbanding terbalik dengan bahasa yang kasar.
Artinya semakin seseorang tidak berbahasa kasar, maka semakin santun dirinya.
Tingkat kesantunan bahasa seseorang ini dipengaruhi oleh di lingkungan mana ia
tumbuh dan berkembang. Semakin lingkungan baik, maka semakin baik juga
bahasanya.
Bahasa santun merupakan bahasa yang penting dipahami dan dikuasai oleh
semua orang. Bahasa yang santun memberikan kemudahan kepada setiap orang untuk
memahami maksud dan tujuan yang diinginkan penutur. Bahasa ini harusnya sudah
menjadi bahasa yang secara sadar atau tidak sadar akan keluar dari mulut seseorang.
Pada kenyataannya bahasa yang santun sulit untuk diterapkan kedalam
kehidupan sehari-hari, husunya kedalam kehidupan sekolah atau kampus. Sekolah
atau kampus menjadi tempat dimana orang-orang dididik untuk memiliki ilmu
pengetahuan yang luas dan adab serta akhlak yang mulia. Yang mana adab dan akhlak
mulia ini salah satunya dapat tercermin dari perkataan yang santun.
Pada ruang lingkup Mahasiswa kelas 1B-TPJJ Politeknik Negeri Bandung,
penggunaan bahasa santun tidak begitu dipedulikan. Menurut hasil observasi dan
pengisian kuisioner, memang benar bahwa mahasiswa kelas 1B-TPJJ menggunakan
bahasa yang santun ketika berkomunikasi dengan dosen. Tetapi yang terjadi ketika
mereka berkomunikasi dengan sesama mahasiswa sangatlah berbeda, mereka solah-
olah tidak peduli akan bahasa yang santun. Meskipun juga mereka sadar bahwa
bahasa yang santun sangatlah penting untuk dipahami dan dikuasai sebagai sarana
berkomunikasi dengan siapapun.
DAFTAR PUSTAKA

Armita, Dina (2022) Bahasa Kasar (abussive language) dan Dampaknya Bagi
Perkembangan Perilaku Anak di Desa Pelem. Ponorogo: Institut Agama Islam Negeri

Chear, Abdul. 2000. Kesantuan Berbahasa. Jakarta: Renika Citpa.

Gani, E., Syahrul, R., Halawa, N . (2019). KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA


DALAM TINDAK TUTUR. (21)

Hartanti, Rosyidah (2016) Etika Berbahasa.


https://bahasauhamka.wordpress.com/2013/01/26/etika-berbahasa/diunuh

Kemdikbud. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diambil dari KBBI Kemendikbud :
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Bahasa%20kasar

Muslich, Masnur (2016) Kiprah dan Idealismenya.


Masnur Muslich: KESANTUNAN BERBAHASA: SEBUAH KAJIAN
SOSIOLINGUISTIK (muslich-m.blogspot.com)

Rosidin, Odin. (2010). Kajian Bentuk, Kategori, dan Sumber Makaian, Serta Alasan
Penggunaan Makian Oleh Mahasiswa. Tesis. Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya.
Program Studi Linguistik. Universitas Indonesia, Depok.

Anda mungkin juga menyukai