Anda di halaman 1dari 3

A.

Hakikat Bahasa dan Belajar Bahasa

1. Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa dilihat dari aspek ‘bunyi/isyarat’, simbol (huruf/gambar), dan


‘makna’. Dari ketiga aspek ini dapat didefenisikan bahwa ‘bahasa’ adalah suatu bunyi
ujaran/isyarat yang dapat dismbolkan melalui huruf/gambar yang berbeda-beda,
masing-masing bunyi/isyarat, simbol/gambar tersebut memiliki makna yang berbeda-
beda pula1.

Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh
kelompok sosial tertentu untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi
diri. Bahasa merupakan alat komukasi sosial yang berupa sistem simbol bunyi yang
dihasilkan dari ucapan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan saran
untuk berinteraksi dengan manusia lainnya di masyarakat, untuk kepentingan interaksi
sosial itu, maka dibutuhkan wahana komunikasi yang disebut bahasa2.

2. Belajar Bahasa

Belajar bahasa pada dasarnya bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan


menggunakan bahasa dalam berbagai keperluan. Vallete dan disk (dalam Wardani,
2001:12-14) mengelompokkan tujuan-tujuan pembelajaran bahasa berdasarkan atas
keterampilan dan jenis perilakunya. Secara hierarkis ia mengurutkan mulai dari
keterampilan yang paling sederhana sampai ke paling luas. Keterampilan-
keterampilan tersebut dibedakan antara perilaku internal dan perilaku eksternal.
Urutan keterampilan tersebut sebagai berikut.
- Keterampilan mekanis, keterampilan yang paling sederhana, berupa hafalan atau
ingatan. Dalam keterampilan ini peserta didik menghafal dan mengingat bentuk-
bentuk bahasa yang paling sederhana dan paling kompleks. Misalnya, dimulai
dengan mendengarkan beberapa kosakata baru, membaca suku kata, kelompok
kata, dan kalimat. Jenis perilaku internal yang terbentuk dalam diri peserta didik

1
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Cetakan ke-3 (Jakarta: Kencana,
2017), hlm. 2
2
Zulfahmi, Abdul Basit. Bahasa Indonesia: Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi
(Padang: 2021), hlm. 7
adalah persepsi terhadap perbedaan dua unsur bahasa atau lebih. Perilaku
eksternal (produktif) yang terbentuk, yaitu peserta didik meniru ujaran dan tulisan
bahasa yang dipelajarinya.
- Keterampilan pengetahuan, berupa demonstrasi pengetahuan tentang fakta
kaidah bahasa yang dipelajari. Jenis perilaku internal (reseptif) yang terbentuk
adalah pengenalan (metacognition), yaitu peserta didik mengenali kaidah bahasa
yang dipelajarinya. Perilaku eksternal (produktif) yang terbentuk pada tahap ini
adalah mengingat, yaitu peserta didik menunjukkan bahwa ada ingatan tentang
informasi kaidah kebahasaan yang sudah diberikan.
- Keterampilan transfer, yaitu peserta didik menggunakan pengetahuan dalam
situasi baru. Artinya, penerapan kaidah yang disesuaikan dengan konteks bahasa
yang dihadapinya. Perilaku internal yang terbentuk adalah kemampuan reseptif,
yaitu peserta didik memahami wacana atau paragraf. Perilaku eksternal yang
terbentuk pada tahap ini adalah aplikasi, yaitu peserta didik berbicara atau
menulis dalam situasi latihan atau melibatkan diri dalam simulasi (misalnya,
dalam kegiatan tanya jawab, dialog, diskusi, atau pidato).
- Keterampilan komunikasi, yaitu penggunaan bahasa yang dipelajari sebagai
sarana komunikasi. Perilaku internal yang terbentuk pada tahap ini adalah
pemahaman, yaitu peserta didik memahami ucapan tulisan dan tanda kultural
yang belum pernah dipelajari dalam situasi yang baru. Perilaku eksternal yang
terbentuk pada tahap ini adalah ekspresi diri, yaitu peserta didik menggunakan
bahasa secara lisan atau tertulis untuk menyatakan dirinya, menyatakan gagasan
atau ide. Pada tahap ini peserta didik membuat karangan sederhana, cerpen, karya
tulis/karya ilmiah, atau teks pidato.
- Keterampilan kritik, yaitu kemampuan menganalisis dan mengevaluasi karangan
atau karya tulis maupun lisan. Perilaku internal yang terbentuk pada tahap ini
adalah analisis, yaitu peserta didik memperjelas unsur-unsur sastra cerpen atau
roman atau menguraikan penggunaan bahasa, hubungan antara paragraf, serta isi
sebuah karya tulis. Perilaku eksternal yang terbentuk adalah sintesis, yaitu
merencanakan serta melaksanakan belajar dalam bahasa yang dipelajarinya3.

3
Irham, Belajar Bahasa dan Strategi Pembelajaran Bahasa Pada Peserta Didik Tingkay Sekolah
Menengah Pertama (Bima: Jurnal Guding Word, Vol. 03 No. 01, 2020), hlm. 48-49
Dalam proses pembelajaran bahasa perlu dikembangkan “tata cara
memudahkan” atau yang biasa disebut dengan metodologi yang tentu saja proses
pembelajarannya tidak terlepas dari adanya peran guru. Guru memerlukan cara-cara
atau metode-metode tertentu dalam usaha memudahkan proses pembelajaran bahasa.
Pada umumnya, guru selalu berusaha untuk menggunakan metode yang paling efektif.
Guru selalu mencari metode-metode penyajian materi pembelajaran yang lebih baik
untuk memudahkan dalam membelajarkan siswa4.

Guru dan siswa merupakan komponen utama dalam pembelajaran. Dalam


pembelajaran, guru bertanggung jawab mengatur dan mengelola lingkungan sekolah
dan pencapaian tujuan pendidikan sesuai arah yang diinginkan. Guru harus mampu
mengelola seluruh proses kegiatan pembelajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi
belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien5.

4
Andri Wicaksosno & Ahamad Subhan Roza. Teori Pembelajaran Bahasa: Suatu Catatan Singkat,
(Jakarta: Garudhawaca, 2015), hlm. 32
5
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 98

Anda mungkin juga menyukai