1. Pendekatan Struktural
Teori tata bahasa struktural menempatkan tata bahasa atau struktur sebagai fokus
perhatian. Struktur tata bahasa dianggap sama dengan pola-pola kalimat. Pandangan
strukturalis mengenai struktur bahasa adalah mengasosiasikannya dengan fonem
sebagai unit fonologi (sistem bunyi) dan morfem sebagai unit tata bahasa. Morfem-
morfem terdiri dari kombinasi fonem-fonem dan kalimat terdiri dari kombinasi morfem-
Secara lebih khusus, Enrig dan McCloskey dalam Ghazali (2013) memberikan
tujuh kriteria untuk mengorganisasikan kelas untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemerolehan bahasa, khususnya di antara anak-anak kecil di sekolah dasar. Kriteria
tersebut menuntut aktivitas-aktivitas kelas yang bertujuan meningkatkan hal-hal
berikut.
a) Kolaborasi: Siswa perlu memperoleh kesempatan untuk berinteraksi
dengan siswa lain untuk memecahkan persoalan dan menemukan
solusinya dengan jalan bekerja sama.
b) Tujuan: Aktivitas harus diorganisasikan sehingga dapat dilaksanakan
atau diselesaikan dengan partisipasi anak secara aktif (misalnya,
pertunjukkan drama, proyek ilmu pengetahuan)
c) Minat: Minat siswa berkenaan dengan topik dan tujuan perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan kurikulum
d) Pengalaman siswa sebelumnya: Para siswa harus memperoleh
kesempatan untuk saling bertukar pengalaman sosiokultural satu sama
lain dalam kelas(misalnya liburan, gambar kampung halaman atau
teman-teman mereka).
4. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang dilakukan guru untuk
mampu menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari sebagai bekal untuk memecahkan masalah
dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Prinsip pembelajaran yang
dilaksanakan adalah pembelajaran bermakna. (meaningful learning).
Pembelajaran yang dilakukan terkait dengan kehidupan nyata dan siswa
memahami manfaat dari pembelajaran yang dilaksanakannya serta siswa
merasakan penting untuk belajar demi kehidupannya di masa depan.(Kratf, 2000:
33). Impelementasi dalam kegiatan pebelajaran terlihat melalui guru mengaitkan
KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. Guru dapat meminta siswa
menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri. Diharapkan siswa
dapat menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari.
Pendekatan kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang harus
diperhatikan, antara lain konstruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar,
permodelan, refleksi, dan asesmen autentik. Sementara itu, sebelas kata kunci
yang terdapat pendekatan kontekstual antara lain kerja sama, saling menunjang,
gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, penggunaan
berbagai sumber, siswa aktif, suasana kelas menyenangkan, sharing ‘berbagi’
dengan teman, siswa kritis, dan guru kreatif.