RANGKUMAN
“BAHASA DAN SASTRA INDONESIA’’
Nama : INDRI ANA WATI
Nim : 2019070151
Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya,
lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaannya.
bahasa Indonesia mulai diberikan ditingkat sekolah dasar sejak di kelas 1. Materi pembelajaran bahasa
Indonesia secara garis besar terdiri atas enam aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca,
menulis, kebahasaan, dan apresiasi bahasa dan sastra Indonesia. ( Esti Ismati dan Faraz Umaya, 2012:
46) Dalam mencapai tujuan pembelajaran bahasa yang diinginkan sangat dipengaruhi oleh pendekatan
pendidik yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk
menetapkan suatu metode yang akan dilakukan.
1. Berbagai Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Pendekatan adalah cara umum seorang guru
memandang persoalan atau objek sehingga diperoleh pesan tertentu. Menurut Tarigan,
pendekatan adalah seperangkat asumsi yang bersifat aksiomatik mengenai hakikat bahasa,
pengajaran, bahan, dan belajar bahasa yang digunakan sebagai landasan dalam merancang,
melakukan, dan menilai proses belajar bahasa (Tarigan, 1995:5). Menurut Anthony (dalam Esti
Ismati dan Faraz Umaya, 2012:76), pendekatan(approach) adalah sekumpulan asumsi yang
terkait dengan hakikat bahasa dan hakikat belajar bahasa. Pendekatan bersifat aksioma,
menggambarkan hakikat subjek yang akan diajarkan secara benar.
a. Pendekatan tujuan Pendekatan tujuan dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam setiap kegiatan
belajar mengajar yang harus dipikirkan dan ditetapkan dulu adalah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan adanya tujuan yang telah ditetapkan akan mudah menentukan metode dan teknik apa
yang akan digunakan dalam pembelajaran, dan akan tercapai apa yang ditetapkan. (Isah
Cahyani, 2012:74). Jadi, menurut pendekatan ini proses belajar mengajar harus dapat
menentukan terlebih dulu oleh tujuan yang akan dicapaidan bagaimana cara untuk mencapai
tujuan itu sendiri.
b. Pendekatan Struktural Pendekatan struktural merupakan salah satu pendekatan yang
digunakan dalam proses pembelajaran bahasa. Pendekatan ini dilandasi dengan asumsi bahwa
bahasa sebagai akidah. Pendekatan truktural lebih menitikberatkan pada penguasan tata bahasa
atau kaidah -kaidah bahasa. Pembelajaran bahasa menurut pendekatan ini difakuskan pada
pengetahuan struktur bahasa yang mencakup fonologi, morfologi, dan sintaksis. Dalam hal ini
pengetahuan tentang struktur bahasa mencakup tentang suku kata, pola kata, dan pola kalimat.
c. Pendekatan Keterampilan Proses Pendekatan keterampilan proses adalah suatu kegiatan
belajar mengajar yang terfokus pada pelibatan peserta secara aktif dan kreatif dalam proses
pemerolehan hasil belajar. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan intelektual, 79
Terampil, Vol 3, Nomor 3, Desember 2014 keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Menurut
pendekatan proses, peserta didik tidak hanya diberikan materi apa harus dipelajari, tapi juga
belajar bagaimana cara mempelajarai bahasa itu sendiri.
d. PendekatanWhole Language Whole language adalah salah satu pendekatan pembelajaran
bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara utuh, tidak terpisah-pisah. Pendekatan whole
languageadalah cara untuk menyatukan pandangan tentang pembelajaran bahasa, dan juga
tentang orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran (Esti Ismati dan Faraz Umaya, 2012:90).
Karakteristik dalam pendekatan ini bahasa adalah sebagai materi pembelajaran, isi
pembelajaran, dan proses pembelajaran. Dalam tulisan ini penulis akan menfokuskan pada salah
satu pendekatan pembelajaran bahasa yaitu, pendekatan whole language.
Pendekatan whole languageberasumsi bahwa bahasa merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisah-pisahkan, oleh karena itu pembelajaran komponen bahasa (fonem, morfem,
klausa, kalimat, wacana) dan keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis) harus dapat disajikan secara utuh dalam situasi yang nyata (autentik) dan bermakna
kepada peserta didik.
Di bawah ini akan dijelaskan empat keterampilan bahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca,
dan menulis:
a. Menyimak
Menyimak adalah kegiatan memahami pesan. Mneyimak dapat dipandang dari berbagai
aspek, sebagai suatu sarana, sebagai suatu keterampilan, sebagai suatu seni, sebagai suatu
proses, sebagai suatu respons, atau sebagai suatu pengalaman kreatif.
b. Berbicara
Kegiatan berbicara adalah kegiatan yang tidak dapat dilepaskan dalam keseharian
kehidupan kita sebagai manusia.Sehingga sejak dini melalui mata pelajaran Bahasa
Indonesia siswa dilatih untuk belajar bicara.
c. Membaca Membaca pada hakikatnya merupakan sesuatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak hanya selafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikoliguistik, dan metakognitif. (Farida Rahim, 2007:2)
d. Menulis
Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya.
Jadi, pada dasarnya dapat disimpulkan esensi dari pendekatan whole language merupakan
suatu cara untuk mengembangkan bahasa atau mengajarkan bahasa yang dilakukan
menyeluruh yang meliputi keterampilam mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Keterampilan-keterampilan ini memiliki hubungan yang interaktif dan whole language
merupakan kunci pertama disekolah untuk mendorong anak untuk menggunakan bahasa
dan belajar bahasa dengan cara tidak terpisah-pisah. Diharapkan melalui pendekatan whole
language kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik dapat tercapai
secara holistik, dan dapat terus dikembangkan secara operasional dan menyeluruh.
a. Pencelupan (immersion);
guru menciptakan lingkungan yang memungkinkan pembelajar melaksanakan program
celup dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari dalam menggunakan: bahasa guru,
bahasa teman sebaya, bahasa buku-buku, percakapan informal, nahasa di kelas
informal lagu percakapan informal, ahasa dikelas informal, bahasa yang didapat lagu.
b. Demonstrasi;
c. guru terlibat dalam peragaan pemakaian bahasa sebagai sumber pengayaan dan data
bagi pembelajar dalam menformulasikan struktur kalimat, mengembangkan makna, dan
memperoleh berbagai konvensi pemakaian sosial, pemakaian bahasa di masyarakat
(pragmatik).
c. Keterlibatan;
pembelajar harus dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran, dimana ada perasaan
nyaman dan aman bagi pembelajar. d. Harapan; guru harus punya harapan bahwa
pembelajar akan dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran selaras dengan pola atau
fase perkembangan mereka.
e. Tanggung jawab;
pembelajar diberikan kesempatan, kepercayaan, dan tanggung jawab untuk
menentukan apa yang mereka pelajari.
f. Pemakaian;
dalam kegiatan pembelajaran ini dilakukan ide belajar bahasa secara serentak, yaitu: (1)
memahami bahasa, (2) mencoba menggunakannya, dan (3) pembelajar mempelajari bahasa
pada saat bahasa tersebut digunakan.
g. Aproksimasi; para guru yakin bahwa kekeliruan merupakan hal yang wajar dalam proses
belajar bahasa. Kekeliruan yang dibuat oleh pembelajar merupakan pertanda bahwa
pembelajar sedang dalam proses belajar. h. Respons dan umpan balik; keterlibatan guru
secara aktif dalam percakapan dengan pembelajar dapat menjadi model untuk
mengembangkan sintaksis, semantik, dan pragmatik. Respon yang diberikan oleh guru di
kelas hendaknya tidak bersifat mengancam atau menakutkan. (Ahmad Rafiuddin dan
Darmiyati Zuhdi, 2001:140 -144)
g. Aproksimasi;
para guru yakin bahwa kekeliruan merupakan hal yang wajar dalam proses belajar bahasa.
Kekeliruan yang dibuat oleh pembelajar merupakan pertanda bahwa pembelajar sedang
dalam proses belajar.
h. Respons
dan umpan balik; keterlibatan guru secara aktif dalam percakapan dengan pembelajar dapat
menjadi model untuk mengembangkan sintaksis, semantik, dan pragmatik. Respon yang
diberikan oleh guru di kelas hendaknya tidak bersifat mengancam atau menakutkan.
(Ahmad Rafiuddin dan Darmiyati Zuhdi, 2001:140 -144)
(4) merasa senang mencoba dan praktik baca tulis tanpa takut kritikan,
(5) mengevaluasi kemajuan mereka sebagai bagian alamai dari semua pengalaman belajar.
Menurut Tengku Alamsyah (2001: 21-22)