Anda di halaman 1dari 70

KegiatanBelajar 4

1
KegiatanBelajar 4

Capaian A.CAPAIANKEGIATAN BELAJAR

Kegiatan Belajar 4
A. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
1. Memahami karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
2. Memahami pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran bahasa
3. Menguasai Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas rendah
4. Menguasai Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas tinggi

2
KegiatanBelajar 4
A.CAPAIAN Sub KEGIATAN

BELAJAR Capaian
Kegiatan Belajar 4
B. Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda diharapkan
1. Menganalisis karakteristik pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
2. Menjelaskan pengertian pendekatan pembelajaran bahasa
3. Menjelaskan jenis-jenis pendekatan pembelajaran bahasa
4. Menjelaskan pengertian metode dan teknik pembelajaran bahasa
5. Menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas rendah
6. Menyusun rencana pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas tinggi
7. Merancang, melaksanakan, dan menilian pembelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia
3
KegiatanBelajar 4
A. Karakteristik Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Pembelajaran Bahasa Indonesia seyogiyanya harus memperhatikan
karakteristik pembelajaran bahasa yang akan diajarkan di SD, berikut ini merupakan
karakteristik pelajaran Bahasa Indonesia di SD (Hartati, dkk. 2012)
1. Terintegrasi
2. Menyeluruh
3. Tematik (Kelas rendah 1, 2, dan 3)
4. Kontekstual
5. Komunikatif
6. Mementingkan proses
7. PAIKEM

B. Pengertian Pendekatan
Dalam istilah belajar mengajar, kita mengenal pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran. Ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda walaupun
dalam penerapannya ketiga-tiganya saling berkaitan. Anthony (dalam Ramelan,
1982) mengatakan bahwa pendekatan mengacu pada seperangkat asumsi yang
saling berkaitan dan berhubungan dengan sifat bahasa serta pengajaran bahasa.
Definisi lain menyebutkan bahwa pendekatan merupakan sikap atau pandangan
tentang sesuatu yang biasanya berupa asumsi atau seperangkat asumsi yang
berhubungan dengan sesuatu. Oleh karena itu, pendekatannya bersifat aksiomatis,
artinya tidak perlu dibuktikan lagi kebenarannya. Di dalam pengajaran bahasa,
pendekatan merupakan pandangan, filsafat atau kepercayaan tentang hakikat
bahasa, dab pengajaran bahasa yang diyakini oleh guru bahasa (Solchan,2008).
Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi tentang
bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap bahasa sebagai
kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai suatu sistem komunikasi
yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi yang menganggap bahasa sebagai
seperangkat kaidah. Asumsi-asumsi tersebut menimbulkan adanya pendekatan-
pendekatan yang berbeda, yakni:
1) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa berarti
berusaha membiasakan diri menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Penekanannya ada pada pembiasaan.

4
KegiatanBelajar 4
2) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa belajar berbahasa berarti
berusaha untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara lisan. Tekanan
pembelajarannya terletak apda pemerolehan kemampuan berkomunikasi.
3) Pendekatan yang mendasari pendapat bahwa dalam pembelajarn bahasa yang
harus diutamakan ialah pemahaman akan kaidah-kaidah yang mendasari
ujaran, tekanan, pembelajaran pada aspek kognitif bahasa, bukan pada
kemampuan menggunakan bahasa (Zuchdi, dkk, 1997).
Dalam penggunaannya, bahasa memiliki wujud yang bervariasi. Variasi atau
ragam bahasa dapat dikelompokkan berdasarkan pemakai dan pemakaiannya.
Berdasarkan pemakainya, ragam bahasa dapat dilihat dari segi (a) asal daerah
penutur, yang melahirkan dialek geografis, (b) kelompok sosial, yang melahirkan
dialek atau ragam sosial dengan segala variannya, dan (c) sikap berbahasa, yang
melahirkan ragam resmi dan tak resmi atau keseharian. Bertolak dari pemakaiannya,
ragam bahasa dapat dilihat dari sudut (a) bidang perbincangan, yang melahirkan
ragam ilmiah, ragam sastra, ragam jurnalistik, dan ragam-ragam lainnya, (b)media
berbahasa, yang memunculkan ragam lisan dan tulis, serta (c) situasi berbahasa,
yang memunculkan ragam baku dan tak baku. (Solchan, T. W, 2008)
Dalam melaksanakan program KBM, pendekatan yang dipilih pada dasarnya
merupakan tuntutan untuk menjadikan siswa sebagai pusat dari pembelajaran. Peran
guru dalam pembentukan pola KBM di kelas tidak hanya ditentukan oleh didaktik-
metodik “apa yang akan dipelajari saja, melainkan pada “bagaimana menyediakan dan
memperkaya pengalam belajar anak”. Pengalaman belajar ini diperoleh melalui
serangkaian kegiatan yang mengeksplorasi secara aktif lingkungan alam, lingkungan
sosial, lingkungan buatan, serta berkonsultasi dengan nara sumber.
Dalam merancang KBM bahasa Indonesia terdapat beberapa pendekatan
yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut:

1. Pendekatan Whole language


Pendekatan whole language atau pendekatan menyeluruh teah diperkenalkan
oleh Jerome Harrte dan Carolyn Burke pada tahun 1977, sesudah itu Doroty Waston
menyusul dengan istilah “Teachers Whole Language” (TAWL) pada tahun 1978
kemudian Ken Goodman memperkenalkan kaidah ini dengan nama “Whole Language
Comperhension Centered Reading Program” pada tahun 1979 (Syafi’ie, 2009).

5
KegiatanBelajar 4
Pembelajaran bahasa mengacu pada pendekatan Whole language sehingga
dalam implementasinya digunakan pendekatan integratif. Syafi’ie (1996)
mengemukakan pendapatnya bahwa dalam pengertian yang luas, integratif dapat
diartikan sebagai penyatuan berbagai aspek ke dalam satu keutuhan yang padu.
pelaksanaan pembelajaran bahasa berdasarkan konsep integratif mengacu pada
pengembangan dan penyajian materi pelajaran bahasa secara terpadu. lingkungan
proses belajar mengajar bahasa yang dilandasi keterpaduan mengacu pada
pandangan tentang hakikat bahasa whole language.
Keterpaduan dalam pengajaran bahasa mencerminkan adannya pandangan
whole language yaitu pandangan tentang kebenaran mengenai hakikat proses
belajar dan bagaimana mendorong rposes tersebut agar berlangsung secara optimal
di kelas. Godman mengemukakan beberapa prinsip whole language dalam
pengajaran bahasa yaitu (1) program pembinaan baca-tulis di sekolah harus
dikembangkan berdasarkan kenyataan proses belajar yang sesungguhnya dan
memanfaatkan motivasi yang bersifat intrinsic, (2) strategi membaca dan menulis
dikembangkan dalam pemakaian bahasa yang relevan, fungsional dan bermakna,
(3) perkembangan kemampuan menguasai keterampilan membaca dan menulis
mengikuti dan dimotivasi oleh perkembangan fungsi-fungsi membaca dan menulis.
Robb juga mengemukakan prinsip pengajaran bahasa dengan pendekatan whole
language yang berpijak pad a(1) keterampilan berbahasa diajarkan secara terpadu,
(2) isi pembelajaran dengan pengetahuan dan pengalaman siswa, dan (3) perolehan
pengalaman belajar siswa dengan kenyataan penggunaan bahasa yang
diorientasikan pada wawasan whole language. selain itu terdapat ciri-ciri
pendekatann whole language, yakni (1) menyeluruh (whole/cooperative), (2)
Bermakna (Meanigful), (3) Berfungsi (Function), (4) Alamiah (Natural/Authentic)
Didasarkan pada pendekatan pengajaran bahasa yang berwawasan whole
language maka pembelajaran bahasa Indonesia harus memiliki keterpaduan antara
(1) pembelajaran komponen kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan, (2) isi
pembelajaran dengan pengetahuan dan pengalaman siswa, dan (3) perolehan
pengalaman belajar siswa dengan kenyataan penggunaan bahasa sesuai dengan
aktivitas penggunaan bahasa Indonesia dalam kehidupannya. Dengan adanya
pendekatan pengajaran bahasa yang diorientasikan pada wawasan whole language

6
KegiatanBelajar 4
maka dalam setiap pelaksanaannya, aktivitas pembelajaran bahasa tidak dilakukan
secara fragmentis melainkan utuh, padu sebagai suatu kesatuan.

Pendekatan Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan


bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glaserfeld,
1989, Matthews, 1995, dalam Suparno, 1997). Piaget (dalam Suparno, 1997)
mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil dari ciptaan manusia yang
konstruksikan dari pengalaman yang telah dialaminya. Proses pembentukannya
berlangsung secara terus menerus dengan menghubungkan antara pengalaman
yang baru dan pengalaman yang telah di dapatkannya sehingga menghasilkan
suatu pemahaman yang baru. Pada dasarnya belajar merupakan (I) Proses berpikir
secara aktif, (2) Proses berpikir sebagai upaya menghubungkan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki (skemata) dengan informasi atau masalah baru secara
kritis dan kreatif, (3) Proses berpikir yang secara potensial menuju dan membentuk
keutuhan berdasarkan “konstruksi” yang dilakukan, (4) Proses pembuahan
pemahaman yang akan melekat dan terkembangkan secara terus menerus apabila
berlangsung lewat penghayatan dan internalisasi. Aminuddin (1994) mengemukakan
contoh analogi bahwa sebagai pemahaman dan penghayatan pandangan
kontruktivisme, ketika guru membaca butir pembelajaran dengan kompetensi dasar
agar siswa mampu membaca teks bacaan dan memahami isinya maka guru akan
melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Berusaha memahami hal apa saja yang berhubungan dengan membaca teks
bacaan dan memahami isinya. Proses pemahamannya dipandu oleh hasil
belajar dan indikator pencapaian hasil belajar yang ditafsirkan cocok
digunakan sebagai landasan penjabaran butir pembelajaran.
b. Berusaha membangkitkan pengalaman serta pengetahuan yang relevan
dengan butir pembelajran tersebut, mempelajari buku tentang membaca,
bertanya kepada orang lain atau teman sejawat dan berdiskusi denganya.
c. Ketika menggambarkan perihal yang berhubungan dengan membaca teks
bacaan dan memahami isinya, tergambar berbagai kemungkinan yang bisa
dipilih. Dalam hal ini guru hanya memfokuskan perhatian pada jabaran yang (I)

7
KegiatanBelajar 4
sesuan dengan tingkat pengalaman dan pengetahuan siswa baik yang
diperoleh di dalam kelas maupun kehidupan sehari-harinya, (2) Memiliki
kesatuan hubungan dan menjanjikan terbuahkannya pemahaman secara
utuh, dan (3) Memiliki hubungan dengan aktivitas kehidupan siswa sehingga
jabaran yang dipilih benar-benar terhayati dan membuahkan pengalaman dan
pemahaman yang terkembangkan secara terus-menerus.
d. Menggambarkan bahan ajar yang mesti dipersiapkan untuk keperluan
pembelajaran di kelas, bentuk KBM yang membuahkan pemahaman,
penghayatan, pengalaman, internalisasi, dengan menyesuaikan alokasi waktu
bila dihubungkan dengan rentetan pertemuan sebelum dan sesudahnya.
Melihat dari apa yang dilakukan guru di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa
ketika guru akan melakukan pembelajaran dia harus (I) Memiliki pengalaman dan
pengetahuan menyangkut butir pembelajaran yang akan dianalisis, (2) mampu
menggambarkan pengalaman dan pengetahuan dalam bentuk-bentuk situasi kongkret
sesuai dengan “dunia, pengalaman, pengetahuan, dan kehidupan sehari-hari siswa”. (3)
Mampu memetakan berbagai lintas gambaran sehingga menjalin hubungan yang utuh.
(4) Mampu memetakan hubungan antara jabaran butir kompetensi dasar dengan materi
pokok yang dimanfaatkan di kelas, KBM, alokasi waktu, dan bentuk asesmen yang
mungkin dikembangkan, serta (5) Memprediksi bentuk-bentuk penguasaan isi
pembelajaran yang dibuahkan lewat proses belajar yang ditempuhnya. Sebagai contoh
ketika siswa ditugaskan membaca paragraph dalam bacaan, yang dapat diperoleh
bukan hanya pemahaman informasi menyangkut fakta, gagasan, pendapat dalam
paragraf, tetapi juga tentang kalimat utama, kalimat penjelasan, dan cara yang ditempuh
penulisnya dalam pengembangan paragraf.
Pada dasarnya salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan
saintifik siswa melalui kegiatan iteraksi dengan lingkungan, peristiwa dan informasi
disekitar siswa. Pandangan kontruktivisme menganggap semua peserta didik mulai dari
TK sampai perguruan tinggi memiliki gagasan/pengetahuan sendiri tentang lingkungan
dan peristiwa/gejala alam di sekitarnya meskipun gagasan/pengetahuan ini naïf atau
kadang-kadang salah. Mereka senantiasa mempertahankan gagasan/pengetahuan yang
dimiliki siswa terkait dengan gagasan/pengetahuan awal lain yang sudah tebangun
dalam wujud skemata (struktur kognitif) dalam benak siswa. Para ahli pendidikan
berpendapat bahwa inti kegiatan pendidikan adalah memulai

8
KegiatanBelajar 4
pelajaran dari “apa yang diketahui siswa”. Guru tidak dapat mendoktrinasi gagasan
spesifik supaya siswa mau mengganti dan memodifikasi gagasanya yang
nonsaintifik menajdi pengetahuan/gagasan saintifik. Dengan demikian, yang
mengubah gagasan siswa adalah siswa itu sendiri. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator penyedia “kondisi”supaya proses belajar untuk memperoleh konsep yang
benar dapat berlangsung dengan baik (Puskur, 2002).
Berikut beberapa kondisi belajar yang sesaui dengan filosofi kontruktivisme
antara lain sebagai berikut.
a. Diskusi atau curah pendapat yang menyediakan kesempatan agar semua
siswa mampu mengemukakan pendapat dan gagasan
b. Demonstrasi dan peragaan praktik keterampilan berbahasa
c. Kegiatan praktis lain yang memberi peluang kepada siswa untuk
mempertanyanyakan, memodifikasi, dan mempertajam gagasannya.
Hal tersebut sejalan dengan wawasan Whole language, proses pemebelajan
bahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, memahami kebahasaan dan
berapresiasi sastra) disikapi sebagai constructive process yang berlangsung
secara dinamis (Godman, 1986). Proses pembelajaran yang dilakukan dinyatakan
memuat gambaran wawasan whole language bila (I) Hasil belajar tentang bunyi,
kosakata, struktur, sastra, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis
memiliki kesinambungan dan keterpaduan, (2) Siswa mempelajari bahasa dalam
konteks pemakaian baik secara lisan maupun tulis, (3) Siswa mempelajari bahasa
sesuai dengan keragaman fungsi dan pemakaian, (4) Proses kreatif anak dalam
berbahasa lebih mendapatkan perhatian dibandingkan pemahaman ihwal
kebahasaan dan (5) guru mengadakan evaluasi proses dan hasil secara integratif
dengan menggunakan berbagai cara sebagai sumber dan bahan penilaian.

2. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan Komunikatif dimaksud untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi (yang selanjutnya disebut kompetensi komunikasi), yaitu kemampuan
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dalam konteks yang seutuhnya. Kegiatan
utama dalam kegiatan belajar-mengajar bahasa yang menggunakan pendekatan
komunikasi berupa latihan-latihan yang langsung dapat mengembangkan kompetensi

9
KegiatanBelajar 4
komunikasi yang dimiliki pembelajar; tidak hanya menguasai bentuk-bentuk bahasa,
tetapi sekaligus menguasai bentuk, makna, serta pemakaiannya.
Dalam pendekatan komunikatif pembelajaran berperan sebagai negosiator
antara dirinya dengan temannya, atau dengan obejek yang dipelajari. Pembelajaran
harus aktif berinisiatif melakukan kegiatan komunikasi. Untuk keperluan ini seringkali
disediakan teks, aturan atau kaidah gramatika tidak dibahas secara eksplisit,
pengaturan tempat duduk seringkali bersifat inkonvensional, pembelajaran
diharapkan lebih banyak berinteraksi dengan pembelajaran lain, dan kesalahan
yang tidak menganggu komunikasi ditolerir (Richard dan Rodgers, 1986).
Pendekatan komunikatif mengikuti pandangan bahwa bahasa pada
hakikatnya adalah alat komunikasi atau alat interaksi sosial. Dalam rambu-rambu
pembelajaran, antara lain dikemukakan: (a) Belajar BI pada hakikatnya adalah
belajar berkomunikasi, baik secara lisan maupun tulis, (b) Pembelajaran kebahasaan
untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan BI, dan (c) BI sebagai alat
komunikasi digunakan untuk bermacam-macam fungis sesuai dengan apa yang
ingin dikomunikasikan oleh penutur. Dalam penggunaan BI, faktor-faktor penentu
komunikasi (misalnya: partisipan tutur, topik tutur, tujuan tutur, dan situasi tutur)
harus selalu dipertimbangkan.

3. Pendekatan Writing Process


Pendekatan writing process merupakan pendekatan yang terfokus pada
siswa. Dalam pendekatan ini siswa diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan,
sikap, pengalaman dan keterampilan dalam pembelajarannya. Pendekatan proses
menulis merupakan pendekatan untuk mengamati pembelajaran menulis yang
penekananannya bergeser dari produk pada proses apa yang dipikir dan ditulis
siswa. Seperti yang dikemukakan oleh Tompkins (1990) yang menyatakan bahwa
pendekatan proses menulis yaitu pendekatan yang selain mementingkan kualitas
hasil tulisan, juga mementingkan tahap-tahap yang dilakukan dalam proses menulis.
Adapun tahapan pendekatan Writing Process menurut Tompkins (1990), sebagai
berikut:
1. Tahap pramenulis
a. Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri
b. Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis

10
KegiatanBelajar 4
c. Mengidentifikasi pembaca tulisan yang akan mereka tulis.
d. Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis.
e. Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah
mereka tentukan.
2. Tahap Penyusunan Draft Tulisan
a. Membuat draft kasar
b. Menulis konsep utama
c. Lebih menekankan isi dari pada tata tulis
d. Tahap perbaikan
Yang perlu dilakukan oleh siswa pada tahap merevisi tulisan ini adalah sebagai
berikut:
a. Membaca ulang draf kasar
b. Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok)
c. Berpatisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman-teman
sekelompok atau sekelas.
d. Mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik
dari yang mengajar maupun teman.
e. Membuat perubahan yang submitif pada draft pertama dan draft berikutnya,
sehingga menghasilkan draft terakhir.
3. Tahap penyuntingan (editing)
Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar adalah
sebagai berikut:
a. Membetulkan kesalahan bahasa tulisan.
b. Membantu membetulkan kesalahan bahasa dan struktur kata.
c. Mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulisan mereka sendiri.
d. Pembublikasian.
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi (sharing) atau publikasi
adalah sebagai berikut:
a. Mempublikasikan (memajang) tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan yang
sesuai.
b. Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan
C. Pengertian Metode dan Teknik Pembelajaran Bahasa Indonesia

11
KegiatanBelajar 4
Metode pembelajaran berbahasa merupakan rencana pembelajaran bahasa
yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara sistematis bahan
yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remedi dan bagaimana
pengembangannya. Hal itu dimaksudkan agar bahan ajar mudah dikuasai oleh
siswa. Pemilihan, penentuan dan penyusunan bahan ajar didasarkan pada
pendekatan yang akan digunakan. Dengan demikian, pendekatan merupakan dasar
dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran.
Metode pembelajaran mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan
bahan ajar serta kemungkinan pengadaan remedi dan pengembangan bahan ajar.
Setelah guru menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, kemudian guru
memilih bahan ajar yang telah dipilih itu, yang kemudian disesuaikan dengan tingkat
usia, tingkat kemampuan, kebutuhan serta latar bekang siswanya. Bahan ajar
tersebut kemudian disusun berdasarkan tingkat kesukaran, dimulai dari yang mudah
sampai ke yang sukar. Di samping itu guru juga harus merencanakan cara
mengevaluasi, mengadakan remedi serta mengembangkan bahan ajar. Sedangkan
teknik adalah upaya guru, usaha-usaha guru, atau cara-cara yang digunakan oleh
guru untuk mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam
kelas pada saat itu, jadi teknik ini bersifat implementasional.

D. Jenis-jenis Metode Pembelajaran Bahasa


1. Metode Langsung (The Direct Method)
2. Metode Alamiah (The Natural Method)
3. Metode Sugestipedia (Lozanov Method)
4. Metode Audio-Lingual
5. Metode Tatabahasa Pedagogis
6. Metode Psikologis (The Psychological Method)
7. Metode Fonetis (The Phonetic Method, Oral Method)
8. Metode Membaca (The Reading Method)
9. Metode Tatabahasa (The Grammar Method)
10. Metode Terjemahan (The Transilation Method)
11. Metode Tatabahasa- Terjemahan (The Grammar-Transilation Method)
12. Metode Eklektika (The Eclectic Method)
13. Metode Unit (The Unit Method)

12
KegiatanBelajar 4
14. Metode Pembatasan Bahasa (The Language Control Method)
15. Metode Mimikri – Memorisasi (The Mimicry-Memorazation Method)
16. Metode Teori-Praktik (The Theory-Practice Method)
17. Metode Cognate (The Cognate Method)
18. Metode Bi-Bahasa (The Dual – Language Method)

E. Jenis-jenis Teknik Pembelajaran Bahasa


1. Tanya jawab
2. Diskusi kelompok
3. Pemberian tugas
4. Studi kasus
5. Brainstorming
6. Eksperimen
7. Simulasi
8. Sosiodrama
9. Proyek
10. Portofolio
11. Permainan
12. Bermain peran/roleplaying
13. Conferencing/konferensi
14. Keterampilan proses
15. Demonstrasi
16. Pengalaman

13
KegiatanBelajar 4
F. Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas Rendah
1. Metode Pembelajaran Menyimak dan Berbicara
Aspek keterampilan menyimak pada hakikatnya adalah melatih pendengaran
dan daya ingatan. Aspek keterampilan menyimak bertujuan agar siswa mampu
menangkap, memilih, memahami, mengingat dan mengumpulkan informasi dari
pada yang disimak atau di dengar. Di kelas I dan II pelaksanaannya dapat dilakukan
dengan cara mendengarkan cerita yang disampaikan guru lewat story telling untuk
kemudian menjawab pertanyaan guru berkaitan dengan cerita tersebut, juga bisa
melalui teknik bisik berantai ataupun dikte.
Aspek keterampilan berbicara berkaitan dengan ucapan, baik ucapan bunyi-
bunyi bahasa, kata atau kalimat. Pengajaran ketermapilan berbicara bertujuan agar
siswa (1) dapat mengucapkan atau melafalkan dengan ucapan yang benar, (2)
dapat melagukan kata atau kalimat sesuai dengan konteks bahasa yang digunakan,
(3) terampil menggunakan bahasa lisan yang teratur dan baik, dan (4) tumbuh
keberaniannya untuk menyampaikan isi hati, ide dan perasaannya. Kegiatan
pembelajaran di kelas dapat dilakukan melalui kegiatan melafalkan kata atau kalimat
sesuai dengan gambar, lewat kegiatan bercerita atau bercakap-cakap, Tanya jawab,
atau pemberian tugas yang menuntut kemampuan berbicara siswa.
Peningkatan kemampuan berbicara yang sekaligus diintegrasikan dengan
keterampilan menyimak dapat dilakukan melalui penggunaan model belajar diskusi,
pidato, dialog, bermain peran yang juga diperkaya melalui simulasi kreatif bahasa
(roleplay) yang menyediakan beragam simulasi bahasa yang bisa dimanfaatkan
untuk meningkatkan keterampilan berbahasa siswa. Begitu pula dengan materi
pembelajaran kebahasaan dan kosakata secara implisit terintegrasi dalam uraian
materi empat keterampilan berbahasa di atas.

2. Metode Membaca dan Menulis Permulaan


Kaitan antara menulis dan membaca sangat erat sehingga tidak dapat
dipisahkan. Pada waktu guru mengajarkan menulis kata atau kalimat, siswa tentu
akan membaca kata atau kalimat tersebut. Kemampuan membaca diajarkan sejak
dini, sejak siswa masih kelas I maka kemampuan menulis pun diajarkan sejak dini
pula. Kemampuan menulis diajarkan di sekolah dasar sejak siswa di kelas I sampai
kelas IV. Kemampuan yang diajarkan di kelas I dan II merupakan kemampuan tahap

14
KegiatanBelajar 4
awal atau permulaan sehingga kegiatan menulis di kelas I dan II dikenal dengan
menulis di kelas permulaan.
Metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis pada hakikatnya sama
dengan metode yang digunakan dalam dalam pembelajaran membaca permulaan.
Persyaratan pembelajaran menulis permulaan seyogyanya siswa sudah bisa
membaca apa yang akan mereka tulis. Seperti pada kegiatan membaca permulaan,
pembelajaran menulis permulaan juga melalui dua tahapan yaitu tahap
prapembelajaran berkaitan dengan kesiapan menulis siswa dan tahap menulis
permulaan melalui kegiatan menjiplak/ mengebat, menyalin/ meniru, menatap,
menulis halus/ indah, dikte/ imlak, dan mengarang sederhana melalui berbagai
bimbingan.
Dalam proses pembelajaran membaca permulaan dapat digunakan berbagai
metode mengajar. Guru hendaknya tidak hanya menggunakan satu metode saja,
tetapi dengan multi metode mengajar, dan menyenangkan supaya siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian. Sebelum memulai proses
pembelajaran, guru kelas 1 selayaknya melakukan kegiatan persiapan membaca
permulaan.
a. Persiapan Membaca Permulaan
Langkah-langkah persiapan membaca permulaan:
1. Penguatan Prosedur Kelas ( siswa fokus dan tenang) dan Etika membaca
(menjaga kebersihan buku, berbagi bila buku digunakan bersama)
2. Cara duduk siswa (Posisi duduk tegak)
3. Cara membuka buku (Dari halaman depan ke belakang)
4. Mengatur jarak mata ke buku (Jarak pandang antara mata dan buku ± 40 cm)
5. Melatih cara membaca dari kiri ke kanan.

b. Metode Membaca Permulaan


1. Metode Abjad
Pembelajaran membaca permulaan dengan metode ini dimulai dengan
mengenalkan huruf-huruf secara alphabetis. Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan
dilafalkan anak sesuai dengan bunyinya menurut abjad. Untuk beberapa kasus,
anak susah membedakan huruf-huruf b, d, p, q atau n, u, m, w. Untuk itu guru

15
KegiatanBelajar 4
melatihkan huruf-huruf tersebut berulang-ulang atau dengan cara memberi warna
yang berbeda.
Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata dengan cara
merangkaikan beberapa huruf yang sudah dikenalnya.
Contoh : b dan a

dibaca

ba
c dan a

dibaca

ca
sehingga dua suku kata tersebut dibaca menjadi “baca” (memiliki makna bagi
anak).
Proses selanjutnya adalah mengenalkan kalimat sederhana.
Contoh : ani baca buku
Proses pembelajaran dari huruf, suku kata, kata, dan menjadi kalimat diupayakan
mengikuti prinsip pendekatan spiral (dari yang mudah ke yang sulit), komunikatif
(bahasa yang digunakan sehari-hari oleh anak), kontekstual ( sesuai dengan
lingkungan terdekat anak), dan konstruktivisme (pengalaman berbahasa anak).

2. Metode Eja/ Metode Bunyi (Spelling Method)


Metode ini hampir sama dengan metode Abjad. Perbedaannya terletak
pada sistem pelafalan abjad atau huruf ( baca: beberapa huruf konsonan).
Contoh :
Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan dengan e pepet, seperti pengucapan pada
kata ‘benar’
Huruf d dilafalkan /ed/
Huruf c dilafalkan /ec/
Huruf g dilafalkan /eg/
Huruf p dilafalkan /ep/
Langkah selanjutnya seperti pada metode abjad.

3. Metode Suku Kata (Syllabic method)


Metode ini diawali dengan pengenalan suku kata seperti ca, ci, cu, ce, co,
da, di, du, de, do ka, ki, ku, ke, ko, dan seterusnya. Suku-suku kata tersebut ,
kemudian dirangkaikan menjadi kata-kata bermakna. Contoh :
Cu – ci da – da ka – ki

16
Kegia Belaj 4
tan ar
Cu - cu du – di ka – ku

Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan proses perangkaian kata menjadi


kalimat sederhana.
Contoh perangkaian kata menjadi kalimat dimaksud, seperti tampak pada
contoh di bawah ini :
Ka – ki ku – da
Ba – ca bu – ku
Cu – ci ka – ki

4. Metode Kata (Whole Word Method)


Metode ini diawali dengan pengenalan kata yang bermakna, fungsional, dan
kontekstual. Sebaiknya dikenalkan dengan kata yang terdiri dari dua suku kata
terlebih dahulu. Kemudian mengenalkan suku kata tersebut dengan membaca kata
secara perlahan, dan memberikan jeda pada tiap suku kata. Hal ini dapat
dikombinasikan dengan gerakan tepukan tangan pada setiap suku kata. Tujuannya
merangsang motorik anak serta melatih anak mengenal penggalan suku kata.
(Guru tidak mengajarkan teori suku kata dan kata)

5. Metode Kalimat (Syntaxis Method)


Metode ini diawali dengan penyajian beberapa kalimat secara global. Kalimat-
kalimatnya didahului dengan cereita guru atau tanya jawab yang dilakukan antara
guru dan siswa. Penyajian metode ini dapat dibantu dengan gambar tunggal.

Foto seorang ibu


ini ibu nani

17
KegiatanBelajar 4
6. Metode SAS ( Structural, Analytic, Syntatic)
Pembelajaran metode ini diawali dengan menampilkan sebuah kalimat utuh.
Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna lengkap. Hal ini
dimaksudkan untuk membangun konsep-konsep kebermaknaan pada diri anak.
Akan lebih baik jika kalimat struktur kalimat yang disajikan sebagai bahan
pembelajaran adalah kalimat yang digali dari pengalaman berbahasa siswa. Untuk
itu, pada pendahuluan pertemuan, guru melakukan beberapa kegiatan untuk
menggali pengalaman berbahasa siswa. Misalnya dengan tanya jawab, bercerita,
dan menunjukkan gambar. Kemudian melalui proses analitik, anak-anak diajak untuk
mengenal konsep kata. Kalimat utuh tersebut diuraikan menjadi kata, suku kata, dan
huruf. Pada tahap selanjutnya, tahap sintesis dilakukan dengan menyatukan kembali
huruf-huruf tersebut menjadi suku kata, kata, dan kalimat.

Contoh :
ini mama
in mama
i
ni ma ma
i
i m a m a
n i
ni ma ma
i
ini mama

7. Metode 4 Tahap Steinberg (Four Steps Steinberg Method)


Menurut Steinberg (1982) ada empat tahap (langkah) dalam
pembelajaran membaca permulaan, yaitu:
1) Mengenal kata dan maknanya.
Contoh: membaca kata dengan gambar.

bola

18
KegiatanBelajar 4
2) Memahami kata yang dibacanya (membaca kata tanpa gambar)
Contoh:
Bola
3) Membaca frase atau kalimat
Contoh :ini bola itu
bola
ini bola budi
itu bola budi
4) Membaca teks / wacana
Contoh :bola
ini bola budi
bola budi bagus
bola budi warna merah
budi senang main bola

Berdasarkan jenis-jenis metode di atas, ditinjau dari segi pedagogi dan


psikologi (karakteristik anak), semua metode tersebut dapat digunakan dengan cara
mengkombinasikan antara metode yang satu dengan lainnya. Di samping itu dapat
juga menggabungkan beberapa metode yang unggul, disesuaikan dengan
karakteristik anak dan kemampuan guru. Gabungan beberapa metode ini disebut
metode eklektik.

c. Persiapan Menulis Permulaan Langkah-langkah


persiapan membaca permulaan :
1. Penguatan Prosedur Kelas (siswa fokus dan tenang) dan Etika membaca
(menjaga kebersihan buku, berbagi bila buku digunakan bersama)
2. Cara duduk siswa (Posisi duduk tegak)
3. Cara membuka buku (Dari halaman depan ke belakang)
4. Mengatur jarak mata ke buku (Jarak pandang antara mata dan buku ± 40 cm)
5. Cara memegang pensil
6. Melatih cara menggerakan pensil dari kiri ke kanan
7. Latihan membuat bulatan (lingkaran) atau setengah lingkaran.
8. Latihan membuat garis-garis lurus (lurus, miring, datar)

19
KegiatanBelajar 4
9. Menyambungkan titik-titik menjadi sebuah garis lurus atau garis lengkung
10. Menyambungkan garis-garis menjadi sebuah bentuk.
11. Latihan menulis di udara
12. Latihan menulis dengan jari di atas pasir, tepung, meja, punggung teman.
13. Bagi anak yang mengalami kesulitan menulis biasanya motorik halusnya
belum berkembang dengan baik. Untuk mengatasinya dapat dibantu dengan
latihan motorik halus, seperti: meremas bola tenis, membuat bentuk benda
dari plastisin, memainkan jepitan kertas oleh ibu jari dan jari telunjuk,
membuka dan mengancingkan baju dengan tangan kanan, menalikan tali
sepatu, bertepuk tangan sambil mengucapkan atau membaca kata.

d. Metode Menulis Permulaan


Metode menulis permulaan akan mengikuti metode yang digunakan pada
metode membaca permulaan. Misal, jika guru menggunakan metode abjad
pada membaca permulaan maka akan menggunakan menulis permulaan
dengan metode abjad pula
Contoh siswa disuruh menyalin huruf: a, b, c, d, e, f, g, h, I, dst.

CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Satuan Pendidikan :
Tema : 3. Kegiatanku
Subtema : 1. Kegiatan di Pagi Hari
Pembelajaran : ke-6
Kelas / Semester : I (Satu) / 1 (Satu)
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan (5 x 35 Menit)

A. KOMPETENSI INTI (KI)


1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, santun, percaya diri, peduli, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangga, dan negara.

20
KegiatanBelajar 4
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati mendengar, melihat,
membaca dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
4. makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, sekolah.
5. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan
sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman
dan berakhlak mulia.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR CAPAIAN KOMPETENSI (ICK)

MATA KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR CAPAIAN


PELAJARAN KOMPETENSI (ICK)
Bahasa 3.8 Merinci ungkapan 3.8.2 Menjelaskan tiga cara
penyampaian terimakasih, menyampaikan
Indonesia
permintaan maaf, tolong, permintaan tolong.
dan pemberian pujian, 3.8.3 Menjelaskan tiga cara
ajakan, pemberitahuan, menyampaikan
perintah, dan petunjuk terimakasih.
kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa
yang santun secara lisan
dan tulisan yang dapat
dibantu dengan kosakata
bahasa daerah.
4.8 Mempraktikan ungkapan 4.8.2 Mempraktikkan cara
terimakasih, permintaan menyampaikan
maaf, tolong, dan permintaan tolong
pemberian pujian, dengan dengan benar.
menggunakan bahasa 4.8.3 Mempraktikkan cara
yang santun kepada orang menyampaikan
lain secara lisan dan tulis. terimakasih dengan
benar.
PPKN 3.1 Mengenal simbol sila-sila 3.1.3 Menjodohkan lima
pancasila dalam lambang simbol dengan butir
negara “Garuda sila-sila pancasila.
Pancasila”.
4.1 Menceritakan simbol- 4.1.3 Menceritakan simbol
simbol sila pancasila sila ke-2 pancasila
pada lambang garuda dengan benar.
pancasila.

21
Kegiatan Belajar 4
MATA KOMPETENSI DASAR (KD) INDIKATOR CAPAIAN
PELAJARAN KOMPETENSI (ICK)
Matematika 3.1 Menjelaskan makna 3.1.3 Mengurutkan bilangan
bilangan cacah sampai cacah 11-20 dengan
dengan 99 sebagai benar.
banyak anggota suatu
kumpulan objek.
4.1 Menyajikan bilangan 4.1.3 Menuliskan lambang
cacah sampai dengan 99 bilangan sesuai
yang bersesuaian dengan banyak benda dengan
banyak anggota kumpulan benar.
objek yang disajikan.

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Dengan metode make a match, siswa dapat menjodohkan lima simbol


dengan sila-sila pancasila.
2. Dengan tanya jawab, siswa dapat menceritakan makna simbol sila ke-2
pancasila dengan benar.
3. Dengan pengamatan video, siswa dapat menjelaskan tiga cara
menyampaikan permintaan tolong.
4. Dengan pengamatan video, siswa dapat menjelaskan tiga cara
menyampaikan terimakasih.
5. Dengan pengamatan video, siswa dapat mempraktikkan cara menyampaian
permintaan tolong dengan benar.
6. Dengan pengamatan video, siswa dapat mempraktikkan cara menyampaian
terimakasih dengan benar.
7. Dengan permainan berantai, siswa dapat mengurutkan bilangan cacah 11-
20 dari bilangan terbesar dengan benar.
8. Dengan permainan berantai, siswa dapat menuliskan lambang bilangan
sesuai banyak benda dengan benar.

C. MATERI PEMBELAJARAN
1. Bahasa Indonesia
Ungkapan
a. Cara menyampaikan permintaan tolong.
b. Cara menyampaikan terima kasih.
2. PPKn

22
KegiatanBelajar 4
Sila-sila pancasila
a. Simbol sila pancasila.
b. Makna simbol pancasila.

3. Matematika
Bilangan cacah
a. Bilangan 11-20.
b. Urutan bilangan 11-20.

E. PENDEKATAN DAN METODE PEMBELAJARAN


1. Pendekatan : Saintifik.
2. Metode/ Strategi : Pengamatan, make a match, tanya jawab dan permainan
berantai.

F. MEDIA, ALAT BANTU DAN SUMBER BELAJAR


1. Media
a. Video ungkapan minta tolong dan terimakasih.
b. Kartu make a match simbol dan sila pancasila dengan gambar
benda yang senilai dengan 11-20.
2. Alat Bantu
a. white board atau papan tulis.
b. Spidol hitam.
c. Proyektor.
d. Laptop.
3. Sumber Belajar
a. Kemendikbud RI. 2017. Tema 3 Kegiatanku Buku Tematik Terpadu
Kurikulum 2013 Buku Guru Kelas I SD. Jakarta: Pusat Kurikulum
dan Perbukuan Balitbang Kemdikbud RI.
b. Bahan ajar mengenai simbol sila pancasila, meminta
tolong, berterimakasih dan bilangan cacah.
c. Lingkungan sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.

23
KegiatanBelajar 4
G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Langkah-Langkah Pembelajaran
Waktu
Pendahuluan 1. Siswa menjawab salam yang diucapkan oleh 20
guru. Menit
2. Perwakilan siswa diminta untuk memimpin
berdo’a.
3. Siswa dicek kehadirannya oleh guru.
4. Siswa disiapkan secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran:
a. Memeriksa kelengkapan alat tulis dan buku
pelajaran.
b. Memeriksa kursi dan meja, kerapian
pakaian, cara duduk, dan kebersihan kelas.
c. Melakukan “Ice breaking” tepuk semangat.
5. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok oleh
guru. Satu kelompok beranggotakan 5 orang
siswa.
6. Siswa diajak oleh guru bernyanyi bersama-
sama lagu, “Garuda Pancasila”.
7. Siswa diberi waktu 10 menit untuk membaca
buku (literasi).
8. Siswa dan guru mengulas mengenai
pembelajaran sebelumnya.
9. Siswa melakukan apersepsi pembelajaran
yang akan dilakukan melalui tanya jawab
dengan bimbingan guru.
a. “Anak-anak, setiap pagi apa yang kalian
lakukan?”
b. “Jika hari libur, apa yang kalian lakukan?”
10. Guru memberitahukan mengenai
kegiatan/tema “Kegiatanku” dan Subtema

24
Kegiat Belaja
an r4
Alokasi
Kegiatan Langkah-Langkah Pembelajaran
Waktu
“Kegiatanku di Pagi Hari” serta tujuan
pembelajaran yang akan disampaikan.

Inti 1. Siswa menyimak video mengenai permintaan 120


tolong dan terimakasih. Menit
2. Siswa dan guru melakukan tanya jawab
mengenaicaramemintatolongdan
terimakasih.
3. Setiap siswa mempraktikkan cara meminta
tolong dan berterimakasih, dengan pengundian.
4. Siswa dan guru melakukan tanya jawab
mengenai sikap ketika meminta tolong dan
terimakasih kepada orang tua dan teman
termasuk sila yang mana.
5. Siswamenyebutkansila-silapancasila
bersama-sama.
6. Siswa menyimak penjelasan guru mengenai
cara bermain make a match.
a. Setiap kelompok akan diberikan satu papan
bersaku dan satu set kartu make a match.
b. Siswa memasukkan kartu-kartu tersebut
pada saku yang terdapat pada papan secara
berpasangan.
c. Setiap kelompok akan diberikan waktu untuk
memasangkan kartu-kartu tersebut.
d. Jika sudah selesai, perwakilan kelompok
akan maju dan menjelaskan hasil
menjodohkan kelompoknya.
7. Siswa bermain make a match dengan
bimbingan guru.

25
Kegiatan
Belajar 4
Alokasi
Kegiatan Langkah-Langkah Pembelajaran
Waktu
8. Perwakilan kelompok mengomunikasikan hasil
diskusi kelompoknya dan siswa lain
menanggapi.
9. Siswa mengamati kartu simbol sila ke-2
pancasila.
10.Siswa dan guru melakukan tanya jawab
mengenai arti simbol sila ke-2 pancasila.
11. Siswa menceritakan arti simbol sila ke-2
pancasila, melalui pengundian.
12.Siswa diberi pertanyaan oleh guru mengenai
jumlah sandwich yang ada pada video.
13.Siswa melihat gambar sandwich yang ada di
balik kartu simbol dan sila pancasila.
14.Siswa menyimak penjelasan guru mengenai
cara bermain permainan berantai tentang
mengurutkan bilangan cacah 11-20.
a. Setiap kelompok akan berbaris di belakang
meja yang sudah terdapat satu papan
bersaku dan satu set kartu banyaknya
benda.
b. Siswa mengurutkan banyak benda dari
yang paling banyak hingga paling sedikit
dengan cara memasukkan kartu tersebut
pada saku yang terdapat pada papan.
c. Siswa yang berada paling depan memiliki
kesempatan untuk memilih kartu dan
memasukkannya pada saku papan.
d. Jika siswa tersebut sudah memasukkan
kartu pada saku papan, maka ia berbaris di
barisan paling belakang.

26
Kegiatan
Belajar 4
Alokasi
Kegiatan Langkah-Langkah Pembelajaran
Waktu
e. Siswa yang ada di belakang siswa pertama
tadi secara otomatis berada paling depan,
dan memiliki kesempatan seperti siswa
pertama tadi. Begitu seterusnya sampai
kartu habis.
15. Siswa bermain permainan berantai tentang
mengurutkan bilangan 11-20 dari bilangan
paling banyak.
16. Siswa menuliskan banyak sandwich yang ada
pada setiap kartu.
17. Siswa dan guru melakukan tanya jawab
mengenai hasil permainan berantai mengenai
kesesuaian urutan gambar dengan jumlah
bilangannya.

Penutup 1. Siswa dan guru melakukan refleksi (kesan dan 40


kesuliatan) tentang kegiatan pembelajaran Menit
yang telah berlangsung.
2. Siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan
guru.
3. Siswa mengerjakan lembar penilaian individu.
4. Siswa diberikan tindak lanjut berupa pekerjaan
rumah (PR).
5. Siswa diinformasikan oleh guru rencana
kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
6. Siswa dikondisikan oleh guru untuk mengakhiri
kegiatan pembelajaran dengan doa bersama.

H. PENILAIAN
Kisi-kisi Penilaian Siswa

27
Kegiatan
Belajar 4
Indikator Capaian Tujuan Prosedur Jenis No
Bentuk Tes
Kompetensi Pembelajaran penilaian Tes Soal
3.1.3 Menjodohkan Dengan Hasil Tes Menjodohkan A1 sd
simbol metode make a Tertulis simbol dengan A5
pancasila match, siswa sila pancasila.
dapat
menjodohkan
lima simbol
dengan sila
pancasila.
4.1.3 Menceritakan Dengan tanya Proses Unjuk Menceritakan Rubrik
simbol sila ke-2 jawab, siswa arti. simbol sila 2
Kerja
pancasila dapat ke-2 pancasila
menceritakan
arti simbol sila
ke-2 pancasila
dengan benar.
3.8.2 Menjelaskan Dengan Hasil Tes Memberi tanda F
cara pengamatan Tertulis centang (√)
menyampaikan video, siswa pada jawaban
permintaan dapat yang sesuai
tolong. menjelaskan dengan cara
tiga cara menyampaikan
menyampaikan permintaan
permintaan tolong.
tolong.
3.8.3 Menjelaskan Dengan Hasil Tes Memberi tanda G
cara pengamatan Tertulis centang (√)
menyampaikan video, siswa pada jawaban
terimakasih dapat yang sesuai
menjelaskan dengan cara
tiga cara menyampaikan
terimakasih.

28
Kegiatan
Belajar 4
Indikator Capaian Tujuan Prosedur Jenis No
Bentuk Tes
Kompetensi Pembelajaran penilaian Tes Soal
menyampaikan
terimakasih.
4.8.2 Dengan Proses Unjuk Mempraktikan Rubrik
Mempraktikkan pengamatan Kerja ungkapan 2
cara video, siswa permintaan
menyampaikan dapat tolong.
permintaan mempraktikkan
tolong. cara
menyampaian
permintaan
tolong dengan
benar.
4.8.3 Dengan Proses Unjuk Mempraktikkan Rubrik
Mempraktikkan pengamatan Kerja uangkapan 2
cara video, siswa terimakasih.
menyampaikan dapat
terimakasih. mempraktikkan
cara
menyampaian
terimakasih
dengan tepat.
3.1.3 Mengurutkan Dengan Hasil Tes Isian Singkat B
bilangan permainan Tertulis
cacah 11-20. berantai, siswa
dapat
mengurutkan
bilangan cacah
11-20 dari
bilangan
terbesar
dengan benar.

29
Kegiatan Belajar
4
Indikator Capaian Tujuan Prosedur Jenis No
Bentuk Tes
Kompetensi Pembelajaran penilaian Tes Soal
4.1.3 Menunjukkan Dengan Hasil Tes Menuliskan C, D,
banyak benda permainan Tertulis lambang dan E
sesuai dengan berantai, siswa bilangan sesuai
bilangan yang dapat banyak benda.
disebutkan menuliskan
lambang
bilangan sesuai
banyak benda
dengan benar.

Kunci Jawaban dan Penskoran Lembar Penilaian

No
Mapel Kunci Jawaban Skor
Soal
PPKn A1 2
A2 2

A3 2

A4 2

A5 2
Skor maksimal 10
Matematika B 20-19-18-16-15-13-11 7
C 9 2
D 18 2
E KURSI DAN MEJA 4
Skor maksimal 15
Bahasa F No 2, 3, dan 5 6
Indonesia G No 1, 2, dan 5 6
Skor maksimal 12
Nilai = Skor perolehan x 100
Skor maksimal

30
KegiatanBelajar 4

Penialain Unjuk Kerja Siswa

Kriteria Penskoran Rubrik 1


Baik sekali Baik Cukup Kurang
Kriteria
(4) (3) (2) (1)
Menceritakan Hafal sila dan Hafal simbol, Hafal sila Hafal sila dan
arti simbol simbolnya, menjelaskan arti dan simbolnya
sila ke-2 menjelaskan arti simbol, simbolnya, namun tidak
pancasila simbol, memberikan menjelaskan tau arti
(Isi) memberikan contoh arti simbol. simbolnya.
contoh dikehidupan
dikehidupan sehari-hari.
sehari-hari.
Kelancaran Berbicara lancar Terdapat Banyak jeda Banyak diam.
bercerita tanpa tersendat- beberapa jeda saat
sendat. pendek saat bercerita.
bercerita.

Rublik 1 Menceritakan Arti Simbol Sila Ke-2 Pancasila


Skor
Kelancara
No Nama Siswa Isi Peroleha
n
n
1.
2.
3.
Ds
t
Skor maksimal adalah 8
Nilai = Skor perolehan x 100
Skor maksimal

Kriteria Penskoran Rubrik 2


Baik sekali Baik Cukup Kurang
Kriteria
(4) (3) (2) (1)
1. Pemilihan Memilih lebih Memilih 4 kata Memilih 4 kata Memilih kurang
kata dari 4 kata dan dan kata yang namun bukan dari 4 kata dan
kata yang baik baik kata yang baik bukan kata
yang baik
2. Intonasi Nadanya halus Nada halus Nada keras Nada keras dan
dan namun namun pengucapannya
pengucapannya cepat

31
Kegiat Belaja
an r4
Baik sekali Baik Cukup Kurang
Kriteria
(4) (3) (2) (1)
tidak terlalu pengucapannya pengucapannya
cepat cepat tidak cepat
3. Gestur Membungkukkan Senyum namun Senyum namun Tidak Senyum
badan dan tidak membusungkan dan
senyum membungkukkan dada membusungkan
badan dada

Rublik 2 Ungkapan Minta Tolong dan Terimakasih


Nam Minta Tolong Terimakasih
Skor
a
No Pemiliha Intona Gestu Pemiliha Intona Gestu Peroleha
Sisw
n Kata si r n Kata si r n
a
1.
2.
3.
4.
Ds
t
Skor maksimal adalah 12
Nilai = Skor perolehan x 100
Skor maksimal

Instrumen Penilaian Sikap Ketuhanan dan Sikap Sosial Kriteria Penskoran


Sikap Ketuhanan

No Butir Sikap Indikator


Melakukan doa dengan sungguh-sungguh.
1. Penghayatan Doa Membaca doa sebelum dan sesudah memulai
aktifitas
Melaksanakan ibadah sesuai agama yang
2. Ketaatan Beribadah dianutnya
Melaksanakan ibadah tepat waktu
Menjaga dan menghargai barang yang dimiliki
3. Bersyukur Mengucapakan syukur ketika berhasil melakukan
sesuatu

Lembar Observasi Sikap Ketuhanan


Hari/ Butir
N
Tangga Nama Siswa Sika Catatan Guru
o
l p
1.
2.

32
Kegiatan
Belajar 4
Kriteria Penskoran Sikap Sosial
No Butir Sikap Indikator
Tidak menyontek saat mengerjakan tugas / ujian individu
1. Jujur Tidak meniru utuh / menyalin / menjadi plagiat karya
orang lain
Datang tepat waktu
Patuh pada tata tertib aturan bersama / aturan sekolah
2. Disiplin
Mengerjakan/ mengumpulkan tugas sesuai dengan
waktu yang ditentukan
Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu
Mampu membuat keputusan dengan cepat
3. Percaya Diri Berani berpendapat, bertanya atau menjawab
pertanyaan
Tidak canggung dalam bertindak
Melaksanakan Piket Kelas
4. Tanggung Jawab Mengerjakan tugas yang diberikan
Menjaga baik barang milik sendiri

Lembar Observasi Sikap Sosial


Butir
No Hari/Tanggal Nama Siswa Catatan Guru
Sikap
1.
2.

Jurnal Penilaian Afektif (Tidak Terfokus/Insidental)


Hari / Tanggal Nama Siswa Kejadian Keterangan
No
1.
2.
dst

Refleksi Guru

..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................

33
KegiatanBelajar 4
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
..............................................................................................................................................................
.............................

Bandung, April 2018

Validator, Praktikan,

……………………………………... …………………………………..
NIP. NIP.

34
Kegiatan Belajar 4

G. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Kelas Tinggi


1. Pembelajaran Menyimak dan Berbicara
Pembelajaran menyimak dan berbicara di kelas tinggi tidak
berbeda jauh dengan pembelajaran di kelas rendah. Pada
pembelajaran menyimak di kelas tinggi kemampuan menyimak yang
harus dimiliki oleh siswa adalah:
1. Menyimak pada laporan orang lain, pita rekaman laporan mereka
sendiri, dan siaran-siaran radio dengan maksud tertentu serta dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan dengan hal
itu.
2. Memperhatikan keangkuhan dengan kata-kata atau ekspresi-
ekspresi yang tidak mereka pahami maknanya.
3. Menyimak secara kritis terhadap kekeliruan-kekeliruan, kesalahan-
kesalahan, proragnda-propaganda, petunjuk-petunjuk yang keliru.
4. Menyimak pada aneka ragam cerita puisi, rima kata-kata, dan
memperoleh kesenangan dalam menemui tipe-tipe baru.
Dalam mempraktikan pembelajaran menyimak, hendaknya juga
mengajarkan kepada siswa mengenai metode khusus yang bisa
dipergunakan ketika menyimak. Metode yang bisa digunakan dalam
pembelajaran menyimak, antara lain adalah:
1. Menyimak komprehensif
a. Menciptakan imageri
b. Mengkatagorisasikan
c. Mengajukan pertanyaan
d. Mencatat
e. Mengarahkan perhatian
2. Storytelling
3. Menyimak apresiatif

Pada pembelajaran berbicara di kelas tinggi hal yang perlu di


tingkatkan yaitu kepercayaan diri siswa. Berbahasa lisan di kelas tinggi

35
Kegiatan Belajar 4

harus lebih intensif dengan menggunakan metode yang dapat meningkatkan


kepercayaan diri siswa. kegiatan berbahasa lisan mencakup
(a) kegiatan berbucara informal, meliputi percakapan, menunjuk dan
menceritakan, serta diskusi, (b) kegiatan berbicara interpretatif meliputi,
pengisahan cerita dan pembacaan drama (c) kgeiatan lebih formal,
meliputi bermain drama, bermain peran, bermain boneka tangan,
penulisan naskah, dan produksi teater, dan sebagainya.
Adapun strategi lain yang dapat dilakukan dalam upaya
meningkatkan kemampuan berbahasa lisan siswa antara lain sebagai
berikut:
1) Ulang- ucap
2) Lihat- ucap
3) Memerikan
4) Menjawab Pertanyaan
5) Bertanya
6) Pertanyaan Menggali
7) Melanjutkan Cerita
8) Menceritakan Kembali
9) Percakapan
10) Parafrase
11) Reka Cerita Gambar
12) Bercerita
13) Memberi Petunjuk
14) Melaporkan
15) Bermain Peran
16) Wawancara
17)Diskusi
18)Bertelpon
19)Dramatisasi

36
Kegiatan Belajar 4

2. Metode Pembelajaran Membaca dan Menulis lanjut


Membaca di sekolah dasar terpilah menjadi dua bagian yaitu
membaca permulaan dan membaca lanjut. Membaca lanjut
dilaksanakan di kelas tinggi sekolah dasar (kelas 4-6). Membaca
lanjut menekankan pada bagaimana anak-anak dapat menangkap
pikiran, perasaan orang lain yang dikemukakan melalui bahasa dan
menekankan pada pemahaman isi bacaan. Oleh karena itu,
penguasaan yang lancar dari teknik membaca itu merupakan syarat
pertama yang tidak boleh dilupakan. Jenis-jenis membaca lanjut:

a. Membaca pemahaman
b. Membaca memindai
c. Membaca layap (sekilas)
d. Membaca nyaring (teknis)
e. Membaca dalam hati
f. Membaca indah
g. Membaca bersama
h. Membaca mandiri
Adapun metode pembelajaran membaca di kelas tinggi sebagai
berikut:
a. Melagukan puisi
b. Memerankan puisi
c. Berburu kata konotatif
d. Menggambar ilustrasi puisi
e. Meneruskan puisi
f. Mengawali dan mengakhiri cerita
g. Baca-ragakan
h. Baca-gambar
i. Diskusi konflik cerita

37
Kegiatan Belajar 4

Kegiatan pembelajaran menulis lanjut terdiri dari menulis


karya fiksi dan non fiksi. Menulis karya nonfiksi adalah cerita yang
disusun berdasarkan kenyataan, yang termasuk ke dalam karya
nonfiksi adalah surat, iklan, penguman, pidato, laporan dan
makalah. Sedangkan menulis karya fiksi adalaah tulisan yang
dibangun berdasarkan khayalan pengarangnya. Yang termasuk ke
dalam karya fiksi adalah novel atau cerpen.

Jenis-jenis menulis lanjut:


1. Menulis Narasi
2. Menulis Deskripsi
3. Menulis Eksposisi
4. Menulis Argumentasi
5. Menulis Persuasi
Metode yang dapat diterapkan pada pembelajaran menulis lanjut,
antara lain:
1. Menulis bersama
2. Menulis kolaboratif
3. Menceritakan pengalaman

38
Kegiatan Belajar 4

CONTOH RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN


KELAS 4 SD

Nama Sekolah : SD Nusantara


Kelas/Semester : IV/1
Tema : 1. Indahnya Kebersamaan
Subtema : 2. Kebersamaan Dalam Keberagaman
Pembelajaran ke :3
Fokus Pembelajaran : Bahasa Indonesia dan IPA
Alokasi Waktu : 4 x 30 menit (4 JP)

A. Kompetensi Inti

KI 1 : Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang


dianutnya
KI 2 : Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru, dan tetangganya.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4: Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan
dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.

39
Kegiatan Belajar 4

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


Bahasa Indonesia Kompetensi
Dasar
3.1 Menunjukkan gagasan pokok dan gagasan pendukung yang
diperoleh
dari teks lisan, tulis, atau visual.

4.1 Menata informasi yang didapat dari teks berdasarkan


keterhubungan antargagasan ke dalam kerangka tulis.

Indikator:

3.1.1 Mengidentifikasi gagasan pokok dan gagasan pendukung setiap


paragraf dari
teks tulis.
4.1.1 Menyajikan gagasan utama dan gagasan pendukung setiap
paragraf dari teks

tulis dalam bentuk peta pikiran.


4.1.2 Menyusun ringkasan berdasarkan peta pikiran.

IPA

3.6 Memahami sifat-sifat bunyi dan keterkaitannya dengan indera


pendengaran.
3.6 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan/atau percobaan
tentang sifat-sifat bunyi.

Indikator:

3.6.1 Menjelaskan sifat bunyi.


4.6.1 Membuat laporan tertulis hasil percobaan tentang sifat-sifat
bunyi.

40
Kegiatan Belajar 4

C. Tujuan Pembelajaran

1. Dengan menyimak teks permainan tradisional, siswa mampu


mengidentifikasi gagasan pokok dan gagasan pendukung setiap
paragraf dari teks tulis dengan mandiri.
2. Dengan menyimak teks tentang permainan tradisional, siswa mampu
menyajikan gagasan utama dan gagasan pendukung setiap paragraf
dari teks tulis dalam bentuk peta pikiran dengan tepat.
3. Dengan menyusun peta pikiran siswa mampu menyusun
kesimpulan dengan benar.
4. Dengan melakukan percobaan, siswa mampu menjelaskan sifat
bunyi memantul dan menyerap dengan benar.
5. Dengan melakukan percobaan, siswa mampu menyajikan laporan
tentang sifat bunyi memantul dan menyerap dengan sistematis.

D. Materi Pembelajaran
1. Teks bacaan permainan tradisional, “Congklak”.
2. Sifat-sifat bunyi

E. Pendekatan dan Metode Pembelajaran


1. Pendekatan Pembelajaran: Pendekatan Saintifik.
2. Metode Pembelajaran: Tanya jawab, diskusi, percobaan.

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran


Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Kegiatan 1. Siswa menjawab salam dari guru. 10 menit
Pendahulua 2. Siswa berdoa dipimpin oleh ketua kelas.
n 3. Guru mengecek kehadiran siswa.
4. Siswa melakukan “Tepuk Semangat”
5. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang tema,
tujuan, dan kegiatan yang akan dilakukan.

41
Kegiatan Belajar 4

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
6. Sambil bertepuk tangan siswa menyanyikan lagu
“Cublek Cublek Suweng” dilanjutkan dengan tanya
jawab isi lagu dan jenis permainan tradisional lainnya.
Kegiatan inti 1. Siswa membaca teks tentang permainan tradisional. 100
2. Siswa mencari/menemukan kata yang sulit/belum menit
diketahui artinya dalam teks.
3. Siswa mencari arti dari kata-kata sulit yang ditemukan
dalam kamus Bahasa Indonesia atau sumber lain.
4. Siswa menjawab pertanyaan berdasarkan teks.
5. Siswa secara berkelompok berlatih
menemukan gagasan pokok dan gagasan
pendukung pada paragraf dari teks.
6. Siswa membuat peta pikiran berdasarkan
gagasan pokok dan gagasan pendukung dari teks.
7. Siswa membuat kesimpulan/ringkasan
berdasarkan gagasan pokok yang telah ditemukan.
8. Perwakilan kelompok membacakan kesimpulan
yang telah dibuat dan ditanggapi oleh kelompok lain.
9. Guru memberikan penguatan terhadap hasil
diskusi kelompok.
10. Sebagai penghargaan, guru mengajak siswa untuk
meberikan tepuk tangan kepada setiap kelompok.
11. Sambil tetap bertepuk tangan siswa dan guru
menyanyikan lagu, “Cublek Cublek Suweng” (lagu
disesuaikan dengan daerah masing-masing) dan
permainan tepuk tangan yang lainnya.

42
Kegiatan Belajar 4

Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
12. Siswa dan guru bertanya jawab tentang bunyi tepukan,
misalnya, “Mengapa pada saat kita bertepuk tangan
mengeluarkan bunyi?”
13. Siswa membaca informasi tentang bunyi memantul
dan merambat.
14. Siswa kemudian membaca senyap informasi yang
terdapat pada buku tentang sifat bunyi.
15. Siswa secara berkelompok melakukan percobaan
sederhana tentang membunyikan beragam benda
yang dapat menghasilkan bunyi.
16. Siswa membunyikan beragam benda tersebut di dalam
dan di luar ruang kelas.
17. Siswa mencatat dan mendiskusikan hasil percobaan
18. Perwakilan kelompok menyajikan hasil percobaan
untuk mendapat tanggapan dari kelompok lain.
19. Guru memberi penguatan terhadap hasil kerja
kelompok.
Penutup 1. Siswa dan guru merangkum materi pembelajaran. 10 Menit
2. Siswa dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran .
3. Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan
pembelajaran pertemuan berikutnya.
4. Ketua kelas memimpin doa akhir pembelajaran.

G. Penilaian
1. Jenis Penilaian
- Penilaian pengetahuan : Tes Tertulis
- Penilaian keterampilan : Perbuatan
a. Penilaian Pengetahuan (KI 3)
1) IPA

43
Kegiatan Belajar 4

Penilaian pengetahuan dilakukan dengan pemberian soal


uraian singkat.
Soal:
1. Sebutkan sifat-sifat bunyi yang merambat dan dipantulkan!
2. Mengapa kita dapat mendengar suara dari sumber bunyi
yang cukup jauh?
3. Mengapa ketika di ruangan bunyi
bergema? Skor 1 = 4
4 x 100 = Nilai
12

2) Bahasa Indonesia
Penilaian pengetahuan dilakukan dengan pemberian teks.
Soal:

Teks
Congklak

Indonesia memiliki banyak permainan tradisional. Salah


satu permainan tradisional adalah congklak. Sampai saat ini
permainan congklak belum diketahui asal usulnya. Permainan
congklak sudah menjadi milik masyarakat Indonesia.
Alat permainan congklak sangat sederhana.
Peralatannya adalah kayu, batu dan biji-bijian. Kayu yang
digunakan memiliki lubang berjumlah 16. Tujuh lubang kecil
yang berhadapan dan dua lubang besar di antara kedua
ujung papan kayu. Biji atau batu yang digunakan berjumlah
98 (14x7). Biji yang digunakan dapat berupa biji buah sawo,
biji bunga tanjung, batu-batu kecil, dan benda lain dengan
ukuran yang sama.
Cara memainkan congklak sangat mudah. Congklak
dimainkan dua orang. Pada awal permainan setiap lubang

44
Kegiatan Belajar 4

kecil diisi dengan tujuh biji atau benda lainnya. Dua orang
pemain berhadapan. Salah seorang pemain memulai
dengan memilih lubang yang akan diambil dan meletakkan
satu biji ke lubang sebelah kanan lawan mainnya, dan
seterusnya. Permainan dianggap selesai bila tidak ada lagi
biji yang dapat diambil. Pemenangnya adalah yang
mendapatkan biji atau benda terbanyak.

SOAL
1. Tuliskan gagasan pokok pada setiap paragraf!
A. Paragraf1:
…………………………………………………………..
B. Paragraf2:
…………………………………………………………..
C. Paragraf3:
…………………………………………………………..
2. Tuliskan gagasan pendukung pada setiap paragraf!
A. Paragraf1:
…………………………………………………………..
B. Paragraf2:
…………………………………………………………..
C. Paragraf3:
…………………………………………………………..

Skor benar = 2
2 x 100 = Nilai
12

b. Penilaian Keterampilan (KI 4)


Penilaian keterampilan dilakukan dengan membuat peta pikiran
dan ringkasan teks

45
Kegiatan Belajar 4

1. Buatlah peta pikiran berdasarkan gagasan pokok dan gagasan


pendukung!
.........................................................................................................
...........
.........................................................................................................
...........
.........................................................................................................
...........
2. Buatlah ringkasan bacaan tersebut!
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………...

Rubrik Penilaian Bahasa Indonesia untuk Peta Pikiran dan


Ringkasan
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Perlu
(4) (3) (2) Pendampingan
(1)

Penyajian Menyajikan Menyajikan Menyajikan menyajikan


gagasan gagasan sebagian sebagian gagasan
pokok dan pokok dan besar kecil pokok dan
gagasan
gagasan gagasan gagasan gagasan
pendukung
pendukung pokok dan pokok dan pendukung
dalam peta
dalam peta pikiran gagasan gagasan dalam peta
pikiran dengan pendukung pendukung pikiran.
benar. dalam peta dalam peta
pikiran pikiran
dengan dengan
benar. benar.

Penyajian Menyajikan Menyajikan Menyajikan Belum dapat


gagasan gagasan sebagian sebagian menyajikan
pokok pokok besar kecil gagasan
menjadi menjadi gagasan gagasan pokok
ringkasan. sebuah pokok pokok menjadi
ringkasan menjadi menjadi ringkasan.
ringkasan ringkasan

46
Kegiatan Belajar 4

dengan dengan dengan


benar. benar. benar.

Rubrik Penilaian IPA tentang Laporan Hasil Percobaan Sifat


Bunyi
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Perlu
(4) (3) (2) Pendampingan
(1)

Sifat bunyi Menjelaskan Menjelaskan Menjelaskan Belum


memantul sifat bunyi sifat bunyi sifat bunyi mampu
dan memantul memantul memantul menjelaskan
merambat dan dan dan sifat bunyi
merambat merambat merambat memantul
berdasarkan berdasarkan berdasarkan dan
hasil hasil hasil merambat
percobaan percobaan percobaan berdasarkan
dengan dengan kurang hasil
lengkap. cukup lengkap. percobaan.
lengkap.

Laporan Menyajikan Menyajikan Menyajikan Belum


percobaan laporan laporan laporan mampu
tentang percobaan percobaan percobaan menyajikan
sifat bunyi tentang sifat tentang sifat tentang sifat laporan
memantul bunyi bunyi bunyi percobaan
dan memantul memantul memantul tentang sifat
merambat dan dan dan bunyi
merambat merambat merambat memantul
dengan dengan kurang dan
sistematis. cukup sistematis. merambat
sistematis. dengan
sistematis.

H. Media, Alat dan Sumber Belajar


1. Media/Alat : Teks bacaan, meja, botol, alat musik (sesuaikan
dengan media yang tersedia disekolah)

47
Kegiatan Belajar 4

2. Sumber Belajar :
a. Lingkungan sekolah,
b. Buku Guru Kelas IV Tema 1 Indahnya Kebersamaan. Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2015). Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Halaman 104-113.
c. Buku Siswa Kelas IV Tema 1 Indahnya Kebersamaan. Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013 (Revisi 2015) Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Halaman 99-108.

Bandung, Maret 2018


Kepala Sekolah Guru Kelas IV

(.....................................) (............................)
H. Evaluasi Pembelajaran Berbahasa
Evaluasi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dapat
dilakukan melalui tes maupun nontes.
1. Tes

Tes bahasa dan pembelajaran berbahasa terbagi ke dalam


beberapa komponen, yaitu kompetensi bahasa (kompetensi
linguistik), kompetensi berbahasa (kompetensi berbahasa
(kompetensi komunikatif), kompetensi bersastra.

1) Tes Kompetensi Bahasa

Menurut Brown (Nurgiyantoro, 2014) kompetensi bahasa


seseorang berkaitan dengan sistem bahasa, tentang struktur,
kosakata, atau seluruh aspek kebahasaan itu, dan bagaimana setiap
aspek tersebut saling berhubungan. Tes kompetensi bahasa adalah
tes yang dimaksudkan untuk mengungkap pengetahuan kebahsaan
peserta didik (Nurgiyantoro, 2014). Tes yang menyangkut

48
Kegiatan Belajar 4

kompetensi bahasa secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi


tes struktur dan kosakata. Struktur dan kosakata merupakan dua
aspek kebahasaan yang pentin untuk dikuasai karena tindak
berbahasa pada hakekatnya merupakan “pengoperasian” kedua
aspek tersebut. Tes struktur bahasa mencakup morfologi dan
sintaksis, baik secara terpisah dan bersama-sama.

Dalam kompetensi berbahasa berdasarkan jenis bahasa,


tes bahasa terdiri dari tes diskret, tes integratif dan tes pragmatik.

a. Tes diskret

Menurut Oller (dalam Nurgiyantoro, 2014) tes diskret


merupakan tes yang hanya menekankan atau menyangkut satu
aspek kebahsaan pada satu waktu. Tes diskret menyangkut tes
fonologi, morfologis, sintaksis semantik.

Tes fonologi menghendaki peserta didik tahu mengenai


fonem-fonem tertentu dalam sebuah kata

Contoh:

Semua kata dibawah ini mengandung diftong, kecuali....

a. menggapai
b. melambai
c. menamai *)
d. menumai

Tes fonologi yang dimaksud untuk mengukur


kemampuan menyimak dapat dilakukan dengan meminta
peserta didik mengenali perbedaan bunyi pada kata-kata
yang mirip

contoh:

49
Kegiatan Belajar 4

Tulisan S jika kedua kata yang diperdengarkan berikut


sama, dan D jika berbeda.

a. Sleep-slip
b. Ship-sheep
c. Heat-heat
d. Neat-knit

Tes struktur morfologis dan sintaksis dapat dilakukan


dengan meminta peserta didik untuk mengenali,
mengidentifikasi, menunjuk, atau membedakan bentuk-
bentuk tertentu.

Contoh tes morfologis misalnya meminta peserta didik


untuk mengenali jenis-jenis kata, imbuhan, nosi, bentuk
dasar suatu kata, dan sebagainya, sebagai beirkut:

Imbuhan pada kara kepribadian mempunyai


persamaan makna dengan imbuhan pada kata...

a. Berkeroncongan
b. Berkemampuan*)
c. Berkelepotan
d. Berkejaran

Contoh tes sintaksi misalnya, meminta pesera didik


untuk mengenali unsur-unsur kalimat, jenis kalimat, intonasi
kalimat, dan sebagainya, sebagai berikut:

Kalimat yang mengandung objek penyerta adalah...

a. Ia membacakan ibunya sebuah surat*)


b. Ia telah menyampaikan berita itu.
c. Ayahnya telah memberi kesempatan.
d. Setiap orang mengejakan tugasnya.

50
Kegiatan Belajar 4

2) Tes Kompetensi Berbahasa

Tes kompetensi berbahasa merupakan tindak mempergunakan


bahasa secara nyata untuk maksud berkomunikasi. Kompetensi
berbahasa dapat dibedakan menjadi kompetensi yang bersifat reseprif
dan produktif.

a. Reseptif

Tes kompetensi aktif reseptif terdiri dari dua macam kompetensi


yaitu kompetensi membaca dan menyimak. Bentuk tes untuk kompetenesi
menyimak biasanya diselenggarakan dengan memperdenarkan wacana
lisan sebagai bahan tes disertai dengan tugas yang dilakukan atau
menjawab pertanyaan (Idris, ....). Sedangkan
untuk tes membaca dilaksanakan dalam bentuk tes esai dengan
pertanyaan yang dapat dijawab dengan jawaban panjang dan lengkap.
Selain itu, tes membaca dapat pula disajikan dengan soal objektif,
seperti pilihan ganda, melengkapi, menjodohkan, atau bentuk
gabungan.

Adapun salah satu contoh penilaian untuk kompetensi


membaca, sebagai berikut:

Tabel 4.1

Contoh Penilaian Membaca

No Aspek yang dinilai Tingkat Kefasihan


1 2 3 4 5
1 Pemahaman isi teks
2 Pemahaman detil isi teks
3 Kelancaran pengungkapan
4 Ketepatan diksi

51
Kegiatan Belajar 4

5 Ketepatan struktur kalimat


6 Kebermaknaan penuturan
Jumlah Skor

b. Produktif

Tes kompetensi produktif terdiri dari dua macam kompetensi


berbahasa yakni komptensi berbicara dan kemampuan menulis.
Kegiatan berbicara merupakan kegiatan menghasilkan bahasa dan
mengomunikasikan ide dan pikiran secara lisan. Tes kemampuan
berbicara menuntut siswa menunjukan kemampuan dan
penguasaannya terhadap beberapa aspek dan kaisdah penggunaan
bahasa yang diungkapkannya. Contohnya seperi bercerita singkat,
menceritakan kembali dan berpidato. Adapun contoh penilaian dalam
berbicara salah satunya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Contoh Penilaian Tugas Menceritakan Kembali Buku Cerita

N Aspek yang dinilai Tingkat Capaian


o Kinerja
1 2 3 4 5
1 Ketepatan isi cerita
2 Ketepatan penunjukan detil cerita
3 Ketepatan logika cerita
4 Ketepatan makna keseluruhan cerita
5 Ketepatan kata
6 Ketepatan Kalimat
7 Kelancaran
Jumlah skor

52
Kegiatan Belajar 4

Sedangkan kegiatan menulis tidak jauh berbeda dengan kegiatan


berbicara, kegiatan menghasilkan bahasa dan mengimunikasikan pikiran
secara tertulis. Tes menulis dapat berupa menulis bebas atau menulis
berdasarkan rambu-rambu tertentu contohnya menulis puisi. Namun
sebaiknya untuk memudahkan siswa mengejarakannya dan guru
memeriksanya, bentuk menulis apapun sebaiknya ada rambu-rambu
sebagai petunjuknya.

Adapun contoh rubrik penilaian tugas menulis bebas dengan


pembobotan tiap komponen, sebagai berikut

Tabel 4.3

Contoh Penilaian Tugas Menulis bebas dengan Pembobotan Tiap


Komponen

No Komponen yang Dinilai Rentangan Skor


Skor
1. Isi gagasan yang dikemukakan 13-30
2. Organisasi isi 7-20
3. Tata Bahasa 5-25
4. Gaya: pilihan struktur dan kosakata 7-15
5. Ejaan dan tata tulis 3-10
Jumlah skor

Tabel 4.4

Contoh Rubrik Penilaian Tugas Menulis bebas dengan Pembobotan Tiap


Komponen

Profil Penilaian Karangan


Nama
Judul

53
Kegiatan Belajar 4

Isi Skor Kriteria


27-30 Sangat Baik-Sempurna: Padat informasi,
subtansif, pengembangan tesis tuntas dan
relevan dengan permasalahan dan tuntas.
22-26 Cukup Baik: informasi cukup, subtansi cukup,
pengembangan tesis terbatas, dan relevan
dengan masalah tetapi tidak lengkap.
17-21 Sedang cukup: informasi terbatas, subtansi
kurang, pengembangan tesis tidak cukup dan
tidak ada permasalahan.
13-16 Sangat kurang: tidak berisi, tidak ada subtansi,
tidak ada pengembangan tesis dan tidak ada
permasalahan.
Organisasi 18-20 Sangat Baik-Sempurna: ekspresi lancar,
gagasan diungkapkan dengan jelas, padat,
tertata dengan baik, urutan logis dan kohesif
14-17 Cukup Baik: kurnag lancar, kurang terorganisir,
tetapi ide utama terlihat, beban pendukung
terbatas dan urutan logis tetapi tidak lengkap.
10-13 Sedang cukup: tidak lancar, gagasan kacau,
terpotong-potong, urutan dan pengembangan
tidak logis.
7-9 Sangat kurang: tidak komunikatif, tidak
terorganisir, tidak layak nilai.
Kosakata 18-20 Sangat Baik-Sempurnaan: pemanfaatan [otensi
kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat
dan menguasai pembentukan kata
14-17 Cukup Baik: pemanfaatan kata agak canggih,
pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang
kurang tepat tetapi tidak mengganggu.

54
Kegiatan Belajar 4

10-13 Sedang cukup: pemanfaatan potensi kata


terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan
kosakata dan dapat merusak warna
7-9 Sangat kurang: pemanfaatan potensi kata asal-
asalan, pengetahuan tentang ksoakata rendah
dan tidak layak nilai.
Pengembangan 22-25 Sangat Baik-Sempurna: konstruksi kompleks
Bahasa tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan
penggunaan bentuk kebahasaan
18-21 Cukup Baik: konstruksi sederhana tetapi efektif,
kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, dan
terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak
kabur.
11-17 Sedang cukup: terjadi kesalahan serius dalam
konstruksi kalimat dan makna membingungkan
atau kabur
5-10 Sangat kurang: tidak mengetahui aturan
sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak
komunikatif dan tidak layan nilai
Mekanik 5 Sangat Baik-Sempurna: menguasai aturan
penulisan dan hanya terdapat beberapa
kesalahan ejaan.
4 Cukup Baik: kadang-kadang terjadi kesalahan
ejaan tetapi tidak mengaburkan makna.
3 Sedang cukup: sering terjadi kesalahan ejaan
dan makna membingungkan atau kabur.
2 Sangat kurang: tidak menguasai aturan
penulisan, terdapat kesalahan ejaan dan
tulisan tidak terbaca dan tidak layak nilai.
Jumlah

55
Kegiatan Belajar 4

Komentar

3) Tes Kompetensi Bersastra

Tes kompetensi bersastra terbagi menjadi beberapa bagian


diantaranya adalah tes puisi, fiksi dan drama. Tes berdasarkan teks
puisi biasanya yang paling sering ditanyakan adalah kandungan makna
puisi baik yang berupa tema, pesan, moral, dan makna konotasi.
Sedangkan untuk untuk tes untuk genre fiksi, baik cerpen maupun fiksi,
pada umuunya ada di sekitar tema, pesan, nilai-nilai, atau kandungan
moral, makna tersirat, perwatakan tokoh, jenis alur yang dipakai, alatar,
dan sarana retorika. Untuk tes drama sama halnya dengan teks fiksi,
tes berdasarkan teks drama hanya menampilkan kutipan-kutipan
sebagian dari drama tersebut seperti kutipan yang mengandung nama
tokoj, sedikit konflik, mungkin juga cerimanan tema, pesan, dan lain-
lain yang merupakan identitas drama yang bersangkutan yang
kesemuanya dijadikan bahan pembuatan soal tes (Nurgiyantoro,
2014). Sedangkan menurut Damianti (2007) tes kesastraam sebaiknya
diprioritaskan pada kemampuan apresiasi sastra yang meliputi

(1) Tes kesastraan tingkat informasi


Tes bentuk ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kemampuan
siswa yang berikaitan dengan data-data suatu karya sastra,
selanjutnya data-data tersebut digunakan untuk menfasirkan karya
sastra
(2) Tes kesastraan tingkat konsep
Tes bentuk ini berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana data-
data atau unsur-unsur yang ada pada karya sastra. Siswa dituntut
untuk mampu mengungkapkan data yang ada pada karya sastra
yang bersangkutan.
(3) Tes kesastraan tingkat perspektif

56
Kegiatan Belajar 4

Soal bentuk ini berkaitan dengan persepsi tentang bagaimana


pandangan siswa sebagai pembaca terhadap sebuah karya sastra.
Dengan memberikan pandangan dan reaksi terhadap karya sastra,
siswa dituntut untuk memahami karya sastra yang bersangkutan.
Siswa dituntut juga untuk menghubungkan antara sesuatu yang ada di
dalam karya sastra dengan sesuatu yang ada di luar karya sastra
(4) Tes kesastraan tinglat apresiasi
Soal bentuk ini berkaitan dengan usaha mengenali dan memahami
bahasa sastra melalui ciri-cirinya lalu membandingkan
keefektifannya dengan penuturan bahasa yang digunakan sehari-
hari. Untuk dapat menjawab soal bentuk ini siswa dituntut untuk
mengenali, menganalisis, menggeneralisasi, dan menilai bentuk-
bentuk kebahasaan yang digunakan dalam karya sastra yang
dianalisisnya.

2. Non Tes

Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, proses evaluasi


atau penilaian nontes dapat diperoleh melalui berbagai teknik, yaitu
penilaian performansi, penilaian proyek, dan penilaian portofolio

1) Penilaian Performansi
Penilaian performansi dikenal juga dengan sebutan penilaian unjuk
kerja atau perbuatan. Penilaian ini dilaksanakan pada saat atau setelah siswa
melakukan kegiatan pembelajaran. Penilaian performansi meminta siswa
untuk mendemonstrasikan kemampuannya berkomunikasi dalam berbagai
konteks secara langsung. Pengukurannya dapat menggunakan lembar
pengamatan (observasi) yang berupa format daftar cek, skala rating, atau
kotak isian yang terbagi atas kategori perilaku. Tingkat performansi dirinci
untuk setiap kategori. Misalnya, guru dapat mengisi daftar dengan satu tanda
centang (√ ) untuk performansi yang paling rendah, dua centang

57
Kegiatan Belajar 4

(√√ ) untuk menengah, dan tiga centang (√√√) untuk tingkat tinggi. berikut
contoh penilaian performansi:
Tabel 4.5
Contoh Penilaian Performansi untuk Membaca Puisi
No Apek yang dinilai Tingkat kemampuan
1. Ekspresi fisik 1 2 3 4
2. Vocal
3. Pemahaman
4. Penghayatan
5. Penampilan
Jumlah

Keterangan:

a. Deskripsi tingkat kemampuan


4 = baik sekali
3 = baik
2 = cukup
1 = kurang 13

b. Deskripsi kriteria skor setiap item


Ekpresi fisik
4= seluruh gerakan sangat sesuai dengan isi puisi
3= seluruh gerakan sesuai dengan isi puisi
2 = seluruh gerakan cukup sesuai dengan isi puisi
1 = seluruh gerakan tidak sesuai dengan isi puisi

Vokal
4 = pengucapan setiap kata dalam puisi sangat tepat
3 = pengucapan setiap kata dalam puisi tepat

58
Kegiatan Belajar 4

2 = pengucapan setiap kata dalam puisi cukup tepat


1 = pengucapan setiap kata dalam puisi kurang tepat

Pemahaman
4 = dapat memaknai puisi dengan penjiwaan yang sangat baik
3 = dapat memaknai puisi dengan penjiwaan yang baik
2 = dapat memaknai puisi dengan penjiwaan yang cukup baik
1 = tidak dapat memaknai puisi dengan penjiwaan yang baik

Penghayatan
4 = dapat menghayati isi puisi dengan sangat baik
3 = dapat menghayati isi puisi dengan baik
2 = dapat menghayati isi puisi dengan cukup baik
1 = tidak dapat menghayati isi puisi dengan baik

Penampilan
4 = sangat mengesankan penonton
3 = mengesankan penonton
2 = cukup mengesankan penonton
1 = tidak mengesankan penonton

2) Penilaian Proyek
Proyek adalah tugas yang harus diselesaikan dalam kurun waktu
tertentu. Tugas tersebut berupa investigasi dari pengumpulan,
pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyaji-an data. Pada praktik
di kelas, guru dapat menekankan penilaian proyek pada prosesnya dan
menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan dan memonitor
keterampilan siswa dalam merencanakan, menyelidiki, dan menganalisis
proyek. Siswa dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan pada
suatu topik, membuat pertanyaan, dan menyelidiki topik tersebut melalui

59
Kegiatan Belajar 4

bacaan, wisata, dan wawancara. Kemampuan yang dinilai menurut


Damaiant (2007) ialah:
1. keterampilan menyelidiki secara umum;
2. pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu;
3. kemampuan mengaplikasikan pengetahuan dalam suatu
penyelidikan;
4. kemampuan menginformasikan subjek secara jelas

3) Penilaian Portofolio
Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa yang menggambarkan
hasil kerja, pemikiran, minat, usaha, dan cita-cita siswa dalam bidang
tertentu. Portofolio membantu siswa melihat kembali pikiran, perasaan,
hasil kerja, dan perkembangan dalam kurun waktu tertentu (Harsiati,
2003). Kemampuan yang Dinilai Menurut Damaianti (2007), kemampuan
yang dapat dinilai melalui penilaian portofolio adalah:
1. penilaian formatif dan diagnostik;
2. memonitor perkembangan siswa dari hari ke hari yang berfokus
pada proses perkembangan siswa;
3. memberikan bukti penilaian formal;
4. mengikuti perkembangan pekerjaan siswa yang berfokus pada
proses dan hasil; mengoleksi hasil pekerjaan yang telah selesai
dan berfokus pada penilaian hasil akhir.

60
Kegiatan Belajar 4

Karakteristik pelajaran Bahasa Indonesia di SD antara lain


terintegrasi, menyeluruh, tematik (Kelas rendah 1, 2, dan 3), kontekstual,
komunikatif; mementingkan proses, PAIKEM.
Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi
tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap
bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai
suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi
yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah.
Pendekatan whole languge adalah pendekatan pembelajaran
bahasa yang berdasarkan konsep integratif mengacu pada
pengembangan dan penyajian materi pelajaran secara terpadu,
lingkungan proses belajar mengajar bahasa yang dilandasi keterpaduan.
Pendekatan kontuktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang
berpandangan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang
dikonstruksikam dari pengalaman atau dunia sejauh yang dialaminya.
Pendekatan komunikatif adalah pendekatan bahasa untuk
berkomunikasi dalam konteks yang seutuhnya. Kegiatan utama dalam
kegiatan belajar-mengajar bahasa yang menggunakan pendekatan
komunikasi berupa latihan-latihan yang langsung dapat mengembangkan
kompetensi komunikasi yang dimiliki pembelajar; tidak hanya menguasai
bentuk-bentuk bahasa, tetapi sekaligus menguasai bentuk, makna, serta
pemakaiannya
Pendekatan writing process merupakan pendekatan yang terfokus
pada siswa. Siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, pengalaman, dan keterampilan
dalam pembelajaran. Pendekatan proses menulis merupakan pendekatan
untuk mengamati pembelajaran menulis yang penekananannya bergeser
dari produk pada proses apa yang dipikir dan ditulis siswa. Tahap
pendekatan writing process yakni, tahap pramenulis, tahap penyusunan
draft tulisan, tahap penyuntingan.

61
Kegiatan Belajar 4

Metode pembelajaran berbahasa ialah rencana pembelajaran


bahasa yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara
sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan
remedi dan bagaimana pengembangannya.
Pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar dibedakan untuk
kelas rendah dan kelas tinggi. Metode yang dapat diterapkan di kelas
rendah terutama dalam membaca dan menulis permulaan antara lain
metode abjad, metode eja, metode suku kata, metode kalimat, metode
SAS, metode 4 tahap steinberg. Sedangkan metode pembelajaran
membaca di kelas tinggi diantaranya adalah melagukan puisi,
memerankan puisi, berburu kata konotatif, menggambar ilustrasi puisi,
meneruskan puisi, mengawali dan mengakhiri cerita, baca-ragakan, baca-
gambar, diskusi konflik cerit. Untuk metode menulis di kelas tinggi antara
lain menulis bersama, menulis kolaboratif, menceritakan pengalaman.

62
Kegiatan Belajar 4

Karakteristik pelajaran Bahasa Indonesia di SD antara lain


terintegrasi, menyeluruh, tematik (Kelas rendah 1, 2, dan 3), kontekstual,
komunikatif; mementingkan proses, PAIKEM.
Pendekatan merupakan dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi
tentang bahasa bermacam-macam, antara lain asumsi yang menganggap
bahasa sebagai kebiasaan; ada pula yang menganggap bahasa sebagai
suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan; dan ada lagi
yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah.
Pendekatan whole languge adalah pendekatan pembelajaran
bahasa yang berdasarkan konsep integratif mengacu pada
pengembangan dan penyajian materi pelajaran sevara terpadu,
lingkungan proses belajar mengajar bahasa yang dilandasi keterpaduan.
Pendekatan kontuktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang
berpandangan bahwa pengetahuan merupakan ciptaan manusia yang
dikonstruksikam dari pengalaman atau dunia sejauh yang dialaminya.
Pendekatan komunikatif adalah pendekatan bahasa untuk
berkomunikasi dalam konteks yang seutuhnya. Kegiatan utama dalam
kegiatan belajar-mengajar bahasa yang menggunakan pendekatan
komunikasi berupa latihan-latihan yang langsung dapat mengembangkan
kompetensi komunikasi yang dimiliki pembelajar; tidak hanya menguasai
bentuk-bentuk bahasa, tetapi sekaligus menguasai bentuk, makna, serta
pemakaiannya
Pendekatan writing process merupakan pendekatan yang terfokus
pada siswa. Siswa diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap, pengalaman, dan keterampilan
dalam pembelajaran. Pendekatan proses menulis merupakan pendekatan
untuk mengamati pembelajaran menulis yang penekananannya bergeser

63
Kegiatan Belajar 4

dari produk pada proses apa yang dipikir dan ditulis siswa. Tahap
pendekatan writing process yakni, tahap pramenulis, tahap penyusunan
draft tulisan, tahap penyuntingan.
Metode pembelajaran berbahasa ialah rencana pembelajaran
bahasa yang mencakup pemilihan, penentuan dan penyusunan secara
sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan
remedi dan bagaimana pengembangannya.
Pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar dibedakan untuk
kelas rendah dan kelas tinggi. Metode yang dapat diterapkan di kelas
rendah terutama dalam membaca dan menulis permulaan antara lain
metode abjad, metode eja, metode suku kata, metode kalimat, metode
SAS, metode 4 tahap steinberg. Sedangkan metode pembelajaran
membaca di kelas tinggi diantaranya adalah melagukan puisi,
memerankan puisi, berburu kata konotatif, menggambar ilustrasi puisi,
meneruskan puisi, mengawali dan mengakhiri cerita, baca-ragakan, baca-
gambar, diskusi konflik cerit. Untuk metode menulis di kelas tinggi antara
lain menulis bersama, menulis kolaboratif, menceritakan pengalaman.

64
Kegiatan Belajar 4

Akhadiah, S, dkk. (2012). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa


Indonesia. Jakarta: Erlangga
Aminudin. (1994). Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya
Sastra. Malang: FPBS IKIP
Chabib Thoha, M. (1991). Teknik evaluasi pendidikan. Semarang: CV.
Rajawali.
Damaianti & Vismaia, S. (2007). “Evaluasi dalam Pembelajaran”. Makalah.

Goodman, K. S. (1986). What's Whole in Whole Language? A


Parent/Teacher Guide to Children's Learning. Heinemann
Educational Books, Inc., 70 Court St., Portsmouth.
Harsiati, Titik. (2002). “Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia”. Makalah.
Harsiati, Titik. (2002). “Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia”. Makalah.
Hartati, T. dkk (2012). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di SD
Kelas Rendah. Bandung: UPI Press
Ibrahim, N & Yanti, P. G. (2017). Bahan Ajar Evaluasi Pembelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: UHAMKA
Nurgiyantoro, B. (2014). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE
Puskur. (2002). Kurikulum dan Hasil Belajar. Kompetensi Dasar Mata
Pelejaran Matematika Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.
Balitbang, Depdiknas.
Ramelan. (1982). Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran.
Jakarta: Departemen P dan K.
Richard, J. C dan Rodgers, T.S. (1986). Approach and Methods in
Language Teaching. Cambridge, UK: Cambridge University
Press

65
Kegiatan Belajar 4

Solchan, T. W. (2008). Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia di


SD. Jakarta: Universitas terbuka
Sukiman. (2012). Pengembangan Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan
Madani.

Suparno, P. (1997) Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan.


Yogyakarta: Kanisius.
Supriyadi, dkk. (2005). Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta :
Depdikbud
Syafi'ie, I. (2009). Pendekatan Whole Language dalam Pembelajaran
Bahasa. Bahasa dan Seni, 23(2).
Tompkins, G. E. (1990). Teaching Writing: balancing process and
product. New York: McMillan College Publishing Company
Zuchdi, Darmiyati dan Budiasih. (1997) Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud.

66

Anda mungkin juga menyukai