Anda di halaman 1dari 28

Ringkasan Materi

Berbagai Pendekatan, Metode dan Jenis Tes Menyimak,


Berbicara, Membaca dan Menulis

Kemampuan berbahasa seseorang tidak luput dari peristiwa komunikasi.


Di dalam komunikasi, manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,
gagasan, isi pikiran, maksud, realita, dan lain-lain. Sarana yang paling utama
sekali untuk memenuhi kebutuhan itu adalah bahasa. Dengan demikian, fungsi
dari bahasa itu sendiri ialah sebagai sarana komunikasi. Sejalan dengan hal
tersebut maka bahasa yang telah ditetapkan menjadi sarana dalam berkomunikasi
di Indonesia yaitu bahasa Indonesia.

Pendekatan Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis:

A. Pendekatan Tes Menyimak


Sebagai satu dari empat keterampilan berbahasa, menyimak
merupakan kemampuan yang memungkinkan seorang pengguna bahasa
memahami bahasa yang digunakannya secara lisan. Berdasarkan relalita yang ada,
banyaknya komunikasi yang dilakukan secara lisan, ketrampilan ini sangat
penting dimiliki oleh setiap pengguna bahasa. Tanpa kemampuan menyimak yang
baik, para pengguna bahasa akan menemui banyak kesalahpahaman dalam
komunikasi antara lawan tuturnya yang dapat menyebabkan berbagai hambatan
dalam kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu, kemampuan menyimak merupakan
bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa. Dalam
pengajaran bahasa, perkembangan dan tingkat penguasaan keterampilan
menyimak perlu dipantau dan diukur melalui penyelenggaraan tes menyimak.
1) Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif berdasarkan pandangannya
terhadap penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari. Seperti halnya
pendekatan pragmatik, pendekatan komunikatif meninggalkan pendekatan diskrit
dan pendekatan integratif yang struktural. Menurut pendapat Djwandono 1996:13
menyatakan bahwa sebagai suatu pendekatan dengan orientasi psikolinguistik dan

1
sosiolinguistik, pendekatan komunikatif mementingkan peranan unsur-unsur
nonkebahasaan, terutama unsur-unsur yang terkait dengan terlaksananya
komunikasi yang baik. Dalam pendekatan komunikatif, memperluas unsur
konteks dengan memperhatikan unsur-unsur yang mengambil bagian dalam
terwujudnya komunikasi yang baik. Sebagai akibatnya, pendekatan komunikatif
ini secara rinci mempersoalkan seluk beluk komunikasi yang merupakan tujuan
utama penggunaan bahasa. Seluk beluk komunikasi itu diantaranya meliputi
unsur-unsur seperti siapa yang berkomunikasi, bagaimana hubungan antarmereka
yang melakukan komunikasi, apa maksud dan tujuan dilakukannya komunikasi,
dalam keadaan bagaimana komunikasi terjadi, kapan dan bagaimana komunikasi
terjadi dan lain-lain. Penerapan pendekatan komunikatif berdampak terhadap
beberapa segi penyelenggaraannya, terutama jenis dan isi wacana yang digunakan,
kemampuan bahasa yang dijadikan sasaran, serta bentuk tugas, soal atau
pertanyaannya. Semua itu harus ditentukan atas dasar ciri komunikatifnya yaitu
hubungan dan kesesuaiannya dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi
senyatanya. Untuk memastikan apakah penyelenggaraan tes bahasa sesuai dengan
atau setidaknya mendekati ciri-ciri pendekatan komunikatif, perlu dikaji apakah
wacana yang digunakan, pertanyaan yang diajukan, dan jawaban yang diharapkan,
benar-benar sesuai dengan ciri-ciri penggunaan komunikatif. Apabila ciri-ciri
penggunaan bahasa secara komunikatif itu tdak ditemukan, bahkan tidak didekati
maka tes bahasa itu tidak dapat digolongkan sebagai tes bahasa berdasarkan
pendekatan komunikatif. Sebagai akibat dari pendekatan pengajaran bahasa
komunikatif yang banyak dianjurkan penggunaanya adalah kaitan antara tes bahaa
dengan penggunaan bahasa dalam konteks yang merupakan ciri tes pragmatik itu,
diberi tekanan yang lebih kuat dan makna yang lebih jelas. Hasilnya adalah tes
bahasa komunikatif. Terdapat tambahan unsur atau penekanan pada aspek
komunikatif, yang mempersyaratkan adanya kaitan yang jelas antara tes bahasa
dengan aspek-aspek nyata dalam komunikasi sebenarnya. Dalam komunikasi
sebenarnya, terkait sejumlah aspek nyata yang perlu diperhatikan, seperti bentuk
komunikasi tertentu, yang terjadi antara orang-orang tertentu, yang memiliki

2
bentuk hubungan tertentu, mengenai suatu hal tertentu, pada suatu keadaan
tertentu, serta dengan maksud dan tujuan tertentu.
Menurut Heaton 1988:19 menyatakan bahwa pendekatan
komunikatf kadangkala dihubungkan dengan pendekatan integratif. Akan tetapi
terdapat perbedaan yang fundamental pada kedua bentuk pendekatan tersebut. Tes
komunikatif didasarkan bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi.
Konsekuensinya banyak tugas yang menghubungkan antara siswa dengan realita.
Kelebihan dari pendekatan komunikatif adalah keefektifan komunikasi
dibandingkan bentuk linguistik formal.
Dapat disimpulkan bahwa pendekatan komunikatif dalam
hubungannya dengan tes bahasa memiliki keeratan, yakni terkait dengan
penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari yang sangat beragam sehingga
secara umum tidak dapat dinyatakan bahwa satu bentuk tes bahasa tertentu
merupakan bentuk tes komunikatif yang sesuai. Artinya, bentuk tes bahasa secara
beragam tetap harus disesuaikan dengan kriteria penggunaan bahasa yang
komunikatif dengan tetap memperhitungkan unsur-unsur kebahasaan yang sesuai.

B. Pendekatan Tes Berbicara


Salah satu aspek berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa adalah
berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya, hal ini
dikemukakan oleh Tarigan 1986:86. Keterampilan ini bukanlah suatu jenis
keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada
dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara. Namun, keterampilan
berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan yang intensif.
1). Pendekatan Pengalaman Berbahasa
Oka (Harjasujana, 1997:187) mengatakan bahwa
pendekatan pengalaman berbahasa adalah metode pengajaran penguasaan
keterampilan berbahasa yang menggabungkan pembelajaran berbicara dengan
pengalaman bahasa anak. Aspek yang harus diperhatikan dalam pembelajaran
meliputi kemampuan berpikir dan kemampuan mengungkapkan bahasa. Menurut
Harjasujana (1997:197), hal-hal yang harus diperhatikan dalam Pendekatan

3
pengalaman berbahasa adalah: 1. Pendekatan pengalaman berbahasa merupakan
suatu pendekatan pengajaran; 2. Materi ajar digali dari siswa itu sendiri atau
pengalaman berbahasa siswa itu sendiri; 3. Pelaksanaan pembelajarannya
melibatkan seluruh aspek keterampilan berbahasa siswa secara integratif.
Menurut Space (Harjasujana, 1997:198) asumsi dasar
penggunaan pendekatan ini ialah ekspresi bahasa lisan siswa yang didasarkan
pada pikiran, perasaan, dan pengalamannya sendiri yang dapat ditulis dan dibaca.
Kegiatan ini dapat disamakan dengan siswa membaca ide-ide orang lain yang
telah dituangkan kedalam wujud tulisan. Menurut Huff (Harjasujana, 1997:198)
pendekatan pengalaman berbahasa menganut pandangan bahwa anak-anak akan
lebih mudah mengenali tulisannya sendiri, karena kata-kata yang tertuang dalam
tulisan tersebut merupakan refleksi atau cerminan dari kehidupannya sehari-hari.
Bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang akrab dengan kehidupannya yaitu
bahasa yang menggambarkan latar belakang pengalaman pribadinya. Bahasa lisan
anak merupakan landasan utama dalam pengelolaan pembelajaran berbicara.
Pendekatan ini sangat menekankan arti pentingnya kondisi awal siswa dalam hal
kemampuan bahasa lisan. Pelaksanaan pembelajaran berbicara senantiasa diawali
oleh penggalian pengalaman berbahasa anak yang diungkapkan secara lisan,
kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan atau dalam bentuk rekaman suara.
Hasil rekaman inilah yang kemudian dijadikan alat untuk pembelajran berbicara.
Dengan kata lain, pendekatan pengalaman berbahasa menganut pandangan belajar
dari anak, untuk anak dan oleh anak. Harapan dari pembelajaran dengan
pendekatan seperti ini adalah siswa akan lebuh berhasil manakala sejak awal
siswa meyakini dirinya mampu dan bisa melakukan sesuatu. Dengan bahan ajar
yang digali dari siswa sendiri, siswa diharapkan lebih mudah memahami dalam
pembelajaran. Dengan seperti ini siswa akan memiliki rasa percaya diri dan
menganggap semua yang dipelajari adalah sesuatu yang bermakna (memiliki nilai
guna).

C. Pendekatan Tes Membaca


1). Pendekatan Whole Language

4
Whole language dapat dinyatakan sebagai perangkat wawasan
yang mengarahkan kerangka pikir praktisi dalam menentukan bahasa sebagai
materi pelajaran, isi pembelajaran, dan proses pembelajaran. Pengembangan
wawasan whole language didapat dari konsep konstruktivisme, language
experience approach dan progresivisme dalam pendidikan. Wawasan
dikembangkan sehubungan dengan bahasa sebagai materi pelajaran dan penentuan
isi pembelajarannya diwarnai oleh fungsionalisme dan semiotika hal ini menurut
Edelsky, Altwrger dan Flores 1991. Siswa termotivasi untuk belajar jika mereka
melihat bahwa yang dipelajarinya itu diperuntukan oleh mereka. Guru disini
berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang menunjang untuk siswa agar
mereka dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language
berubah dari desiminator informasi menjadi fasilitator (Lame dan Hysith 1993).
Penentuan isi pembelajaran dalam perspektif whole language diarahkan oleh
konsepsi tentang kebahasaan dan nilai fungsionalnya bagi siswa dalam kehidupan
sosial masyarakat.
D. Pendekatan Tes Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan
berbahasa yang sangat penting bagi siswa, disamping keterampilan menyimak,
berbicara dan membaca baik selama mereka masih bersekolah maupun dalam
kehidupan nantinya dimasyarakat. Khususnya di sekolah dasar, kemampuan ini
merupakan salah satu kemampuan dasar selain membaca dan berhitung (calistung)
yang harus dikuasai setiap siswa (Depdikbud, 1992/1993: 2). Keberhasilan siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar banyak ditentukan
oleh kemampuannya dalam menulis.
1). Pendekatan Proses
Menulis merupakan keterampilan yang memerlukan latihan yang terus menerus
maka pendekatan yang kiranya mampu mengakomodir hal tersebut adalah dengan
menggunakan pendekatan proses. Pendekatan proses dalam pembelajaran menulis
adalah suatu pendekatan pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa
untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai
suatu keterampilan. Untuk menunjang pendekatan tersebut maka media gambar

5
akan sangat membantu siswa dala menemukan ide-ide dan gagasan dalam
pembelajaran menulis. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis
dapat memperjelas konsep dan menarik perhatian anak. Pada usia anak sekolah
dasar, kemampuan berfikir, bernalar, dan perkembangan bahasa memerlukan
simbol-simbol atau gambar. Gambar sangat menarik bagi anak dan sebagai
rangsangan dalam pembelajaran menulis pada siswa sekolah dasar pada tahap
awal. Pendekatan proses dan menggunakan media gambar untuk meningkatkan
keterampilan menulis siswa akan memberikan semangat bagi siswa untuk
mengikuti pembelajaran dan mengikuti proses, yang pada gilirannya akan
meningkatkan hasil pembelajaran itu sendiri berupa peningkatan keterampilan
menulis sisw di kelas rendah sekolah dasar. Keterampilan menulis memerlukan
latihan yang terus menerus. Dengan demikian pengembangan keterampilan ini
harus didekati dengan pendekatan proses serta didukung dengan media
pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan pembelajaran. Melalui media proses pembelajaran bisa lebih
menarik dan menyenangkan (joyfull learning). Aspek penting penggunaan media
yaitu membantu memperjelas pesan pembelajaran.

6
Metode Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis:

A. Metode Tes Menyimak


1. Metode Pesan Berantai
Menyimak merupakan proses interaktif yang merubah bahasa
lisan menjadi makna dalam pikiran, kegiatan berpikir atau menangkap makna
yang didengar merupakan bagian dari proses menyimak. Metode permainan pesan
berantai cocok digunakan dalam pembelajaran menyimak, karena tujuan dari
metode ini ialah untuk mengembangkan kecakapan siswa dalam memahami dan
mengingat suatu informasi. Para siswa bisa saling berkompetisi antar kelompok
dalam hal keakuratan mereka dalam mendengarkan dan menyampaikan pesan
tersebut ke teman satu kelompoknya. Teknik ini dirasa cocok diterapkan pada
siswa kelas 1 karena karakteristik dari metode ini adalah penciptaan suasana
belajar yang menyenangkan serta serius namun santai, hal ini sangat cocok
dengan karakteristik siswa kelas 1 yang sangat menyukai permainan. Sehingga
tujuan belajar diharapkan dapat tercapai secara efektif dan efisien dalam suasana
gembira.

Dalam penggunaan metode pesan berantai ini, siswa diminta


untuk berbaris satu banjar sebanyak 5-7 anggota dalam satu kelompok kecil, lalu
guru membisikkan kalimat kepada siswa yang baris paling depan, kemudian siswa
tesebut diminta untuk menyimak dengan benar apa yang guru bisikkan. Setelah
itu, siswa mencoba untuk mengingat sejenak, barulah kemudian melanjutkan
membisikkan kalimat tadi ke teman yang berada dibelakangnya. Kalimat tersebut
dibisikkan kepada siswa hingga pada barisan paling belakang. Siswa yang berada
pada barisan paling belakang akan menyebutkan apa yang telah ia simak dari
temannya di depan kelas dengan suara yang lantang. Setelah itu guru mengoreksi
apakah kalimat yang disampaikan siswa tersebut sesuai dengan kalimat yang
pertama kali dibisikkan kepada siswa yang baris paling depan.

B. Metode Tes Berbicara


1. Metode Lihat Ucap

7
Lihat ucap merupakan salah satu metode yang sangat sederhana
dan mampu digunakan oleh siswa kelas rendah, sebagai metode untuk
meningkatkan keterampilan berbicara. Siswa akan melihat apa yang dipajang oleh
guru, dan siswa akan mengucapkan yang dilihatnya juga. Metode ini tidak
memberikan beban yang berat kepada siswa kelas rendah sehingga siswa tidak
takut dalam mengungkapkan apa yang dilihatnya. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan
bebicara, yaitu: 1. Takut salah, artinya siswa disini takut melakukan kesalahan
dalam mengungkapkan pendapat atau gagasan yang dimilikinya, 2. Perasaan
malu, artinya ada sifat emosional yang muncul saat siswa diminta untuk bebicara ,
3. Kecemasan, merupakan perasaan tegang, takut, dan gelisah yang muncul saat
siswa diminta mengungkapkan pendapatnya, 4. Kurang percaya diri, artinya
perasaan yang sering muncul ketika siswa mengungkapkan gagasannya dan ide
tersebut kurang dipahami oleh teman-temannya (Juhana 2012).
Dalam penggunaan metode lihat ucap ini, guru membawa media
berupa kartu bergambar atau berupa media gambar tentang suatu kejadian yang
terdapat di lingkungan sekolah. Lalu menempelkan media gambar yang telah
dibawa di papan tulis. Penggunaan media pembelajaran dimaksudkan untuk
memunculkan ide atau gagasan dalam diri siswa sehingga dapat menunjang
pelaksanaan pembelajaran. Kemudian guru memberikan waktu kepada siswa
untuk mengamati terlebih dahulu gambar-gambar yang telah dipajang di papan
tulis tersebut. Setelah itu siswa diberi kesempatan untuk maju kedepan kelas
menceritakan apa maksud dari gambar yang dipajang dipapan tulis.
C. Metode Tes Membaca
1. Metode Permainan
Menurut Frebel (Dadan 2006) seorang pendidik dari Jerman ia
percaya bahwa salah satu alat yang terbaik untuk mendidik anak-anak ialah
melalui metode permainan. Menurut Dadan 2006 mengatakan bahwa bermain
mempunyai nilai-nilai untuk mengembangkan harmoni antara jiwa dan raga. Hal
ini sejalan dengan pendapat Bennet (Dadan 2006) yang pernah mengadakan
penelitian pada guru waktu siswa bermain para guru mengatakan bahwa para

8
siswa mengungkapkan perilaku yang mencerminkan kebutuhan batin mereka serta
proses intelektual yang mendalam. Bermain merupakan salah satu fenomena yang
paling alamiah dan luas dalam kehidupan anak, terdapat insting bermain pada
setiap anak serta kebutuhan melakukannya dalam suatu pola yang khusus guna
melibatkan dalam suatu kegiatan yang membantu proses kematangan anak. Dari
berbagai penelitian Seto dalam Dadang 2006, terungkap bahwa bermain dapat
dikembangkan menjadi semacam alat untuk mengatualisasikan potensi kritis pada
diri anak, mempersiapkan fungsi intelektual dan aspek emosi dan sosialnya.
Dengan demikian, bermain bukan hanya menjadi sarana yang dapat dinikmati dan
menyenangkan saja tetapi juga bersifat mendidik. Guru mempersiapkan
permainan suku kata dan menjelaskan aturan permainan kepada siswa
dihubungkan dengan kegiatan membaca. Guru membagi siswa menjadi 3-5
kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang siswa, setiap anggota ada
yang ditugaskan melompat sambil membaca, membantu mengarahkan dan
memberikan semangat serta ada anggota yang menyusun kata, kalimat dengan
menggunakan kartu kata untuk mencocokkan dengan hasil loncatan anggotanya.
Dengan bimbingan guru, setiap kelompok melakukan permainan sambil membaca
tiap suku kata yang digabungkan menjadi kalimat yang bermakna dengan cara
melompat sebelah kaki sambil membaca dengan suara nyaring.

D. Metode Tes Menulis


1. Metode Latihan
Subari 2007:49 menjelaskan bahwa metode pemberian latihan
merupakan tugas atau pekerjaan yang sengaja diberikan kepada siswa untuk
dilaksanakan dengan baik. Latihan itu diberikan kepada siswa untuk memberikan
kesempatan kepada mereka menyelesaikan tugas yang didasarkan pada petunjuk
langsung dari guru yang sudah dipersiapkan sehingga dapat menjalani secara
nyata dan melaksanakan tugas tersebut sampai tuntas. Latihan yang diberikan
kepada siswa dapat diberikan secara perorangan ataupun kelompok. Peranan
metode pembelajaran latihan dalam peningkatan hasil belajar dijelaskan Darmanto
1987:12 yaitu agar siswa memperoleh hasil belajar yang baik, karena siswa

9
melaksanakan latihan-latihan selama mengerjakan tugas, sehingga pengalaman
siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Metode latihan
diterapka secara maksimal dan bermakna yaitu sebuah metode pembelajaran
dengan pemberian tugas yang tidak hanya sekedar menjawab soal-soal yang
diberikan oleh guru melainkan harus mempunyai unsur latihan, dikerjakan dan
dilaporkan hasilnya sebagai pertanggungjawaban dari hasil belajar serta
mempunyai unsur didaktis pedagogis bagi para siswa. Tugas yang diberikan dapat
dikerjakan dikelas, diperpusktakaan, dirumah yang dalam kaitannya dengan
materi pokok yang diberikan atau yang ditugaskan hal ini dijelaskan menurut
Hastuti 1998:1.

10
Jenis Tes Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis:

A. Jenis Tes Menyimak


Kemampuan menyimak merupakan kemampuan menangkap dan
memahami bahasa lisan dengan tepat. Dalam tes menyimak bahan tes yang
diujikan disampaikan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan bahan yang
digunakan untuk bahan tes menyimak yaitu:
1. Tingkat kesulitan wacana
2. Isi cakupan wacana
3. Jenis-jenis wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama untuk tes dapat dilihat dari
faktor kosa kata dan struktur kalimat yang digunakan, dalam tes menyimak SD
kelas rendah sebaiknya menggunakan kosa kata dan struktur kalimat yang mudah
dipahami. Bentuk wacana yang sering dipergunakan dalam tes :

1. Pertanyaan atau pernyataan singkat ,


2. dialog,
3. ceramah
Berikut ini beberapa bentuk tes menyimak.

1. menuliskan kata baku yang disimakkan,


2. menuliskan kata yang mirip bunyi dan berbeda maknanya
dalam kalimat. Contoh syarat – syarat,
3. Pemahaman pernyataan atau pertanyaan, dan
4. Pemahaman wacana

B. Jenis Tes Berbicara


Kemampuan berbicara merupakan kemampuan dalam
menyampaikan ide atau gagasan melalui bahasa lisan kepada orang lain, sehingga
ide atau gagasan tersebut dapat dipahami orang lain. Pada umumnya tes
kemampuan berbicara tidak hanya dilakukan dengan ujian lisan, namun juga dapat

11
dilakukan dengan ujian penampilan, yakni ujian lisan/perbuatan/penampilan lain.
Ini berarti bahwa yang dinilai bukan hanya hasil tetapi perbuatan berbicara, yakni
pembicaraan itu. Beberapa contoh bentuk tes berbicara menurut Nurgiantoro
(1988) dapat dilakukan melalui bentuk sebagai berikut:
1. Pembicaraan Berdasarkan Gambar,
2. Wawancara,
3. bercerita,
4. berpidato,
5. berdiskusi.
C. Jenis Tes Membaca
Kegiatan membaca merupakan aktivitas mental memahami apa
yang dituturkan pihak lain melalui sarana tulisan. Jika dalam menyimak
diperlukan pengetahuan tentang sistem bunyi bahasa yang bersangkutan, dalam
kegiatan membaca diperlukan pengetahuan tentang sistem penulisan, khususnya
menyangkut huruf dan ejaan. Pada hakikatnya huruf atau tulisan hanyalah
lambang bunyi bahasa tertentu. Oleh sebab itu, dalam kegiatan membaca kita
harus mengenali, bahwa lambang tulis itu mewakili bunyi tertentu yang
mengandung makna yang tertentu pula. Tes membaca harus menyangkut
kelancaran dan pemahaman sistem lambang bunyi dan pemahaman sistem
lambang bunyi dan pemahaman apa yang dibaca. Artinya, menilai membaca harus
menyangkut proses membaca dan pemahamman. Penilaian yang berfokus pada
proses (pada waktu siswa membaca) yang menyangkut hal-hal berikut
a. Tingkah laku dalam membaca, misalnya :
1. Membaca kata demi kata,
2. Membaca cepat tanpa memperhatikan tanda baca,
3. Membaca menggunakan telunjuk,
4. Mengulang kata, frasa, atau baris,
5. Menggerakkan kepala waktu membaca,
6. Bergumam dalam membaca,
7. Menghindari yang dianggap sulit,
8. Tidak dapat duduk dengan tenang waktu membaca,

12
9. Menggunakan suara yang terlalu pelan waktu
membaca nyaring, dsb
b. Kesulitan menganalisis kata, misalnya :
1. Kata dan kebalikannya,
2. Huruf dan kebalikannya,
3. Sulit mengucapkan kata,
4. Salah mengucapkan huruf,
5. Sulit membedakan vokal,
6. Sulit mengingat kata, dan
7. Sulit membaca klaster.
c. Kesulitan pemahaman, dapat berupa :
1. Tidak dapat mengingat detail isi,
2. Tidak dapat mengurutkan isi bacaan,
3. Tidak dapat meramalkan akhir bacaan,
4. Sulit menceritakan kembali,
5. Sulit menyimpulkan yang dibacanya,
6. Sulit mengidentifikasi ide pokok,
7. Tidak dapat menjawab pertanyaan yang terkait
dengan kata atau ide yang ada dalam teks, dan sulit
mengikuti petunjuk dalam membaca.
Aktivitas proses dalam membaca tersebut dapat disusun dalam
bentuk format untuk memudahkan peniliannya. Membaca nyaring berkaitan
dengan kecepatan dan keakuratan siswa dalam membaca teks. Penyusunan tes
membaca nyaring dapat ditempuh dengan cara : guru memilih bacaan dari buku
teks yang telah ada. Panjang teks bacaan sesuai dengan kondisi siswa. Untuk kelas
tinggi sekitar 200 kata. Kegiatan tes dilakukan dengan cara siswa disuruh
membaca teks dengan keras dan guru mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang
dilakukan siswa dalam membaca. Penafsiran hasil dilakukan dengan cara: jumlah
kata yang dibaca dengan benar dibagi dengan jumlah keseluruhan kata.

D. Jenis Tes Menulis

13
Kemampuan menulis merupakan bagian bahasa yang berupa tulis
menulis dalam rangka menyampaikan/mengungkapkan gagasan terhadap pembaca
melalui tulisan. Kemampuan menulis merupakan kemampuan mengenal dan
menuliskan lambang-lambang bunyi, menuliskan kata-kata dan melahirkan
struktur kalimat. Tatapi, tahap demi tahap siswa diperkenalkan dan diuji cara
menulis sebagai kemampuan yang komplit dan padu. Untuk menilai kemampuan
menulis yang paling langsung tentulah dengan menyuruh siswa menulis, dalam
arti kata bahwa kepada mereka diberikan tugas menulis sebuah karangan.
Penilaian perkembangan kemampuan menulis siswa sekolah dasar
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai ragam tes sebagai berikut:
1) Tugas menyusun Alinea
Tes Objektif Walaupun tes kemampuan menulis yang lebih
ideal itu adalah menyuruh siswa untuk menulis secara esai, hal itu tidak berarti
bentuk objektif tidak dapat dilakukan. Tes bentuk objektif bahkan lebih memiliki
sifat kepercayaan. Hal yang lebih esensial adalah tuntutan terhadap siswa untuk
mempertimbangkan unsur bahasa (linguistik) dan isi (ekstralinguistik). Tes
kemampuan menulis bentuk objektif mampu menuntut siswa mempertimbangkan
unsur bahasa dan gagasan adalah tugas menyusun alinea berdasarkan kalimat-
kalmiat yang disediakan menyusun kalimat acak menjadi paragraf yang runtut.
2) Menulis Berdasarkan Rangsangan Visual
Gambar sebagai rangsangan tugas menulis baik diberikan
kepada siswa di sekolah dasar pada tahap awal, tetapi mereka telah mampu
menghasilkan bahasa walau masih sederhana. Kompleksitas gambar dapat
bervariasi tergantung kemampuan berbahasa pelajar. (Disajikan seperangkat
gambar yang merupakan sebuah rangkaian cerita) Buatlah sebuah karangan
berdasarkan gambar di atas yang panjangnya kurang lebih satu halaman.

14
Contoh Tes Menyimak, Berbicara, Membaca dan Menulis:
a) Menyimak
1. Simaklah cerita singkat Bawang Merah dan Bawang Putih dari Ibu
Guru didepan kelas untuk menjawab soal nomor 1 dan 2!
Setelah menyimak cerita singkat dari Ibu Guru, bagaimana
perbedaan sifat antara tokoh Bawang Merah dan Bawang Putih?
a. Bawang Merah baik hati, sedangkan Bawang Putih sombong
b. Bawang Merah rajin menabung, sedangkan Bawang Putih suka
menolong
c. Bawang Merah memiliki sifat angkuh, sedangkan Bawang Putih
baik hati
d. Bawang Merah menghomati saudara, sedangkan Bawang Putih
suka menolong
e. Bawang Merah memiliki rasa iba, sedangkan Bawang Putih
sangat pelit
2. Dari cerita singkat Bawang Merah dan Bawang Putih oleh Ibu
Guru, siapa saja tokoh yang terdapat di cerita tersebut?
a. Bawang Merah, Bawang Putih, Ibu Tiri, Ayah
b. Kakek, Bawang Merah, Ibu Tiri, Pak RT
c. Bawang Putih, Ibu Tiri, Kakek, Nenek
d. Bawang Merah, Bawang Putih, Kakak, Abang
e. Ibu Tiri, Kakak, Abang, Ayah
3. Dari cerita singkat Bawang Merah dan Bawang Putih tersebut,
kesimpulan dari cerita itu adalah?
a. Bawang Merah dan Bawang Putih hidup damai dan bahagia
bersama Ayah dan Ibu nya
b. Ayah pergi keluar kota untuk bekerja, meninggalkan Bawang
Merah dan Bawang Putih serta Ibu tirinya dirumah. Namun setelah
ayah pergi, Bawang Merah dan Ibu Tiri berubah menjadi orang
yang tidak baik. Bawang Putih selalu menuruti perintah dari Ibu
Tiri dan Bawang Merah yang sangat angkuh serta sering dihukum

15
oleh Bawang Merah dan Ibu Tiri
c. Bawang Merah dan Ibu Tiri mengajak Bawang Putih untuk
pergi berlibur ke luar kota melepas penat yang dirasakan mereka
d. Ibu Tiri selalu memasak makanan kesukaan Bawang Merah dan
Bawang Putih setiap harinya, sehingga mereka berdua merasa
senang berada dirumah setiap harinya
e. Bawang Merah dan Bawang Putih saling bergotong royong
membersihkan lingkungan rumah dan membereskan kamar tidur
4. Dari cerita singkat Bawang Merah dan Bawang Putih tersebut,
ketika Bawang Merah dan Ibu Tiri memerintahkan Bawang Putih
untuk mencuci baju di sungai, apa yang dilakukan oleh Bawang
Putih?
a. Bawang Putih menolak dengan alasan ingin istirahat tidur
b. Bawang Putih berpura-pura tidak mendengarkan perintah
Bawang Merah dan Ibu Tiri
c. Bawang Putih asik memasak sarapan didapur
d. Bawang Putih langsung menuruti perintah yang diberikan yaitu
mencuci baju di sungai
e. Bawang Putih makan dengan lauk masakannya sendiri
5. Perhatikan Pengumuman dibawah ini!
PENGUMUMAN

Dalam rangka peringatan hari Kartini, SD Mutiara mengadakan lomba


keluwesan. 

Lomba ini ditujukan khusus kepada siswa kelas IV – VI.

Bagi yang ikut lomba segera mendaftarkan kepada wali kelas masing-
masing.

Sekian terima kasih.

 Nalumsari, 8 April 2010

16
  Kepala Sekolah

     Dimas Prasojo

Isi dari pengumuman diatas adalah...


a. Libur sekolah bagi siswa kelas IV-VI
b. Pengadaan lomba keluwesan
c. Peringatan Hari Pahlawan
d. Lomba bagi siswa kelas IV
e. Lomba dalam peringatan Hari Pahlawan

b) Berbicara
1. Bacalah teks percakapan dibawah ini!
Putri : ”Din, apakah kamu suka berenang?”
Dina : ”Ya, tentu.”
Putri : ”Maukan besok berenang bersamaku?”
Resti : ”Oke Put, kebetulan besok aku tidak ada acara.”
Inti dari percakapan Putri dan Dina adalah ….
a. Rencana berlibur
b. Rencana berenang
c. Rencana pulang sekolah
d. Berlibur ke Danau
e. Mengisi waktu libur
2. Riko: “Rani kamu mengapa bersedih?”.
Rani: “karena........”
Jawaban yang tepat untuk melengkapi titik-titik diatas adalah....
a. aku mendapatkan kado dari ayahku
b. aku mendapatkan peringkat satu di kelas

17
c. ibuku sedang sakit
d. temanku mengajaku berlibur
e. aku akan berlibur bersama ayahku
3. Riko : “Bagaimana keadaanmu disana Don?”
Doni : “…..”
Jawaban yang tepat untuk melengkapi titik-titik di atas adalah ….
a. Aku sedang menunggumu Riko
b. Aku disini sejak bulan lalu
c. Aku disini baik-baik saja
d. Aku akan mengajakmu kesini
e. Aku makan dulu ya!
4. Rina : “ayo Farah, hari minggu berenang di rumahku”.
Farah : “ayo Rina”
Kalimat yang dicetak miring termasuk kalimat...
a. Tanya
b. Ajakan
c. Perintah
d. Berita
e. Seruan
5. Jaka :”Dinda tolong ambilkan gelas diatas meja!”.
Dinda :”iya Jaka
Kalimat yang diucapkan Jaka termasuk kalimat....
a. Tanya
b. Ajakan
c. Perintah
d. Berita
e. Seruan

c) Membaca
1. Perhatikan langkah-langkah berikut!
1. Tambahkan gula secukupnya

18
2. Siapkan gelas
3. Tuang air panas kedalam gelas
4. Aduk hingga rata
5. Siapkan teh celup
6. Masukkan teh celup kedalam gelas
Dari wacana diatas, apa saja bahan untuk membuat segelas teh panas?
a. gula, garam, cabai, sendok, air panas
b. gula, air panas, teh celup, gelas, sendok
c. piring, sendok, gula, teh celup, air panas
d. air panas, gula, garam, teh celup, gelas, sendok
e. gula, cabai, teh celup, gelas, sendok, air panas

2. Dari wacana diatas,urutan proses membuat teh yang tepat ialah?


a. 1, 2, 4, 5, 6, 3
b. 1, 4, 6, 5, 2, 3
c. 4, 5, 6, 3, 2, 1
d. 3, 2, 1, 6, 5, 4
e. 2, 5, 6, 1, 3, 4

3. Bacalah puisi dibawah ini!


Aku Ingin
Aku ingin menjadi seorang pilot
Aku ingin menjadi dokter
Aku ingin menjadi guru
Banyak sekali keinginan yang ingin kuraih
Hingga suatu saat aku menyadari jika semua itu butuh tekad yang kuat
Ibu bapak guru ku
Engkau selalu berpesan kepadaku
Akan kesuksesan yang harus kuraih
Di setiap engkau bertanya
Ingin menjadi apa dirimu

19
Aku akan menjawab berbagai model jawaban di benakku
Dan engkau selalu berpesan
Jika dengan belajar yang rajin maka kesuksesan akan menantiku
Terimakasih akan semua pesan itu
Wahai guruku

Dari puisi diatas, Aku adalah seorang?


a. Peserta didik
b. Penjual makanan
c. Penjual daging
d. Guru
e. Penjual sayur

4. Dari puisi diatas, apa kesimpulan dari puisi tersebut?


a. Siswa yang ingin pergi berlibur bersama Ibu Bapak gurunya
b. Seorang siswa yang memiliki banyak cita-cita dan gurunya memberi
pesan bahwa untuk meraih cita-cita haruslah dengan belajar yang rajin
c. seorang siswa mengajak Ibu Bapak gurunya pergi berbelanja kepasar
untuk membeli sayuran
d. Seorang siswa yang sangat merindukan Ibu Bapak gurunya
e. Seorang siswa yang pernah membuat janji kepada Ibu Bapak gurunya
lalu ia ingin menepati janji tersebut

5. Bacalah cerita berikut!


Di suatu desa, tinggallah seorang anak laki-laki yang bernama Udin. Udin
memiliki teman yang bernama Joko, mereka berteman sejak masih TK.
Pada suatu hari, Udin datang kerumah Joko dan mereka bermain mobil-
mobilan bersama. Saat itu Ibu Joko sedang memasak 4 piring nasi goreng
untuk dimakan bersama keluarga Joko. Udin yang melihat keberadaan Ibu
Joko yang sedang menyiapkan nasi goreng, tiba-tiba Udin mengambil 1
piring lalu dibawanya lah pulang kerumahnya tanpa tahu Ibu Joko dan

20
Joko.
Dari cerita diatas, bagaimana perbedaan sifat Udin dan Joko?
a. Udin suka mencuri makanan, sedangkan Joko baik hati
b. Udin suka menabung, sedangkan Joko suka bermain
c. Udin memiliki sifat yang sombong, sedangkah Joko bersifat serakah
d. Udin memiliki sifat pelit, sedangkan Joko baik hati
e. Udin memiliki sifat baik hati, sedangkan Joko bersifat sombong

d) Menulis
1. Perhatikan kalimat berikut!
Ayah Dan Doni sedang pergi berbelanja baju dan Celana di pasar.
Berdasarkan kalimat tersebut, penulisan yang benar adalah?
a. ayah dan Doni Sedang Pergi berbelanja baju dan celana di Pasar.
b. Ayah dan Doni sedang pergi berbelanja baju dan celana di pasar.
c. Ayah Dan Doni Sedang pergi berbelanja baju dan Celana di pasar.
d. Ayah dan Doni sedang pergi Berbelanja Baju dan Celana di pasar.
e. Ayah Dan Doni sedang pergi berbelanja Baju dan Celana di pasar.

2. Perhatikan kalimat berikut!


setiap tanggal 17 agustus sekolah mengadakan perlombaan seperti tarik
tambang panjat pinang dan masukkan paku dalam botol.
Berdasarkan kalimat tersebut, penulisan yang benar adalah?
a. Setiap tanggal 17 Agustus, sekolah mengadakan perlombaan seperti
tarik tambang, panjat pinang dan masukkan paku dalam botol.
b. setiap Tanggal 17 Agustus Sekolah. mengadakan perlombaan seperti
tarik tambang panjat pinang dan masukkan paku dalam botol.
c. setiap tanggal 17 agustus sekolah mengadakan perlombaan seperti tarik
tambang, panjat pinang, dan masukkan paku dalam botol.
d.Setiap Tanggal 17 agustus sekolah mengadakan Perlombaan seperti tarik
tambang panjat pinang dan masukkan paku dalam botol.
e. setiap tanggal 17 Agustus. sekolah mengadakan perlombaan seperti tarik

21
tambang panjat pinang dan masukkan paku dalam botol.

3. Tema: Kebersihan
Dari tema diatas, dapat dijadikan sebuah pantun yang tepat adalah?
a. Ada jalan lewat sini
Jalannya cuman kita berdua
Kalau kamu mau tau
Ayo jaga kebersihan
b. Jalan-jalan ke Kota Jambi
Tidak lupa membeli kain
Ayolah pulang wahai Ibu
Agar kita tetap bersih
c. Minum jamu saat istirahat
Sambil ngobrol di warung Pak Burhan
Kalau kamu mau sehat
Mari kita jaga kebersihan
d. Ikan sepat ikan tenggiri
Ayo cepat kita berlari
Ambil sampah yang di sungai
Agar terlihat semua bersih
e. Ada lubang didalam kardus
Mari di tambal pakai kayu
Ayolah semua bersama-sama
Bersihkan sekitar rumah kita

4. Manakah kalimat yang menggunakan ejaan secara benar?

a. Orang suku Jawa itu pandai bahasa Sunda.


b. Orang Suku Jawa itu pandai Bahasa Sunda.
c. Orang suku jawa itu pandai bahasa sunda.
d. Orang suku Jawa itu pandai Bahasa Sunda.

22
e. Orang Suku Jawa Itu Pandai Bahasa Sunda
5. Kalimat yang menggunakan huruf kapital secara tepat adalah?

a. Dik Mei lahir di Bulan Desember.


b. Dik mei lahir di bulan Desember.
c. Dik mei lahir di Bulan Desember.
d. Dik Mei lahir di bulan Desember
e. Dik Mei Lahir Di Bulan Desember.

23
Kriteria dan Penyekoran Tes Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis:
1. Kriteria Penilaian Tes Menyimak, Berbicara, Membaca Dan Menulis
A. Kriteria penilaian tes menyimak
00 – 35: sangat kurang
35 – 45: kurang
45 – 65: cukup
65 – 80: baik
80 – 100: sangat baik
B. Kriteria penilaian tes berbicara
00 – 30: sangat kurang
30 – 40: kurang
40 – 55: cukup
55 – 65: baik
65 – 100: sangat baik
C. Kriteria penilaian tes membaca
00 – 35: sangat kurang
35 – 45: kurang
45 – 65: cukup
65 – 80: baik
80 – 100: sangat baik
D. Kriteria penilaian tes menulis
00 – 10: sangat kurang
10 – 30: kurang
30 – 60: cukup
60 – 80: baik
80 – 100: sangat baik
2. Penyekoran Tes Menyimak, Berbicara, Membaca, dan Menulis
A. Penyekoran Tes Menyimak
Pada tes menyimak terdapat 2 kategori soal yaitu, C4 dan C5. Pada
kategori C4 terdapat 3 soal dan kategori C5 terdapat 2 soal, total

24
keseluruhan terdapat 5 soal. Tiap kategori soal memiliki skor yang
berbeda.
Pada tes menyimak pada soal pilihan ganda 1 soal kategori C4
diberi skor 10, sedangkan pada 1 soal kategori C5 diberi skor 35.
Contoh: (3 x 10) + (2 x 35) = 30 + 70 = 100
Jadi, jika kelima soal tersebut dijawab dengan benar maka skor
maksimalnya adalah 100.
B. Penyekoran Tes Berbicara
Pada tes berbicara terdapat 2 kategori soal yaitu, C4 dan C5. Pada kategori
C4 terdapat 4 soal dan kategori C5 terdapat 1 soal, total keseluruhan terdapat 5
soal. Tiap kategori soal memiliki skor yang berbeda.
Pada tes berbicara pada soal pilihan ganda 1 soal kategori C4 diberi skor
15, sedangkan pada 1 soal kategori C5 diberi skor 40.
Contoh: (4 x 15) + 40 = 60 + 40 = 100
Jadi, jika kelima soal tersebut dijawab dengan benar maka skor
maksimalnya adalah 100.
C. Penyekoran Tes Membaca
Pada tes membaca terdapat 2 kategori soal yaitu, C4 dan C5. Pada kategori
C4 terdapat 3 soal dan kategori C5 terdapat 2 soal, total keseluruhan terdapat 5
soal. Tiap kategori soal memiliki skor yang berbeda.
Pada tes membaca pada soal pilihan ganda 1 soal kategori C4 diberi skor
10, sedangkan pada 1 soal kategori C5 diberi skor 35.
Contoh: (3 x 10) + (2 x 35) = 30 + 70 = 100
Jadi, jika kelima soal tersebut dijawab dengan benar maka skor
maksimalnya adalah 100.

D. Penyekoran Tes Menulis


Pada tes membaca terdapat 2 kategori soal yaitu, C4 dan C6. Pada kategori
C4 terdapat 4 soal dan kategori C6 terdapat 1 soal, total keseluruhan terdapat 5
soal. Tiap kategori soal memiliki skor yang berbeda.

25
Pada tes membaca pada soal pilihan ganda 1 soal kategori C4 diberi skor
10, sedangkan pada 1 soal kategori C6 diberi skor 60.
Contoh: (4 x 10) + 60 = 40 + 60 = 100
Jadi, jika kelima soal tersebut dijawab dengan benar maka skor
maksimalnya adalah 100.

26
RUJUKAN
Kuntarto, E., (2017). Buku Pembelajaran Calistung. Repository Unja, with the
URL https://repository.unja.ac.id/634/
Lestariningsih, Nastiti Dewi., (2017). Rancangan Pengembangan Tes Menyimak
Melalui Pendekatan Komunikatif, with the URL
https://linguistik.fib.ui.ac.id/wpcontent/uploads/sites/46/2017/05/Dewi-
Nastiti-72-84.pdf
Tarigan, Djago., (1997). Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta :Depdikbud
Hasma, Muhsin, dkk., (2013). Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan melalui
Metode Bermain pada Siswa Kelas I, with the URL
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/article/view/4114
Hadijah., (2016). Penggunaan Metode Latihan untuk Meningkatkan Kemampuan
Menulis Permulaan Siswa Kelas I, with the URL
https://www.neliti.com/id/publications/121403/penggunaan-metode-
latihan-untuk-meningkatkan-kemampuan-menulis-permulaan-siswa-k

27
Nama : Mutmainah Putri Rizki
NIM : A1D118055
Ruang/semester : R-001/4
Mata Kuliah : Pengajaran Bahasa Indonesia di Kelas Rendah

28

Anda mungkin juga menyukai