Anda di halaman 1dari 11

1.6.

3 Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa merupakan suatu bentuk perilaku, perlambang konsep diri dan sikap sosial

seseorang yang menyimbolkan pikiran, keinginan, dan kepercayaannya. Kemampuan

mempelajari bahasa sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan pribadi dan perkembangan

pemahaman dasar manusia. Program pembelajaran bahasa perlu menekankan penciptaan iklim

yang hangat dan bersahabat yang mendorong setiap murid berpartisipasi dalam kegiatan

berbahasa lisan dan tulisan. Bahasa merupakan alat berpikir yang membantu murid

berasionalisasi dan tumbuh melalui pengalaman murid. Oleh karena itu, kegiatan berbahasa

dikembangkan untuk membantu setiap murid melihat hubungan, membuat klasifikasi, menarik

kesimpulan, menanggung resiko penebakan, memprakirakan hasil, merumuskan kesimpulan, dan

membuat generalisasi.

Anak belajar menggunakan simbol secara kumulatif, pertama dalam mendengar

(menyimak) dan berbicara, kemudian membaca dan menulis. Oleh karena itu, program

pembelajaran bahasa mulai dengan kegiatan komunikasi lisan. Setelah anak menguasai

keterampilan dalam aspek mendengar dan berbicara, barulah instruktur memulai kegiatan

komunikasi tertulis. Bahasa mencerminkan lingkungan sosial tempat yang ditinggali anak, baik

dari segi linguistik maupun tingkatan budaya serta pengaruh berbagai macam dialek dan

geografis. Pembelajaran harus disesuaikan dengan kebutuhan pribadi, sosial, dan komunikasi

murid, serta mempertimbangkan pengaruh regional terhadap wicara, kosakata, dan penggunaan.

Bahasa mengalami proses perubahan yang tetap, seperti pembentukan kata baru untuk

memenuhi tuntutan komunikasi, tekanan sosial yang mengakibatkan perubahan terhadap

keberterimaan item pemakaian khusus dan konstruksi bahasa. Dalam konteks ini, bahasa
diajarkan untuk mencerminkan penggunaan dan struktur kontemporer; abjad, tulisan, kata dan

ejaannya digunakan untuk merangsang minat murid terhadap bahasa.

Disamping itu, Bahasa juga merupakan media pengembangan dan pertukaran gagasan.

Pengalaman itu harus mendorong interaksi antara murid dan orang lain, yang tentunya

menekankan tujuan komunikasi, penataan gagasan yang logis, dan kesensitifan terhadap reaksi

pendengar atau pembaca. Bahasa merupakan alat kekuasaan dan kekuatan sosial yang

mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan tingkah laku. kepada murid harus diajarkan pentingnya

tanggung jawab sosial dan integritas pribadi dalam penggunaan bahasa. Dalam bentuk tertulis,

bahasa merupakan catatan pikiran manusia sepanjang zaman yang dapat memperkenalkan setiap

anak kepada karya-karya sastra sehingga dapat menumbuhkan apresiasi keindahan bahasa

sebagai media komunikasi. Dengan dasar inilah program pengajaran bahasa melengkapi murid

dengan pengalaman dalam prosa dan puisi untuk menumbuhkembangkan pemahamannya

terhadap masalah manusia dan seperangkat nilai pribadi.

Ada beberapa prinsip pembelajaran bahasa, yaitu:

a. Prinsip Kognitif Otomatisitas. Pembelajaran bahasa melibatkan pemindahan kendali

beberapa bentuk pada saat yang tepat ke dalam pemrosesan otomatis sejumlah bentuk

bahasa yang relatif tidak terbatas. Menganalisis bahasa secara berlebihan, terlalu

memikirkan bentuk-bentuk bahasa, dan secara sadar berlama-lama pada kaidah dan aturan-

aturan bahasa cenderung menghambat peningkatan ke arah otomatisitas.

b. Pembelajaran Bermakna. Pembelajaran bermakna akan menuntun kepada retensi jangka

panjang yang lebih baik dibandingkan dengan rote learning. Beberapa kemungkinan

penerapan prinsip di atas di dalam kelas adalah dengan menggunakan kekuatan

pembelajaran bermakna dengan menarik minat pelajar, tujuan akademik, dan tujuan karir
pelajar; apabila topik atau konsep baru diperkenalkan, upayakan untuk menanamkannya

dengan mempertimbangkan pengetahuan dan latar belakang pelajar sehingga topik baru itu

dapat dikaitkan dengan apa yang diketahuinya

c. Penghargaan. Manusia secara umum terdorong untuk bertindak atau bertingkah-laku dengan

mengharapkan semacam penghargaan nyata atau tidak nyata, jangka pendek atau jangka

panjang yang akan terjadi sebagai akibat perilaku itu.

d. Prinsip Motivasi Intrinsik. Penghargaan yang paling kuat adalah penghargaan yang secara

intrinsik termotivasi dalam diri murid.

e. Investasi Strategis. Penguasaan bahasa kedua yang sukses sebagian besar disebabkan oleh

investasi perorangan pelajar sendiri dari aspek waktu, upaya, dan perhatian kepada bahasa

kedua dalam bentuk deretan strategi perorangan guna memahami dan memproduksi bahasa.

f. Prinsip Afektif-Ego Bahasa. Sementara manusia belajar menggunakan IPSsebagai bahasa

kedua, kadang-kadang juga mengembangkan suatu modus baru berpikir, berperasaan dan

bertindak. Ego bahasa kedua yang bergandeng dengan bahasa ibu dengan mudah dapat

menciptakan dalam diri pelajar suatu perasaan kerapuhan, kedefensivan, dan peningkatan

hambatan.

g. Kepercayaan Diri. Keberhasilan yang dicapai pelajar dalam suatu tugas sebahagiannya

merupakan faktor keyakinannya bahwa mereka benar-benar mampu menyelesaikan tugas

itu. Pelajar bahasa yang sukses saat menilai diri mereka sendiri secara realistik merupakan

orang yang rentan namun mampu menyelesaikan tugas harus sudi menjadi “penjudi” dalam

permainan bahasa, mencoba menghasilkan dan menafsirkan bahasa sedikit di luar batas

keyakinan mutlak mereka.


h. Hubungan Bahasa-budaya. Kapanpun mengajarkan suatu bahasa, anda juga mengajarkan

sistem budaya yang rumit, tata krama, nilai, dan cara berpikir, merasa, dan bertindak.

Khusus dalam konteks pembelajaran bahasa kedua, keberhasilan yang pelajar biasakan

terhadap lingkungan budaya yang baru akan mempengaruhi keberhasilan pemerolehan

bahasanya, begitu pula sebaliknya.

1.6.4 Pengertian membaca laporan hasil pengamatan

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2001:97) menuliskan bahwa membaca adalah

pemrosesan kata-kata, konsep, informasi, dan gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh

pengarang yang berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman awal pembaca. Dengan

demikian, pemahaman diperoleh apabila pembaca mempunyai pengetahuan atau pengalaman

yang telah dimiliki sebelumnya dengan apa yang terdapat di dalam bacaan. Gordon Dryden

(2000:159) menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang bersifat fisik atau yang

disebut proses mekanis, berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual, sedangkan proses

psikologis berupa kegiatan berpikir dalam mengolah informasi.

Selanjutnya, kamus Oxford Advanced Learner’s (2002:967), dinyatakan bahwa membaca

adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, yang dibaca secara lisan atau dalam

hati. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dirangkum bahwa membaca merupakan

proses pemahaman atau penikmatan terhadap teks bacaan dengan memanfaatkan kemampuan

melihat (mata) yang dimiliki oleh pembaca, sesuai dengan tujuannya yang dilakukan secara

nyaring atau dalam hati.

Perlu disepakati bahwa membaca harus mempunyai tujuan. Apabila membaca tidak

bertujuan, maka proses dan kegiatan membaca yang dilakukan tidak memiliki arti sama sekali.

Tujuan membaca dapat ditetapkan secara eksplisit ataupun implisit.


Berdasarkan pengalaman yang dialami, ada beberapa tujuan membaca yang dapat dikemukakan,

di antaranya: a) memahami aspek kebahasaan (kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana) dalam

teks; b) memahami pesan yang ada dalam teks; c) mencari informasi penting dari teks; d)

mendapatkan petunjuk melakukan sesuatu pekerjaan atau tugas; e) menikmati bacaan, baik

secara tekstual maupun kontekstual

  Keterampilan membaca sangat perlu dikuasai oleh setiap murid. Dalam penyelesaian

studi bagi setiap murid, keterampilan membaca sangat diperlukan dalam mempelajari setiap mata

pelajaran. Setiap mata pelajaran pasti disajikan dalam buku teks yang harus dicerna oleh murid.

Dalam kehidupan bermasyarakat di luar sekolah pun, keterampilan membaca tetap sangat

diperlukan. Misalnya membaca koran, majalah, buku buku ilmu pengetahuan, internet, dan

sebagainya. Terdapat beberapa metode pengajaran membaca yang dikemukakan oleh para ahli,

antara lain:

1. Metode reseptif

Metode ini mengarah ke proses penerimaan isi bacaan maupun simakan baik tersurat

maupun tersirat. Metode tersebut sangat cocok diterapkan kepada murid yang dianggap telah

banyak menguasai kosakata, frase, maupun kalimat. Hal yang dipentingkan bagi murid dalam

suasana reseptif adalah bagaimana isi bacaan diserap dengan bagus.

2. Metode komunikatif

Desain yang bermuatan komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa.

Desain tersebut dimaksudkan sebagai sebuah informasi yang dapat dipahami, ditulis, diutarakan,

atau disajikan ke dalam nonlinguistis.

3. Metode integratif
Integratif berarti menyatukan beberapa aspek ke dalam satu proses. Artinya beberapa

aspek dalam satu bidang studi diintegrasikan. Misalnya, mendengarkan diintegrasikan dengan

berbicara dan menulis. Menulis diintegrasikan dengan berbicara dan membaca.

4. Metode partisipatori

Metode ini lebih menekankan keterlibatan murid secara penuh. Murid dianggap sebagai

penentu keberhasilan belajar. Murid diposisikan sebagai subjek belajar. Guru hanya bertindak

sebagai fasilitator, motivator, moderator di samping sebagai pembimbing. Berkaitan dengan

subjek penelitian ini, membaca yang dimaksudkan adalah mendeskripsikan laporan hasil

pengamatan. Indikator dari keberhasilan murid terlihat dari kemampuannya mendeskripsikan

tempat sesuai dengan kalimat yang baik, dan kelancarannya membacakan laporan hasil

pengamatan.

Hasil pengamatan tersebut ditulis dalam bentuk paparan atau penjelasan. Selain bentuk

tersebut, ada pula bentuk format isian. Seperti halnya karangan, laporan hasil pengamatan yang

lengkap  mengandung tiga bagian pokok, yaitu pembukaan, isi, dan penutup. Bagian pembukaan

berisi pendahuluan. Bagian isi berisi uraian hasil pengamatan secara runtut. Bagian penutup

berisi kesimpulan dan saran-saran. Secara sistematis, format laporan hasil pengamatan adalah

sebagai berikut :

 Pendahuluan berisi latar belakang sebuah kegiatan dilaksanakan

 Isi laporan berisi rincian kegiatan yang dilakukan beserta hasilnya. Kegiatan yang

dilaporkan lengkap dengan nama, tempat, waktu, dan nama orang yang terlibat dalam

kegiatan

 Laporan diakhiri dengan identitas pembuat laporan

1.6.5 Pengertian, prinsip, struktur, jenis, dan macam-macam laporan


a. P e n g e r t i a n l a p o r a n

  Laporan mempunyai peranan yang penting pada suatu organisasi karena dalam suatu

organisasi dimana hubungan antara atasan dan bawahan merupakan bagian dari keberhasilan

organisasi tersebut. Dengan adanya hubungan antara perseorangan dalam suatu organisasi baik

yang berupa hubungan antara atasan dan bawahan, ataupun antara sesama karyawan yang terjalin

baik maka akan bisa mewujudkan suatu sistem delegation of authority dan pertanggungjawaban

akan terlaksana secara effektif dan efisien dalam organisasi. Laporan adalah bentuk penyajian

fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan, pada dasarnya fakta yang disajikan itu

berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pelapor. Fakta yang disajikan

merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si

pelapor (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pelapor melakukan suatu kegiatan. 

Dalam pembuatan suatu laporan formal, bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang

baik, jelas dan teratur. Bahasa yang baik tidak berarti bahwa laporan itu mempergunakan gaya

bahasa yang penuh hiasan, melainkan dari segi sintaksis bahasanya teratur, jelas memperlihatkan

hubungan yang baik antara satu kata dengan kata yang lain dan antara satu kalimat dengan

kalimat lain. Penggunaan kata ganti orang pertama dan kedua harus dihindari, kecuali

penggunaan kata ”kami” bila yang menyampaikan laporan adalah suatu badan atau suatu tugas.

b. Prinsip – prinsip Penulisan laporan


Laporan pada dasarnya adalah alat komunikasi juga. Supaya dapat digunakan sebagai alat

komunikasi yang efektif, sebuah laporan harus memenuhi syarat–syarat. Di antara syarat-

syaratnya adalah: 1). Lengkap, artinya data dan fakta yang ada dalam laporan harus lengkap, 2).

Jelas, artinya sebuah laporan disebut jelas bila uraian dalam laporan tidak memberi peluang

ditafsirkan secara berbeda oleh pembaca yang berbeda. Ini dapat dicapai bila bahasa yang
digunakan benar dan komunikatif 3). Benar atau akurat. artinya data dan fakta yang salah dapat

menuntun pembaca membuat suatu keputusan yang salah. Jadi kebenaran dan keakuratan isi

laporan sangat diperlukan. 4). Sistematis, yaitu laporan harus diorganisasikan sedemikian rupa,

dengan system pengkodean yang teratur, sehingga mudah dibaca dan diikuti oleh pembaca.

Laporan yang sistematis juga menunjang unsur kejelasan yang sudah diciptakan oleh unsur –

unsur bahasa. 5). Objektif. Penulis laporan tidak boleh memasukkan selera pribadi ke dalam

laporannya. Pelapor harus bersikap netral dan memakai ukuran umum dalam minilai sesuatu. 6).

Tepat waktu. Ketepatan waktu mutlak diperlukan, karena keterlambatan laporan bisa

mengakibatkan keterlambatan pengambilan keputusan.

c. Jenis Laporan

Laporan dapat digolongkan menurut :

1. Maksud pelaporan

a. Laporan informatif, yaitu laporan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan bukan

dimaksudkan untuk memberi analisis atau rekomendasi. Titik pentingnya adalah pemberian

informasi yang akurat dan terinci.

b. Laporan rekomendasi, yaitu laporan yang di samping memberikan informasi juga

menyertakan pendapat si pelapor, dengan maksud memberikan rekomendsasi (usul yang

tidak mengikat). Meski demikian akurasi dan rincian informasi tetap diperlukan supaya

rekomendasi yang diberikan juga meyakinkan.

c. Laporan analitis, yaitu laporan yang memuat sumbangan pikiran si pelapor, bisa berupa

pendapat atau saran, setelah melalui analitis yang matang dan mendalam. Kebanyakan

laporan akademis berada pada kategori ini.


d. Laporan Pertanggungjawaban, di mana si pelapor memberi gambaran tentang pekerjaan

yang sedang dilaksanakan (Progress report) atau sudah dilaksanakan (bersifat evaluatif).

e. Laporan Kelayakan (feasibility report). Pelapor menganalisis suatu situasi atau masalah

secara mendalam untuk menuju penilaian yang bersifat pilihan: layak atau tidak. Berbagai

alternative dinanalisis, kemudian ditentukan mana yang lebih baik.

d. Bentuk laporan
a. Laporan berbentuk Memo; Biasanya laporan pendek yang memuat hal – hal pokok saja, dan

beredar di kalangan intern organisasi.

b. Laporan berbentuk Surat; Isinya lebih panjang daripada laporan yang berbentuk memo,

sekitar tiga lembar folio. Bisa ditujukan ke luar organisasi.

c. Laporan berbentuk naskah; Laporan ini bisa panjang atau pendek. Bila panjang dibuat dalam

format buku, dan dalam penyampaiannya mutlak diperlukan surat atau memo pengantar.

d. Laporan berbentuk Campuran; Laporan ini tidak lain gabungan antara bentuk naskah dengan

memo atau surat. Dibuat begini karena isinya cukup kompleks sehingga harus dipadukan

dengan bentuk naskah agar pengkodean bagian – baiannya lebih mudah dilakukan.

e. Laporan berbentuk formulir.

f. Laporan berbentuk buku.

e. Dasar – dasar membuat Laporan

1. Clear

Kejelasan suatu laporan diperlukan baik kejelasan dalam pemakaian bahasa, istilah,

maupun kata-kata harus yang mudah dicerna, dipahami dan dimengerti bagi si pembaca.
b. Mengenai sasaran permasalahannya

Caranya dengan jalan menghindarkan pemakaian kata-kata yang membingungkan atau tidak

muluk-muluk, demikian juga hal dalam penyusunan kata-kata maupun kalimat harus jelasm

singkat jangan sampai melantur kemana-mana dan bertele-tele yang membuat si pembaca

laporan semakin bingung dan tidak mengerti.

c. Lengkap (complete)

Kelengkapan tersebut menyangkut : a) permasalahan yang dibahas harus sudah terselesaikan

semua sehingga tidak menimbulkan tanda tanya, b) pembahasan urutan permasalahan harus

sesuai dengan prioritas penting tidaknya permasalahan diselesaikan

d. Tepat waktu dan cermat

Tepat waktu sangat diperlukan dalam penyampaian laporan kepada pihak-pihak yang

membutuhkan karena pihak yang membutuhkan laporan untuk menghadapi masalah-masalah

yang bersifat mendadak membutuhkan pembuatan laporan yang bisa diusahakan secepat-

cepatnya dibuat dan disampaikan.

e. Tetap (consistent)

Laporan yang didukung data-data yang bersifat tetap dalam arti selalu akurat dan tidak

berubah-ubah sesuai dengan perubahan waktu dan keadaan akan membuat suatu laporan lebih

dapat dipercaya dan diterima.

f. Objective dan Factual

Pembuatan laporan harus berdasarkan fakta-fakta yang bisa dibuktikan kebenarannya

maupun dibuat secara obyektif.

g. Harus ada proses timbal balik


a. Laporan yang baik harus bisa dipahami dan dimengerti sehingga menimbulkan gairah dan

minat si pembaca b. Jika si pembaca memberikan respon berarti menunjukkan adanya proses

timbal balik yang bisa memanfaatkan secara pemberi laporan maupun si pembaca laporan

f. Sistematika Laporan

Laporan yang lengkap harus dapat menjawab semua pertanyaan mengenai : apa (what),

mengapa (why), siapa (Who), dimana (where), kapan (when), bagaimana (how). Urutan isi

laporan sebaiknya diatur, sehingga penerima laporan dapat mudah memahami. Urutan isi laporan

antara lain sebagai berikut:

1. Pendahuluan

Pada pendahuluan disebutkan tentang : 1) Latar belakang kegiatan. 2) Dasar hukum kegiatan.

3) Apa maksud dan tujuan kegiatan. Dan 4) Ruang lingkup isi laporan.

2. Isi Laporan

Pada bagian ini dimuat segala sesuatu yang ingin dilaporkan antara lain: 1) Jenis kegiatan. 2)

Tempat dan waktu kegiatan. 3) Petugas kegiatan. 4) Persiapan dan rencana kegiatan. 5) Peserta

kegiatan. 6) Pelaksanaan kegiatan (menurut bidangnya, urutan waktu pelaksanaan, urutan fakta /

datanya). 7) Kesulitan dan hambatan. 8) Hasil kegiatan. Dan 9) Kesimpulan dan saran

penyempurnaan kegiatan yang akan datang.

3. Penutup

Pada kegiatan ini ditulis ucapan terima kasih kepada yang telah membantu penyelenggaraan

kegiatan itu, dan permintaan maaf bila ada kekurangan-kekurangan. Juga dengan maksud apa

laporan itu dibuat.

Anda mungkin juga menyukai