Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH BAHASA INDONESIA

EJAAN

Disusun oleh:
Rosa Nabila Andayani (220102019)
Raisa Putri Andria (220102135)
Siti Mashitah binti Mursidan (220101106)
Najwa binti Norizan (220101108)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI AR-RANIRY BANDA ACEH
TAHUN 2023
EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Ejaan yang Disempurnakan (disingkat EYD) adalah ejaan bahasa
Indonesia yang berlaku dari tahun 1972 hingga 2015. Ejaan ini menggantikan
Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan ini digantikan oleh Ejaan Bahasa
Indonesia sejak tahun 2015.
Sejarah:
Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat
Bahasa), pada tahun 1967 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru
pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia
Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan LBK,
juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu
konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas
dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67, pada
tanggal 19 September 1967. Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama
ditandatangani oleh Menteri Pelajaran Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri
Pendidikan dan KebudayaanIndonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut
mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para
ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan yang Disempurnakan. Pada
tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun
1972, berlakulah sistem ejaan Latin bagi bahasa Melayu ("Rumi" dalam istilah
bahasa Melayu Malaysia) dan bahasa Indonesia.
Di Malaysia, ejaan baru bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama
(ERB). Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus
1972diresmikanlah pemakaian ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden
Republik Indonesia. Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan
tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
(EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil yang dicapai oleh kerja panitia ejaan
bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun 1966. Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan serta penyempurnaan
daripada Ejaan Suwandi atau Ejaan Republikyang dipakai sejak dipakai sejak
bulan Maret1947. Selanjutnya pada tanggal 12 Oktober 1972, Panitia
Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan
Kebudayaanmenerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang lebih luas. Setelah
itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan Keputusan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tanggal 27 Agustus 1975 Nomor 0196/U/1975 memberlakukan
"Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan" dan "Pedoman
Umum Pembentukan Istilah".
Sunting Pada tahun 1987, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
0543a/U/1987 tentang Penyempurnaan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan". Keputusan menteri ini menyempurnakan EYD edisi 1975.
Sunting Pada tahun 2009, Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan
Peraturan MenteriPendidikan Nasional Nomor 46 Tahun 2009tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Dengan dikeluarkannya
peraturan menteri ini, maka EYD edisi 1987 diganti dan dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Perbedaan dengan ejaan sebelumnya:
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK (1967), antara lain:

 "tj" menjadi "c": tjutji → cuci


 "dj" menjadi "j": djarak → jarak
 "j" menjadi "y": sajang → sayang
 "nj" menjadi "ny": njamuk → nyamuk
 "sj" menjadi "sy": sjarat → syarat
 "ch" menjadi "kh": achir → akhir

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:

• Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing


diresmikan pemakaiannya.
• Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan
tetap digunakan, misalnya pada kata furqan, dan xenon.
• Awalan "di-" dan kata depan "udi" dibedakan penulisannya. Kata depan
"di" pada contoh di rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan
spasi, sementara "di-" pada dibeli atau dimakan ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya.
• Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua
tidak digunakan sebagai penanda perulangan
Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EYD adalah
1. Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf miring.
2. Penulisan kata.
3. Penulisan tanda baca.
4. Penulisan singkatan dan akronim.
5. Penulisan angka dan lambang bilangan.
6. Penulisan unsur serapan.
Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Sesuai dengan ketentuan dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
Ruang lingkup EYD meliputi 5 aspek yaitu:
1) Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak
menggunakan huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan
sebanyak 26 buah.
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri dari huruf
berikut ini.

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari
huruf a, i, u, e, dan o. Contoh pemakaian huruf vokal dalam kata adalah.

• Pemakaian huruf vokal "a" : api, padi, lusa.


• Pemakaian huruf vokal "i" : itu, simpan, padi.
• Pemakaian huruf vokal "u" : ulang, tahun, itu.
• Pemakaian huruf vokal "e" : enak. petak, sore.
• Pemakaian huruf vokal "o" : oleh, kota, radio.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah
huruf yang selain huruf vokal yang terdiri dari huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m,
n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
D. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat 4 gabungan huruf yang melambangkan
konsonan, yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.

• Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "kh" : khusus, akhir, tarikh.


• Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ng" : ngarai, bangun, senang.
• Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ny" : nyata, banyak
• Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "sy" : syarat, musyawarah,
arasy.
E. Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang
dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Contoh pemakaiannya dalam kata:
• Pemakaian Huruf Diftong "ai" : balairung, pandai.
• Pemakaian Huruf Diftong "au" : autodidak, taufik, harimau.
• Pemakaian Huruf Diftong "oi" : boikot, amboi.
2) Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
A. Huruf Kapital atau Huruf Besar Huruf Kapital dipakai sebagai huruf
pertama pada awal kalimat, petikan langsung, ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, unsur nama jabatan, nama gelar
kehormatan, keturunan, nama orang, nama bangsa, suku, nama geografi,
bulan, tahun, dll.
B. Huruf Miring Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan
nama buku, majalah, surat kabar, yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah
atau ungkapan asing (kecuali yang telah disesuaikan ejaannya), dan untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.
3) Penulisan Kata
Ada bebrapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1. Kata Dasar Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan
bentuk, yang ditulis sebagai suatu kesatuan. Misalnya :
• Buku itu sangat tebal.
• Kantor pajak penuh sesak.

2. Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata
turunan, yaitu : Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya :

 Menulis
 Membaca
Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata. Misalnya :

 Sebar luaskan
 Bertepuk tangan

Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan
akhiran, kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

 Keanekaragaman
 Menandatangani

Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan
kata itu ditulis serangkai. Misalnya :

 Mahaadil
 Antarkota

C. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).
Jenis jenis kata ulang yaitu :

 Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya = Laki : Lelaki


 Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya =
Laki : Laki-laki
 Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya = Sayur
: Sayur-mayur
 Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Misalnya =Main : Bermain-main

4) Pemakaian Tanda Baca Tanda koma (,)


Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan:

 Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


 Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
 Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
 Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
 Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
 Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3)
tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
 Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
 Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
 Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
 Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
 Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat
pada awal kalimat.
 Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau seru.
Tanda Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :

 Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan


 Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
 Akhir singkatan nama orang.
 Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum. Bila singkatan itu
terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
 Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
 Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
 Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
 Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau
ilustrasi dan tabel.
Tanda Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :

 Akhir kalimat tanya.


 Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Tanda Seru ( ! )
Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, rasa emosi yang kuat dan
ketidakpercayaan.
Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai untuk :

 Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.


 Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
 Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan
 Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
 Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
 Di antara jilid atau nomor dan halaman.
 Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap
yang mengakhiri pernyataan.
Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara. dan digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara dalam
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) dipakai untuk :

 Dalam penomoran kode surat.


 Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

Tanda Petik ( "…" )


Tanda petik dipakai untuk :

 Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau


bahan tertulis lain.
 Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan
atau yang belum
 Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam
kalimat. \
Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan
bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di
akhir kalimat, maka dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau
loncatan.
Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘ )
Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun. Misalnya:

 1 Januari ‘88. (‘88 = 1988)


 Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
 Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)

Tanda Petik Tunggal (‘…’)


Tanda petik tunggal dipakai untuk:

 Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.


 Mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

5. Penulisan Unsur Serapan


Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah
bahasa asing yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh :
president menjadi presiden.
Penyerapan unsur asing dalam penggunaan bahasa indonesia dibenarkan,
sepanjang :

 Unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak
mewakili dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau
dipakai dalam bahasa Indonesia.
 Konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa
Indonesia.
Sebaliknya seandainya dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang
mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima.
Menerima unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti
bahasa Indonesia miskin kosakata atau ketinggalan.
Penyerapan unsur serapan asing adalah hal wajar, karena setiap bahasa
mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur
bahasa berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat
terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi.

DAFTAR PUSTAKA
yuhdi fitriadi. EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD. Academia.edu.
Published 2022. Accessed February 22, 2023.
https://www.academia.edu/37445647/EJAAN_YANG_DISEMPURNAKAN_EY
D

Anda mungkin juga menyukai