Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN EJAAN


Jadi EYD adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini
menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan
bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Jadi EYD merupakan ejaan yang sudah
disempurnakan artinya semua kata atau kalimat sudah diatur sedemikian rupa yang sudah
disempurnakan untuk membuat sebuah karya tulis menjadi sempurna.

Adapun sejarah dari EYD


Pada tahun 1967 mengeluarkan ejaan baru(ejaan LBK), sebelum lembaga Bahasa
dan Kesastraan(sekarang pusat bahasa) mengeluarkan EYD. Ejaan baru pada dasarnya
merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Panitia itu
bekerja atas dasar surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67, pada
tanggal 19 September 1967.
Pada 23 Mei 1972,sebuah pernyataan bersama ditandatangani oleh menteri pelajaran
Malaysia Tun Hussein Onn dan Menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia, Mashsyuri.
Pernyataan bersama tersebut mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah
disepakati para ahli tersebut. Pada tanggal 16 Agustus 1972,berdasarkan keputusan presiden
nomor 57 tahun 1972,berlakulah system ejaan latin bagi bahasa melayu. Dengan keputusan
presiden No,57 tahun 1972,ejaan tersebut dikenal dengan nama Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD),dan sampai saat ini EYD tetap dipakai di berbagai kalimat atau suatu
karya yang ditulis.

2.2 PERKEMBANGAN JENIS-JENIS EJAAN BAHASA INDONESIA


Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan-perubahan
yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk penyempurnaan. Dalam language planning
proses ini dikenal dengan istilah elaborasi, yaitu pembutan aturan-aturan kaidah kebahasaan
seperti dalam kaidah penulisan (ortografis)
1. Ejaan van Ophuysen
Ejaan van Ophuhysen atau yang juga dikenal dengan ejaan Balai Pustaka
dipergunakan sejak tahun 1901 hingga bulan Maret 1947. Disebut Ejaan van
Ophuysen karena ejaan itu merupakan hasil karya dari Ch. A. van Ophuysen yang
dibantu oleh Engku Nawawi. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat Melayu. Disebut
dengan Ejaan Balai Pustakan karena pada waktu itu Balai Pustaka merupakan suatu

1
lembaga yang terkait dan berperan aktif serta cukup berjasa dalam sejarah
perkembangan bahasa Indonesia.
Beberapa hal yang cukup menonjol dalam ejaan van Ophusyen antara lain :
a. Huruf y ditulis dengan j.
b. Huruf u ditlus dengan oe
c. Huruf k pada akhir kata atau suku kata ditulis dengan tanda koma di atas.
d. Huruf j di tulis dengan dj.
e. Huruf c ditulis dengan tj.
f. Gabungan konsonan kh ditulis dengan ch.

2. Ejaan Republik
Ejaan Republik merupakan hasil penyederhanaan dari pada Ejaan van Ophuysen.
Ejaan Republik mulai berlaku pada tanggal 19 Maret 1947. Pada waktu itu yang
menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia
adalah Mr. Soewandi, maka ejaan tersebut dikenal pula atau dinamakan juga dengan
Ejaan Soewandi. Ejaan Repulik ini merupakan suatu usaha perwujudan dari Kongres
Bahasa Indonesia yang pertama di Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1938 dan yang
menghasilkan suatu keputusan penyusunan kamus istilah. Beberapa perbedaan yang
tampak dalam Ejaan Republik dengan ejaan Ophusyen dapat diperhatikan dalam
uraian di bawah ini:
a. Gabungan huruf oe dalam ejaan van Ophusyen digantikan dengan u dalam
Ejaan Republik.
b. Bunyi hamzah (‘) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengan k dalam Ejaan
Republik.
c. Kata ulang boleh ditandai dengan angka dua dalam Ejaan Republik.
d. Huruf e taling dan e pepet dalam Ejaan Republik tidak dibedakan.
e. Tanda trema (") dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.

3. Ejaan Pembaharuan
Ejaan pemabahruan merupakan suatu ejaan yang direncanakan untuk memperbaharui
Ejaan Republik. Penyusunan itu dilakukan oleh Panitia Pembaharuan Ejaan Bahasa
Indonesia. Konsep Ejaan Pembaharuan yang telah berhasil disusun itu dikenal sebuah
nama yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai kepanitiaan ejaan itu.
Yaitu Profesor Prijono dan E. Katoppo. Pada tahun 1957 panitia dilanjutkan itu
berhasil merumuskan patokan-patokan ejaan baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia itu
tidak pernah diumumkan secara resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah
diberlakukan. Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah
disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan huruf
tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah ini.
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi ts
c. Gabungan konsonan ng diubah menjadi ŋ
d. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ń

2
e. Gabungan konsonan sj diubah menjadi š
Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut diftong ditulis
berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.

4. Ejaan Melindo
Ejaan Melindo (Melayu- Indonesia), merupakan suatu hasil perumusan ejaan Melayu
dan Indonesia pada tahun 1959. Perumusan Ejaan Melindo ini diawali dengan
diselenggarakannya Kongres Bahasa Indonesia yang kedua pada tahun 1945, di
Medan, Sumatera Utara. Bentuk rumusan Ejaan Melindo adalah merupakan bentuk
penyempurnaan dari ejaan sebelumnya. Tetapi Ejaan Melindo ini belum sempat
dipergunakan, karena pada masa-masa itu terjadi konfrontasi antara negara kita
Republik Indonesia dengan pihak Malaysia. Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam
Ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta, diganti dengan c
menjadi cinta, juga gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti dengan huruf nc,
yang sama sekali masih baru. Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan konsonan
itu diganti dengan ts dan ń.

5. Ejaan Baru (Ejaan LBK)


Ejaan baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah dirintis oleh
panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari panitia Ejaan
LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu
konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar
surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan no.062/67,tanggal 19 september
1967.
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, antara lain :
a. Gabungan konsonan dj diubah menjadi j.
b. Gabungan konsonan tj diubah menjadi j
c. Gabungan konsonan nj diubah menjadi ny
d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy
e. Gabungan konsonan ch diubah menjadi kh

6. Ejaan Yang Disempurnakan


Pada waktu pidato kenegaraan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan
Republik Indonesia yang ke XXVII, tanggal 17 Agustus 1972 diresmikanlah
pemakaian ejaan baru untuk bahasa Indonesia oleh Presiden Republik Indonesia.
Dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, ejaan tersebut dikenal dengan nama
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). Ejaan tersebut merupakan hasil
yang dicapai oleh kerja panitia ejaan bahasa Indonesia yang telah dibentuk pada tahun
1966. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini merupakan penyederhanaan
serta penyempurnaan dari pada Ejaan Suwandi atau ejaan Republik yang dipakai
sejak dipakai sejak bulan Maret 1947.
Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EYD, antara lain:
a. Perubahan Huruf

3
Ejaan Lama EYD
Djika Jika
Tjakap Cakap
Njata Nyata
Sjarat Syarat
Achir Akhir
Supaja Supaya

b. Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan
pemakaiannya, misalnya Khilaf, Fisik, valuta, Zakat
c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap
digunakan, misalnya pada kata Furqan, dan xenon.
d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan di- yang merupakan kata
depan. Sebagai awalan, di- ditulis sering kali dengan unsur yang menyertainya,
sedangkan di- sebagai kata depan ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Awalan Kata Depan
Dicuci Di kantor
Dibelikan Di sekolah
Dicium Di samping
Dilatar belakangi Di tanah

e. Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak
digunakan sebagai penanda perulangan, misalnya: Anak-anak, bukan anak2,
Bermain-main, bukan bermain2, Bersalam-salaman, bukan bersalam2a.

7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun
resmi berlaku sebagai ejaan baru Bahasa Indonesia. Katanya, latar belakang
diresmikan ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi, dan
seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini menyempurnakan
EYD, terutama dalam hal penambahan diftong, penggunaan huruf kapital, dan cetak
tebal.
Contoh:
 Huruf diftong yang berlaku antara lain: ai, au, ei, oi
 Lafal huruf “e” menjadi tiga jenis. Contohnya seperti pada lafal: petak, kena,
militer
 Penulisan cetak tebal untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis
miring, dan bagian-bagian karangan seperti judul, bab, dan subbab.
 Huruf kapital pada nama julukan seseorang. Contohnya: Pak Haji Bahrudin
 Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai dalam dialog.
Selain berkembang dalam ejaan, bahasa Indonesia juga mengalami pembaharuan
dalam teknologi. Sekarang ini kalian jadi lebih mudah mengakses KBBI dan EBI
karena sudah dibuat versi daring.

4
2.3 Cara Penulisan EYD
1. Penulisan Huruf Kapital
Huruf kapital adalah huruf yang berukuran dan juga berbentuk khusus di mana lebih besar
dibanding dengan huruf biasa dan selalu digunakan pada setiap awalan kata pada suatu
paragraf atau kalimat. Dan bukan hanya demikian melainkan huruf kapital juga memiliki
aturan lain yang harus diketahui. Berikut aturan huruf kapital menurut EYD.
a. Untuk huruf pertama dalam kata pertama di suatu kalimat
Seperti yang banyak kita ketahui adalah di mana penggunaan huruf kapital dalam
penulisan EYD digunakan pada huruf pertama juga di suatu kalimat.
Contoh:
 Bulan menjadi cahaya yang paling terang ketika malam hari.
 Matahari menjadi sangat panas jika waktu semakin siang.

b. Untuk huruf pertama pada kalimat petikan langsung


Kalimat petikan adalah kalimat yang menggambarkan isi percakapan pada suatu teks
atau bacaan.
Contoh :
 Ibu marah padaku sambil berkata, ”kenapa kamu bolos sekolah dan malah
main ke warnet?”
 Sang bapak marah kepada anaknya kemudian berkata ”Nak bapak tidak
mengajarkan kamu hal buruk seperti ini nak?”

c. Untuk huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan Tuhan


Huruf kapital dalam EYD juga digunakan untuk kata yang berhubungan dengan
Tuhan, kitab suci atau sebagai kata ganti untuk menyebutkan Tuhan.
Contoh :
 Wahai umatku bertobatlah sebab dunia sudah tua dan hampir berakhir.
 Jangan berbuat dosa sebab Allah maha tahu.

d. Untuk huruf pertama dalam menyebutkan nama gelar kehormatan


Huruf kapital pada EYD juga harus digunakan untuk kata yang berkaitan dengan
kehormatan, gelar keagamaan, gelar keturunan.
Contoh:
 Salah satu pahlawan yang berjasa untuk bangsa Indonesia adalah Pangeran
Diponegoro
 Acara doa bersama yang dilakukan di rumah Pak Eko dipimpin oleh Ustad
Salim Ahmad

5
e. Penulisan huruf miring
Huruf miring dalam EYD adalah huruf yang dicetak miring di mana dalam
terminology tipograri huruf miring sering disebut dengan italic. Huruf italic atau huruf
miring biasanya dipakai untuk memberikan penekanan dalam sebut kata.
 Untuk menuliskan nama buku atau suatu kalimat
Penggunaan huruf miring dalam EYD adalah yang pertama untuk menuliskan
nama buku untuk suatu kalimat. Jadi kalau ingin menuliskan suatu buku harus
menggunakan huruf miring.
 Untuk menegaskan huruf atau kata pada suatu kalimat
Huruf miring juga harus digunakan pada suatu kalimat dengan tujuan untuk
menegaskan atau mengkhususkan kata tersebut agar lebih paham.
 Untuk menuliskan nama latin atau nama ilmiah dalam suatu kalimat
Penggunaan huruf latin dalam EYD adalah berikutnya untuk menuliskan nama
ilmiah.
Karena setiap tumbuhan atau hewan pastinya memiliki nama ilmiah, di situlah
huruf miring digunakan agar lebih paham.
 Untuk menuliskan alamat website dalam kalimat
Terakhir penggunaan huruf miring dalam EYD adalah untuk menuliskan
alamat website atau atau suatu link yang ada dalam kalimat.

2. Penulisan bentuk ulang


Bentuk ulang adalah penulisan kata yang berulang. Bentuk ulang ini berbeda dengan
kata ulang, di mana bentuk ulang diberikan untuk bentuk yang pasti mengalami
perulangan, misalnya seperti laba-laba, sia-sia.
Contoh:
 Anak-anak selalu bermain di pinggir pantai
 Saya senang jalan-jalan keliling tanam setiap sorenya
 Buku-buku tertata rapi di perpustakaan.

Anda mungkin juga menyukai