Ejaan,Kalimat,Dan Paragraf
Disusun oleh :
Abyan Farid Panjaitan
11191120000014
Abyan.farid19@mhs.uinjkt.ac.id
A.Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggambungannya dalam suatu
bahasa).1 Menurut Suyanto (2011: 90) Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana
ucapan atau apa yang di-lisankan oleh seseorang ditulis dengan perantara lambang-lambang atau
gambar-gambar bunyi.
Hal ini menjelaskan bahwa EYD (dikenal saat ini dengan PUEBI) sudah sejak lama
diimplementasikan yaitu sudah tiga dasawarsa.Namun,pada kenyataanya sampai saat ini masih
banyak ditemukan tulisan yang tidak sesuai asas dan melanggar ketentuan yang ada.Ejaan juga
memiliki sejarah perkembangan yang berubah dari waktu ke waktu mulai dari ejaan Van
Ophuijsen, ejaan Suwandi, ejaan Pembaruan, ejaan Melindo, ejaan LBK, dan Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan merupakan akhir dari sejarah ejaan bahasa indonesia yang berisi
kaidah aturan ejaan yang dipakai pada saat ini.Berikut ini adalah uraian perkembangan ejaan :
Ejaan Van Ophuijsen ini dirancang oleh Van Ophuijsen dengan bantuan dari Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma’moer serta Moehammad Thaib Soetan Ibrahim pada tahun 1901.Ch.
A. Van Ophuijsen adalah seorang inspektur pendidikan (dasar) bagi penduduk pribumi Sumatera
dan daerah sekitarnya di tahun 1890-an.Awal dari lahirnya ejaan ini adalah pemerintah yang
menugaskan Van Ophuijsen untuk merancang sistem ejaan dasar yang mantap dan ilmiah untuk
digunakan dalam pengajaran. Tugas itu ia terima pada tahun 1896 dan selesai pada tahun
1
http://digilib.unila.ac.id/7057/14/BAB%20II.pdf = diakses pada hari Selasa 01/10/2019
2
https://kbbi.web.id/eja.html#referrer=https://www.google.com = diakses pada hari Senin Selasa 01/10/2019
1901.Ejaan van ophuijsen terlahir dalam bentuk sebuah daftar kata yang diawali dengan uraian
singkat tentang aturan-aturan ejaan, Kitab Logat Melajoe. Aturan-aturan tersebut, di antaranya
adalah sebagai berikut:
1. Kata koe (akoe), kau, se, ke, dan di ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Contoh:
3. Ke- dan se- merupakan awalan, bukan ka- dan sa-. Contoh: ketiga, sebenarnya.
4. Ejaan van ophuijsen ini juga membahas awalan ter-, ber-, dan per- yang jika dirangkaikan
dengan kata dasar berawalan huruf r maka akan luluh. Contoh: beroemah, terasa, peran.
5. Akhiran –i akan diberi tanda ¨ apabila bertemu dengan kata yang berakhiran huruf a. Contoh:
menamaï.
Sebelum ejaan van ophuijsen disusun, para penulis pada umumnya mempunyai aturannya
sendiri-sendiri dalam menuliskan konsonan, vokal, kata, kalimat, dan tanda baca. Oleh karena
itu, sistem ejaan yang digunakan pada waktu itu sangat beragam. Terbitnya ejaan van ophuijsen
sedikit banyak mengurangi kekacauan ejaan yang terjadi pada masa itu.
Ejaan Suwandi atau Ejaan Republik disusun oleh Mr. Soewandi yang merupakan nama
Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Penyusunan ejaan baru ini dimaksudkan
untuk menyempurnakan ejaan yang berlaku sebelumnya juga untuk menyederhanakan sistem
ejaan bahasa Indonesia.3
3
https://bahasa.foresteract.com/wp-content/uploads/2019/03/Modul-Materi-Bahasa-Indonesia-Sejarah-Ejaan-
Bahasa-Indonesia.pdf = diakses pada hari Selasa 01/10/2019
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak diganti dengan huruf k. Contoh: tak, rakyat, tidak.
4. Kata dasar berhuruf e (e pepet dalam bahasa Jawa) boleh dihilangkan. Contoh: perahu menjadi
prahu, menteri menjadi mentri. Namun kata tersebut tidak boleh dipergunakan pada kata
berimbuhan. Contoh: perangkap tidak boleh diubah menjadi prangkap.
3.Ejaan Pembaruan
Konsep Ejaan Pembaruan dikenal dengan ejaan Prijono-Katoppo, yaitu sebuah nama
yang diambil dari dua nama tokoh yang pernah mengetuai panitia ejaan itu. Prof. Prijono
merupakan Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan. Keberlanjutan tugas Prof. Prijono
dilakukan oleh E. Katoppo.
Prof M. Yamin memprakarsai kongres bahasa yang memutuskan agar ejaan Soewandi
disempurnakan.Kongres tersebut diselenggarakan di Medan pada tahun 1954. Pada waktu itu
disarankan agar dapat diusahakan tiga hal sebagai berikut :
4.Ejaan Melindo
Tindak lanjut perjanjian persahabatan antara Republik Indonesia dan Persekutuan Tanah
Melayu pada tahun 1959, antara lain usaha mempersamakan ejaan bahasa kedua negara ini.Pada
akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia Melayu (Slamet Mulyana-Syed Nasir bin Ismail
4
https://bahasa.foresteract.com/wp-content/uploads/2019/03/Modul-Materi-Bahasa-Indonesia-Sejarah-Ejaan-
Bahasa-Indonesia.pdf = diakses pada hari Selasa 01/10/2019
sebagai ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan ejaan
Melindo (Melayu Indonesia).
Ejaan Melindo tidak jauh berbeda dengan Ejaan Pembaruan karena ejaan itu sama-sama
berusaha untuk menyederhanakan ejaan dengan menggunakan sistem donemis.Hal yang berbeda
ialah dalam ejaan Melindo, gabungan konsonan tj, seperti pada kata tjinta diganti dengan c
menjadi cinta. Hal yang sama terjadi pada konsonan nj, seperti pada kata njonja diganti dengan
huruf nc yang sama sekali masih baru.
5.Ejaan LBK
Ejaan ini dikeluarkan pada tahun 1966 sebelum dikeluarkannya Ejaan Yang
Disempurnakan.Pelaksananya terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusaatraan
yang sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga terdiri dari panitia
Ejaan Melayu yang berhasil merumuskan ejaan tersebut.Panitia tersebut bekerja atas dasar Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 062/67 pada tahun 1967.Ejaan LBK
muncul karena ketidaksetujuan akan konsep Melindo. Beberapa hal yang dibahas dalam seminar
sastra 1968 yang membentuk konsep Ejaan LBK ini adalah antara lain.
2. Diftong tetap.
3. Di dan ke dibedakan antara preposisi dan imbuhan. Contoh: surat itu ditulisnya di rumah.
5. Mengenai istilah asing, misal guerilla (Spanyol), frasa coup de’etat (Prancis), dan extra
(Inggris) diubah menjadi gerilya, kudeta, dan ekstra.
6. Ejaan ini juga membahas mengenai qalb (hati) dan bahasa Arab juga mengenal kata
kalb(anjing), namun diputuskan tetap menggunakan kata kalbu untuk bahasa Indonesia.5
5
https://bahasa.foresteract.com/wp-content/uploads/2019/03/Modul-Materi-Bahasa-Indonesia-Sejarah-Ejaan-
Bahasa-Indonesia.pdf = diakses pada hari Selasa 01/10/2019
Presiden Republik Indonesia Soeharto meresmikan Ejaan Yang Disempurnakan pada
tanggal 16 Agustus 1972.Ejaan ini merupakan lanjutan dari Ejaan Baru atau Ejaan LBK. Pada
Hari Proklamasi Kemerdekaan tahun 1972 diresmikan aturan ejaan baru ini berdasarkan
keputusan Presiden Nomor 57 tahun 1972.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
Pada tahun 1988, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan (PUEYD) edisi kedua
diterbitkan berdasarkan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 0543a/U/1987 pada tanggal 9 September 1987.
Setelah itu, edisi ketiga diterbitkan pada tahun 2009 berdasarkan Keputusan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Dr. Anis Baswedan, Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan
(PUEYD) diganti dengan nama Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang
kesempurnaan naskahnya disusun oleh Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan
Pengembangan dan Pembina Bahasa.6
B.Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang
mengungkapkan pikiran yang utuh.7Kalimat biasanya didefinisikan sebagai susunan kata-kata
yang memiliki pengertian yang lengkap. Artinya, di dalam kalimat itu ada unsur subjek (S),
yakni unsur yang dibicarakan. Ada unsur predikat (P), yakni unsur yang menyatakan apa yang
dilakukan oleh unsur S atau apa yang dialami oleh unsur S itu. Mungkin ada unsur objek (O),
yakni unsur sasaran dari tindakan yang dilakukan oleh unsur S. Lalu mungkin juga ada unsur
keterangan (K), yakni unsur yang menerangkan tentang waktu, tempat, cara, dan sebagainya.
(Chaer, 2010: 36).
Dalam bukunya yang lain Chaer (2008: 5) menambahkan bahwa kalimat adalah satuan
sintaksis yang dibangun oleh konstituen dasar (biasanya berupa klausa),dilengkapi dengan
konjungsi (bila diperlukan), disertai dengan intonasi final (deklaratif, interogatif, imperatif, atau
6
https://bahasa.foresteract.com/wp-content/uploads/2019/03/Modul-Materi-Bahasa-Indonesia-Sejarah-Ejaan-
Bahasa-Indonesia.pdf = diakses pada hari Selasa 01/10/2019
7
http://digilib.unila.ac.id/1012/8/BAB%20II.pdf = diakses pada Hari Selasa 01/10/2019
interjektif).Dalam suatu kalimat memiliki beberapa unsur,seminimalnya ada subjek dan
predikat.Berikut adalah unsur-unsur kalimat :
1. Kalimat tunggal : merupakan kalimat yang memiliki satu klausa.(Contoh : Ibu memasak
sayur)
2. Kalimat majemuk : memiliki klausa lebih dari satu.(Contoh : Nabil Dan Ardi
mengerjakan tugas bahasa arab bersama karena mereka berada di dalam satu asrama).
1. Kalimat aktif memiliki verba atau predikat yang berimbuhan me- dan be- (Contoh:
bekerja,memasak,membaca,berjalan,Dan lainnya)
2. Kalimat pasif memiliki verba atau predikat yang berimbuhan di-,ke-an,ter- (Contoh:
dipetik,diinjak,terinjak,dipinjam)
9
https://repository.usd.ac.id/11935/2/131224022_full.pdf = diunduh pada hari Selasa 01/10/2019
10
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196306081988031-
MEMEN_DURACHMAN/Paragrafx.pdf = diunduh pada hari Selasa 01/10/2019