10
11191120000014
Filsafat Politik II
Ilmu Politik 4A
Jurgen Habermas adalah salah satu filsuf Eropa kontemporer yang dikenal sebagai
penerus para teoritisi mazhab Frankfurt seperti Max Horkheimer, Theodore Wiesengrund
Adorno dan Herbet Marcuse. Pemikiran-pemikirannya cukup luas yang mana di dalamnya
terkandung pragmatisme. Hermeneutik, psikoanalisa, serta teori-teori sosial yang
revolusioner. Jurgen Habermas lahir di Dusseldorf, Jerman pada 18 Juni 1929 dan dibesarkan
di sebuah kawasan kecil Grummersbach (sebuah kota kecil yang dekat dengan daerah
Dusseldorf. Ayahnya adalah seorang pengusaha yang menjabat sebagai ketua kamar dagang
di Grummersbach (Anwar Nuris: 40).
Kata “deliberasi” beasal dari kata latin deliberatio yang artinya konsultasi, menimbang-
nimbang, atau musyawarah. Maka demokrasi bersifat deliberatif jika proses pembuatan suatu
kebijakan publik diuji dahulu lewat konsultasi langsung dengan pihak yang bersangkutan,
yaitu rakyat itu sendiri. Demokrasi deliberatif ini juga merupakan sintesis paling tidak dari
dua tradisi pemikiran tentang hukum negara dan demokrasi modern, yakni tradisi liberal
seperti John Locke dan tradisi republikan seperti Rosseau. Tradisi liberal memandang hukum
dan negara secara utilitaristik sebagai lembaga-lembaga yang diperlukan untuk menjamin
kebebasan warga masyarakatnya. Sedangkan tradisi republikan memandang hukum dan
negara sebagai ekspresi kehendak umum, yang dianggap kehendak suci rakyat. Negara dalam
republikanisme berhak menutut komitmen dan pengorbanan dari warga negaranya atau
rakyatnya. Maka dalam tradisi ini kita mengenai istilah seperti “mengabdikan diri pada
negara” dan semacamnya (Moh. Asy’ari Muthar: 55).
Sebagai sintesis dari kedua tradisi diatas, demokrasi deliberatif membawa nilai
bersama-sama mencari kebenaran yang berakar pada fakta, peduli pada kepentingan
masyarakat, dan tidak doktriner. Keberadannya ini menutupi cacat yang timbul dari
demokrasi liberal yang menempatkan sang peraih suara terbanyak dalam pemilu berhak
menentukan tindakan bersama. Dimana dalam demokrasi deliberatif partisipasi publik
menjadi lebih luas dengan menekankan proses uji kebijakan pemerintah terhadap
masyarakatnya. Dapat dikatakan bahwa demokrasi deliberatif ini menekankan aspek
rasionalitas dan komunikasi publik, sehingga kebijakan publik dapat diterima secara
intersubjektif oleh semua warga negara dan tidak menutup diri dari kritik dan revisi. Lebih
lanjut, Habermas memaparkan beberapa kondisi yang dapat mendorong terciptanya
komunikasi ideal dalam demokrasi deliberalif, yakni inklusif (tidak ada pihak spesial), bebas
paksaan, terbuka dan simetris. Proses inilah yang nantinya akan menentukan legitimasi
politiknya. Semakin rasional dan terbuka terhadap pengujian publik, maka akan semakin
legitimate hasilnya (Muthar: 56-58).
Daftar Rujukan
Nuris, Anwar. “Tindakan Komunikatif: Sekilas tentang Pemkiran Jurgen Habermas.” al-
Balaqh: Jurnal Dakwah dan Komunikasi, Vol.1, No.1, Januari – Juni 2016, h. 40-66.
Muthar, Moh. Asy’ari. “Membaca Demokrasi Deliberatif Jurgen Habermas dalam Dinamika
Politik Indonesia.” Jurnal UIN Jakarta, h. 49-72.