PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka diperoleh rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ejaan dan apa saja macamnya?
2. Bagaimana sejarah perkembangan ejaan bahasa Indonesia?
3. Apa dan bagaimana penulisan huruf dan kata yang baik dan benar?
4. Apa dan bagaimana penulisan unsur serapan dan tanda baca dalam sebuah kalimat?
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang
dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau gambar-gambar
bunyi. Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb)
dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. Menurut Tasai (2002), mengemukakan bahwa
ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
hubungan antar lambang-lambang itu. Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan
huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
Ejaan bahasa Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan dan perkembangan. Saat
ini ejaan Bahasa Indonesia yang kita gunakan adalah Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Berikut
perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia :
1. Ejaan Van Ophuysen (1901-1947)
Ejaan Ophuysen lahir dari niat pemerintah kolonial Belanda untuk menengahi keberagaman
variasi bahasa Melayu yang ada di Nusantara saat itu, sekaligus memudahkan Belanda
menyebarkan kekuasaan di daerah kolonisasinya.
Pengembangan ejaan ini dari bahasa Melayu dengan menggunakan huruf latin yang
dilakukan oleh Prof. Charles Van Ophuijsen ahli bahasa berkebangsaan Belanda yang dibantu
oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini
menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.
2
2. Ejaan Republik (Soewandi) - (1947-1972)
Ejaan ini disebut sebagai Ejaan Soewandi karena diresmikan tanggal 17 Maret 1947 oleh
Menteri, Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan saat itu, yaitu Raden Soewandi,
menggantikan ejaan Ophuysen. Ejaan ini disusun dengan maksud untuk membuat ejaan yang
lebih sederhana.
3. Ejaan Pembaharuan (1957)
Berdasarkan dari gagasan perbaikan ejaan pada masa Kongres Bahasa Indonesia II di Medan
pada 1956 disusun Ejaan Pembaharuan, dengan maksud menyempurnakan Ejaan Soewandi dan
juga disebut dengan Ejaan Prijono-Katoppo. Meskipun salah satu putusan kongres menyatakan
supaya ejaan itu ditetapkan undang-undang, ejaan ini urung diresmikan. Meskipun demikian,
ejaan ini disinyalir menjadi pemantik awal diberlakukannya EYD tahun 1972.
4. Ejaan Melayu Indonesia (Melindo) - (1959)
Sejak Kongres bahasa di Medan dan dihadiri oleh delegasi Malaysia, maka mulailah ada
keinginan di antara dua penutur Bahasa Melayu ini untuk menyatukan ejaan. Keinginan ini
semakin kuat sejak Malaysia merdeka tahun 1957 dan kita pun menandatangani kesepakatan
untuk membicarakan ejaan bersama tahun 1959-nya. Sayangnya, karena perkembangan politik
kita yang sedang memanas cukup lama, akhirnya pembahasan mengenai ejaan ini ditangguhkan.
5. Ejaan Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (1966)
Sebelum adanya EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (sekarang bernama Pusat Bahasa)
pada tahun 1966 mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan ini, sebenarnya estafet dari
ikhtiar yang sudah dirintis oleh panitia Ejaan Melindo. Anggota pelaksananya pun terdiri dari
panitia ejaan dari Malaysia. Pada intinya, ejaan ini merupakan awal terwujudnya Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan (EYD), hampir tidak ada perbedaan berarti di antara ejaan LBK
dengan EYD, kecuali pada rincian kaidah-kaidah saja.
6. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) – (1972)
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan atau biasa disebut EYD, diberlakukan sejak
penggunaannya diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 16 Agustus 1972. Pedoman umum
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ditetapkan oleh Mendikbud pada tanggal 31
Agustus 1975 dan dinyatakan dengan resmi berlaku diseluruh Indonesia dan disempurnakan lagi
pada tahun 1987. Dikatakan ejaan yang disempurnakan karena ejaan tersebut merupakan
penyempurnaan dari beberapa ejaan sebelumnya.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) – (2015-Sekarang)
Selama ini kita mengenal sebutan EYD yang berarti Ejaan Yang Disempurnakan, pedoman
baku mengenai penggunaan bahasa Indonesia, kini namanya berganti menjadi Ejaan Bahasa
Indonesia (EBI). Melalui keluarnya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50
tahun 2015, Mendikbud mencabut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 46 Tahun
2009 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Dan Ejaaan
Bahasa Indonesia (EBI) digunakan sampai saat ini.
3
a) Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi,
sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan
survei).
b) Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul
buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema dalam
kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.
4
Sidang itu dipimpin oleh Presiden.
Kegiatan itu sudah direncanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional.
3) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak
merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu.
Misalnya:
Devisi itu dipimpin oleh seorang mayor jenderal.
Di setiap departemen terdapat seorang inspektur jenderal.
f. 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang.
Misalnya:
Amir Hamzah
Wage Rudolf Supratman
2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai
nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
Penjualan mesin diesel semakin meningkat akibat pemadaman bergilir yang dilakukan PLN.
Besarnya tegangan pada saklar adalah 220 volt.
g. 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
Bahasa yang digunakan di Indonesia adalah bahasa Indonesia.
2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang
digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan.
Misalnya:
pengindonesiaan kata asing
keinggris-inggrisan
h. 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya:
Kita selalu merayakan hari kemerdekaan setiap bulan Agustus.
Setiap hari Minggu sekolah-sekolah diliburkan.
2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan
sebagai nama.
Misalnya:
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.
i. 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi.
Misalnya:
Banyuwangi Asia Tenggara
Cirebon Amerika Serikat
Eropa Jawa Barat
2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak diikuti oleh
nama diri geografi.
5
Misalnya:
berlayar ke teluk mandi di sungai
menyeberangi selatberenang di danau
3) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang digunakan
sebagai penjelas nama jenis.
Misalnya:
nangka belanda
kunci inggris
petai cina
j. 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga
resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti
dan, oleh, atau, dan untuk.
Misalnya:
Republik Indonesia
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1972.
2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara,
lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi.
Misalnya:
beberapa badan hukum
kerja sama antara pemerintah dan rakyat
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan
judul karangan.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti
di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan
yang digunakan dengan nama diri.
Misalnya:
Dr. doktor
S.E. sarjana ekonomi
S.H.sarjana hukum
6
n. 1) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau
pengacuan.
Misalnya:
Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
Besok Paman akan datang.
2) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan
yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan.
Misalnya:
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
o. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan.
Misalnya:
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima dengan baik.
1. Pemakaian Huruf Miring
a. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar
yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
Saya belum pernah membaca buku Negarakertagama karangan Prapanca.
Majalah Bahasa dan Sastra diterbitkan oleh Pusat Bahasa.
Catatan:
Judul skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak
ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.
b. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Misalnya:
Huruf pertama kata abad adalah a.
Bab ini tidak membicarakan pemakaian huruf kapital.
c. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama ilmiah atau ungkapan asing
yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia penulisannya diperlakukan sebagai kata
Indonesia.
Misalnya:
Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana.
Korps diplomatik memperoleh perlakuan khusus.
2. Penulisan Kata Dasar
a. Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
Kantor pos sangat ramai.
Buku itu sudah saya baca.
7
3. Penulisan Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
berbagai ketetapan sentuhan
gemetar mempertanyakan terhapus
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran ditulis serangkai dengan kata
yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
diberi tahu, beri tahukan
bertanda tangan, tanda tangani
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
memberitahukan ditandatangani
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi , gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya :
antarkota audiogram
dasawarsa caturtunggal
ekstrakurikuler elektroteknik
4. Penulisan Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung(-).
Misalnya:
anak-anak buku-buku
berjalan-jalan dibesar-besarkan
gerak-gerik huru-hara
5. Penulisan Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebutkan kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-
unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya:
duta besar kerja sama
meja tulis orang tua
rumah sakit terima kasih
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan salah pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang berkaitan.
Misalnya:
alat pandang-dengar anak-istri saya
buku sejarah-baru ibu-bapak kami
kaki-tangan penguasa mesin-hitung tangan
8
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai karena hubungannya sudah sangat padu sehingga
tidak dirasakan lagi sebagai dua kata.
Misalnya:
acapkali apabila
barangkali belasungkawa
bumiputra daripada
6. Penulisan Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya.
Kata ganti ku dan kau sebagai bentuk singkat kataaku dan engkau, ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya.
aku bawa, aku ambil menjadi kubawa, kuambil
engkau bawa, engkau ambil menjadi kaubawa, kauambil
Misalnya:
Bolehkan aku ambil jeruk ini satu?
Kalau mau, boleh engkau baca buku itu.
7. Penulisan Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah dianggap kata yang sudah dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Saya sudah makan di rumah teman.
Ibuku sedang ke luar kota.
Bram berasal dari keluarga terpelajar.
Akan tetapi, kata-kata seperti daripada, kepada, kemari, ditulis serangkai.
Misalnya :
Kinerja Lely lebih baik daripada Tuti.
Kami percaya kepada Ada.
Akhir-akhir ini beliau jarang kemari.
8. Penulisan Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
Salah Benar
Sikecil si kecil
9. Penulisan Partikel
a. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
9
Misalnya:
Bacalah peraturan ini sampai tuntas.
Siapakah tokoh yang menemukan radium?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun yang dikatakannya, aku tetap tak percaya.
Satu kali pun Dedy belum pernah datang ke rumahku.
Catatan:
Kelompok berikut ini ditulis serangkaian, misalnya adapun, andaipun, bagaimanapun,
biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun.
Misalnya:
Adapun sebab-musababnya sampai sekarang belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya mengajukan permohonan itu.
c. Partikel per yang berarti (demi), dan (tiap) ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
Misalnya:
Mereka masuk ruang satu per satu (satu demi satu).
Harga kain itu Rp 2.000,00 per meter (tiap meter).
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
10
aa (Belanda) menjadi a
paal baal octaaf pal bal oktaf
11
çabda çastra sabda sastra
e tetap e
effect description synthesis efek deskripsi sintesis
ea tetap ea
idealist habeas idealis habeas
ee (Belanda) menjadi e
stratosfeer stratosfer
systeem sistem
ei tetap ei
eicosane eidetic einsteinium eikosan eidetik einsteinium
eo tetap eo
stereo geometry zeolite stereo geometri zeolit
eu tetap eu
neutron eugenol europium neutron eugenol europium
f tetap f
fanatic factor fossil fanatik faktor fosil
gh menjadi g
sorghum sorgum
gue menjadi ge
igue gigue ige gige
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i
12
contingent kontingen
congress kongres
linguistics linguistik
oo (Belanda) menjadi u
zoology zoologi
coordination koordinasi
ou menjadi u jika lafalnya u
ps tetap ps
pterosaur pterosaur
pteridology pteridologi
ptyalin ptialin
q menjadi k
aquarium akuarium
13
frequency frekuensi
equator ekuator
rh menjadi r
scenography senografi
scintillation sintilasi
scyphistoma sifistoma
schema skema
schizophrenia skizofrenia
scholasticism skolastisisme
th menjadi t
theocracy teokrasi
orthography ortografi
thiopental tiopental
thrombosis trombosis
methode metode
14
u tetap u
ua tetap ua
dualisme dualisme
aquarium akuarium
ue tetap ue
equinox ekuinoks
conduite konduite
uo tetap uo
fluorescein fluoresein
quorum quota kuorum kuota
uu menjadi u
15
exception eksepsi ekses
excess eksisi eksitasi
excision
excitation
yakitori yakitori
yangonin yen yangonin yen
yuan yuan
y menjadi i jika lafalnya i
z tetap z
tetapi:
mass massa
publicatie
16
ideëel materieel ideel materiel morel
moreel
-ein tetap -ein
percentile,
percentiel mobile,
mobiel
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
17
modernism, modernisme
modernisme komunisme
communism,
communisme
-ist menjadi -is
descriptive, deskriptif
descriptief demonstratif
demonstrative,
demonstratief
hominoid, hominoid
hominoide anthropoid
anthropoid,
anthropoide
-oir(e) menjadi -oar
18
director, directeur direktur inspektur
inspector, amatir formatur
inspecteur
amateur formateur
1). Tanda titik
a) Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
b) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
19
c) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan
waktu.
e) Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya atau tanda seru, dan tempat daftar pustaka
f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukkan jumlah.
g) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
h) Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan
alamat penerima surat.
2). Tanda koma (,)
a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
b) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
c) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
d) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat
pada awal kalimat termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan
akan tetapi.
e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang
lain yang terdapat di dalam kalimat.
f) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat
g) Tanda koma dipakai diantara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat, (3) tempat dan
tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
h) Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang di balik susunannya dalam daftar
pustaka
i) Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki
j) Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutnya untuk
menbedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga.
k) Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
l) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi
m) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiriginya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda
seru.
20
b) Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara dalam kalimat majemuk
4). Tanda titik dua ( : )
a) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau
pemerian
b) Tanda titik dua tidak dipakai jika tangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakiri pernyataan.
5). Tanda hubung (-)
a) Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan
b) Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se-dengan kata berikutnya yang dimulai
dengan huruf kapital, (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan –an, dan (d) singkatan huruf
kapital dengan imbuhan atau kata.
6). Tanda pisah (- )
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus diluar
bangun kalimat, menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat
menjadi lebih jelas, dan dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti ‘sampai dengan’
atau di antara dua nama kota yang berarti ‘ke’ atau ‘sampai’.
7). Tanda Tanya (?)
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya, tanda tanya dipakai didalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
8). Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan atau emosi yang kuat.
9). Tanda Elipsis (…)
Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian
yang dihilangkan.
Catatan :
(1) Tanda ellipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda ellipsis pada akhir kalimat diikuti olrh tanda titik (jumlah titik empat buah).
10). Tanda petik (“.,..”)
Tanda petik untuk mengaput petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai
arti khusus atau kurang dikenal
11). Tanda petik tunggal
Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing
12). Tanda Kurung ((…))
Tanda kurung dipakai untuk mengepit tambahan keterangan atau penjelasan, tanda kurung
dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat, Tanda
kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya di dalam teks dapat
dimunculkan atau dihilangkan, Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang
digunakan sebagai penanda pemerincian.
21
13). Tanda Kurung siku ([...])
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan atas kesalahan atau kekurangan didalam naskah asli yang ditulis orang lain.
Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang terdapat
dalam tanda kurung.
14). Tanda garis miring (/)
a) Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa
satu tahun yang terbagi dalam dua tahun
b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, dan tiap
15). Tanda penyingkat atau apostrof (‘)
Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
2. Ejaan adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang dilisankan oleh
seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau gambar-gambar bunyi.
3. Ejaan memiliki komponen-komponen penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan tanda baca,
serta unsur serapan.
4. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat aturan atau kaidah penggunaan
Bahasa Indonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun tulisan
5. Penulisan huruf yang terdapat dalam ejaan yaitu penulisan hurf miring dan huruf kapital.
6. Penulisan kata yang terdapat dalam sebuah ejaan yakni kata dasar, kata ulang, kata ganti,
gabungan kata, dll.
7. Pemakaian tanda baca yang terdapat dalam ejaan diantaranya tanda titik, tanda koma, tanda
seru, tanda tanya, titik dua, tanda petik, tanda miring, dll.
22
8. Dari penjabaran diatas, ejaan sangat dibutuhkan dalam hal kepenulisan. Misalnya dalam
penulisan karya ilmiah, skripsi, dan thesis.
DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud. 1987. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnaklan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Depdikbud.
Finoza, Lamuddin. 2009. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa NonJurusan Bahasa.
Jakarta: Diksi Insan Mulia
http://pondokbahasa.wordpress.com/2008/08/07pemanfaatan-bahasa-daerah-dalam-
pengembangan-bahasa-indonesia-media-massa.html
https://sarjanabersama.blogspot.com/2018/03/sejarah-perkembangan-ejaan-bahasa.html
http://diaryforberti.blogspot.com/2014/12/makalah-bahasa-indonesia-tata-cara.html
23