PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Banyak diantara kita yang masih banyak menggunakan kata dan susukan kalimat
diperlukan, baik untuk komunikasi secara lisan atau bahkan tulisan./ehingga apa
yang telah ada pada masyarakat umumnya, perlahan pemahaman ejaan yang
2. Rumusan masalah
Apa yang disebut dengan ejaan ?
Bagaimana sejarah perkembagan ejaan bhasa Indonesia ?
Bagaimana penerapan kaidah ejaan bahasa Indonesia ( EBI ) ?
BAB 2
ISI
A. PENGERTIAN EJAAN
demikian, jika ejaan tersebut belum mapan dan masih memiliki kekurangan
dalam bahasa tulis, ejaan yang sudah ada itu akan mengalami perubahan sesuai
mesin tulis pada percetakan. Hal ini berarti bahwa keberadaan grafem atau
penataannya
bahasa Indonesia baku. Pembakuan ejaan merupakan salah satu aspek yang
harus di bakukan selain pembakuan tata istilah, pembakuan tata bahasa, dan
Untuk aspek yang terakhir ini, Halim ( 1979 : 27 ) menyatakan bahwa pembakuan
terakhir bukan karena tidak penting, tetapi karena kenyataan bahwa bahasa
Indonesia merupakan bahasa kedua bagi kebanyakan orang Indonesia dan bukan
sebagai bahasa ibu. Oleh karena itu, pembakuan ujaran lisan bahasa Indonesia
masih sulit untuk di lakukan. Penutur bahasa Indonesia yang beragam bahasa
bahasa baku lisan bahasa Indonesia yang akan di rancang. Namun, sebagai
pedoman yang agak jelek unuk bahasa lisan bahasa Indonesia sudah ada, yakni
tuturan bahasa Indonesia yang tidak jelas lagi asal etnis atau daerah penuturnya.
Sejarah dan penerapan kaidahnya akan di lakukan dengan menelaah lebih jauh
sejak sejarah pergantian ejaan tersebut yang di mulai pada awal abad ke-20.
dan peggunaanya pada masa sekarang yang di sebut dengan ejaan bahasa
Indonesia ( EBI ) . ejaan bahasa Indonesia ini telah di tetapkan dengan peraturan
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada 1901.
Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang diciptakan oleh
Charles A. van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk
menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa
Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan
yang baru yang disebut Ejaan Republik/Ejaan Soewandi .
3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini digagas oleh
Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II ini, peserta kongres
membicarakan tentang perubahan sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi
Ejaan Melindo (1961-1967) Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan
Indonesia dan Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang
menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut gagal
karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
4. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (19671972) Pada 1967,
Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan ini merupakan kelanjutan
dari Ejaan Melindo yang gagal diresmikan pada saat itu.
5. Ejaan Melindo (1961-1967)
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia.
Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan penulisannya.
Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi
Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015 pada masa
menteri Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan Ejaan Soewandi yang berlaku sebelumnya. Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan
2009.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia melalui Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya, pemerintah meyakini bahwa ejaan
merupakan salah satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang benar. Ejaan
Bahasa Indonesia ini diresmikan pada 2015 di masa pemerintahan Joko Widodo dan Anies
Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Masyarakat terdidik sangat seringmenggunakan bahasa Indonesia ragam tulis. Sebagian besar
masyarakat, seperti siswa,mehasiswa, pegawai, guru, dosen, pengacara, pejabat eksekutif, anggota
legislative, dan para penegak hokum selalu menggunakan bahasa Indonesia ragam tulis. Agar menjadi
penyelenggara Negara yang berwibawa, sudah selayaknya menggunakan bahasa Indonesia ragam tlis
yang baik dan benar.
Pada umumnya, banyak kalangan mengatakan bahwa menulis itu sulit. Namun, adapun
orangyang mengatakan bahwa menulis itu sesungguhnya adalah gampang. Kemudian menulis itu dapat
ditunjukkan dengan kemudahan kita menyampaikan informasi secara lisankepada yang lan. Menulis
pada dasarnya sama dengan berbicara, bukan? Kesulitan menulis itu sebenarnya terdapat pada aturan
menggunakan ejaan dan menggunakan kalimat yang baik.
a. huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang termasuk julukan.
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf petama petikan langsung.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan tuhan,
termasuksebutan dan kata ganti untk tuhan
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sepagai pengganti nama orang tertentu, nama
instalasi,atau nama tempat.
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari besar atau haro
raya. Selain itu, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk
ulang sempurna) dalam nama Negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali
kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata ( termasuk unrur kata ulang
sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan
surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak
pada posisi awal.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
m. Huruf kapital dipkai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan, seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, danpaman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai
dalam penyapaan atau pengacuan.