Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi yang mempunyai sistem sebagai


keseluruhan aturan atau pedoman yang ditaati oleh pemakainya. Bahasa
memungkinkan manusia untuk membangun kebudayaan serta menguasai ilmu
pengetahuan dan mempengaruhi arah perilaku manusia. Bahasa merupakan
alat komunikasi yang efektif antar manusia, karena dalam berbagai macam
situasi bahasa dapat dimanfaatkan.

Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang
sesuai dengan faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi dan kaidah tata
bahasa. Bahasa Indonesia bisa dituangkan dalam berbagai tulisan, misalnya
surat kabar, majalah, tabloid, artikel, dan lain-lain. Bahasa dalam berita
(pesan, amanat, ide, dan pikiran) agar mudah dipahami dibutuhkan bahasa
yang singkat, jelas, dan padat. Fungsinya adalah agar segala sesuatu yang
disampaikan mudah dimengerti. Namun, dalam menggunakan bahasa tersebut
pemakai bahasa tetaplah mengikuti kaidah-kaidah atau aturan yang benar
karena bahasa yang benar akan dijadikan acuan atau model oleh rnasyarakat
pemakai bahasa, dan ragam itu digunakan dalam situasi resmi. Kenyataannya
sekarang banyak pemakai bahasa yang tidak menyadari bahwa bahasa yang
digunakan tidak benar atau masih terdapat kesalahan-kesalahan.

Kesalahan berbahasa Indonesia masih banyak dijumpai dalam media


cetak. Tulisan dalam media cetak dibaca oleh berjuta-juta orang. Oleh sebab
itu, bahasa yang digunakan dalam media cetak hendaklah bahasa yang baik,
dan benar. Bahasa koran yang salah dapat mempengaruhi bahasa seorang
pembaca yang kurang menguasai bahasa karena ada kemungkinan dia meniru
bahasa yang salah itu.

Kesalahan-kesalahan berbahasa yang tejadi itu merupakan indikasi dari


kurangnya pemahaman terhadap bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia selalu
berkembang dari waktu ke waktu dan mau tidak mau harus dapat diikuti
dengan baik oleh masyarakat. Media cetak sebagai media informasi bagi
masyarakat sudah tentu harus dapat memberi contoh bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
2

Kesalahan-kesalahan ejaan dalam media cetak masih sering terjadi.


Maka penulis tertarik untuk meneliti kesalahan berbahasa pada segi ejaannya.
Beberapa kesalahan ejaan yang penulis temukan, jika terus berlanjut maka
akan memberikan pemahaman yang tidak tepat kepada masyarakat luas.
Nantinya, penulisan ejaan yang salah pada akhirnya dianggap benar oleh
masyarakat. Dalam hal ini penulis mengambil sampel dari rubrik “Teropong”
yang terdapat di tabloid Inspirasi. Penulis berusaha mendeskripsikan serta
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi.
B. Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan jenis-jenis
kesalahan ejaan yang terdapat dalam rubrik “Teropong” tabloid Inspirasi
edisi Maret 2019.

C. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat.
1. Manfaat Teoretis
Untuk menambah pengetahuan tentang kesalahan berbahasa mata
pelajaran bahasa Indonesia, ilmu analisis kesalahan berbahasa, dan sebagai
sarana perbaikan yang diperlukan dalam pengajaran menulis.

2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam penelitian ini ada 2.
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan ajar bagi siswa
maupun guru.
b. Bagi peneliti lain dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam memberi
gambaran untuk dilanjutkan pada penelitian yang akan datang

D. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Data dalam penelitian ini berupa kata-kata yang terindikasi terdapat kesalahan
ejaan bahasa Indonesia yang meliputi; penulisan huruf (huruf kapital dan
huruf miring), kesalahan penulisan kata (kata depan, kata berimbuhan,
pemenggalan kata, singkatan dan akronim, dan kata serapan) Sumber data
berasal dari rubrik “Teropong” dalam tabloid Inspirasi Edisi Maret 2019.

E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang diangkat oleh
penulis sebagai berikut:
Bagaimanakah kesalahan ejaan pada rubrik “Teropong” tabloid Inspirasi edisi
Maret 2019?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Ejaan
Menurut KBBI (2008: 353), ejaan didefinisikan sebagai kaidah-
kaidah cara mengambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya)
dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca. Jelaslah
bahwa ejaan tidak hanya berkaitan dengan cara mengeja suatu kata, tetapi
yang lebih utama berkaitan dengan cara mengatur penulisan huruf
menjadi satuan yang lebih besar, misalnya saja kata, kelompok kata, atau
kalimat. Kecuali itu, ejaan berkaitan pula dengan penggunaan tanda baca
pada satuan-satuan huruf tersebut.
Ejaan itu disusun oleh seorang ahli bahasa atau oleh suatu panitia
yang terdiri atas beberapa orang ahli bahasa, kemudian disahkan atau
diresmikan oleh pemerintah. Masyarakat pemakai bahasa mematuhi apa
yang telah ditetapkan itu. Ejaan yang kita pakai dewasa ini disebut Ejaan
yang Disempurnakan yaitu ejaan yang telah disusun oleh Lembaga
Bahasa Nasional (LBN).
2. Jenis-jenis Kesalahan Ejaan
Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai beberapa
kesalahan ejaan yang masih sering ditemui. Sebagai acuan penulis
menggunakan buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Buku
tersebut digunakan sebagai panduan dalam menganalisis kesalahan
kebahasaan yang terdapat pada rubrik “Teropong” tabloid Inspirasi. Dalam
buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia terdiri dari empat bab
yaitu, (1) Pemakaian Huruf, (2) Penulisan Kata, (3) Pemakaian Tanda
Baca dan (4) Penulisan Unsur Serapan.
a. Pemakaian Huruf
1) Huruf Kapital
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia terdapat
tiga belas katentuan penggunaan huruf kapital, ketiga belas
ketentuan tersebut sebagai berikut. (1) Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama awal kalimat. (2) Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan. (3)
Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.
(4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama
agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti
untuk Tuhan. (5). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama
unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau
4

akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik


yang mengikuti nama orang. (6) Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan kepangkatan yang
dipakai sebagai sapaan. (7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat. (8) Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. (9). Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya. (10) Huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah (11) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. (12) Huruf kapital
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur
bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan,
organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk. (13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di
dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari,
dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal. (14)
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan
nama gelar, pangkat, atau sapaan. (15) Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan,
seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
2) Huruf Miring
Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, terdapat
beberapa kententuan dalam penggunaan huruf miring yaitu; (1)
Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama
majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tulisan,
termasuk dalam daftar pustaka, (2) Huruf miring dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata dalam kalimat, dan (3) Huruf miring dipakai untuk
menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa
asing.
5

b. Penulisan kata
Dalam buku Padoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, terdapat
kententuan dalam Penulisan kata yaitu:
1) Kata Dasar, Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan
2) Kata Turunan, Kata turunan (imbuhan)
3) Bentuk Ulang, Bentuk kata Ulang ditulis hanya dengan tanda
hubung (-)
4) Gabungan Kata, Gabungan kata yang dianggap senyawa ditulis
serangkai
5) Kata Ganti ku, mu, kau dan nya, ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya
6) Kata Depan di, ke, dan dari, Kata depan di dan ke ditulis terpisah
7) Kata si dan sang, Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya
8) Partikel, Partikel per yang berarti tiap-tiap ditulis terpisah

c. Pemakaian Tanda Baca


Hal-hal yang diuraikan dalam pemakaian tanda baca atau
pungtuasi ini adalah petunjuk bagaimana penggunaan tanda titik,
koma, titik koma, titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya,
tanda seru, tanda elips, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung,
tanda kurung siku, tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau
apostrof.

d. Penulisan Unsur Serapan


Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur
dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa
asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa
Indonesia, seperti reshuffle, shuttle clock. Unsur-unsur ini dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapan masih mengikuti
cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia, seperti cartoon (kartun),
central (sentral), china (Cina), effeck (efek). Unsur-unsur ini dipakai
dalam konteks bahasa Indonesia dengan mengubah ejaan seperlunya
saja, sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan
bentuk aslinya.
6

B. Pembahasan
Pada pembahasan ini, peneliti meneliti kesalahan kebahasaan yang
terdapat pada rubrik “Teropong” dalam tabloid Inspirasi edisi Maret 2019.
sampel yang diambil berjumlah tiga artikel dengan judul: Siapa Penebar
Kampanye Hitam, Politisi Sasaran Narkoba karena Berduit, dan Perang
Survey Memanas. Kesalahan kebahasaan yang dianalisisi oleh penulis adalah
kesalahan ejaan. Hasil analisis data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembahasan di artikel Siapa Penebar Kampanye Hitam


a. Penulisan kata SARA
Kesalahan: Penulisan kata SARA
Akronim merupakan singkatan dari deret kata yang dapat berbentuk
gabungan huruf, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata. Hasil
gabungan itu dianggap dan diperlakukan sebagai kata. Akronim dapat
dibedakan atas akronim nama diri dan akronim bukan nama diri.
Akronim yang berasal dari nama diri dituliskan dengan huruf awal
kapital. Sedangkan akronim yang bukan nama diri dituliskan dengan
huruf kecil.
Misalnya:
iptek = ilmu pengetahuan dan teknologi
pemilu = pemilihan umum
puskesmas = pusat kesehatan masyarakat
rapim = rapat pimpinan
rudal = peluru kendali
tilang = bukti pelanggaran
sara adalah singkatan dari kata suku, agama, ras, dan antargolongan.
Istilah suku, agama, ras, dan antargolongan apabila disingkat yaitu
menjadi sara. Akronim sara (suku, agama, ras, dan antargolongan)
merupakan singkatan/akronim resmi dalam Bahasa Indonesia.
Perbaikan kata SARA seharusnya ditulis sara

b. Penulisan kata serapan sensitifitas


Kesalahan: penulisan kata sensitifitas
Kita mengenal kata sensitif yang diserap dari kata sensitive. Akhiran -
ive (Inggris) atau -ief (Belanda) memang diindonesiakan menjadi -if
sehingga terbentuklah kata-kata serapan seperti kreatif, demonstratif,
aktif, dan selektif. Setelah diserap, kata-kata tersebut dapat kita beri
imbuhan menjadi kekreatifan, pengaktifan, dan lain-lain. Namun,
ketika menyerap sebuah istilah asing yang berakhiran, kita harus
menyerap akhiran pada kata tersebut sebagai bagian kata yang utuh di
7

dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian kata sensitivity akan kita


serap menjadi sensitivitas, bukan sensitifitas (unsur v tetap diserap
menjadi v dan akhiran -ty menjadi -tas). Contoh kata serapan lain
yang senasib antara lain aktif dan aktivitas (bukan aktifitas), sportif
dan sportivitas (bukan sportifitas), produktif dan produktivitas (bukan
produktifitas).
Perbaikan: kata sensitifitas seharusnya ditulis sensitivitas

c. Penulisan kata anti kampanye


Kesalahan: penulisan kata anti kampanye
Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya:
adibusana biokimia Kontraindikasi
aerodinamika dekameter kosponsor
antarkota demoralisasi mancanegara
antibiotik dwiwarna multilateral
awahama ekabahasa narapidana
bikarbonat ekstrakurikuler nonkolaborasi
transmigrasi infrastruktur paripurna
pascasarjana pramusaji prasejarah
telewicara
Catatan:
1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital
atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan
tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama
atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama
atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
8

Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.


Perbaikan kata anti kampanye seharusnya ditulis antikampanye

d. Penulisan kata elit


Kesalahan: penulisan kata elit
Ditemukan kata elite di dalam KBBI, tetapi tidak ditemukan kata elit
elite/eli·te/ /élité/ n 1 orang-orang terbaik atau pilihan dalam suatu
kelompok; 2 kelompok kecil orang-orang terpandang atau berderajat
tinggi (kaum bangsawan, cendekiawan, dan sebagainya);
Kata elite sebenarnya berasal dari bahasa Latin. Dalam bahasa
Latin, huruf /e/ di akhir kata selalu tetap dilafalkan. Karena itu, dalam
bahasa Indonesia, kata itu tetap diserap menjadi elite, ditulis elite, dan
diucapkan elite, bukan elit. Selain itu, pelafalan vokal /e/ dalam kata
itu juga bukan tanpa tujuan. Vokal /e/ pada akhir kata itu mempunyai
arti dan tidak dapat dihilangkan begitu saja. Vokal /e/ di akhir dalam
kata elite mempunyai makna ‘yang terpilih’ atau ‘yang dipilih’ atau
‘menunjukkan kaum atau golongan yang dipilih’.
Perbaikan: kata elit seharusnya ditulis elite

e. Penulisan kata menganalisa


Kesalahan: penulisan kata menganalisa
Menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI), kata dengan
sufiks atau akhiran -sis (dalam bahasa Inggris) diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi -sis, dan bukan -sa. Analisis adalah istilah
yang tepat untuk menyerap kata analysis. Menurut KBBI, analisis
adalah kata benda yang berarti penyelidikan terhadap suatu peristiwa
untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. Nosi lain untuk analisis
adalah penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya dan pemecahan
persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya. Orang
yang melakukan analisis disebut dengan analis yang merupakan
serapan dari kata analyst dalam bahasa Inggris. Kita mengenal istilah
analis kimia atau analis sistem.
Perbaikan: kata menganalisa seharusnya ditulis menganalisis

f. Penulisan kata menolerir


Kesalahan: Penulisan kata menolerir
Kata tolerir dipunggut dari bahasa Inggris, yakni tolerance atau
tolerancy. Dalam bahasa Indonesia, kata tolerance atau tolerancy itu
menjadi toleransi bukan toler atau toleri. Kemungkinan besar,
munculnya kata tolerir itu berasal dari adanya dugaan bahwa kata itu
9

berasal dari bentuk dasar toler karena ada kata toleran. Bentuk kata
bahasa Indonesia yang dinyatakan baku
adalah toleransi, bukan tolerir. Jadi, kata toleransi itu sebagai kata
dasar yang menjadi pangkal dari pembentukan kata turunan yang
mengandung bentuk dasar toleransi. Karena kata dasarnya toleransi,
bentuk kata jadian yang benar adalah menoleransi, ditoleransi,
dan bertoleransi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
ditulis tolerir → toleransi. Maksudnya, kata tolerir itu merujuk ke
kata yang baku, yakni kata toleransi. Karena merujuk kepada
kata toleransi sebagai kata yang baku, jelaslah kata tolerir tersebut
tidak baku.
Perbaikan: kata menolerir seharusnya menoleransi

g. Kesalahan cetak:
bberapa seharusnya beberapa
kampany seharusnya kampanye

2. Pembahasan di artikel Politisi Sasaran Narkoba karena Berduit

a. Penulisan huruf kapital pada kata karena dalam judul


Kesalahan : penulisan kata karena menggunakan huruf kapital di
judul.
Gunakan huruf kecil untuk preposisi dan konjungsidalam penulisan
judul. Preposisi adalah kata depan yang diikuti oleh kata lainnya.
Dilihat dari fungsinya, kata ini memiliki fungsi untuk menjelaskan dan
memberikan kesinambungan antara kata sebelum dan kata
selanjutnya. Yang termasuk dalam preposisi adalah: di, ke, pada,
dalam, yaitu, kepada, daripada, untuk, bagi, ala, bak, tentang,
mengenai, sebab, secara, terhadap, dst.
Contoh judul menggunakan preposisi:
1) Tips Memasak Daging ala Chef Juna
2) Surat dari Praha
3) Anak Perawan di Sarang Penyamun
Sedangkan konjungsi adalah nama lain dari kata sambung. Kata ini
memiliki fungsi untuk menghubungkan kata-kata, kalimat-kalimat,
dan ungkapan-ungkapan dan tidak memiliki makna khusus jika berdiri
sendiri. Kata-kata yang termasuk konjungsi termasuk dan, atau, tetapi,
ketika, seandainya, supaya, pun, seperti, oleh, karena, sehingga,
bahwa, kalau, untuk, kemudian.
Contoh konjungsi dalam suatu judul:
10

1) Si Jamin dan Si Johan


2) Dahulu Kaya, kemudian Miskin: Sebuah Antologi Kisah
Perbaikan: kata Karena seharusnya ditulis karena

b. Penulisan kata narkotika


Kesalahan: Penulisan kata narkotika
Menurut kamus Kata Baku/Tidak Baku Bahasa Indonesia, dijelaskan
bahwa yang merupakan bentuk baku adalah narkotik, jadi penulisan
yang benar adalah "narkotik", yang artinya sebagai berikut:
narkotika - narkotik
obat perangsang; obat penenang saraf
Perbaikan: kata narkotika seharusnya narkotik

c. Penulisan kata privacy


Kesalahan; penulisan kata privacy
privasi/pri·va·si/ n kebebasan; keleluasaan pribadi: orang dapat
menyewa kamar tanpa kehilangan –
Perbaikan: kata privacy seharusnya ditulis privasi

d. Penulisan bahasa asing


Kesalahan: penulisan kata ngawur dan nyekokin
Kata ngawur dan nyekokin berasal dari bahasa Jawa. Maka
penulisannya harus ditulis miring.
Perbaikan : Penulisan kata ngawur dan nyekokin seharusnya ditulis
ngawur dan nyekokin

3. Pembahasan di artikel Perang Survey Memanas


a. Penulisan kata serapan survey
Kesalahan: penulisan kata survey
Survey adalah kata yang ada dalam kosakata bahasa Inggris.
Kata itu sering menghiasi produk tuturan para pemakai bahasa
Indonesia. Hal ini menunjukkan survey sudah dipinjam dan diserap
sebagai kosakata bahasa Indonesia. Kata-kata itu pun lebih sering
digunakan dalam karya ilmiah yang dengan sangat ketat mensyaratkan
penggunaan ragam baku (standar) bahasa Indonesia. Dalam bahasa
Indonesia kata survey tersebut diserap dengan cara adaptasi.
Kata survey sudah diserap dan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan
kata bahasa Indonesia, yakni survei.
Perbaikan: penulisan kata survey seharusnya survei
11

b. Penulisan kata mempercayai


Kesalahan: penulisan kata mempercayai
Dalam pemakaian bahasa sehari-hari, dijumpai bentuk
penulisan atau pengungkapan kata mempercayai (p tidak luluh)
dan memercayai (p luluh). Keadaan semacam itu menunjukkan belum
ada keseragaman di antara pemakai bahasa. Luluh tidaknya bunyi
seperti ditunjukkan pada kasus di atas disebabkan, terutama, oleh dua
hal. Pertama, sangkaan orang bahwa suku pertama pada kata itu sama
dengan imbuhan atau tidak. Jika p-e-r itu disangka sama dengan
imbuhan, bunyi p tidak diluluhkan sehingga dipakai bentuk
seperti mempercayai, memeperkarakan, memperkosa.Sebaliknya,
jika p-e-r itu dipandang tidak sama dengan imbuhan,
bunyi p diluluhkan sehingga digunakan bentuk memercayai,
memergoki, memerlukan. Kedua, anggapan orang bahwa bentuk
dasaarnya masih asing atau tidak. Jika bentuk dasar itu dianggap
asing, bunyi p cenderung tidak diluluhkan sehingga muncul bentuk
seperti mempersentasekan, mempermanenkan. Dapat ditambahkan,
jika bentukan yang dihasilkan akan terasa mengaburkan bentuk dasar,
orang juga cenderung tidak meluluhkan bunyi p itu, seperti
pada mempascasarjanakan, mempanglimakan.
Bunyi p pada imbuhan per- seperti pada pertemukan
dan pertandingkan memang tidak luluh pada
bentukan mempertemukan dan mempertandingkan. Namun, perlu
diketahui bahwa p-e-r pada percayai, perkarakan, perkosa bukanlah
imbuhan. Jika bentukan yang akan dihasilkan itu disesuaikan dengan
kaidah penggabungan bunyi, seharusnyalah bentukan itu
menjadi memercayai, memerkarakan, memerkosa.
Perbaikan: penulisan kata mempercayai seharusnya memercayai

c. Penulisan kata ulang memilah-memilah


Kesalahan kata ulang memilah-memilah seharusnya memilah-milah
Bermakna terus-menerus
Kata ulang yang bermakna terus-menerus merupakan pengulangan
kata yang mengambarkan atau mnghasilkan kata dengan arti terus-
menerus. Misal mengejar-ngejar, bertanya-tanya.
Contoh :
1) Meskipun sudah berhati-hati, namun anjing Bagas masih
juga mengejar-ngejar tukang pos tersebut.
2) Saat semua orang sudah pergi, ibu mulai bertanya-tanya tentang
kejadian yang menimpaku semalam.
12

d. Penulisan singkatan nama diri


Kesalahan: penulisan nama Denny JA
Singkatan nama orang diikuti dengan tanda titik di belakang tiap-tiap
singkatan itu.
Misalnya:
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
W.R. Supratman Wage Rudolf Supratman
Perbaikan Denny JA seharusnya ditulis Denny J.A.

e. Kesalahan cetak
menempakn seharusnya menempatkan
13

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan pada bab sebelumnya, dapat
diketahui bahwa masih banyak ditemukan kesalahan ejaan pada rubrik
“Teropong” dalam tabloid Inspirasi. Berikut ini dapat disimpulkan mengenai
kesalahan-kesalahan berbahasa yang terdapat dalam artikel.
1. Terdapat kesalahan-kesalahan yang didominasi oleh kesalahan ejaan.
Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Penulisan istilah asing yang tidak dicetak miring
b. Kesalahan penulisan huruf kapital
c. Kesalahan penulisan singkatan nama diri
d. Kesalahan penulisan akronim
2. Terdapat kesalahan penulisan kata serapan dan kata asing
3. Terdapat kesalahan cetak huruf

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa saran yang
berkaitan dengan penelitian ini.
1. Penelitian mengenai kesalahan ejaan harus terus dilakukan untuk
mengetahui bentuk-bentuk kesalahan berbahasa. Karena bahasa itu terus
berkembang, maka kesalahan dalam berbahasa pun berkembang seiring
dengan masyarakat penutur bahasa itu sendiri.
2. Apabila ditemukan kesalahan ejaan yang terdapat di media cetak,
sebaiknya tidak dibiarkan, tetapi harus ditangani dengan menentukan
tindakan apa yang harus dilakukan.
14

DAFTAR PUSTAKA

Waridah, Ernawati. 2012. Pedoman Umum EYD.Jakarta: CMedia

http://repository.unand.ac.id/6424/1/Pedoman_EYD_2010.doc. Diakses tanggal


15 Mei 2019

https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/parole/article/download/910/pdf.
Diakses tanggal 15 Mei 2019

http://khayanipjtn.blogspot.com/2016/05/analisis-kesalahan-berbahasa-pada-
surat.html. Diakses tanggal 14 Mei 2019

https://ariperon.wordpress.com/2008/11/30/analisis-kesalahan-berbahasa-di-
media-masa/. Diakses tanggal 14 Mei 2019

http://kurniawansyah.blogspot.com/2013/09/bahasa-indonesia-analisis-
koran.html. Diakses tanggal 14 Mei 2019
15

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA RUBRIK “TEROPONG”


TABLOID INSPIRASI EDISI MARET 2019
16

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas perbaikan nilai
Penilaian Tengah Semester II dengan judul “Analisis Kesalahan Ejaan pada
Rubrik “Teropong” Tabloid Inspirasi Edisi Maret 2019”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada guru Bahasa Indonesia kami, Ibu Siti Nur yang telah membimbing kami
dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surakarta, 17 Mei 2019


Penulis
17

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Tujuan........................................................................................ 2
C. Manfaat...................................................................................... 2
D. Metodologi penelitian................................................................ 2
E. Rumusan Masalah..................................................................... 2

BAB II : PEMBAHASAN
A. Kajian Teori............................................................................... 3
B. Pembahasan...............................................................................
6

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................ 13
B. Saran.......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai