Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KAIDAH DASAR BAHASA DAN RAGAM


PENGGUNAANNYA

Disusun oleh :

Kelompok 1
HASLINDA PUTRI
DINA MUNIRA
CUT FATIN NOER
EMA JULIA

Dosen : Venny Arviani, M.Pd


MK : B. Indonesia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang melimpahkan rahmat taufik dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kaidah
Dasar Bahasa Dan Ragam” Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita ke jalan
yang lurus, yakni addinul islam.
Makalah ini di susun dan di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
mengikuti proses belajar mengajar antara mahasisiwa dan dosen di
UNIVERSITAS ALMUSLIM. Selama penyusunan dan pembuatan makalah ini,
kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak dengan penuh keikhlasan.
Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang
sebanyak banyaknya kepada dosen pembimbing mata kuliah bahasa indonesia.
kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami
harapkan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat di terima, dan bermanfaat
bagi kami serta bagi para pembaca pada umumnya.

Hormat Kami

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. 1 Latar Belakang 1
1. 2 Rumusan Masalah 2
1. 3 Tujuan Pembahasan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2. 1 Kaidah Dasar Bahasa Indonesia3
2. 1 Ragam Bahasa 7
BAB III PENUTUP 13
3. 1 Kesmpulan 13
3. 2 Saran 13
DAFFAR PUSTAKA 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-
beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan
bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman,
1990). Yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah
(karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam
surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam
bahasa resmi.
Menurut Dendy Sugono (1999), bahwa sehubungan dengan pemakaian
bahasa indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu masalah penggunaan bahasa
baku dan tak baku. Dalam situasi resmi, seperti di sekolah, di kantor, atau
didalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku. Sebaliknya dalam situasi tak
resmi, seperti di rumah, di taman, dipasar, kita tidak dituntut menggunakan bahasa
baku.
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa,
yaitu (1) ragam bahsa lisan, (2) ragam bahasa tulis. bahasa yang dihasilkan
melalui alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar dinamakan
ragam bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. jadi
dalam ragam bahasa lisan, kita berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis,
kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan). selain itu aspek tata bahasa dan
kosa kata dalam kedua jenis ragam itu memiliki hubungan yang erat. ragam
bahasa tulis yang unsur dasarnya huruf, melambangkan ragam bahasa lisan. oleh
karena itu, sering timbul kesan bahwa ragam bahasa lisan dan tulis itu sama.
padahal kedua jenis ragam bahasa itu berkembang menjadi sistem bahasa yang
memiliki seperangkat kaidah yang tidak identik benar, meskipun ada pula
kesamaannya. meskipun ada keberimpitan aspek tata bahasa dan kosa kata,
masing-masing memiliki seperangkat kaidah yang berbeda satu dari yag lain.

1
1.2 Rumusan masalah
Untuk mencari pengertian dari Ragam bahasa dan laras bahasa dan tempat
penggunaan bahasa baku dan bahasa tidak baku pada tempatnya.

1.3 Tujuan pembahasaan


Seiring perkembangan zaman maka terjadi perkembangan ragam bahasa
dan laras bahasa pada masyarakat, sehinggga memicu penggunaan bahasa tidak
baku pada saat situasi resmi. oleh karena itu penulis mengangkat judul ragam
bahasa dan laras bahasa.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kaidah Dasar Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia mempunyai beberapa kaidah dasar yang memberi ciri
khas bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah dasar tersebut antara lain berkaitan dengan
hukum Diterangka-Menerangkan (DM), perubahan kata benda akibat proses
penjamakan, dan tingkatan pemakaian bahasa.
Salah satu wujud pembinaan dan pengembangan sikap positif adalah
menerapkan kaidah bahasa indonesia pada penulisan karya ilmiah. Kaidah ini
meliputi tata tulis (ejaan), tata pembentukan kata, tata penulisan kalimat efektif,
dan tata penulisan paragraph.

2.1.1 Tata Tulis (Ejaan)


Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) telah diberlakukan
sejak tahun 1972 berdasarkan Kepres No. 57 Tahun 1972. Kaidah ini mengatur
tiga hal, yaitu penulisan huruf, penulisan kata, dan penggunaan tanda baca.
a) Penulisan Huruf
Penulisan huruf terdiri atas dua macam, yaitu penulisan huruf miring dan
huruf kapital. Huruf miring digunakan untuk :
1. Menuliskan judul buku, nama majalah, dan surat kabar yang terdapat
dalam teks.
2. Menegaskan atau mengkhususkan huruf, kata, atau kelompok kata di
dalam suatu teks.
3. Menuliskan nama ilmiah, ungkapan, kata, atau istilah asing/daerah.
b) Penggunaan huruf capital
Ada dua macam, yaitu capital seluruhnya dan capital pada awal kata saja.
Huruf kapital seluruhnya digunakan untuk menuliskan :
1. Judul utama
2. Judul – judul bab
3. Judul kata pengantar
4. Judul daftar isi

3
5. Judul daftar pustaka
Sementara itu, huruf Kapital pada awal kata digunakan sebagai huruf
pertama :
1. Ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, agama, kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan
2. Nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama
orang
3. Unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, instansi, atau
tempat
4. Nama bangsa, suku bangsa, bahasa dan geografi
5. Nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah
6. Unsur nama orang, Negara, lemabaga organisasi, dokumen resmi, dll
c) Penulisan Kata
Penulisan kata dibedakan atas kata tunggal dan gabungan kata. Penulisan
kata tunggal tidak ada masalah karena kata-kata seperti itu ditulis terpisah dari
unsur yang lain, baik unsur yang terdapat di depan maupun di belakangnya.
Berbeda dengan gabungan kata yang unsur-unsurnya berupa unsur bebas atau
yang dapat berdiri sendiri sebagai kata yang ditulis terpisah, jika tidak berimbuhan
atau hanya berimbuhan awalan/akhiran, tetapi adapula yang ditulis serangkai,
yaitu jika mendapat imbuhan.
d) Penggunaan Tanda Baca
Tanda Baca merupakan unsur yang sangat penting dalam penggunaan
bahasa tulis, lebih-lebih dalam tulisan resmi seperti pada penulisan karya ilmiah.
Pada kesempatan ini disajikan tiga tanda baca yang dianggap produktif, yaitu
tanda titik, tanda koma, dan tanda hubung.
a. Tanda titik digunakan untuk
1. Mengakhiri kalimat
2. Memisahkan angka jam, menit, dan detik
3. Memisahkan nama penulis, tahun penerbitan, dan judul buku dalam
penulisan daftar pustaka
b. Tanda koma digunakan untuk
1. Memisahkan unsur-unsur dalam suatu perincian

4
2. Memisahkan kalimat setara yang ditandai dengan kata penghubung
tetapi, melainkan, dan sedangkan. dll.
c. Adapun tanda penghubung digunakan untuk menghubungkan ke dengan
angka Arab atau angka biasa dan merangkaikan se- dengan kata berikutnya
yang dimulai dengan huruf kapital, angka dengan –an dan singkatan dengan
imbuhan.

2.1.2 Bahasa Indonesia Yang Baik Dan Benar


1) Bahasa yang baik
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai
dan akrab, seperti di warung kopi, di pasar, di tempat arisan, dan di lapangan
sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang santai dan akrab yang
tidak terlalu terikat oleh patokan. Dalam situasi resmi dan formal, seperti dalam
kuliah, dalam seminar, dalam sidang DPR, dan dalam pidato kenegaraan
hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal, yang selalu
memperhatikan norma bahasa.
Penggunaan bahasa yang baik (sesuai aspek komunikatif) harus sesuai
dengan sasaran kepada siapa bahasa tersebut di sampaikan. Hal ini harus
disesuaikan dengan unsur umur, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut
pandang khalayak sasaran kita. Dengan kata lain, bahasa yang kita gunakan sesuai
dengan lawan bicara, sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman ketika
berkomunikasi.
2) Bahasa yang benar
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan
sesuai dengan aturan atau kaidah bahas Indoneia yang berlaku.
1. kaidah ejaan,
2. kaidah pembentukan kata,
3. kaidah penyusunan kalimat,
4. kaidah penyusunan paragraf,

5
3) Bahasa yang baik dan benar
Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang
digunakan sesusai dengan norma kemasyarakatan yan berlaku dan sesuai dengan
kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Jika bahasa diibaratkan pakaian, kita akan
menggunakan pakaian renang pada saat akan berenang di kolam renang sambil
membimbing anak-anak belajar berenang. Akan tetapi, tentu kita akan
mengenakan pakaian yang disetrika rapi, sepatu yang mengkilat, dan seorang laki-
laki mungkin akan menambahkan dasi yang bagus pada saat ia menghadiri suatu
pertemuan resmi, pada saat menghadiri pesta perkawinan rekan sejawat, atau pada
saat menghadiri sidang DPR.
Akan sangat ganjil bukan, jika pakaian yang disetrika, sepatu mengkilap,
dasi, dan sebagainya itu digunakan untuk berenang. Demikian juga kita akan
dinilai sebagai orang yang kurang adab jika menghadiri acara dengar pendapat di
DPR dengan pakaian renang karena di sana ada ketentuan yang sudah disepakati
bahwa siapa pun yang akan menghadiri acara resmi di DPR harus berpakaian rapi.
Barangkali kita masih ingat kasus seorang pengusaha sukses, yang oleh petugas
protokol ditolak menghadiri acara dengar pendapat di DPR karena pengusaha
yang "nyentrik" itu tidak menggunakan pakian rapi.

2.1.3 Ciri-Ciri dan Kaidah Pokok Bahasa Indonesia


Penggunaan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan
sebagai pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasaran dan mengikuti
kaidah yang ditetapkan. Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar memiliki
beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi
dan kondisi tertentu. Misalnya, pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia
yang benar menjadi prioritas utama.
a. Ciri – ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut :
1) Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola
kalimat yang baku. Contoh :” Kami sedang menyaksikan pertandingan itu.”,
bukan “Pertandingan itu kami sedang saksikan.”
2) Penggunaan kata-kata baku. Contoh : “Seru sekali” dan bukan “Seru banget”,
“Tampan” bukan “Ganteng”.

6
3) Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis (EyD / Ejaan yang
Disempurnakan). Bahasa baku harus mengikuti aturan ini.
4) Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Belum ada lafal baku yang sudah
ditetapkan, tetapi secara umum lafal baku dapat diartikan sebagai lafal yang
bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat ataupun bahasa daerah. Misalnya:
habis, bukan abis ; atap, bukan atep.
5) Penggunaan kalimat secara efektif. Bahasa baku sebenarnya mengharuskan
komunikasi secara efektif : pesan dari pembicara atau penulis harus diterima
oleh pendengar atau pembaca sesuai maksud yang ingin disampaikan.
Masalah yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain
adalah yang disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi,
campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa kita sadari sering digunakan
dalam komunikasi resmi. Hal seperti ini mengakibatkan bahasa yang digunakan
menjadi tidak sesuai dan tidak baik.

2.2 Ragam Penggunaan Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat
Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan. Bahasa Indonesia memiliki
kedudukan sebagai bahasa resmi negara Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi
setiap orang untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Penggunaan bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua ragam, yaitu
ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku. Ragam bahasa baku digunakan
dalam situasi formal, seperti di sekolah, di kantor, dan dalam acara-acara resmi.
Ragam bahasa tidak baku digunakan dalam situasi informal, seperti di rumah, di
antara teman, dan dalam percakapan sehari-hari.
Penggunaan bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua ragam, yaitu
ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku. Ragam bahasa baku digunakan
dalam situasi formal, seperti di sekolah, di kantor, dan dalam acara-acara resmi.
Ragam bahasa tidak baku digunakan dalam situasi informal, seperti di rumah, di
antara teman, dan dalam percakapan sehari-hari.

7
1) Ragam Bahasa Baku
Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
formal. Ragam bahasa baku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Menggunakan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar, seperti tata
bahasa, ejaan, dan tanda baca.
 Menghindari penggunaan kata-kata yang tidak baku, seperti kata-kata
gaul, kata-kata daerah, dan kata-kata asing yang tidak diserap ke dalam
bahasa Indonesia.
 Menggunakan gaya bahasa yang formal, seperti gaya bahasa ilmiah, gaya
bahasa kewartawanan, dan gaya bahasa sastra.
Ragam bahasa baku digunakan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan,
pemerintahan, dan media massa. Dalam bidang pendidikan, ragam bahasa baku
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, seperti penulisan karya tulis ilmiah,
penulisan makalah, dan penulisan laporan. Dalam bidang pemerintahan, ragam
bahasa baku digunakan dalam berbagai dokumen resmi, seperti undang-undang,
peraturan, dan keputusan. Dalam bidang media massa, ragam bahasa baku
digunakan dalam penulisan berita, penulisan artikel, dan penulisan editorial.
2) Ragam Bahasa Tidak Baku
Ragam bahasa tidak baku adalah ragam bahasa yang digunakan dalam
situasi informal. Ragam bahasa tidak baku memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Tidak menggunakan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar, seperti
tata bahasa, ejaan, dan tanda baca.
 Menggunakan kata-kata yang tidak baku, seperti kata-kata gaul, kata-kata
daerah, dan kata-kata asing yang tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia.
 Menggunakan gaya bahasa yang informal, seperti gaya bahasa sehari-hari,
gaya bahasa percakapan, dan gaya bahasa populer.
Ragam bahasa tidak baku digunakan dalam berbagai bidang, seperti
percakapan sehari-hari, media sosial, dan karya sastra. Dalam percakapan sehari-
hari, ragam bahasa tidak baku digunakan untuk berkomunikasi dengan teman,
keluarga, dan orang-orang yang dikenal. Dalam media sosial, ragam bahasa tidak
baku digunakan untuk berkomunikasi dengan teman, keluarga, dan orang-orang

8
yang dikenal. Dalam karya sastra, ragam bahasa tidak baku digunakan untuk
menciptakan efek tertentu, seperti efek humor, efek dramatis, dan efek romantis.
3) Perbedaan Ragam Bahasa Baku dan Tidak Baku
Perbedaan ragam bahasa baku dan tidak baku dapat dilihat dari beberapa
aspek, yaitu:
 Aspek kaidah bahasa
Ragam bahasa baku menggunakan kaidah bahasa yang baik dan benar,
seperti tata bahasa, ejaan, dan tanda baca. Ragam bahasa tidak baku tidak
menggunakan kaidah bahasa yang baik dan benar.
 Aspek kosakata
Ragam bahasa baku menggunakan kosakata yang baku, seperti kata-kata
yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Ragam bahasa tidak baku
menggunakan kosakata yang tidak baku, seperti kata-kata gaul, kata-kata daerah,
dan kata-kata asing yang tidak diserap ke dalam bahasa Indonesia.
 Aspek gaya bahasa
Ragam bahasa baku menggunakan gaya bahasa yang formal. Ragam
bahasa tidak baku menggunakan gaya bahasa yang informal.
Kesimpulan
Penggunaan bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua ragam, yaitu
ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak baku. Ragam bahasa baku digunakan
dalam situasi formal, sedangkan ragam bahasa tidak baku digunakan dalam situasi
informal.

2.1.1 Media Pengantarnya atau Saranannya


Ragam bahasa berdasarkan media pengantarnya atau saranannya yang
terdiri atas:
a. Ragam Lisan
Ragam lisan adalah bahasa yang diujarkan oleh pemakai bahasa. kita dapat
menemukan ragam lisan yang standar, misalnya pada saat orang berpidato atau
memberi sambutan, dalam situasi perkuliahan, ceramah; dan ragam lisan yang
nonstandar, misalnya dalam percakapan antarteman, dipasar, atau dalam
kesempatan nonformal lainnya.

9
b. Ragam Tulis
Ragam tulis adalah bahasa yang ditulis atau tercetak. ragam tulispun dapat
berupa ragam tulis yang standar maupun nonstandar. ragam tulis yang standar kita
temukan dalam buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. kita juga
dapat menemukan ragam tulis nonstandar dalam majalah remaja, iklan, atau
poster.

2.1.2 Berdasarkan Situasi dan Pemakaian


Ragam bahasa baku dapat berupa : (1) Ragam Bahasa Baku Tulis dan (2)
Ragam Bahasa Baku Lisan. Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna
kalimat yang diungkapkan tidak ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam
penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecepatan dan ketetapan didalam
pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat,
serta kelengkapan unsur-unsur bahasa didalam struktur kalimat.
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelepasan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi
cirri kebakuannya. walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan didalam struktur
kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan
kondisi pembicaraan menjadi pendukung didalam memahami makna gagasan
yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. jika
ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam
tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam
bentuk tulis. oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak
menunjukkan cirri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,
ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. kedua ragam
itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki cirri kebakuan yang
berbeda.
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan
tata bahasa dan kosa kata):

10
1. Tata bahasa
Bentuk kata, tata bahasa, struktur kalimat, kosa kata
a. Ragam bahasa lisan :
 Melyana sedang baca surat kabar
 Ari mau nulis surat
 Tapi kau tidak boleh nolak lamaran itu.
 Mereka tinggal di Menteng.
 Jalan laying itu mengatasi kemacetan lalu lintas.
 Saya akan tanyakan soal itu
b. Ragam bahasa tulis :
 Melyana sedang membaca surat kabar
 Ari mau menulis surat
 Namun, engkau tidak boleh menolak lamaran itu.
 Jalan layang itu dibangun untuk mengatasi kemacetan lalu lintas.
 Akan saya tanyakan soal itu.
2. Kosa kata
Contoh ragam lisan dan tulis berdasarkan kosa kata :
a. Ragam lisan
 Rani bilang kalau kita harus belajar
 Kita harus bikin karya tulis
 Rasanya masih terlalu pagi buat saya, pak
b. Ragam tulis
 Rani mengatakan bahwa kita harus belajar
 Kita harus membuat karya tulis.
 Rasanya masih terlalu muda bagi saya, pak.
Istilah lain yang menggunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam
bahasa standar, semi standard an nonstandart.
a. Ragam standar,
b. Ragam nonstandard.
c. Ragam semi standar.
Bahasa ragam standar memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan
tetap. akan tetapi, kemantapan itu tidak bersifat kaku. ragam standar tetap luwes

11
sehingga memungkinkan perubahan dibidang kosa kata, peristilahan, serta
mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan dalam
kehidupan modem (Alwi, 1998:14).
Pembedaan antara ragam standar, nonstandard, dan semi standar dilakukan
berdasarkan :
 Topik yang sedang dibahas,
 Hubungan antar pembicara,
 Medium yang digunakan,
 Lingkungan atau
 Situasi saat pembicaan terjadi
Ciri yang membedakan antara ragam standar, semi standard an
nonstandard :
 Penggunaan kata sapaan dan kata ganti,
 Penggunaan kata tertentu,
 Penggunaan imbuhan,
 Penggunaan kata sambung (konjungsi), dan
 Penggunaan fungsi yang lengkap.

Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pempeda ragam
standard an ragam nonstandard yang sangat menonjol. kepada orang yang kita
hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak, Ibu,
Saudara, Anda. jika kita menyebut diri kita, dalam standar kita akan
menggunakan kata saya atau aku. dalam ragam nonstandard, kita akan
menggunakan kata gue.
Penggunaan kata tertentu merupakan cirri lain yang sangat menandai
perbedaan ragam standard dan ragam nonstandard. Dalam ragam standar,
digunakan kata-kata yang merupakan bentuk baku atau istilah dan bidang ilmu
tertentu. penggunaan imbuhan adalah ciri lain. dalam ragam standar kita harus
menggunakan imbuhan secara jelas dan teliti.
Penggunaan kata sambung (konjungsi) dan kata depan (preposisi)
merupakan cirri pembeda lain. dalam ragam nonstandar, sering kali kata sambung

12
dan kata depan dihilangkan. kadang kala, kenyataan ini meengganggu kejelasan
kalimat.
Contoh :
1. Ibu mengatakan, kita akan pergi besok
(ia) ibu mengatakan bahwa kita akan peergi besok
Pada contoh diatas merupakan ragam semi standard an diperbaiki contoh
(ia) yang merupakan ragam standar.
2. Mereka bekerja keras menyelesaikan pekerjaan itu.
(2a) Mereka bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaan itu.
Kalimat (1) kehilangan kata sambung (bahwa), sedangkan kalimat (2)
kehilangan kata depan (untuk). dalam laras jurnalistik kedua kata ini sering
dihilangkan. hal ini menunjukkan bahwa laras jurnalistik termasuk ragam semi
standar.
Kelengkapan fungsi merupakan cirri terakhir yang membedakan ragam
standard an nonstandard. artinya, ada bagian dalam kalimat yang dihilangkan
karena situasi sudah di anggap cukup mendukung pengertian. dalam kalimat-
kalimat yang nonstandar itu, predikat kalimat dihilangkan. seringkali pelepasan
fungsi terjadi jika kita menjawab pertanyaan orang. misalnya, Hai, ida, mau
kemana?” “pulang. ” Sering kali juga kita menjawab “tau” Untuk menyatakan
‘tidak tau”. Sebenarnya, pembedaan lain, yang juga muncul, tetapi tidak
disebutkan diatas adalah intonasi. Masalahnya, pembeda intonasi ini hanya
ditemukan dalam ragam lisan dan tidak terwujud dalam ragam tulis.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahasa Indonesia mempunyai beberapa kaidah dasar yang memberi ciri
khas bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah dasar tersebut antara lain berkaitan dengan
hukum Diterangkan-Menerangkan (DM), perubahan kata benda akibat proses
penjamakan, dan tingkatan pemakaian bahasa. Menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan benar itu perlu dilestarikan olah penduduk indonesia itu sendiri,
dan penggunaan bahasa Indonesia itu pun harus sesuai dengan situasi, tempat, dan
keadaan ketika kita berkomunikasi, dan pemilihan kata yang tepat ketika
berkomunikasi dengan orang lain demi mengurangi terjadi perbedaan pemahaman
dan menyakiti hati lawan bicara kita.
Ragam bahasa adalah variasi penggunaan bahasa tergantung dari topik
yang sedang di bicarakan dengan kawan bicara maupun pada saat situasi resmi.
Kadang penggunaan bahasa yang ragam bahasa yang baik banyak di gunakan oleh
kalangan terdidik, kalangan pejabat, maupun kalangan pengusaha. Sedangkan
laras bahasa ialah penggunaan bahasa atau pemakaian kata-kata yang khusus
untuk sesuatu penggunaan berdasarkan situasi sosial seseorang itu ketika
berkomunikasi dengan orang ramai. Penggunaan istilah-istilah khusus yang
membedakan antara variasi-variasi bahasa menjadikan sesuatu komunikasi lebih
berkesan.

3.2 Saran
Lebih memberikan pengenalan ragam bahasa bahasa pada masyarakat
terutama pada anak-anak dan remaja untuk mengurangi terjadinya penyimpangan-
penyimpangan kaidah bahasa dan penggunaan bahasa tidak baku yang bukan pada
tempatnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hasan,dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Indonesia. Jakarta.: Balai Pustaka.
Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar IV. Jakarta: Gramedia
Moeliono, Anton M. & Soenjono Dardjowidjojo.ed.1998. Tata Bahasa Baku
Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Rumaningsih Endang, 2012. Cermat dan Terampil Berbahasa Indonesia,
Semarang : Rasail MediaGroup.

15

Anda mungkin juga menyukai