Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
PENDIDIKAN MATEMATIKA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
B
ahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Republik Indonesiatentu mempunyai
fungsi yang sangat dominan dalam segala aspek kehidupan masyarakat.bagaimana
pun juga Bahasa Indonesia harus tetap dipelajari, dikembangkan, dan dioptimalkan
fungsinya baik bagi masyarakat Indonesia maupun masyarakat dunia.
Belajar bahasa Indonesia berarti juga belajar budaya Indonesia.Oleh karena itu,
harapan besar yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia saat ini ialah mengembalikan bangsa
Indonesia yang mencintai tanah air, bangsa, dan bahasanya sehingga generasi-generasi yang
akan datang adalah generasi-generasi Indonesia yang berbudaya Indonesia.Para pembaca,
khususnya mahasiswa hendaknya mempelajari Bahasa Indonesia dengan sungguh-sungguh
selain juga berkomunikasi secara santun berdasarkan budaya Indonesia.Melalui mata kuliah
Bahasa Indonesia diharapkan tumbuh sikap bangga menggunakan Bahasa Indonesia sehingga
tumbuh pula penghargaan akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam Bahasa
Indonesia.
Mata kuliah bahasa Indonesia adalah mata kuliah yang juga diajarkan di berbagai
program studi.Berdasarkan SK Dirjen Dikti No:43/DIKTI/Kep/2006, mata kuliah Bahasa
Indonesia merupakan mata kuliah wajib dalam pengembangan kepribadian.Kenyataan
tersebut hendaknya sudah mampu menyadarkan kita semua bahwa Bahasa Indonesia sangat
penting diberikan agar tidak terlupakan sehingga tidak kehilangan “ruh” penyemangat yang
mampu mendorong mahasiswa tetap bertahan dan gemar berbahasa Indonesia.
PEMBAKUAN BAHASA INDONESIA
A.Pembakuan Bahasa
Ejaan atau tata cara menulis Bahasa Indonesia dengan huruf latin untuk ketiga kali
dilakukan secara resmi pada 1972, setelah berlakunya ejaan van Ophuisen (1901) dan ejaan
Soewandi (1947).Pada 1975 dikeluarkan pedoman Umun Ejaan Yang Disempurnakan yang
menguraikan kaidah ejaan yang baik itu secara terperinci dan lengkap.
Ejaan Van Ophusyen ialah ejaan bahasa Melayu yang diciptakan oleh Ch.A.Van
Ophusyen bersama dengan Engku Nawawi gelar Sultan Makmur dan Muhammad Taib Sutan
Ibrahim pada 1910.Ejaan tersebut termaktub dalam kitab Logat Melayoe.
Ejaan Van Ophusyen dan Ejaan Soewandi pada hakikatnya sam.Namun demikian,
keduanya memiliki beberapa perbedaan.Perebedaan tersebut adalah:
Kajian utama pada pembakuan (standarisasi) bahasa adalah penetapan norma aau
kerangka acuan manakah yang harus dipilih diantara berbagai acuan yang ada dalam berbagai
pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian disebut dengan, kaidah-kaidah
yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai dengan acuan baku bahasa resmi.Pembakuan
(standardisasi) bahasa dengan memedomani penetapan bahasa baku antara lain:
a. Keserasian bahasa yang digunakan dalam komunikasi resmi (tulis dan lisan).
b. Keilmuan bahasa (linguistik) yang menjadi acuan sesuai kesepakatan para pakar
bahasa (pada bidang: administrasi, sain, teknologi, ilmu pengetahuan, dan peraturan
perundang-undangan).
c. Kesastraan bahasa yang digunakan dalam berbagai kajian sastra.
Sejalan dengan topik yang dipaparkan di atas kajian pembakuan bahasa selalau dikait
dengan masalah yang sengat esensial seperti:a) dasar kekuatan hukum tetap tentang bahasa
resmi di Indonesia b)pengkajian bahasa baku yang dilakukan secara kontinu yang disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat pemakai,c) kebijaksanaan pemerintah dengan bahasa baku
yang dapat dijadikan acuan, d) perencanaan bahasa yang dijadikan acuan sesuai
perkembangan administrasi, iptek, dan kebutuhan istlah, agar jangan terjadi kerancuan
pemakaian bahasa, dengan adanya perencanaan bahasa ditetapkan ragam bahasa baku dan
resmi kenegaraan,e) pembentukan pusat penelitian dan pengkajian (puslit) bahasa yang
berfungsi sebagai pembinaan dan pengembangan atau pusat-pusat bahasa (pusba) di setiap
daerah sehingga dapat menampung seluruh bahasa, sebagai upaya pembakuan bahasa. (Amri,
2015)
B. Bahasa Baku
Ragam bahasa orang yang berpendidikan, yakni bahasa dunia pendidikan, merupakan
pokok yang sudah agak banyak ditelan orang.Ragam itu juga mengandung kaidah-kaidah
paling lengkap jika dibandingkan dengan ragam bahasa yang lain.Ragam itu tidak saja
ditelaah dan diucapkan, tetapi juga diajarkan di sekolah.Apa yang dahulu disebut bahasa
Melayu Tinggi dikenal juga sebagai bahasa sekolah.Sejarah umum perkembangan bahasa
menunjukkan bahwa ragam itu memperoleh gengsi dan wibawa yang tinggi karena ragam itu
juga yang dipakai oleh kaum yang berpendidikan dan yang kemudian dapat menjadi pemuka
di berbagai bidang kehidupan yang penting.Pejabat pemerintah, hakim, pengacara, perwira,
sastrawan, pemimpin perusahaan, wartawan, guru, generasi demi generasi terlatih dalam
ragam sekolah itu.Ragam itulah yang dijadikan tolak ukur bagi pemakaian bahasa yang
benar.
Ragam Bahasa standar memiliki sifat kemantapan dinamis, yang berupa kaidah atau
aturan yang tetap.Buku atau standar tidak dapat berubah setiap saat.Kaidah pembentukan kata
yang menerbitkan bentuk parasa dan perumus dengan taat asas harus dapat menghasilkan
bentuk perajin dan bukan pengrajin dan pengrusak dan masih banyal hal-hal lain yang perlu
mendapatkan perhatian. (Pamungkas, Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif, 2012)
Bahasa baku adalah bahasa resmi yang menjadi kerangka acuan dalam berkomunikasi
secara lisan dan tulisan (administrasi, lembaga pemerintahan), yang memiliki nilai
komunikatif yang tinggi, yang digunakan dalam kepentingan nasional, dalam situasi resmi
atau dalam lingkungan resmi dan pergaulan sopan yang terkait oleh tulisan baku, ejaan buku,
serta lafal baku.Ragam bahasa baku ini merupakan ragam yang diakui oleh lembaga negara
dan masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan dijadikan sebagai kerangka norma
bahasa Indonesia.
Bahasa Baku dapat dijadikan sebagai kerangka acuan ragam bahasa baku harus
memiliki 3 unsur seperti:pemantapan dan kedinamisan, kerasionalan, serta keragaman.
Penggunaan kata-kata akan berbeda dari sudut pandang bahasa dari persfektif kalian
bahasa, kalau masuk dari kata dasar bahasa tersebut akan berbeda pada seperti kata dasar di
atas seperti: kata ajar, dan belajar, dalam pengkajiannya akan berbeda pula makna bila
dikembangkan karena kedua kata tersebut berbeda pada kajian morfologi.Jadi, kemantapan
dan kedinamisan bahasa pada penggunaannya membutuhkan pengkajian khusus dari para
linguis.
2. Kerasionalan
Bahasa Indonesia dalam pengembangan pengkajian serta pemakaiannya banyak
menggunakan logika ilmiah dan kerasionalan.Logika dan nasionalitas akan menjadikan
bahasa Indonesia fleksibel dan luwes sehingga bahasa tersebut dapat berthan dan akhirnya
menjadikan bahasa Indonesia menjadi ragam yang baku.Ragam bahsa baku akan bertahan
bila luwes dan dapat digunakan pada kegiatan formal, informal, dan kegiatan nonformal oleh
berbagai kalangan di berbagai tempat.
Penggunaan bahasa secara rasional maupun menyampaikan pesan kepada pendengar
tanpa adanya interpretatif makna antara penutur dengan mitra tutur sehingga, tidak terjadi
kesalahpahaman dalam menerima makna pesan.Jadi, penggunaan bahasa baku memberikan
dampak pemakaian pada rasionalitas yang sistematis dengan menggunakan penalaran yang
teratur:
Contoh kalimat yang tidak rasional
Berbulan madu diatas pelangi.
Kita akan membangun istana di atas awan.
3.Penyeragaman
Pembakuan bahasa Indonesia berarti perlu dilakukan penyeragaman bahasa, hal ini
bermaksud agar ada satu bentuk bahasa baku yang menjadi acuan.Penyeragaman
bahasa yang dimaksudkan adalah penyeragaman bidang ejaan, pemakaian tanda baca
(pungtuasi), dan penyeragaman istilah, sebagai upaya pencarian atau penentuan titik-
titik keseragaman. (Amri, 2015)
Fungsi pemberi khasan yang diemban oleh bahasa baku membedakan bahasa itu dan
bahsa yang lain.Fungsi tersebut, mempu memperkuat perasaan kepribadian nasional
masyarakat bahasa yang bersangkuta.
Pemilihan bahasa baku membawa serta wibawa dan prestise.Fungsi pembawa wibawa
betrsangkutan dengan usaha orang untuk mencapai ke kesedejaratan dengan peradban lain
yang dikagumi lewat pemerolehan bahasa baku sendiri. (Pamungkas, Bahasa Indonesia dalam
Berbagai Perspektif, 2012)
Bahasa yang dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang bunyi mana suka, yang
diperguankan oleh masyarakat untk bekerja sma, berinteraksi, dan mengidentifikasi
diri.Bahasa sebagai alat utama untuk bisa menjalin komuniksidengan seseorang secara lisan
maupun tulisan.
Rahayu (2007;20) berpendapat, bahasa baku didukung oleh empat fungsi, yaitu
sebagai berikut:
4.Sebagai kerangka acuan, yaitu penggunaan norma atau kaidah yang jelas.
Selain berfungsi sebagai bahasa nasional, bahasa negara, dan bahsa resmi, bahasa
baku mempunyai fungsi lain.Gravin dan Mathint menjelaskan bahwa bahasa baku bersifat
sosial politik, yaitu fungsi pemersatu, fungsi pemisa, fungsi harga diri, dan fungsi kerangka
acuan.Alwi(2003:15) menjelaskan bahwa bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga
diantaranya bersifat pelambang atau simbol, sedangkan yang satu lagi bersifat objektif.
Penggunaa bahasa baku merupakan ragam bahasa yang secara sosial lebih
digandrungi dan berdasarkan sesuai dengan bahasa orang-orang yang berpendidikan dalam
suatu masyarakat.Bahasa inilah yang dijadikan standar atau ukuran dalam penggunaan bahasa
baku atau bahasa formal.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penguasaan bahasa baku, yaitu:
a)ciri-ciri bahasa baku,b)fungsi bahasa baku,dan c) penulisan bahasa baku. (Amri, 2015).
Bahasa Indonesia, seperti halnya bahasa-bahasa lain di dunia, digunakan dalam situasi
formal maupun informal.Bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi formal, misalnya
dalam situasi resmi, seperti dalam pidato kenegaraan, kegiatan belajar mengejar, surat-surat
resmi, dan sebagainya.
(1) Kemantapan dinamis, yang berupa kaidah atau aturan yang tetap.Pengertian baku dan
standar tentu tidak dapat diubah setiap saat atau atas kemauan pemakaian.Namun,
kemantapan atau ketetapan tidak bersikap kaku, tetapi bersifat cukup luwes sehingga
memungkinkan perubahan yang tersistem dan teratur di bidang kosakata peristilahan, serta
memungkinkan perkembangan beraneka ragam yang diperlukan dalam perkembangan
modern; (2) wacana teknis;(3) pembicaraan didepan umum;(4) pembicaraan dengan orang
yang terhormat.Merujuk pada pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa dalam situasi resnki
dalam konteks komunikasi pun ada bagian tertentu yang mengharuskan kita menggunakan
bahasa resmi, misalkan ketika berdialog dengan atasan, guru/dosen kita, atau orang yang
belum dikenal. (Pamungkas, Bahasa Indonesia dalam Berbagai Perspektif, 2012).
Bahasa baku bercirikan tiga sifat, yaitu memiliki kemantapan dinamis, yang berupa
kaidah dan aturan yang tetap, bersifat kecendikian, dan penyeragaman kaidah (dan bukan
penyamaan ragam bahasa). (Amri, 2015).
Penulisan bahasa baku merupakan suatu tata cara pembentukan suatu hal yang sangat
penting dipahami untuk dapat menguasai bahasa baku.Menurut pendapat Agustin dkk
(2006:246) penulisan kata/bahasa baku terdiri dari:
1) Penulisan kata dasar, yaitu kata yang belum diberi imbuhan atau belum
mengalami proses morfologi, dirulis sebagai satu kesatuan, terlepas dari kesatuan
lainnya.Contoh : kita semua anak Indonesia,
2) Penulisan kata berimbuhan, yaitu kata yang dibentuk dari kata dasar, dengan
imbuhan (awalan, sisipan, akhiran), contoh:membangun,
3) Penulisan kata gabung, yaitu bentuk yang terdiri dari du buah kata atau
lebih.Contoh: kantor pos,
4) Penulisan kata bidang yaitu, sebuah bentuk sebagaimana hasil dari mengulang
sebuah kata dasar atau bentuk dasar, contoh : sayur mayur,
5) Penulisan kata singkatan, yang dilakukan dengan cara sebagai berikut:a) hanya
menuliskan dan mengucapkan huruf pertama saja,b) hanya menuliskan beberapa
huruf saja diberi kata yang singkat,c) hanya menuliskan suku kata tertentu dari
kata atau unsur-unsur kata yang disingkat. (Amri, 2015).