Anda di halaman 1dari 24

MODUL PERKULIAHAN

BAHASA INDONESIA UMB

POKOK BAHASAN :

KAIDAH BAHASA INDONESIA

Mahasiswa diharapkan dapat memahami kaidah Bahasa Indonesia


dan memahami pengertian serta sejarah dan perkembangan
Standar ejaan dan ruang lingkup ejaan.
Kompetensi

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh


Ekonomi dan Akuntansi 1 U00170000 Kundari,S.Pd, M.Pd.
Bisnis 8

Abstract Kompetensi
Kaidah Bahasa Indonesia adalah Mampu memahami kaidah Bahasa
peraturan dalam penulisan,pelafalan Indonesia adalah peraturan dalam
sesuai ejaan yang berlaku. Ejaan penulisan,pelafalan sesuai ejaan
merupakan keseluruhan peraturan yang berlaku, pengertian ejaan,
sejarah ejaan dan ruang lingkup
melambangkan bunyi ujaran, ejaan.
pemisahan dan penggabungan kata,
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
huruf dan tanda baca..

1
KAIDAH BAHASA INDONESIA

1.1 Standar Kompetensi


Mahasiswa dapat memahami kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dan dapat
menulis sesuai ejaan yang disempurnakan serta memahami sejarah dan perkembangan
ejaan dan ruang lingkup ejaan.

1.2 Kompetensi Dasar


1. Mampu memahami kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Mampu memahami sejarah ejaan.
3. Mampu memahami ruang lingkup ejaan.

1.3 Indikator
1. Mampu menjelaskan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Mampu menjelaskan pengertian ejaan.
3. Mampu menjelaskan sejarah ejaan.
4. Mampu menjelaskan ruang lingkup ejaan.

1.4 Kaidah Bahasa Indonesia

Bangsa Indonesia beruntung memiliki bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai

bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia

digunakan sebagai lambang identitas nasional, lambang kebanggaan nasional, alat

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


2 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
pemersatu bangsa dan alat komunikasi antarsuku bangsa. Sedangkan sebagai bahasa

negara, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa

administrasi negara, bahasa pengantar di lembaga pendidikan dan sebagai alat untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya. Keberhasilan bangsa Indonesia

menjadikan bahasa Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan

bahasa negara tak terlepas dari perjuangan pemuda generasi tahun 20-an melalui ikrar

Sumpah Pemuda.

Ikrar Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang melibatkan kepentingan kehidupan

nasional dan generasi muda. Sumpah Pemuda juga menyatakan kebulatan tekad sosial,

budaya dan politik yamg menjiwai perjuangan generasi Indonesia pada masa sekarang.

Karena itu, Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang amat penting, baik pada

masa itu dan lebih-lebih bagi pertumbuhan bangsa Indonesia di masa sekarang dan

mendatang. Sumpah Pemuda merupakan jaringan pernyataan kebulatan tekad yang dijalin

oleh tiga unsur yang berkaitan erat dan memiliki hubungan timbal balik. Tiga unsur tersebut

adalah bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan

menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia. Amran Halim berpendapat bahwa

penghayatan dan penerapan isi dan semangat ketiga unsur itulah yang dimaksud dengan

pembinaan bahasa Indonesia.1 Dengan kata lain, pembinaan bahasa Indonesia adalah

proses sosial budaya dan kebahasaan yang bertujuan menempatkan bahasa Indonesia

pada kedudukannya yang terhormat dalam kemasyarakatan bangsa Indonesia.

Masalah pembinaan bahasa Indonesia adalah masalah yang menyangkut pemeliharaan

bahasa Indonesia. Sedangkan salah satu wujud pembinaan bahasa Indonesia adalah

terselenggaranya pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh masyarakat

Indonesia. Dengan demikian, masalah pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar

adalah masalah nasional Indonesia.

1
http;// /kaidah bahasa/Kaidah Dasar Bahasa Indonesia – wendisaja, diakses tanggal 24 Feb 2018
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Peranan bahasa yang utama ialah sebagai penyampaian maksud dan pengungkapan

perasaan seseorang kepada oang lain. Ditinjau dari sudut ini, maka dapat dikatakan bahwa

benarlah sudah bahasa seseorang bila dia sudah mampu mengemban amanat tersebut.2

Namun mengingat bahwa situasi kebahasaan itu bermacam-macam, maka tidak selamanya

bahasa yang benar itu baik, atau sebaliknya bahasa yang baik itu benar.

Berpegang dalam batasan tadi, maka ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh

setiap pemakai bahasa Indonesia agar bahasa yang dipakainya itu baik dan benar. Kedua

syarat yang dimaksud yaitu :

   Pertama, meahami baik situasi kebahasaan yang dihadapinya, dan

Kedua, memahami benar kaidah bahasa Indonesia.

1.4.1 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

1.4.1.1 Bahasa Indonesia yang Baik

Ada dua hal yang harus dijelaskan secara terpisah, yakni bahasa Indonesia yang baik

dan bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia

yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembicara.3 Dalam setiap komunikasi bahasa selalu

melibatkan dua buah pihak yang lazim disebut komunikator dan komunikan. Situasi dan

kondisi pembicaraan antara komunikator dan komunikan inilah yang menyebabkan apakah

bahasa yang digunakan baik atau tidak baik. Ada berbagai varian situasi yang menuntut

norma kebahasaan yang berbeda. Ada situasi yang sedang duka cita, situasi darurat,

situasi khusuk, situasi santai, situasi kekeluargaan yang akrab dan situasi lainnya. Hampir

semua situasi menuntut penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks sosialnya,

Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa cocok dengan situasi pemakaiannya. Ada dua

situasi pemakaian bahasa, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Situasi resmi adalah situasi

2
http://kaidahbahasa/KAIDAH-DASAR-BAHASA-INDONESIA://, diakses tanggal 24 Feb 2018
3
Sri Satata dkk, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012.
Hal 37.
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
kebahasaan yang berkaitan dengan masalah kedinasan, keilmuan, berbicara di depan

umum dan berbicara dengan orang dihormati misalnya mengajar, surat-menyurat, membuat

laporan, karya ilmiah, berbicara dengan atasan dan guru. Pada situasi seperti ini selain

sebagai alat komunikasi, bahasa juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan atau

informasi. Karena itu, perlu menggunakan bahasa baku. Sedangkan situasi tidak resmi

adalah pemakaian bahasa dalam pergaulan sehari-hari dengan masalah pokok keseharian.

Obrolan di warung, tawar-menawar di pasar adalah contoh situasi kebahasaan tidak resmi.

Pada situasi seperti ini, bahasa hanyalah merupakan alat komunikasi. Asal lawan bicara

memahami maksud pembicaraan memadailah bahasa tersebut. Penyimpangan kaidah

bukanlah hal yang tercela benar, asal pelanggaran tidak mengubah makna dari bahasa

Indonesia. Bahkan penyisipan bahasa asing atau daerah bukanlah suatu hal yang tidak

mustahil.

1.4.1..2 Bahasa Indonesia yang Benar

Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya selalu

menaati kaidah bahasa Indonesia (baku). Ciri kebahasaan ragam baku antara lain

kebakuan ejaan, peristilahan, kosakata, tata bahasa dan lafal. Ragam baku bahasa

Indonesia ialah bahasa Indonesia yang tata cara dan tertib penulisannya mengikuti ejaan

bahasa Indonesia yang disempurnakan serta tertib dalam pembentukan istilahnya yang

berpedoman kepada pedoman umum pembentukan istilah bahasa Indonesia. Bahasa baku

harus menggunakan kata-kata baku seperti bagaimana, mengapa, memberi bukannya

gimana, kenapa, kasih dan sebagainya. Selain itu, bahasa baku harus taat asas pada

kaidah ketatabahasaan yaitu konsisten menggunakan hukum diterangkan menerangkan

pada pembentukan kata serta menggunakan subjek predikat dalam pembentukan kalimat.

Pada bahasa lisan, ragam baku bahasa Indonesia adalah ragam bahasa yang relatif bebas

dari atau sesedikit mungkin diwarnai oleh lafal bahasa daerah atau dialek setempat. Hal

yang sama diungkapakan Sri Satata dkk bahwa Bahasa Indonesia yang benar adalah
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan yang berlaku. 4 Lima

kaidah ketatabahasaan :

1) Morfologi : tata bentuk

2) Fonologi : tata bunyi

3) Sintaksis ; tata kalimat

4) Semantik : tata makna

5) EYD : tata tulis

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa

Indonesia yang sesuai situasinya dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sesuai

dengan asumsi ini, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi pemakai bahasa Indonesia

agar pemakaian bahasa Indonesia-nya baik dan benar. Syarat tersebut adalah memahami

secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami benar situasi kebahasaan yang

dihadapi. Seseorang yang menggunakan bahasa baku dalam situasi resmi dan

menggunakan ragam tidak baku dalam situasi tidak resmi adalah orang yang mampu

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena sesuai dengan fungsi dan

situasinya. Agar bisa memakai bahasa Indonesia secara baik dan benar, maka perlu

adanya sikap positif para pemakai bahasa Indonesia. Menurut Garvin dan Mathiot, sikap ini

setidaknya mengandung tiga ciri pokok yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa dan

kesadaran akan adanya norma bahasa.

 Kesetiaan adalah sikap yang mendorong masyarakat untuk mempertahankan

kemandirian bahasanya.

4
Ibid., hal 38
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
 Kebanggaan bahasa adalah sikap yang mendorong orang atau sekelompok

menjadikan bahasanya sebagai identitas pribadi atau kelompoknya sekaligus

membedakan dengan yang lain.

 Sedangkan kesadaran adanya norma adalah sikap yang mendorong penggunaan

bahasa secara cermat, korek, santun dan layak. Kesadaran demikian merupakan

faktor yang menentukan dalam perilaku tutur. Sikap tidak ada gairah untuk

mempertahankan kemandirian bahasanya, mengalihkan kebanggaan kepada

bahasa lain yang bukan miliknya dan sikap tidak memelihara cermat bahasa dan

santun bahasanya harus dicegah karena akan merugikan pertumbuhan dan

perkembangan bahasa Indonesia. Karena itu, sebagai wujud penghargaan dan

perhormatan terhadap pahlawan bangsa yang telah mencetuskan ikrar Sumpah

Pemuda, marilah kita tumbuh kembangkan sikap positif terhadap bahasa

Indonesia dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

1.5 Ejaan

Pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch A. van Ophyusen dengan bantuan Engku

Nawawi dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, menetapkan aturan ejaan bahasa Melayu

dengan huruf Latin. Berbagai Kongres diadakan untuk melakukan penyempurnaan, seperti

Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo pada tahun 1938 yang menyarankan agar ejaan

Indonesia lebih banyak diinternasionalkan.5 Usaha pembakuan bahasa Indonesia tersebut

ternyata belum menunjukkan hasil yang sempurna. Dalam pemakaian bahasa Indonesia,

masih sering ditemukan kata-kata yang dieja atau diucapkan dengan tidak tepat. Umumnya

kesalahan itu berpangkal pada kesalahan ejaan sehingga terjadi kesalahan pada

5
Pengembangan Bahasa Indonesia, PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
(Jakarta; Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ;2000)hal.5

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


7 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
pengucapan pula. Selain itu, pembacaan kata-kata yang sudah betul ejaannya terkadang

masih dibaca dengan lafal yang salah. Padahal dalam situasi resmi seharusnya kesalahan

seperti itu tidak terjadi.

Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya salah eja atau salah ucap yaitu karena

pengaruh bahasa daerah. Seperti kata-kata nomor dan besok yang biasanya dieja atau

diucapkan nomer dan besuk oleh masyarakat yang bahsa pertamanya (mother tongue)

bahsa Jawa. Kadang pada ejaan sudah benar tetapi dalam pengucapannya masih salah,

misalnya kata-kata fakultas dan jalan yang oleh orang Bugis-Makassar diucapkan pakultas

dan jalang. Faktor lain yang menyebabkan kesalahan pengucapan yaitu adanya bunyi yang

berbeda tetapi dalam ejaan tidak dibedakan. Seperti kata ‘peka’ yang dilafalkan dengan

‘pepet’, padahal seharunya dilafalkan seperti kata ‘teras’ (serambi). Kesalahan ucapan juga

sering kali disebabkan penggunaan ejaan bahasa daerah Jawa seperti huruf a yang harus

dibaca seperti o dalam bahasa Indonesia. Misalnya, nama ‘Poerwadarminta’ yang

seharusnya dibaca Purwodarminta. Salah eja juga terjadi pada penulisan kata-kata yang

berasal dari bahasa asing seperti sistim, kongkrit, dan kwitansi, yang ejaan sebenarnya

ialah sistem, konkret, dan kuitansi.

Selain itu dalam penulisan ilmiah selain harus menggunakan  bahasa Indonesia yang baik

dan benar, juga harus dapat menggunakan  bahasa tersebut sebagai sarana komunikasi

ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula

ditunjang oleh penerapan  peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu

Ejaan Yang Disempurnakan. Agar  gagasan atau pesan yang terdapat pada karya tulis kita

mudah dipahami oleh pembaca.

1.5.1 Sejarah perkembangan Ejaan

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


8 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Perkembangan ejaan di Indonesia diawali dengan Ejaan Van Ophuijsen. Ejaan
pertama bahasa Indonesia tersebut diambil dari nama seorang guru besar Belanda
yang juga pemerhati bahasa dan diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah
Belanda yang berkuasa di Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuijsen dipakai
selama 46 tahun, lebih lama dari Ejaan Republik yang dipakai selama 25 tahun.
Ejaan Van Ophuijsen baru diganti setelah dua tahun Indonesia merdeka.

Ejaan Van Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan bahasa Melayu pada tahun 1901,
ejaan tersebut memiliki ciri khas yang menonjol yaitu penggunaan huruf j untuk
menuliskan kata-kata jang dan sajang, penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata
goeroe dan kamoe, serta digunakannya tanda diakrik dan trema pada kata ma’moer
dan do’a.

Setelah mengalami perkembangan, kedudukan Ejaan Van Ophuijsen tergantikan


oleh Ejaan Soewandi. Ejaan Soewandi atau republik ditetapkan pada tahun 1947
untuk menggantikan Ejaan Van Ophuijsen. Ciri yang menonjol adalah penggunaan
huruf u untuk menggantikan huruf oe, penggunaan bunyi sentak k menggantikan
tanda diakritik, dan penulisan kata depan di dan awalan di yang sama, yakni
dirangkaikan dengan kata yang mengikutinya.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah peraturan bahasa Indonesia


yang diberlakukan sejak tahun 1972 pada saat Kongres Bahasa Indonesia hingga
saat ini.

Untuk memberikan gambaran tentang ejaan yang pernah berlaku pada masa itu dan sekaligur
untuk membandingkannya dengan ejaan sekarang.

Ini adalah sejarah perkembangan ejaan :

1. Ejaan van Ophuijsen

Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen
yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun
ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini
yaitu:
1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan
tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y
seperti dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
4.Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer,
’akal, ta’, pa’, dsb.

2. Ejaan Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya.
Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.

3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)


Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik selama
tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.

4. Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)


Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden
Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dengan
EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin
dibakukan.
Perubahan:
Indonesia(pra-1972) Malaysia(pra-1972) Sejak 1972
Tj ch c
Dj J j
Ch kh kh
Nj ny ny

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


10 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Sj sh sy
J y y
oe* u u

Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Indonesia :


1. Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan
yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang
kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini
menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun
bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

2. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato
menggunakan bahasa Indonesia.

3. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa
Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.

4. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai
Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.

5. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
6. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil
kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat
itu.

7. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu
pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

8. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan
Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
9. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.

10. Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik Indonesia, meresmikan


penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) melalui pidato
kenegaraan di hadapan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No.
57 tahun 1972.

11. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).

12. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50
ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia
sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

13. Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.
Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-
55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.

14. Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh
Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia,
Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


12 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
pencinta bahasa di Nusantara, yakni Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia.

15. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari
mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia,
Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan
agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa
Indonesia.

16. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

Anda perhatikan pemakaian huruf dan kata-kata yang ditulis dengan ketiga macam ejaan
dalam tabel berikut ini :

PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF


DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan Van Ophuijsen ( 1901 – Ejaan Republik / Ejaan Ejaan yang Disempurnakan
1947) Soewandi ( 1947 – 1972) (1972 )
Choesoes Chusus Khusus
Djoem’at Jumat Jumat
Ja’ni Jakni Yakni
Pajoeng Pajung Payung
Tjoetjoe Tjutju Cucu
Soenji Sunji Sunyi

1.5.2 Ruang Lingkup Ejaan

a. Pemakaian huruf berbicara tentang masalah yang mendasar dari suatu bahasa,
yaitu; abjad, vokal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


13 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
b. Penulisan huruf berbicara tentang jenis huruf yang digunakan, seperti ; huruf
kapital dan huruf miring.
c. Penulisan kata berbicara tentang berbagai cara penilisan kata bermorfem
tunggal dan yang bermorfem banyak beserta unsur-unsur kecil dalam bahasa,
meliputi; kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti kau, ku,
mu, dan nya, kata depan di, ke, dan dari, kata sandang si, dan sang, partikel,
singkatan dan akronim, angka dan lambang bilangan.
d. Penulisan unsur serapan berbicara tentang kaidah cara penulisan unsur
serapan, terutama kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
e. Pemakaian tanda baca (pungtuasi) berbicara tentang penempatan 15 (kelima
belas) tanda baca dalam penulisan
f. Tanda baca tersebut adalah :
1. Tanda titik (.)
2. Tanda koma (,)
3. Tanda titik koma (;)
4. Tanda titik dua (:)
5. Tanda hubung (-)
6. Tanda pisah (--)
7. Tanda elipsis (…)
8. Tanda tanya (?)
9. Tanda seru (!)
10. Tanda kurung ((…))
11. Tanda kurung siku ( […] )
12. Tanda petik ganda (“…”)
13. Tanda peti tunggal (‘…’)
14. Tanda garis miring (/)
15. Tanda penyingkat ( ‘)

Pemakaian tanda baca dapat dilihat dari contoh berikut ini :

a. Tanda titik (.)


1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya :
Ayahku tinggal di Korea.

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


14 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Impianku menjadi musisi.

2. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya :III.A.1.1.

3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.


Misalnya :24.000
13.000

b. Tanda koma (,)


1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya :
Saya membeli baju, tas, dan sepatu.
Korea, jepang, yunani, spanyol, paris, inggris, dan las vegas.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya :
Saya ingin pergi, tetapi hari itu ujian.
Piano bukan alat music favorit saya, melainkan biola.

3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya :
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.

4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya :
Kata Ibu, “saya gembira sekali.”

“Saya gembira sekali,” kata Ibu, “karena kamu lulus.”

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


15 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
c. Tanda titik koma (;)
1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya :
Malam semain larut;pekerjaan belum selesai juga.

2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya :
Ayah menonton televisi; Ibu sibuk memasak; Adik mendengar music; saya sendiri
asyik mengerjakan tugas.

d. Tanda titik dua (:)


1. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya :
Kita sekarang memerlukan alat tulis : pensil, penghapus, dan penggaris.
Hanya ada dua hasil ujian kita itu : lulus atau tidak lulus.

2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya :
Ketua : Soesilo
Sekretaris : Amir Hamzah
Bendahara : Chairil Anwar

e. Tanda hubung (-)


1.Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya :
Disamping cara itu ada ju-ga cara baru.

2. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.


Misalnya :
Anak-anak

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


16 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Berulang-ulang

3. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya :
p-e-n-y-a-n-y-i
26-01-1986

f. Tanda pisah ( - )

1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan di luar
bangun kalimat.
Misalnya :
Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.

2. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya :
1986-1990
Tanggal 25-26 Januari 1986
Korea-Jepang

g. Tanda Ellipsis ( … )
1. Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya :
Kalau begitu … ya, marilah mulai pindah.

2. Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya :
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

h. Tanda Tanya (?)


1. Tanda Tanya dipakai pada akhir kalimat Tanya.

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


17 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Misalnya :
Kapan ia berangkat?
Kemana ia pergi?

2. Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya :
Ia dilahirkan pada tahun 1992 (?)
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang

i. Tanda seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi
yang kuat.
Misalnya :
Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Merdeka !

j. Tanda kurung ( (…) )


1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya :
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor
itu.

2. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

k. Tanda kurung siku ( […] )


1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam
naskah asli.

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


18 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Misalnya :
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemersik.

3. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya :
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 26] tidak dibicarakan)
perlu dibentangkan di sini.

l. Tanda petik (“…”)


1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain.
Misalnya :
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”

2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya :
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA”
diterbitkan dalam Tempo.
3. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya :
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”

m. Tanda petik tunggal ( ‘…’ )


Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya :
Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”

n. Tanda garis miring ( / )


1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


19 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Misalnya :
No. 7/PK/1973
Jalan kramat II/10

2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya :
Mahasiswa/mahasiswi
Harganya Rp 150,00/lembar.

o. Tanda penyikat atau Apostrof ( ` )

Tanda penyikat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya :
Malam ‘lah tiba (`lah = telah)
1 Januari `86 (`86 = 1986)

Tanda baca sangatlah penting dalam karang – mengarang bahkan mutlak. Untuk itu,

ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang uraian pemakaian dan penulisan

huruf, penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan tanda baca.

Pemakaian dan penulisan huruf sangatlah penting untuk melahirkan sebuah kalimat

yang mudah untuk dipahami. Jika sudah memahami cara pemakaian dan penulisan

huruf, pelajari cara penulisan kata. Penulisan kata sangatlah penting karena dalam

berbahasa menggunakan kata. Dalam berbahasa seringkali kata dasar mengalami

perubahan karena mendapat imbuhan, pengulangan dan penggabungan.

Kemudian, dalam perkembangannya bahasa Indonesia banyak menyerap unsur

pelbagai bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


20 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
1.5.3 Penulisan/ Penggunaan Huruf
Huruf kapital dan miring diantaranya digunakan untuk hal-hal seperti di bawah
ini :

a. Huruf kapital digunakan pada awal nama :


 Orang : Wandasti, Kundari
 Tahun : tahun Kabisat, tahun Masehi
 Bulan : bulan November, bulan Desember
 Hari : hari Senin, hari Jumat
 Peristiwa bersejarah : Perang Diponegoro, hari Pahlawan
 Suku : suku Jawa, suku Bugis
 Bangsa : bangsa Indonesia, bangsa Rusia
 Agama : agama Islam, agama Budha
 Gelar jabatan : Doktor Soekarno, Insinyur Jokowi
 Jabatan : Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta

b. Huruf miring digunakan pada nama :


 Buku : buku Bahasa Indonesia
 Majalah : majalah Tempo
 Surat kabar : koran Kompas
 Istilah asing : de’ja vu
 Istilah ilmiah : Lumbricus rubell

1.5.4 Kesimpulan

Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa

Indonesia yang sesuai situasinya dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Berdasarkan asumsi ini, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi pemakai bahasa

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


21 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Indonesia agar pemakaian bahasa Indonesia-nya baik dan benar. Syarat tersebut adalah

memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami benar situasi kebahasaan

yang dihadapi. Seseorang yang menggunakan bahasa baku dalam situasi resmi dan

menggunakan ragam tidak baku dalam situasi tidak resmi adalah orang yang mampu

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena sesuai dengan fungsi dan

situasinya. Agar bisa memakai bahasa Indonesia secara baik dan benar, maka perlu

adanya sikap positif para pemakai bahasa Indonesia.

*** SELESAI ***

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


22 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

A, Alek dan Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi . Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.

Firdaus, Winci. 2013. Bahasa Indonesia. Banda Aceh: CV. P&G Kilat Jaya.

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi Negeri. Jakarta: Grasindo.

Pamungkas. 1972. PEDOMAN UMUM EJAAN YANG DISEMPURNAKAN ~EYD~, Surabaya:

Giri Surya

Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga

Satata.Sri.dkk..2012.Bahasa Indonesia untuk Penulisan Akademik di Perguruan Tinggi. Jakarta:


Mitra Wacana Media.

Kaidah-bahasa-indonesia.blogspot.com/

http://ekowidianto.blogspot.com/2010/12/kaidah-bahasa-indonesia-jati-diri.html

http://juwie.wordpress.com/2009/03/24/kaidah-dan-penerapan-ejaan-bahasa-indonesia-yang-

disempurnakan-eyd/

2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning


23 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
24 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai