POKOK BAHASAN :
Abstract Kompetensi
Kaidah Bahasa Indonesia adalah Mampu memahami kaidah Bahasa
peraturan dalam penulisan,pelafalan Indonesia adalah peraturan dalam
sesuai ejaan yang berlaku. Ejaan penulisan,pelafalan sesuai ejaan
merupakan keseluruhan peraturan yang berlaku, pengertian ejaan,
sejarah ejaan dan ruang lingkup
melambangkan bunyi ujaran, ejaan.
pemisahan dan penggabungan kata,
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
huruf dan tanda baca..
1
KAIDAH BAHASA INDONESIA
1.3 Indikator
1. Mampu menjelaskan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
2. Mampu menjelaskan pengertian ejaan.
3. Mampu menjelaskan sejarah ejaan.
4. Mampu menjelaskan ruang lingkup ejaan.
bahasa nasional dan bahasa negara. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
administrasi negara, bahasa pengantar di lembaga pendidikan dan sebagai alat untuk
menjadikan bahasa Indonesia menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara tak terlepas dari perjuangan pemuda generasi tahun 20-an melalui ikrar
Sumpah Pemuda.
nasional dan generasi muda. Sumpah Pemuda juga menyatakan kebulatan tekad sosial,
budaya dan politik yamg menjiwai perjuangan generasi Indonesia pada masa sekarang.
Karena itu, Sumpah Pemuda merupakan tonggak sejarah yang amat penting, baik pada
masa itu dan lebih-lebih bagi pertumbuhan bangsa Indonesia di masa sekarang dan
mendatang. Sumpah Pemuda merupakan jaringan pernyataan kebulatan tekad yang dijalin
oleh tiga unsur yang berkaitan erat dan memiliki hubungan timbal balik. Tiga unsur tersebut
adalah bertanah air satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia dan
penghayatan dan penerapan isi dan semangat ketiga unsur itulah yang dimaksud dengan
pembinaan bahasa Indonesia.1 Dengan kata lain, pembinaan bahasa Indonesia adalah
proses sosial budaya dan kebahasaan yang bertujuan menempatkan bahasa Indonesia
bahasa Indonesia. Sedangkan salah satu wujud pembinaan bahasa Indonesia adalah
terselenggaranya pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar oleh masyarakat
Indonesia. Dengan demikian, masalah pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar
1
http;// /kaidah bahasa/Kaidah Dasar Bahasa Indonesia – wendisaja, diakses tanggal 24 Feb 2018
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Peranan bahasa yang utama ialah sebagai penyampaian maksud dan pengungkapan
perasaan seseorang kepada oang lain. Ditinjau dari sudut ini, maka dapat dikatakan bahwa
benarlah sudah bahasa seseorang bila dia sudah mampu mengemban amanat tersebut.2
Namun mengingat bahwa situasi kebahasaan itu bermacam-macam, maka tidak selamanya
bahasa yang benar itu baik, atau sebaliknya bahasa yang baik itu benar.
Berpegang dalam batasan tadi, maka ada dua syarat utama yang harus dipenuhi oleh
setiap pemakai bahasa Indonesia agar bahasa yang dipakainya itu baik dan benar. Kedua
Ada dua hal yang harus dijelaskan secara terpisah, yakni bahasa Indonesia yang baik
dan bahasa Indonesia yang benar. Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa Indonesia
yang sesuai dengan situasi dan kondisi pembicara.3 Dalam setiap komunikasi bahasa selalu
melibatkan dua buah pihak yang lazim disebut komunikator dan komunikan. Situasi dan
kondisi pembicaraan antara komunikator dan komunikan inilah yang menyebabkan apakah
bahasa yang digunakan baik atau tidak baik. Ada berbagai varian situasi yang menuntut
norma kebahasaan yang berbeda. Ada situasi yang sedang duka cita, situasi darurat,
situasi khusuk, situasi santai, situasi kekeluargaan yang akrab dan situasi lainnya. Hampir
semua situasi menuntut penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks sosialnya,
Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa cocok dengan situasi pemakaiannya. Ada dua
situasi pemakaian bahasa, yaitu situasi resmi dan tidak resmi. Situasi resmi adalah situasi
2
http://kaidahbahasa/KAIDAH-DASAR-BAHASA-INDONESIA://, diakses tanggal 24 Feb 2018
3
Sri Satata dkk, Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012.
Hal 37.
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
kebahasaan yang berkaitan dengan masalah kedinasan, keilmuan, berbicara di depan
umum dan berbicara dengan orang dihormati misalnya mengajar, surat-menyurat, membuat
laporan, karya ilmiah, berbicara dengan atasan dan guru. Pada situasi seperti ini selain
sebagai alat komunikasi, bahasa juga sebagai alat untuk menyampaikan gagasan atau
informasi. Karena itu, perlu menggunakan bahasa baku. Sedangkan situasi tidak resmi
adalah pemakaian bahasa dalam pergaulan sehari-hari dengan masalah pokok keseharian.
Obrolan di warung, tawar-menawar di pasar adalah contoh situasi kebahasaan tidak resmi.
Pada situasi seperti ini, bahasa hanyalah merupakan alat komunikasi. Asal lawan bicara
bukanlah hal yang tercela benar, asal pelanggaran tidak mengubah makna dari bahasa
Indonesia. Bahkan penyisipan bahasa asing atau daerah bukanlah suatu hal yang tidak
mustahil.
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang penggunaannya selalu
menaati kaidah bahasa Indonesia (baku). Ciri kebahasaan ragam baku antara lain
kebakuan ejaan, peristilahan, kosakata, tata bahasa dan lafal. Ragam baku bahasa
Indonesia ialah bahasa Indonesia yang tata cara dan tertib penulisannya mengikuti ejaan
bahasa Indonesia yang disempurnakan serta tertib dalam pembentukan istilahnya yang
berpedoman kepada pedoman umum pembentukan istilah bahasa Indonesia. Bahasa baku
gimana, kenapa, kasih dan sebagainya. Selain itu, bahasa baku harus taat asas pada
pada pembentukan kata serta menggunakan subjek predikat dalam pembentukan kalimat.
Pada bahasa lisan, ragam baku bahasa Indonesia adalah ragam bahasa yang relatif bebas
dari atau sesedikit mungkin diwarnai oleh lafal bahasa daerah atau dialek setempat. Hal
yang sama diungkapakan Sri Satata dkk bahwa Bahasa Indonesia yang benar adalah
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah-kaidah ketatabahasaan yang berlaku. 4 Lima
kaidah ketatabahasaan :
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa
Indonesia yang sesuai situasinya dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Sesuai
dengan asumsi ini, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi pemakai bahasa Indonesia
agar pemakaian bahasa Indonesia-nya baik dan benar. Syarat tersebut adalah memahami
secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami benar situasi kebahasaan yang
dihadapi. Seseorang yang menggunakan bahasa baku dalam situasi resmi dan
menggunakan ragam tidak baku dalam situasi tidak resmi adalah orang yang mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena sesuai dengan fungsi dan
situasinya. Agar bisa memakai bahasa Indonesia secara baik dan benar, maka perlu
adanya sikap positif para pemakai bahasa Indonesia. Menurut Garvin dan Mathiot, sikap ini
setidaknya mengandung tiga ciri pokok yaitu kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa dan
kemandirian bahasanya.
4
Ibid., hal 38
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
Kebanggaan bahasa adalah sikap yang mendorong orang atau sekelompok
bahasa secara cermat, korek, santun dan layak. Kesadaran demikian merupakan
faktor yang menentukan dalam perilaku tutur. Sikap tidak ada gairah untuk
bahasa lain yang bukan miliknya dan sikap tidak memelihara cermat bahasa dan
1.5 Ejaan
Pada tahun 1901 berdasarkan rancangan Ch A. van Ophyusen dengan bantuan Engku
Nawawi dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim, menetapkan aturan ejaan bahasa Melayu
dengan huruf Latin. Berbagai Kongres diadakan untuk melakukan penyempurnaan, seperti
Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo pada tahun 1938 yang menyarankan agar ejaan
ternyata belum menunjukkan hasil yang sempurna. Dalam pemakaian bahasa Indonesia,
masih sering ditemukan kata-kata yang dieja atau diucapkan dengan tidak tepat. Umumnya
kesalahan itu berpangkal pada kesalahan ejaan sehingga terjadi kesalahan pada
5
Pengembangan Bahasa Indonesia, PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN
(Jakarta; Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ;2000)hal.5
masih dibaca dengan lafal yang salah. Padahal dalam situasi resmi seharusnya kesalahan
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya salah eja atau salah ucap yaitu karena
pengaruh bahasa daerah. Seperti kata-kata nomor dan besok yang biasanya dieja atau
diucapkan nomer dan besuk oleh masyarakat yang bahsa pertamanya (mother tongue)
bahsa Jawa. Kadang pada ejaan sudah benar tetapi dalam pengucapannya masih salah,
misalnya kata-kata fakultas dan jalan yang oleh orang Bugis-Makassar diucapkan pakultas
dan jalang. Faktor lain yang menyebabkan kesalahan pengucapan yaitu adanya bunyi yang
berbeda tetapi dalam ejaan tidak dibedakan. Seperti kata ‘peka’ yang dilafalkan dengan
‘pepet’, padahal seharunya dilafalkan seperti kata ‘teras’ (serambi). Kesalahan ucapan juga
sering kali disebabkan penggunaan ejaan bahasa daerah Jawa seperti huruf a yang harus
seharusnya dibaca Purwodarminta. Salah eja juga terjadi pada penulisan kata-kata yang
berasal dari bahasa asing seperti sistim, kongkrit, dan kwitansi, yang ejaan sebenarnya
Selain itu dalam penulisan ilmiah selain harus menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar, juga harus dapat menggunakan bahasa tersebut sebagai sarana komunikasi
ilmu. Penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam tulis-menulis, harus pula
ditunjang oleh penerapan peraturan ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia, yaitu
Ejaan Yang Disempurnakan. Agar gagasan atau pesan yang terdapat pada karya tulis kita
Ejaan Van Ophuijsen ditetapkan sebagai ejaan bahasa Melayu pada tahun 1901,
ejaan tersebut memiliki ciri khas yang menonjol yaitu penggunaan huruf j untuk
menuliskan kata-kata jang dan sajang, penggunaan huruf oe untuk menuliskan kata
goeroe dan kamoe, serta digunakannya tanda diakrik dan trema pada kata ma’moer
dan do’a.
Untuk memberikan gambaran tentang ejaan yang pernah berlaku pada masa itu dan sekaligur
untuk membandingkannya dengan ejaan sekarang.
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen
yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun
ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini
yaitu:
1. Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan
tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y
seperti dalam Soerabaïa.
2. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
3. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
4.Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer,
’akal, ta’, pa’, dsb.
2. Ejaan Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya.
Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
1. Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya.
2. Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kajo menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang Volksraad, seseorang berpidato
menggunakan bahasa Indonesia.
3. Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi Muhammad Yamin mengusulkan agar bahasa
Melayu menjadi bahasa persatuan Indonesia.
4. Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai
Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
5. Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
6. Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil
kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat
itu.
7. Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu
pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
8. Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik sebagai pengganti ejaan
Van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
2018 Bahasa Indonesia UMB Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 Kundari, S.Pd, M.Pd. http://www.mercubuana.ac.id
9. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1954 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia II di
Medan. Kongres ini merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus
menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan
ditetapkan sebagai bahasa negara.
11. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
12. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1978 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III di
Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50
ini selain memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia
sejak tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
13. Tanggal 21-26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta.
Kongres ini diselenggarakan dalam rangka memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-
55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa
Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga negara Indonesia untuk
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai semaksimal
mungkin.
14. Tanggal 28 Oktober s.d 3 November 1988 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia V di
Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh
Indonesia dan peserta tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia,
Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada
15. Tanggal 28 Oktober s.d 2 November 1993 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VI di
Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari
mancanegara meliputi Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia,
Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat. Kongres mengusulkan
agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi
Lembaga Bahasa Indonesia, serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa
Indonesia.
16. Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel
Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
Anda perhatikan pemakaian huruf dan kata-kata yang ditulis dengan ketiga macam ejaan
dalam tabel berikut ini :
Ejaan Van Ophuijsen ( 1901 – Ejaan Republik / Ejaan Ejaan yang Disempurnakan
1947) Soewandi ( 1947 – 1972) (1972 )
Choesoes Chusus Khusus
Djoem’at Jumat Jumat
Ja’ni Jakni Yakni
Pajoeng Pajung Payung
Tjoetjoe Tjutju Cucu
Soenji Sunji Sunyi
a. Pemakaian huruf berbicara tentang masalah yang mendasar dari suatu bahasa,
yaitu; abjad, vokal, konsonan, pemenggalan kata, dan nama diri.
2. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam satu bagan, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya :III.A.1.1.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya :
Saya ingin pergi, tetapi hari itu ujian.
Piano bukan alat music favorit saya, melainkan biola.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya :
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Misalnya :
Kata Ibu, “saya gembira sekali.”
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya :
Ayah menonton televisi; Ibu sibuk memasak; Adik mendengar music; saya sendiri
asyik mengerjakan tugas.
2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya :
Ketua : Soesilo
Sekretaris : Amir Hamzah
Bendahara : Chairil Anwar
3. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya :
p-e-n-y-a-n-y-i
26-01-1986
f. Tanda pisah ( - )
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan di luar
bangun kalimat.
Misalnya :
Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai-diperjuangkan oleh bangsa
itu sendiri.
2. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya :
1986-1990
Tanggal 25-26 Januari 1986
Korea-Jepang
g. Tanda Ellipsis ( … )
1. Tanda ellipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya :
Kalau begitu … ya, marilah mulai pindah.
2. Tanda ellipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
Misalnya :
Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
2. Tanda Tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya :
Ia dilahirkan pada tahun 1992 (?)
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang
2. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya :
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
3. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah
bertanda kurung.
Misalnya :
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 26] tidak dibicarakan)
perlu dibentangkan di sini.
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Misalnya :
Sajak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA”
diterbitkan dalam Tempo.
3. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Misalnya :
Kata Tono, “Saya juga minta satu.”
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap.
Misalnya :
Mahasiswa/mahasiswi
Harganya Rp 150,00/lembar.
Tanda penyikat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Misalnya :
Malam ‘lah tiba (`lah = telah)
1 Januari `86 (`86 = 1986)
Tanda baca sangatlah penting dalam karang – mengarang bahkan mutlak. Untuk itu,
ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang uraian pemakaian dan penulisan
Pemakaian dan penulisan huruf sangatlah penting untuk melahirkan sebuah kalimat
yang mudah untuk dipahami. Jika sudah memahami cara pemakaian dan penulisan
huruf, pelajari cara penulisan kata. Penulisan kata sangatlah penting karena dalam
1.5.4 Kesimpulan
Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah penggunaan bahasa
Indonesia yang sesuai situasinya dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Berdasarkan asumsi ini, ada dua syarat utama yang harus dipenuhi pemakai bahasa
memahami secara baik kaidah bahasa Indonesia dan memahami benar situasi kebahasaan
yang dihadapi. Seseorang yang menggunakan bahasa baku dalam situasi resmi dan
menggunakan ragam tidak baku dalam situasi tidak resmi adalah orang yang mampu
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar karena sesuai dengan fungsi dan
situasinya. Agar bisa memakai bahasa Indonesia secara baik dan benar, maka perlu
A, Alek dan Achmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi . Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.
Firdaus, Winci. 2013. Bahasa Indonesia. Banda Aceh: CV. P&G Kilat Jaya.
Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan
Tinggi Negeri. Jakarta: Grasindo.
Giri Surya
Rahardi, R. Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga
Kaidah-bahasa-indonesia.blogspot.com/
http://ekowidianto.blogspot.com/2010/12/kaidah-bahasa-indonesia-jati-diri.html
http://juwie.wordpress.com/2009/03/24/kaidah-dan-penerapan-ejaan-bahasa-indonesia-yang-
disempurnakan-eyd/