Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

Bahasa Indonesia

Kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar dan menulis sesuai dengan
EyD

Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
Fasilkom Sistem 01 Elvira Junisa, M.Pd
informasi

Abstract Kompetensi

Tujuan mata kuliah Bahasa Mahasiswa diharapkan mampu


Indonesia agar setelah mahasiswa memahami dan menerapkan
menyelesaian perkuliahan mampu tersebut mengandung aspek
memahami dan menerapkan kemampuan keilmuan (hard skill)
berbagai komponen kebahasaan dan aspek soft skill secara
dalam berkomunikasi, baik lisan proporsional dan utuh
maupun tulisan
Tugas mahasiswa

Tugas mahasiswa dalam perkuliahan ini dibagi dua

Pertama, tugas mingguan berupa quiz. Kedua, tugas makalah: mahasiswa diminta membuat
sebuah makalah mengenai karya ilmiah lalu memasukkan beberapa jurnal nasional min 5
jurnal untuk membandingkan teorinya.

Ketentuan penulisan kertas A4 spasi 1,5 dengan huruf arial 11, margin kiri kanan atas
bawah 1. Tugas ini diberikan pada minggu keempat dan dikumpulkan pada pertemuan ke 11
untuk diberikan feedback oleh dosen secara bertahap sampai dengan pertemuan ke 15.

Pembahasan

2015 Bahasa Indonesia


2 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah
untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

Ciri-ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut :


1. Penggunaan tata bahasa normatif. Dengan penerapan pola kalimat yang baku.

2. Penggunaan kata-kata baku. Contoh : tidak, berapa, memang.

3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa
Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti aturan
ini.

4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal baku
yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah lafal yang
bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya: /atap/ dan bukan
/atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.

5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa
bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan komunikasi
efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar atau pembaca persis
sesuai maksud aslinya.

Contoh Penggunaan Bahasa Indonesia Secara Baik dan Benar

Bagaimana menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik dan benar?

Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi
logis terkait dengan pemakaiannya yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada suatu
kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal, penggunaan bahasa Indonesia yang benar
menjadi pilihan atau prioritas utama dalam berbahasa. Penggunaan bahasa seperti ini
sering menggunakan bahasa baku. Masalah yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa
baku antara lain adalah disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi,
integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa informal yang tanpa kita sadari sering
digunakan dalam komunikasi resmi. Hal seperti ini mengakibatkan bahasa yang digunakan
menjadi tidak sesuai dan tidak baik.

Contoh nyata dalam pertanyaan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang baku:

2015 Bahasa Indonesia


3 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
– Apakah pekerjaanmu sudah selesai?
– Sudahkah tugas-tugas kuliahmu dikumpulkan?

Kata-kata diatas adalah kata yang sesuai untuk digunakan dalam lingkungan sosial.

Contoh lain, seperti kegiatan sosialisasi yang dilakukan antara masyarakat. Contohnya,
pemakaian ragam baku akan menimbulkan keheranan, keraguan atau kecurigaan. Ini akan
terlihat sangat aneh bila dalam komunikasi kita dalam bersosialisasi dengan orang lain, kita
menggunakan bahasa baku seperti ini.

(1) Berapakah harga satu kilo mangga muda ini pak?


(2) Apakah sayur ini masih segar, berapa harganya bu, untuk sayuran ini?

Contoh di atas merupakan contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik
dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk
situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.

(3) Harga satu kilo mangga muda ini berapa pak?


(4) Masih segar, bu? Berapa harganya?

Perbedaan penggunaan bahasa antara bahasa yang baku dan non baku, dan dapat terlihat
dari pengucapan dan dari tata cara penulisan bahasa tersebut. Bahasa Indonesia yang baik
dan benar merupakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, bentuk bahasa baku
yang sah dibuat agar secara luas masyarakat Indonesia dapat berkomunikasi menggunakan
bahasa nasional.

Menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar

Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa baku, baik kaidah
untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

Ciri – ciri ragam bahasa baku adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan kaidah tata bahasa normatif. Misalnya dengan penerapan pola


kalimat  yang baku: acara itu sedang kami ikuti dan bukan acara itu kami sedang
ikuti.
2. Penggunaan kata-kata baku. Misalnya cantik sekali dan bukan cantik banget; uang
dan bukan duit; serta tidak mudah dan bukan nggak gampang.

2015 Bahasa Indonesia


4 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Penggunaan ejaan resmi dalam ragam tulis. Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa
Indonesia adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Bahasa baku harus mengikuti
aturan ini.
4. Penggunaan lafal baku dalam ragam lisan. Meskipun hingga saat ini belum ada lafal
baku yang sudah ditetapkan, secara umum dapat dikatakan bahwa lafal baku adalah
lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau bahasa daerah. Misalnya:
/atap/ dan bukan /atep/; /habis/ dan bukan /abis/; serta /kalaw/ dan bukan /kalo/.
5. Penggunaan kalimat secara efektif. Di luar pendapat umum yang mengatakan bahwa
bahasa Indonesia itu bertele-tele, bahasa baku sebenarnya mengharuskan
komunikasi efektif: pesan pembicara atau penulis harus diterima oleh pendengar
atau pembaca persis sesuai maksud aslinya.

Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi

– Bahasa merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri.


– Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami.
– Penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, memiliki tujuan tertentu yaitu agar kita
dipahami oleh orang lain. Jadi dalam hal ini respons pendengar atau lawan komunikan yang
menjadi perhatian utama kita.

• Bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan alat untuk merumuskan maksud kita.

• Dengan komunikasi, kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan, pikirkan, dan
ketahui kepada orang lain.

• Dengan komunikasi, kita dapat mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh
nenek moyang kita dan apa yang telah dicapai oleh orang-orang sejaman kita.

• Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi melalui lisan (bahsa primer) dan tulisan (bahasa
sekunder). Berkomunikasi melalui lisan (dihasilkan oleh alat ucap manusia), yaitu dalam
bentuk symbol bunyi, dimana setiap simbol bunyi memiliki cirri khas tersendiri. Suatu simbol
bisa terdengar sama di telinga kita tapi memiliki makna yang sangat jauh berbeda. Misalnya
kata ’sarang’ dalam bahasa Korea artinya cinta, sedangkan dalam bahasa Indonesia artinya
kandang atau tempat.

• Tulisan adalah susunan dari simbol (huruf) yang dirangkai menjadi kata bermakna dan
dituliskan. Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat
bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah setajam

2015 Bahasa Indonesia


5 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak sembarangan dan
menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.

• Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyaii fungsi utama bahasa adalah bahwa
komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain.
Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan
selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat.
Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan,
melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat.
Terutama pada penggunaan Fungsi komunikasi pada bahasa asing Sebagai contoh
masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang
Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan
tamu di rumah pada saat lebaran. Jadi bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya dengan
satu bahasa melainkan banyak bahasa.

Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan
alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut
pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan
kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun
sebagai diri sendiri.

Perbedaan dengan EYD dan EBI

Perbedaan Ejaan yang Disempurnakan dengan Ejaan Bahasa Indonesia adalah:

1. Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan
judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau
sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.
2. Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi,
sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser
dan survei). 

Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Sesuai dengan ketentuan dari Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Ruang
lingkup EYD meliputi 5 aspek yaitu:

2015 Bahasa Indonesia


6 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Pemakaian Huruf

Ejaan bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan
huruf abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.

A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri dari huruf berikut ini. Nama
setiap huruf disertakan disebelahnya.

Huruf Abjad

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf a, i, u, e, dan o.
Contoh pemakaian huruf vokal dalam kata adalah.

 Pemakaian huruf vokal "a" : api, padi, lusa.


 Pemakaian huruf vokal "i" : itu, simpan, padi.
 Pemakaian huruf vokal "u" : ulang, tahun, itu.
 Pemakaian huruf vokal "e" : enak. petak, sore.
 Pemakaian huruf vokal "o" : oleh, kota, radio.

C. Huruf Konsonan

2015 Bahasa Indonesia


7 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia adalah huruf yang selain
huruf vokal yang terdiri dari huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan
z.

D. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat 4 gabungan huruf yang melambangkan konsonan,


yaitu : kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.

 Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "kh" : khusus, akhir, tarikh.


 Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ng" : ngarai, bangun, senang.
 Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "ny" : nyata, banyak
 Pemakaian Gabungan Huruf Konsonan "sy" : syarat, musyawarah, arasy.

E. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Contoh pemakaiannya dalam kata

 Pemakaian Huruf Diftong "ai" : balairung, pandai.


 Pemakaian Huruf Diftong "au" : autodidak, taufik, harimau.
 Pemakaian Huruf Diftong "oi" : boikot, amboi.

2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

Huruf Kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat, petikan langsung, ungkapan
yang berhubungan dengan nama Tuhan, unsur nama jabatan, nama gelar kehormatan,
keturunan, nama orang, nama bangsa, suku, nama geografi, bulan, tahun, dll.

B. Huruf Miring

Huruf Miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, surat kabar,
yang dikutip dalam tulisan, nama ilmiah atau ungkapan asing (kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya), dan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata,
atau kelompok kata.

2015 Bahasa Indonesia


8 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Penulisan Kata

Ada bebrapa hal yang pelru diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :

A. Kata Dasar

Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai
suatu kesatuan.

Misalnya :

 Buku itu sangat tebal.


 Kantor pajak penuh sesak.

B. Kata Turunan (Kata berimbuhan)

Kata Turunan (Kata berimbuhan) Kaidah yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan,
yaitu :

Imbuhan semuanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya.

Misalnya :

 Menulis
 Membaca

Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau
mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata.
Misalnya :

 Sebar luaskan
 Bertepuk tangan

Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan sekaligus mendapat awalan dan akhiran,
kata itu ditulis serangkai.
Misalnya :

 Keanekaragaman
 Menandatangani

2015 Bahasa Indonesia


9 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Jika salah satu unsur gabungan kata hanya digunakan dalam kombinasi, gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Misalnya :

 Mahaadil
 Antarkota

C. Kata Ulang

Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-).

Jenis jenis kata ulang yaitu :

 Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal. Misalnya = Laki : Lelaki


 Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan. Misalnya = Laki : Laki-
laki
 Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem. Misalnya = Sayur : Sayur-
mayur 
 Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan. Misalnya
=Main : Bermain-main

4. Pemakaian Tanda Baca

Tanda koma (,)

Kaidah penggunaan tanda koma (,) digunakan:

 Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.


 Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
 Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului
oleh kata tetapi atau melainkan.
 Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
 Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
 Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian alamat, (3) tempat dan
tanggal, (4) nama dan tempat yang ditulis secara berurutan.
 Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

2015 Bahasa Indonesia


10 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
 Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
 Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
 Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
 Menghindari terjadinya salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat.
 Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau seru.

Tanda Titik (.)


Penulisan tanda titik di pakai pada :

 Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan


 Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
 Akhir singkatan nama orang.
 Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum. Bila singkatan itu terdiri atas
tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
 Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
 Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
 Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
 Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala karangan atau ilustrasi dan
tabel.

Tanda Titik Tanya ( ? )


Tanda tanya dipakai pada :

 Akhir kalimat tanya.


 Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang diragukan
atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Tanda Seru ( ! )

Tanda seru digunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau
perintah yang menggambarkan kesungguhan, rasa emosi yang kuat dan ketidakpercayaan.

2015 Bahasa Indonesia


11 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tanda Titik Dua ( : )

Tanda titik dua dipakai untuk :

 Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.


 Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
 Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan
 Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
 Di antara bab dan ayat dalam kitab suci
 Di antara jilid atau nomor dan halaman
 Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan.

Tanda Titik Koma ( ; )

Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara. dan digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.

Tanda Garis Miring ( / )


Tanda garis miring ( / ) dipakai untuk :

 Dalam penomoran kode surat.


 Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau nomor alamat.

Tanda Petik ( "…" )


Tanda petik dipakai untuk :

 Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan
tertulis lain.
 Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti khusus, kiasan atau yang
belum
 Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.

Tanda Elipsis (…)

2015 Bahasa Indonesia


12 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa
dalam suatu petikan ada bagian yang dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka
dipakai empat titik dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.

Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘ )

Tanda penyingkat dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.

Misalnya:

 1 Januari ’88. (’88 = 1988)


 Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan)
 Malam ‘lah tiba. (‘lah = telah)

Tanda Petik Tunggal ( ‘...’ )


Tanda petik tunggal dipakai untuk:

 Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.


 mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.

5. Penulisan Unsur Serapan

Penulisan unsur serapan pada umumnya mengadaptasi atau mengambil dari istilah bahasa
asing yang sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Contoh : president menjadi
presiden

Penyerapan unsur asing dalam penggunaan bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang :

 Unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili
dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam bahasa
Indonesia.
 Konsep yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia.

2015 Bahasa Indonesia


13 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sebaliknya seandainya dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur yang mewakili konsep
tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu diterima. Menerima unsur asing
dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia miskin kosakata
atau ketinggalan. Penyerapan unsur serapan asing adalah hal wajar, karena setiap bahasa
mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa
berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling
mempengaruhi yang biasa disebut akulturasi.
Sebagai contoh pada masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak mengenal konsep
"televisi" dan "radio", maka diseraplah dari bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di
Inggris tidak mengenal adanya konsep "sarung" dan "bambu", maka mereka menyerap
bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris.

Berdasarkan taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua
bagian, yaitu :

1. Secara adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dalam kaidah
bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh
yang tergolong secara adaptasi, yaitu : fungsi, koordinasi, manajemen, atlet, sistem,
material, ekspor.
2. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik
tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan. Contoh yang tergolong secara
adopsi, yaitu : bridge, de facto, civitas academica, editor.

2015 Bahasa Indonesia


14 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka

Kemendikbud. 2009. Ejaan bahasa yang disempurnakan: grasindo: Jakarta


Emidar dan ermanto. 2015. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar. UNP Press: Padang
http://www.markijar.com/2017/05/pedoman-ejaan-yang-disempurnakan-eyd.html
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/31833/1/NURYANI-FITK.pdf
http://file.upi.edu/Direktori/KD-SUMEDANG/197212262005011002-
PRANA_DWIJA_ISWARA
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=387574&val=6343&title=Kesalahan
%20Bahasa%20Indonesia%20Dalam%20Penggunaan%20Ejaan%20Yang
%20Disempurnakan%20Guru%20Kelas%20MIN%20Di%20Banjarmasin
Yerry Mijianti. Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia .... Halaman 113 – 126 Volume 3,
No. 1, Februari 2018
Muammar Reza Qhadafi. Analisis kesalahan penggunaaan EYD. Jurnal Bahasa dan
Sastra
Volume 3 No. 4 (2018) ISSN 2302-2043

2015 Bahasa Indonesia


15 Elvira Junisa, M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai