DISUSUN OLEH
1. NURYAHDIANISA (V066221013)
2. WESLY SIRENDEN (V066221012)
3. EVA KOSE’ (V066221041)
4. ROSALINA KAIMERAIMU (V066221040)
5. DESI PAEMBONAN (V066221027)
Ragam bahasa Indonesia adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya yang berbeda-beda dan
mengikuti topik pembicaraan. Selain itu, menurut hubungan pembicara lawan bicara orang yang
dibicarakan sekaligus medium pembicaranya. Seperti yang sudah sempat disinggung pada
bahasan sebelumnya.
Secara umum pemakaian bahasa Indonesia dikategorikan menjadi dua jenis yaitu baku dan tidak
baku. Penggunaan bahasa baku tentu saja digunakan saat situasi resmi seperti rapat, belajar di
dalam kelas dan lain sebagainya. Sementara penggunaan bahasa tidak baku seperti di rumah
sendiri atau di pasar.
Pengkategorian ragam bahasa ini dapat diwakili dari tinjauan media atau sarananya yang mana
meliputi ragam bahasa lisan dan tulis. Ragam bahasa lisan adalah bahasa dihasilkan oleh alat
ucap dengan unsur fonem di dalamnya. Sementara ragam bahasa tulisan dihasilkan dengan
tulisan atau rangkaian huruf sebagai komponennya.
Ragam bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai alat pemersatu semua ragam bahasa yang ada
di Indonesia, berfungsi sebagai simbol kebanggaan nasional, dan identitas bangsa serta sebagai
pemersatu antar kelompok etnis pengguna bahasa sekaligus alat pemersatu adat dan budaya ya
antar daerah.
Berdasarkan fungsi penting dari bahasa sendiri tentu sudah selayaknya bagi kita mengetahui
pengertian dari ragam bahasa Indonesia.
Berdasarkan media atau sarananya bahasa Indonesia dibedakan menjadi dua yang di antaranya
sebagai berikut:
a. Ragam Lisan
Bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap dan menjadikan fonem sebagai
unsur dasarnya. Ciri-ciri ragam bahasa lisan diantaranya:
3. Tidak memperhatikan unsur gramatikal hanya perlu ditekankan intonasi serta mimik dan
gesturnya.
4. Berlangsung cepat.
b. Ragam Tulis
Ragam bahasa tulisan adalah bahasa yang dicurahkan pada tulisan atau rangkaian huruf dengan
memperhatikan tanda baca dan ketentuan lainnya dalam menulis. Ciri-ciri dari ragam bahasa
tulisan di antaranya:
2. Tidak perlu menyesuaikan dengan kondisi, situasi & ruang serta waktu;
4. Berlangsung lambat;
Ragam bahasa Indonesia tidak dikategorikan berdasarkan medianya saja tetapi terdapat
penggolongan ragam bahasa atas standar atau kebakuan bahasa. Perbedaannya yaitu antara
ragam standar, non standar dan semi standar berdasarkan aspek berikut ini:
Perbedaan ragam bahasa standar, semi standar dan nonstandard dapat dilihat dari cirinya yaitu:
Ciri pembeda antara ragam standar, semi standar dan nonstandard yaitu:
2. Imbuhan.
3. Penggunaan konjungsi.
a. Ragam Dialek
Dialek atau logat merupakan variasi bahasa yang mencangkup suatu kelompok penutur atau
daerah penutur. Variasi bahasa ini memiliki perbedaan satu sama lain antar masyarakat penutur
tiap daerah tetapi masih memiliki kemiripan bahasa sehingga dikatakan sebagai bahasa daerah
yang sama. Faktor simbolis dan sosiopolitik menjadi pembeda konsep dialog dan bahasa bukan
disebabkan ilmu bahasa
b. Ragam Terpelajar
Ragam bahasa Indonesia ini ada karena berkembangnya bahasa dari masa ke masa. Adanya
pembenaran bahasa asing yang terjadi di Indonesia sia sebab apabila tidak dibenarkan maka
terjadi kefatalan terhadap bahasa Indonesia sendiri dan akan merugikan pada zaman tersebut dan
masa mendatang.
Pembenaran tersebut yaitu kebenaran yang sesuai kamus dalam bahasa Inggris seperti pidio
menjadi video, pilm menjadi film dan lain sebagainya.
Mayoritas kata yang dibenarkan kan adalah kata tidak baku dan kebanyakan memakai huruf “P”
pada awal kata tersebut. Hal ini terjadi disebabkan orang Indonesia sendiri pada zaman dulu
susah menggunakan kata-kata dari bahasa asing dan masyarakat Indonesia hanya bisa meniru
sebisa mereka meskipun berbeda dengan penuturan orang asing.
c. Ragam Resmi
Ragam bahasa resmi adalah ragam bahasa yang umum digunakan dalam suasana resmi atau
formal misalnya pidato, orasi, surat dinas, berita, makalah atau karya tulis lainnya.
Penggunaan kata tata bahasanya sesuai dengan EYD, sopan, lugas, diksinya baku, baik itu dalam
bahasa lisan maupun tulisan. Nada bicara apabila menggunakan bahasa resmi saat berkomunikasi
cenderung datar dan serius.
Ragam bahasa Indonesia selanjutnya adalah ragam tak resmi. Ragam bahasa ini dipergunakan
dalam suasana tidak resmi misalnya percakapan sehari-hari antar teman dan keluarga, surat
pribadi dan surat untuk keluarga yang berbentuk tulisan.
Dilihat dari topik pembicaraannya ragam bahasa terdiri dari berbagai macam, yaitu topik hukum,
bisnis agama, sosial, sains dan lainnya.
Salah satu ciri dari ragam ini adalah ilmiah yang memiliki beberapa karakteristik yaitu:
1. Bahasanya ragam baku;
2. Kalimatnya efektif;
3. Tidak ditemukan bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4. Kata dan istilah yang digunakan bermakna jelas.
5. Tidak menonjolkan persona untuk menjaga objektivitas isi tulisan;
6. Antarproposisi dan antaralinea runtut dan selaras.
1) KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA RAGAM ILMIAH
Bahasa Indonesia ragam ilmiah memiliki karakteristik yaitu : cendikia, lugas dan jelas,
menghindari kalimat fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat,
dan konsisten.
1. Cendekia
Bahasa Indonesia ragam ilmiah bersifat Cendekia. Adalah , bahasa ilmiah itu mampu digunakan
secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis. Bahasa yang cendekia mampu
membentuk pernyataan yang tepat dan seksama sehingga gagasan yang disampaikan penulis
dapat diterima secara tepat oleh pembaca.
Kalimat-kalimat yang digunakan mencerminkan ketelitian yang objektif sehingga suku-suku
kalimatnya mirip dengan proposisi logika. Karena itu, apabila sebuah kalimat digunakan untuk
mengungkapkan dua buah gagasan yang memiliki hubungan kausalitas, dua gagasan beserta
hubungannya itu harus tampak secara jelas dalam kalimat yang mewadahinya.
2. Lugas dan Jelas
Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan gagasan ilmiah
secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan secara langsung sehingga makna
yang ditimbulkan adalah makna lugas. Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan
menghindari kesalahpahaman dan kesalahan menafsirkan isi kalimat.
Penulisan yang bernada sastra pun perlu dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila
dituangkan dalam bahasa yang jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain
juga jelas. Kalimat yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
3. Menghindari Kalimat Fragmentaris
Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat fragmentaris. Kalimat
fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat terjadi antara lain karena adannya
keinginan penulis menggunakan gagasan dalam beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan
gagasan yang diungkapkan.
4. Bertolak dari Gagasan
Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai
sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada gagasan atau hal yang
diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-kalimat yang digunakan didominasi
oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.
5. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat keformalan bahasa
dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada kosa kata, bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata
yang formal adalah bentukan kata yang lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan
kata dalam bahasa Indonesia. Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan
unsur wajib (subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas,
kebernalaran isi, dan tampilan esei formal.
Perhatikan contoh di bawah ini!
a. Kata Formal
1. Berkata
2. Membuat
3. Hanya
4. Memberi
5. Bagi
6. Daripada
b. Kata Informal
1. Bilang
2. Bikin
3. Cuma
4. Kasih
5. Buat
6. Ketimbang
6. Objektif
Bahasa ilmiah barsifat objektif. Untuk itu, upaya yang dapat ditempuh adalah menempatkan
gagasan sebagai pangkal tolak pengembangan kalimat dan menggunakan kata dan struktur
kalimat yang mampu menyampaikan gagasan secara objektif. Terwujudnya sifat objektif tidak
cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai pangkal tolak. Sifat objektif juga
diwujudkan dalam panggunaan kata. Kata-kata yang menunjukkan sifat subjektif tidak
digunakan.
7. Ringkas dan Padat
Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa yang mubazir. Itu
berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri padat merujuk pada kandungan
gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur bahasa.
Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur bahasa yang terbatas
tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi. Keringkasan dan kepadatan penggunaan
bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan tidak adanya kalimat atau paragraf yang berlebihan
dalam tulisan ilmiah.
8. Konsisten
Unsur bahasa dan ejaan dalam bahasa tulis ilmiah digunakan secara konsisten. Sekali sebuah
unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain, dan istilah digunakan sesuai dengan kaidah, itu
semua selanjutnya digunakan secara konsisten. Sebagai contoh, kata tugas untuk digunakan
untuk mengantarkan tujuan dan kata tugas bagi mengantarkan objek (Suparno, 1998). Selain itu,
apabila pada bagian awal uraian telah terdapat singkatan SMP (Sekolah Menengah Pertama),
pada uraian selanjutnya digunakan singkatan SMP tersebut.