Anda di halaman 1dari 6

Nama: Siti Lailatul

Faizah

NIM: 230305014

Prodi : RPL PIAUD


Matkul: Bahasa Indonesia

Tugas: Merangkum RPS Bahasa Indonesia


PENGERTIAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

Berbahasa Indonesia yang baik adalah berbahasa Indonesia yang sesuai


dengan tempat tempat terjadinya kontak berbahasa, sesuai dengan siapa lawan
bicara, dan sesuai dengan topic pembicaraan. Bahasa Indonesia yang baik tidak
selalu perlu beragam baku. Yang perlu diperhatikan dalam berbahasa Indonesia
yang baik adalah pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan
penutur danjenis pemakaian bahasa. Orang yang mahir menggunakan bahasanya
sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap
berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut
golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik
atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu bergam baik
(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
1988, halaman 19). Jadi jika kita berbahasa benar belum tentu baik untuk mencapai
sasarannya, begitu juga sebaliknya, jika kita berbahasa baik belum tentu harus
benar, kata benar dalam hal ini mengacu kepada bahasa baku. Contohnya jika kita
melarang seorang anak kecil naik ke atas meja, “Hayo adek, nggak boleh naik meja,
nanti jatuh!” Akan terdengar lucu jika kita menggunakan bahasa baku, “Adik tidak
boleh naik ke atas meja, karena nanti engkau bisa jatuh!”. Pemakaian bahasa
Indonesia yang baik perlu memperhatikan pemakaian ragam bahasa yang serasi
dengan sasarannya .(Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1988, halaman 20).
Penggunaan bahasa dengan baik menekankan aspek komunikatif bahasa. Hal
itu berarti bahwa kita harus memperhatikan sasaran bahasa kita. Kita harus
memperhatikan kepada siapa kita akan menyampaikan bahasa kita. Oleh sebab itu,
unsur umur, pendidikan, agama, status sosial, lingkungan sosial, dan sudut pandang
khalayak sasaran kita tidak boleh kita abaikan. Cara kita berbahasa kepada anak
kecil dengan cara kita berbahasa kepada orang dewasa tentu berbeda. Penggunaan
bahasa untuk lingkungan yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah tentu
tidak dapat disamakan. Kita tidak dapat menyampaikan pengertian mengenai
jembatan, misalnya, dengan bahasa yang sama kepada seorang anak SD dan
kepada orang dewasa. Selain umur yang berbeda, daya serap seorang anak dengan
orang dewasa tentu saja berbeda. Lebih lanjut lagi, karena berkaitan dengan aspek
komunikasi, maka unsur-unsur komunikasi menjadi penting, yakni pengirim pesan,
isi pesan, media penyampaian pesan, dan penerima pesan. Mengirim pesan adalah
orang yang akan menyampaikan suatu gagasan kepada penerima pesan, yaitu
pendengar atau pembacanya, bergantung pada media yang digunakannya. Jika
pengirim pesan menggunakan telepon, media yang digunakan adalah media lisan.
Jika ia menggunakan surat, media yang digunakan adalah media tulis. IsiPesan
adalah gagasan yang ingin disampaikan kepada penerima pesan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat kita menggunakan bahasa
Indonesia yaitu :

1. Tata bunyi (fonologi), fonologi pada umumnya dibagi atas dua bagian yang
meliputi :
a) Fonetik, adalah ilmu yang menyelidiki dan menganalisa bunyi-bunyi
ujaran yang dipakai dalam tutur, serta mempelajari bagaimana
menghasilkan bunyibunyi tersebut dengan alat ucap manusia.
b) Fonemik, adalah ilmu yang mempelajari bunyi atau ujaran yang dalam
fungsinya sebagai pembeda arti.
2. Tata bahasa (kalimat),
Masalah definisi atau batasan kalimat tidak perlu dipersoalkan karena
sudah terlalu banyak definisi kalimat yang telah dibicarakan oleh ahli bahasa.
Yang lebih penting untuk diperhatikan ialah apakah kalimat-kalimat yang klita
hasilkan dapat memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar (gramatikal).
Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda
titik, tanda seru, atau tanda tanya. Pernyataan tersebut adalah pengertian
kalimat dilihat dari segi kalengkapan gramatikal kalimat ataupun makna untuk
kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat pada unsure lain dalam
pemakaian bahasa. Dalam kenyataan pemakaian bahasa sehari hari
terutama ragam lisan terdapat tuturan yang hanya terdiri dari
Atas unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, atau keterangan saja.
3. Kosakata,
Dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, kita
dituntut untuk memilih dan menggunakan kosa kata bahasa yang benar. Kita
harus bisa membedakan antara ragam bahasa baku dan ragam bahasa tidak
baku, baik tulis maupun lisan. Ragam bahasa dipengaruhi oleh sikap penutur
terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembaca (jika
dituliskan). Sikap itu antara lain resmi, akrab, dingin, dan santai. Perbedaan
perbedaan itu tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa.
4. Ejaan,
Dalam bahasa tulis kita menemukan adanya bermacam-macam tanda
yang digunakan untuk membedakan arti sekaligus sebagai pelukisan atas
bahasa lisan. Segala macam tanda tersebut untuk menggambarkan
perhentian antara perhentian akhir, tekanan, tanda Tanya dan lain-lain. Tanda-
tanda tersebut dinamakan tanda baca.
5. Makna
Pemakaian bahasa yang benar bertalian dengan ketepatan menggunakan
kata yang sesuai dengan tuntutan makna. Misalnya, dalam bahasa ilmu tidak
tepat digunakan kata-kata yang bermakna konotatif (kata kiasan tidak tepat
digunakan dalam ragam bahasa ilmu). Jadi, pemakaian bahasa yang benar
adalah pemakaian bahasa yang sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa.

Nama: Siti Lailatul


Faizah

NIM. : 230305014
Prodi. : RPL PIAUD
Matkul: Bahasa Indonesia
Tugas. : Merangkum RPS Bahasa Indonesia
MEMPELAJARI DASAR-DASAR BAHASA INDONESIA BAKU

Ciri-ciri bahasa Indonesia baku

Bahasa merupakan alat komunikasi penting yang dapat menghubungkan


seseorang dengan yang lainnya. Pada kaidahnya bahasa indonesia terdapat dua
ragam bahasa, yaitu bahasa baku dan bahasa tidak baku. Bahasa baku yaitu kata
atau kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Pedoman yang
digunakan adalah (KBBI), Pedoman Pembentukan Istilah, Ejaan Yang
Disempumakan (EYD). Dialek yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah disebut
bahasa tidak baku. Istilah bahasa baku dalam bahasaIndonesia atau standard
language dalam bahasa Inggris, dalam dunia ilmu bahasa atau linguistik pertama
sekali diperkenalkan oleh Vilem Mathesius pada 1926.
Bahasa baku adalah bahasa standar (pokok) yang kebenaran dan
ketetapannya telah ditentukan oleh negara. Baku berarti bahasa tersebut tidak dapat
berubah setiap saat. Baku atau standar beranggapan adanya keseragaman.
Berdasarkan teori, bahasa baku merupakan bahasa pokok yang menjadi bahasa
standar dan acuan yang digunakan sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa baku
mencakup pemakaian sehari-hari pada bahasa percakapan lisan maupun bahasa
tulisan. Tetapi pada penggunaanya bahasa baku lebih sering digunakan pada sistem
pendidikan negara, pada urusan resmi pekerjaan, dan juga pada semua konteks
resmi. Sementara itu, di dalam kehidupan sehari-hari lebih banyak orang yang
menggunakan bahasa tidak baku dan sesuka hati.
Bahasa Indonesia nonbaku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang
tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model masyarakat
Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.
C. Ciri — Ciri Bahasa Baku Secara umum ciri ciri bahasa baku, antara lain :

1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah


Contoh : Baku -Tidak Baku

Saya - Gue

Ayah - Bokap
Merasa - Ngerasa

2. Tidak dipengaruhi bahasa asing


Contoh : Baku -Tidak Baku
Banyak guru - banyak guru guru

Itu benar - itu adalah benar


Kesepakatan lain - dimantapin

3. Bukan merupakan ragam bahasa percakapan Contoh : Baku - Tidak Baku

Bagaimana - gimana

Begitu - gitu

Tidak - nggak/gak

4. Pemakaian imbuhan secara eksplisit

Contoh : Baku - Tidak Baku


Anak itu menangis — anak itu nangis
Ia mendengarkan radio - ia dengarkan radio

5. Pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat Contoh : Baku - Tidak Baku

Siapanamamu ? -siapa namanya?

Dan lain sebagainya - dan sebagainya


Sehubungan dengan - sehubungan
6. Tidak mengandung makna ganda, tidak rancu Contoh : Baku -Tidak Baku

Menghemat waktu- mempersingkat waktu Mengatasi berbagai


ketinggalan- mengejar ketinggalan

7. Tidak mengandung arti pleonasme

Contoh : Baku -Tidak Baku

Parajuri - parajuri juri

Hadirin - pada hadirin


Pada zaman dahulu- pada zaman dahulu kala

8. Tidak menganduk hiperkorek


Contoh : Baku — Tidak Baku

Khusus-husus

Sabtu - saptu

Akhir- ahir
9. Ragam bahasa baku adalah ragam bahasa yang paling sedikit memperlihatkan
ciri kedaerahan.

10. Sistem bunyinya lebih kompleks.


11. Bahasa baku cenderung juga berbeda dari bahasa non baku dalam hal kaidah
pemberian tekanan pada kata.

Anda mungkin juga menyukai