Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

RAGAM BAHASA INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas pada,


Mata Kuliah Konsentrasi Bahasa dan Sastra Indonesia
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Suhardi, M.Pd.

Disusun oleh:

Anang Amiruddin Nugroho, S.Pd.I.


NIM. 16712251075

Citra Rahmawati, S.Pd.


NIM.16712251038

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan
mengapa mereka berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia tidak dapat hidup
sendiri dengan mengandalkan kekuatannya secara individu, namun mereka saling
membutuhkan satu sama lainnya. Maka sejalan dengan hal itu, dalam penyampaian
maksud dan tujuan akan kebutuhannya, terdapat beberapa hal yang harus menjadi
perhatian. Pertama, cara mereka menyampaikan. Kedua, cara mereka menerima
penyampaian dari manusia lainnya.
Dari penyampaian-penyampaian itulah kemudian dikenal dengan istilah
bahasa. Entah penyampaian maksud secara lisan (berbicara) maupun penyampaian
maksud secara tulisan (tertulis). Baik berupa kode, hingga bentuk-bentuk huruf,
dimana antara . penyampai dengan manusia penerima penyampaian dapat
mengetahui maksud dan tujuannya.
Maka perlu sekiranya diketahui mengapa dewasa ini banyak sekali ragam
bahasa yang diketahui. Padahal menurut sumber agama, dimana memiliki
kebenaran mutlak, manusia berasal dari satu benih yaitu seorang Adam. Kemudian
beranak-cucu hingga generasi yang sekarang. Apalagi sejenak melihat dalam
lingkungan kita sendiri, di Negara Kesatuan Republik Indonesia berbagai ragam
suku dan budaya yang berbeda, menimbulkan bentuk ragam bahasa yang berbeda
pula. Ditambah lagi dengan keterkaitan kearifan lokal daerah itu sendiri yang juga
memiliki tingkat kebahasaan yang teratur. Maka perlu sekiranya kita mempelajari
berbagai macam ragam bahasa, terutama bentuk-bentuk penyusun bahasa, hingga
menjadi bahasa pemersatu yang dapat dipahami oleh seluruh pihak.

B. Rumusan Masalah
Interaksi-interaksi yang dilakukan oleh seseorang, dilakukan dengan
sebuah penyampaian untuk maksud yang ditujukan. Maka disini diperlukan alat

1
penyampaian, entah melalui kode atau simbol yang kemudian disebut dengan
bahasa dengan berbagai macam ragamnya. Dari adanya bahasa juga timbul berbagai
macam aspek yang nantinya akan menjadi sebuah gradasi kebahasaan, antara
kebahasaan resmi dengan kebahasaan yang sudah membaur dengan kearifan lokal
yang ada. Maka dari permasalahan tersebut, timbul beberapa pertanyaan,
diantaranya:
1. Apa yang disebut dengan ragam bahasa?
2. Bagaimana definisi konkrit dari bahasa lisan dan tertulis? Apakah hanya
sekedar sebuah penyampai dengan berbagai macam kode?
3. Seperti apa bentuk kebahasaan resmi dengan kebahasaan yang sudah terbaur?
Berbentuk bahasa formal dan informal, atau bagaimana?
4. Bagaimana pula karakteristik spesifik dari bentuk ragam bahasa formal?

C. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang seluk beluk
ragam bahasa, baik ragam bahasa yang secara lisan (ucapan) maupun secara tulisan.
Dalam makalah ini juga diungkapkan beberapa hal terkait dengan definisi ragam
bahasa resmi dan non resmi, atau biasa disebut formal dan informal. Disertai pula
dengan karakteristik bahasa resmi (baku).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ragam Bahasa


Ragam bahasa adalah berasal dari dua kata, ragam dan bahasa. Ragam
artinya adalah macam jenis, sedangkan bahasa adalah sistem lambing bunyi
arbitrer, yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi
dan mengidentifikasi diri.
Maka dapat disimpulkan dari dua arti kata tersebut, makna ragam bahasa
adalah berbagai macam jenis penyampaian yang disampaikan oleh seseorang
kepada orang lain untuk maksud dan tujuan tertentu. Dalam ragam bahasa juga
memiliki tujuan sebagai alat identifikasi diri. Sehingga akan terdapat berbagai
macam variasi bahasa menurut pemakaian dan topik yang dibicarakan.
Ragam bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap, dengan fonem sebagai
unsur dasarnya, selanjutnya dinamakan dengan ragam bahasa lisan. Sedangkan
bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai
dasarnya, dinamakan sebagai ragam bahasa tulisan. Dalam bahasa lisan, akan selalu
terkait dengan lafal (pengucapan), sedangkan dalam bahasa tulisan selalu terkait
dengan tata cata penulisan atau ejaan yang digunakan dalam penggunaan bahasa
tersebut.

B. Ragam Bahasa Lisan dan Tertulis


Ragam bahasa lisan dan tertulis memiliki hubungan yang erat, melihat ke
dalam aspek tata bahasa dan kosa katanya. Ragam bahasa tulis memiliki unsur
dasar dari ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan antara ragam
bahasa lisan dan tulisan memiliki hal yang sama. Padahal kedua jenis ragam
tersebut berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki kaidah berbeda satu
sama lain. Ragam bahasa berdasarkan media atau sarananya dibagi menjadi dua,
yaitu ragam bahasa lisan (ucapan) dan ragam bahasa tulisan (tertulis).

3
1. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa yang diungkapkan melalui ucapan (lisan), terkait ruang
dan waktu sehingga situasi penyampaian dapat membantu pemahaman. Ragam
bahasa lisan baku didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak
mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan
kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan
unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam
ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung
di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.
Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai
ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan
dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak
menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,
ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.
Adapun ciri-ciri ragam lisan, diantaranya adalah memerlukan orang
kedua atau teman bicara, tergantung kondisi, ruang, dan waktu, berlangsung
cepat, tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh, kesalahan dapat langsung dikoreksi. Yang termasuk dalam ragam lisan
diantaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang-bincang, dan masih banyak
lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-
hari, terutama mengobrol atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh
aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.

2. Ragam Bahasa Tulis


Ragam bahasa tulis, adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis,
kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa
4
dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya
kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,
ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda
baca dalam mengungkapkan ide. Contoh dari ragam bahasa tulis adalah surat,
karya ilmiah, surat kabar, dll. Dalam ragam bahsa tulisan perlu memperhatikan
ejaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Terutama dalam pembuatan
karya-karya ilmiah.
Adapun ciri-ciri ragam bahasa tulis diantaranya adalah tidak
memerlukan kehadiran orang lain, tidak terikat ruang dan waktu, kosa kata
yang digunakan dipilih secara cermat, pembentukan kata dilakukan secara
sempurna, kalimat dibentuk dengan struktur yang lengkap, paragraf
dikembangkan secara lengkap dan padu, berlangsung lambat, memerlukan alat
bantu.

C. Ragam Bahasa Formal dan Informal


Menurut situasi pemakaianya ragam bahasa dibagi menjadi dua yaitu ragam
bahasa formal dan ragam bahasa informal. Menurut Dendy Sugono, “bahwa
sehubungan dengan pemakaian bahasa Indonesia, timbul dua masalah pokok, yaitu
masalah penggunaan bahasa baku dan tak baku. Dalam situasi resmi, seperti di
sekolah, di kantor, atau di dalam pertemuan resmi digunakan bahasa baku.
Sebaliknya dalam situasi tak resmi, seperti di rumah, di taman, di pasar, kita tidak
dituntut menggunakan bahasa baku.”
1. Ragam Bahasa Formal
Menurut Finoza, ragam formal digunakan dalam situasi resmi. Ragam
formal atau ragam baku, yaitu ragam yang mengikuti kaidah atau aturan
kebahasaan. Bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan,
tetapi hanya untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan
khalayak ramai dan pembicaraan dengan orang yang dihormati. Berikut
adalah penggunaan bahasa formal secara lisan dan tulisan. Bahasa formal lisan
digunakan untuk:
5
 Berceramah ilmiah,
 Berpidato resmi,
 Berdiskusi formal,
 Berdebat resmi.

Ragam bahasa formal tulis dipakai untuk:

 Menulis surat resmi,
 Menulis makalah, artikel,
 Menulis proposal,
 Menulis laporan formal.

2. Ragam Bahasa Informal


Ragam tak resmi adalah bahasa yang diguunakan dalam situasi tak
resmi, seperti pergaulan dan percakapan pribadi. Ciri- ciri ragam bahasa tidak
resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini
digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal. Ragam bahasa
resmi atau tak resmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa
yangdigunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti
semakin resmi bahasa yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula
tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang
digunakan. Ragam bahasa informal terbagi menjadi dua yaitu ragam bahasa
informal secara lisan dan tulis. Ragam bahasa informal lisan digunakan untuk:
 Berbicara sehari-hari dirumah,
 Bergunjing,
 Bercerita,
 Mengobrol.

Sedangkan ragam bahasa informal tulis digunakan untuk:

6
 Menulis surat kepada kerabat,
 Menulis surat kepada teman,
 Menulis surat kepada sahabat,
 Menulis catatan harian.

D. Karakteristik Ragam Bahasa Formal (Baku)


Bahasa baku merupakan salah satu ragam di dalam bahasa Indonesia. Perlu
diketahui oleh para penulis, peneliti, penyunting bahasa, bahwa di dalam bahasa
Indonesia sesungguhnya banyak terdapat ragam bahasa. Kalimat baku
sesungguhnya merupakan bagian dari bahasa ragam baku tersebut. Secara hakikat,
kalimat baku adalah kalimat yang benar. Kalimat yang benar adalah kalimat yang
sesuai dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang berlaku. Kalimat yang benar sedikit
dibedakan dengan kalimat yang baik, karena keduanya tidak sama pada kaidah
penentunya. Kaidah penentu untuk kalimat yang benar adalah menurut kaidah
kebahasaan, sedangkan kaidah untuk kalimat yang baik adalah menurut kaidah
kemasyarakatan yang berlaku.
Dalam bentuk kalimat kebahasaan dalam ragam baku, atau juga disebut
dengan ragam formal, Yacub Nasucha, dkk, menyampaikan bahwa ciri-ciri ragam
formal adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan gramatikal secara eksplisit dan konsisten,
2. Menggunakan imbuhan secara lengkap,
3. Menggunakan kata ganti resmi,
4. Menggunakan kata baku,
5. Menggunakan ejaan yang disempurnakan,
6. Menghindari unsur kedaerahan.

Contoh pemakaian kata ganti dan sapaan, Imbuhan serta pilihan kata tertentu
dalam ragam bahasa formal dan informal,
7
Ragam Kata Ganti dan Imbuhan Pilihan Kata
Sapaan
Formal Saya – Anda ...sudah menerima... Begitu
Saya – Bapak ...sudah membaca.. Seperti itu
Saya – Ibu ...betulkan... Laki-laki
Saya – Saudara ...mengobrol... Perempuan
Informal Gue – Bang ...udah terima Bilangin
Gue – Lu ...udah baca Gitu
Gue – Neng Betulin Cowok
Gue - Situ ngobrol Cewek

Contoh kosa kata formal dan tidak formal,

Kosakata formal Kosakata tidak formal


Seperti, sebagaimana Sepertinya, kayaknya, kayak
Tetapi, namun Tapi
Tidak Ndak, nggak
Lalu, kemudian Lantas
Hanya Cuma, cumak, cuman
Bagi, untuk Buat, pro, teruntuk

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

8
Ragam bahasa adalah berbagai macam jenis penyampaian yang
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain untuk maksud dan tujuan tertentu.
Dalam ragam bahasa juga memiliki tujuan sebagai alat identifikasi diri. Sehingga
akan terdapat berbagai macam variasi bahasa menurut pemakaian dan topik yang
dibicarakan. Ragam bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap, dengan fonem sebagai
unsur dasarnya, selanjutnya dinamakan dengan ragam bahasa lisan.
Sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai dasarnya, dinamakan sebagai ragam bahasa tulisan. Dalam bahasa
lisan, akan selalu terkait dengan lafal (pengucapan), sedangkan dalam bahasa
tulisan selalu terkait dengan tata cata penulisan atau ejaan yang digunakan dalam
penggunaan bahasa tersebut.
Ragam bahasa lisan dan tertulis memiliki hubungan yang erat, melihat ke
dalam aspek tata bahasa dan kosa katanya. Ragam bahasa tulis memiliki unsur
dasar dari ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan antara ragam
bahasa lisan dan tulisan memiliki hal yang sama. Padahal kedua jenis ragam
tersebut berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki kaidah berbeda satu
sama lain.
Ragam formal atau ragam baku, yaitu ragam yang mengikuti kaidah atau
aturan kebahasaan. Bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan,
tetapi hanya untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan
khalayak ramai dan pembicaraan dengan orang yang dihormati. Ragam tidak resmi
atau ragam informal, adalah bahasa yang diguunakan dalam situasi tak resmi,
seperti pergaulan dan percakapan pribadi. Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi
kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini digunakan ketika
kita berada dalam situasi yang tidak normal.
Dalam bentuk kalimat kebahasaan dalam ragam baku, atau juga disebut
dengan ragam formal, Yacub Nasucha, dkk, menyampaikan bahwa ciri-ciri ragam
formal adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan gramatikal secara eksplisit dan konsisten,
2. Menggunakan imbuhan secara lengkap,

9
3. Menggunakan kata ganti resmi,
4. Menggunakan kata baku,
5. Menggunakan ejaan yang disempurnakan,
6. Menghindari unsur kedaerahan.

B. Saran
Banyak pembelajaran yang dapat diambil dari ilmu tentang ragam bahasa.
Terlebih lagi di Indonesia ragam bahasa menjadi bercabang pula kekayaan
literasinya, dengan berbagai aspek yang mendasari. Diantaranya mulai dari kearifan
lokal masing-masing daerah, budaya Indonesia yang menjunjung nilai keformalan
dalam setiap adat terhadap yang lebih tua, hingga menuju aspek ketidak bakuan
bahasa yang dikarenakan kebutuhan khalayak pada umumnya. Mulai dari bahasa
formal hingga bahasa informal, atau jika dihubungkan dengan konteks yang
sekarang disebut dengan bahasa alay.
Namun lebih dari itu, tentunya sikap cinta bahasa, atensi dan pemeliharaan
terhadap bahasa tetap harus dilakukan. Mengingat semakin globalnya interaksi
masyarakat dewasa ini, terlebih lagi dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) yang sudah mulai berhembus sejak akhir tahun 2015. Maka mari cintai
bahasa kita sendiri, bahasa yang menjadi pemersatu bangsa, untuk Indonesia yang
lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan
Bahasa. Jakarta : Diksi Insan Mulia.

Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Nusa Indah.

10
Nasucha, Yakub., Rohmadi, Muhammad, dan Wahyudi, Agus Budi. 2009. Bahasa Indonesia
untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media perkasa.

Rahardi, Kunjana. 2009. Penyuntingan Bahasa Indonesia Untuk Karang-Mengarang.


Jakarta: Erlangga

Sugondo, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT. Penebar Swadaya

11

Anda mungkin juga menyukai