Disusun oleh:
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk sosial yang memiliki tujuan
mengapa mereka berinteraksi dengan manusia lainnya. Manusia tidak dapat hidup
sendiri dengan mengandalkan kekuatannya secara individu, namun mereka saling
membutuhkan satu sama lainnya. Maka sejalan dengan hal itu, dalam penyampaian
maksud dan tujuan akan kebutuhannya, terdapat beberapa hal yang harus menjadi
perhatian. Pertama, cara mereka menyampaikan. Kedua, cara mereka menerima
penyampaian dari manusia lainnya.
Dari penyampaian-penyampaian itulah kemudian dikenal dengan istilah
bahasa. Entah penyampaian maksud secara lisan (berbicara) maupun penyampaian
maksud secara tulisan (tertulis). Baik berupa kode, hingga bentuk-bentuk huruf,
dimana antara . penyampai dengan manusia penerima penyampaian dapat
mengetahui maksud dan tujuannya.
Maka perlu sekiranya diketahui mengapa dewasa ini banyak sekali ragam
bahasa yang diketahui. Padahal menurut sumber agama, dimana memiliki
kebenaran mutlak, manusia berasal dari satu benih yaitu seorang Adam. Kemudian
beranak-cucu hingga generasi yang sekarang. Apalagi sejenak melihat dalam
lingkungan kita sendiri, di Negara Kesatuan Republik Indonesia berbagai ragam
suku dan budaya yang berbeda, menimbulkan bentuk ragam bahasa yang berbeda
pula. Ditambah lagi dengan keterkaitan kearifan lokal daerah itu sendiri yang juga
memiliki tingkat kebahasaan yang teratur. Maka perlu sekiranya kita mempelajari
berbagai macam ragam bahasa, terutama bentuk-bentuk penyusun bahasa, hingga
menjadi bahasa pemersatu yang dapat dipahami oleh seluruh pihak.
B. Rumusan Masalah
Interaksi-interaksi yang dilakukan oleh seseorang, dilakukan dengan
sebuah penyampaian untuk maksud yang ditujukan. Maka disini diperlukan alat
1
penyampaian, entah melalui kode atau simbol yang kemudian disebut dengan
bahasa dengan berbagai macam ragamnya. Dari adanya bahasa juga timbul berbagai
macam aspek yang nantinya akan menjadi sebuah gradasi kebahasaan, antara
kebahasaan resmi dengan kebahasaan yang sudah membaur dengan kearifan lokal
yang ada. Maka dari permasalahan tersebut, timbul beberapa pertanyaan,
diantaranya:
1. Apa yang disebut dengan ragam bahasa?
2. Bagaimana definisi konkrit dari bahasa lisan dan tertulis? Apakah hanya
sekedar sebuah penyampai dengan berbagai macam kode?
3. Seperti apa bentuk kebahasaan resmi dengan kebahasaan yang sudah terbaur?
Berbentuk bahasa formal dan informal, atau bagaimana?
4. Bagaimana pula karakteristik spesifik dari bentuk ragam bahasa formal?
C. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang seluk beluk
ragam bahasa, baik ragam bahasa yang secara lisan (ucapan) maupun secara tulisan.
Dalam makalah ini juga diungkapkan beberapa hal terkait dengan definisi ragam
bahasa resmi dan non resmi, atau biasa disebut formal dan informal. Disertai pula
dengan karakteristik bahasa resmi (baku).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa yang diungkapkan melalui ucapan (lisan), terkait ruang
dan waktu sehingga situasi penyampaian dapat membantu pemahaman. Ragam
bahasa lisan baku didukung oleh situasi pemakaian. Namun, hal itu tidak
mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam pilihan
kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam kelengkapan
unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam
ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung
di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah
kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.
Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai
ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan
dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak
menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,
ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.
Adapun ciri-ciri ragam lisan, diantaranya adalah memerlukan orang
kedua atau teman bicara, tergantung kondisi, ruang, dan waktu, berlangsung
cepat, tidak harus memperhatikan gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa
tubuh, kesalahan dapat langsung dikoreksi. Yang termasuk dalam ragam lisan
diantaranya pidato, ceramah, sambutan, berbincang-bincang, dan masih banyak
lagi. Semua itu sering digunakan kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-
hari, terutama mengobrol atau berbincang-bincang, karena tidak diikat oleh
aturan-aturan atau cara penyampaian seperti halnya pidato ataupun ceramah.
Menulis surat resmi,
Menulis makalah, artikel,
Menulis proposal,
Menulis laporan formal.
6
Menulis surat kepada kerabat,
Menulis surat kepada teman,
Menulis surat kepada sahabat,
Menulis catatan harian.
Contoh pemakaian kata ganti dan sapaan, Imbuhan serta pilihan kata tertentu
dalam ragam bahasa formal dan informal,
7
Ragam Kata Ganti dan Imbuhan Pilihan Kata
Sapaan
Formal Saya – Anda ...sudah menerima... Begitu
Saya – Bapak ...sudah membaca.. Seperti itu
Saya – Ibu ...betulkan... Laki-laki
Saya – Saudara ...mengobrol... Perempuan
Informal Gue – Bang ...udah terima Bilangin
Gue – Lu ...udah baca Gitu
Gue – Neng Betulin Cowok
Gue - Situ ngobrol Cewek
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
8
Ragam bahasa adalah berbagai macam jenis penyampaian yang
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain untuk maksud dan tujuan tertentu.
Dalam ragam bahasa juga memiliki tujuan sebagai alat identifikasi diri. Sehingga
akan terdapat berbagai macam variasi bahasa menurut pemakaian dan topik yang
dibicarakan. Ragam bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap, dengan fonem sebagai
unsur dasarnya, selanjutnya dinamakan dengan ragam bahasa lisan.
Sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan
huruf sebagai dasarnya, dinamakan sebagai ragam bahasa tulisan. Dalam bahasa
lisan, akan selalu terkait dengan lafal (pengucapan), sedangkan dalam bahasa
tulisan selalu terkait dengan tata cata penulisan atau ejaan yang digunakan dalam
penggunaan bahasa tersebut.
Ragam bahasa lisan dan tertulis memiliki hubungan yang erat, melihat ke
dalam aspek tata bahasa dan kosa katanya. Ragam bahasa tulis memiliki unsur
dasar dari ragam bahasa lisan. Oleh karena itu, sering timbul kesan antara ragam
bahasa lisan dan tulisan memiliki hal yang sama. Padahal kedua jenis ragam
tersebut berkembang menjadi sistem bahasa yang memiliki kaidah berbeda satu
sama lain.
Ragam formal atau ragam baku, yaitu ragam yang mengikuti kaidah atau
aturan kebahasaan. Bahasa baku tidak dapat digunakan untuk segala keperluan,
tetapi hanya untuk komunikasi resmi, wacana teknis, pembicaraan di depan
khalayak ramai dan pembicaraan dengan orang yang dihormati. Ragam tidak resmi
atau ragam informal, adalah bahasa yang diguunakan dalam situasi tak resmi,
seperti pergaulan dan percakapan pribadi. Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi
kebalikan dari ragam bahasa resmi. Ragam bahasa tidak resmi ini digunakan ketika
kita berada dalam situasi yang tidak normal.
Dalam bentuk kalimat kebahasaan dalam ragam baku, atau juga disebut
dengan ragam formal, Yacub Nasucha, dkk, menyampaikan bahwa ciri-ciri ragam
formal adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan gramatikal secara eksplisit dan konsisten,
2. Menggunakan imbuhan secara lengkap,
9
3. Menggunakan kata ganti resmi,
4. Menggunakan kata baku,
5. Menggunakan ejaan yang disempurnakan,
6. Menghindari unsur kedaerahan.
B. Saran
Banyak pembelajaran yang dapat diambil dari ilmu tentang ragam bahasa.
Terlebih lagi di Indonesia ragam bahasa menjadi bercabang pula kekayaan
literasinya, dengan berbagai aspek yang mendasari. Diantaranya mulai dari kearifan
lokal masing-masing daerah, budaya Indonesia yang menjunjung nilai keformalan
dalam setiap adat terhadap yang lebih tua, hingga menuju aspek ketidak bakuan
bahasa yang dikarenakan kebutuhan khalayak pada umumnya. Mulai dari bahasa
formal hingga bahasa informal, atau jika dihubungkan dengan konteks yang
sekarang disebut dengan bahasa alay.
Namun lebih dari itu, tentunya sikap cinta bahasa, atensi dan pemeliharaan
terhadap bahasa tetap harus dilakukan. Mengingat semakin globalnya interaksi
masyarakat dewasa ini, terlebih lagi dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) yang sudah mulai berhembus sejak akhir tahun 2015. Maka mari cintai
bahasa kita sendiri, bahasa yang menjadi pemersatu bangsa, untuk Indonesia yang
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamuddin. 2008. Komposisi Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa Non Jurusan
Bahasa. Jakarta : Diksi Insan Mulia.
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. NTT: Nusa Indah.
10
Nasucha, Yakub., Rohmadi, Muhammad, dan Wahyudi, Agus Budi. 2009. Bahasa Indonesia
untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media perkasa.
Sugondo, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: PT. Penebar Swadaya
11