Anda di halaman 1dari 27

ETIKA PROFESI DALAM MEMANFAATKAN ILMU PENGETAHUAN

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah etika keilmuan yang diampu oleh Prof. Dr.
Andi Mappiare, M.Pd. dan Dr. Blasius Boli Lasan, M.Pd.

Disusun oleh
Aisyah Ummu Hamidah (200111842005)
Amalia Zakia Ekasari (200111842024)
Daris Maramis (200111850433)
Nauval Bachtiar (200111842013)
Shafna Utami Nur Fairuz (200111842019)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
DESEMBER 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah. Makalah disusun
berdasarkan materi pembelajaran pada mata kuliah etika keilmuan dengan judul
“Etika Dalam Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini, khususnya kepada Prof. Dr. Andi Mappiare, M.Pd. dan
Dr. Blasius Boli Lasan, M.Pd. selaku dosen mata kuliah etika keilmuan dalam BK
yang senantiasa membimbing penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita, serta penulis
berharap, makalah sederhana yang disajikan ini dapat memberi manfaat dalam
menambah wawasan ilmu pengetahuan kita, baik itu bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Aamiin.

Malang, 17 Desember 2020

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penelitian........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pentingnya Etika Profesi............................................................................3
B. Pengertian Etika Profesi.............................................................................5
C. Hubungan Etika Profesi dengan Ilmu Pengetahuan...............................7
D. Isu-Isu Etika Profesi Dalam Berbagai Bidang Ilmu Pengetahuan.........9
E. Etika Profesi Konselor..............................................................................20

BAB III PENUTUP..............................................................................................22


A. Simpulan.......................................................................................................22

DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................23

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika profesi memiliki pengertian sebagai suatu sikap hidup yang
bertujuan untuk dapat memberikan suatu pelayanan yang bersifat profesional
terhadap masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan adanya keahlian atau
keterampilan atau bahkan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang sehingga
orang tersebut dapat memberikan pelayanan pada masyarakat. Segala
pekerjaannya juga dapat dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Jika Anda
memiliki etika dalam menjalankan tugas dari jabatan Anda maka hal ini
berarti bahwa Anda telah menyadari etika dari profesionalitas Anda. Sikap
etis ini memang haruslah dimiliki oleh seorang profesional dalam bekerja.
Bahkan sikap etis ini sudah seharusnya menjadi semacam prinsip dalam
hidup seorang profesional.
Dengan adanya prinsip di dalam diri yang bersifat menjunjung tinggi
pekerjaan dan kepentingan orang lain maka secara tidak langsung Anda telah
mencerminkan pribadi yang berkarakter. Oleh karena itu suatu kode etik
profesi sebenarnya bisa dibilang turut berperan dalam pengembangan
karakter diri seseorang. Jika Anda merupakan seorang pekerja dan bisa
menjalankan penuh tugas dan wewenang Anda sesuai kode etik perusahaan
yang berlaku maka Anda berarti memiliki karakter dan kualitas yang baik.
Secara lebih jauh sebenarnya suatu etika profesi juga berperan sebagai norma
dan nilai serta aturan bagi Anda dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawab Anda. Dengan adanya etika inilah maka Anda bisa menjalankan
profesionalitas Anda dengan baik.
Melaksanakan etika profesi yang baik dan benar tentu bisa
mendatangkan banyak manfaat. Terutama dalam sebuah perusahaan yang
mengutamakan nilai-nilai etika tersebut. Beberapa manfaat yang bisa
didapatkan antara lain meningkatkan tanggung jawab, menekankan prinsip
profesionalitas, menciptakan ketertiban, mencegah campur tangan dari pihak
lain, melindungi hak pekerja dan membantu penyelesaian masalah.

1
Pelaksanaan etika profesi memang memberikan banyak manfaat yang
positif terutama bagi perusahaan dan lembaga sekolah. Maka dari itu pada
kesempatan kali ini akan dijelaskan secara detail bagaimana etika profesi
dalam ilmu pengetahuan yang dapat berguna bagi kehidupan masyarakat
berprofesi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini rumusan
masalah makalah:
1. Apa fungsi etika profesi?
2. Apa pengertian etika profesi?
3. Bagaimana hubungan etika profesi dengan ilmu pengetahuan?
4. Bagaimana isu etika profesi ilmu pengetahuan?
5. Bagaimana etika profesi konselor?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini tujuan
penulisan makalah:
1. Menjelaskan fungsi etika profesi?
2. Menjelaskan pengertian etika profesi?
3. Menjelaskan bagaimana hubungan etika profesi dengan ilmu pengetahuan?
4. Menjelaskan bagaimana isu etika profesi ilmu pengetahuan?
5. Menjelaskan etika profesi konselor?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Etika Profesi


Apakah etika dan apakah etika profesi itu? Kata etik (etika) berasal
dari kata ethos (Yunani) yang berarti karakter, watak, kesusilaan atau adat.
Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang
telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline
which can act as the performance index or reference for our control system”.
Dengan demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar
yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam
pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia,
etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara
sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip prinsip moral yang ada dan
pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk
menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum
(common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika
adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala
sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok sosial
(profesi) itu sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang
berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan
pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan
semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan
dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran
organisasi profesi dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik
profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta
kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk
penyimpangan maupun penyalah-gunaan kehlian (Wignjosoebroto, 1999).
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya
dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit

3
profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi
pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat
yang memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semua dikenal sebagai
sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah
pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai
dengan nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-
adanya lagi respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para
elite profesional ini.
Pada intinya, sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan
dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka
inginmemberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah
profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah
pekerjaan pencarian nafkah biasa (okupasi) yang tidak diwarnai dengan nilai-
nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi
respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite
profesional ini.
pengertian etika profesi adalah suatu ilmu mengenai hak dan
kewajiaban yang diladasi dengan pendidikan keahlian tertentu. Dasar ini
merupakan hal yang diperlukan dalam beretika profesi. Sehingga tidak terjadi
penyimpangan - penyimpangan yang menyebabkan ketidaksesuain.
Profesionalisme sangat penting dalam suatu pekerjaan, bukan hanya
loyalitas tetapi etika profesilah yang sangat penting. Etika sangat penting
dalam menyelesaikan suatu masalah, sehingga bila suatu profesi tanpa etika
akan terjadi penyimpangan -penyimpangan yang mengakibatkan terjadinya
ketidakadilan. Ketidakadilan yang dirasakan oleh orang lain akan
mengakibatkan kehilangan kepercayaan yang berdampak sangat buruk,
karena kepercayaan merupakan suatu dasar atau landasan yang dipakai dalam
suatu pekerjaan.
Etika profesi dapat diterapkan di segala profesi yang ada dalam
kehidupan manusia, oleh sebab itu cakupan etika profesi sangat luas. Segala

4
jenis pekerjaan memiliki aturan main tersendiri. Pada dasarnya etika profesi
mencakup beberapa hal pokok yang berlaku umum untuk setiap profesi, hal-
hal pokok tersebut yaitu:

1. Tanggung Jawab; baik terhadap pekerjaan, hasil, serta dampak pekerjaan


tersebut,
2. Keadilan; berkaitan dengan hak-hak orang lain yang wajib dipenuhi oleh
kita dalam melakukan suatu profesi,
3. Otonomi, hal ini bermaksud untuk memberikan kewenangan kepada
setiap orang sesuai dengan tuntutannya dalam menjalani suatu profesi.

B. Pengertian Etika Profesi


Etika tidak lain merupakan aturan perilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antar sesama dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang buruk. Dalam kehidupan sehari-hari manusia bergaul dengan manusia
lain, tentunya diperlukan system yang mana mengatur dan membimbing
mengenai bagaimana manusia seharusnya bergaul. System yang ada di
masyarakat bertujuan untuk pedoman demi menjaga keharmonisan agar
masyarakat merasa senang, tentram, terlindungi, saling menghormati, tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hak asasi manusia dan tidak
merugikan orang lain. Karena itulah muncul etika di dalam masyarakat.
Etika merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang
buruk tentang hak dan kewajiban moral yang mengisyaratkan suatu
kebanggaan, komitmen pada kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan
keinginan tulus dalam membantu permasalahan yang dihadapi klien sehingga
profesi tersebut dapat menjadi kepercayaan masyarakat. Etika dalam
perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi
manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian Etika
merupakan ilmu tentang penilaian hal yang baik dan hal yang buruk tentang
hak dan kewajiban moral yang mengisyaratkan suatu kebanggaan, komitmen
pada kualitas, dedikasi pada kepentingan klien dan keinginan tulus dalam
membantu permasalahan yang dihadapi klien sehingga profesi tersebut dapat
menjadi kepercayaan masyarakattindakan sehari-hari. Itu berarti etika

5
membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam
menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil
keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang pelru kita
pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi
kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa
bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Beberapa ahli telah merumuskan pengertian kata etika atau lazim juga
disebut etik, yang berasal dari kata Yunani ethos tersebut sebagai berikut ini :
1. Drs. O.P. Simorangkir : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk,
sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam
hidupnya
Dalam menjalani tugas dari jabatan maka hal ini berarti seseorang
telah menyadari etika dari profesionalitas. Sikap etis ini haru dimiliki oleh
seorang professional dalam bekerja, bahkan sikap etis seharusnya menjadi
semacam prinsip dalam hidup seorang professional. Etika profesi memiliki
pengertian sebagai suatu sikap hidup yang bertujuan untuk dapat memberikan
suatu pelayanan yang bersifat professional di masyarakat. Etika profesi
merupakan standar moral untuk dapat dikatakan professional yaitu
memberikan keputusan secara objektif, berani bertanggung jawab atas semua
tindakan dan keputusan yang telah diambil, dan memiliki keahlian serta
kemampuan (Drajat, 2014).
Macam Etika Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama
dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia:
1. Etika deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif

6
memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan
diputuskan.
Etika profesi memiliki prinsip-prinsip yaitu:
1. Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya
serta tanggung jawab terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan
orang lain atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya.
3. Otonomi Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan
di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya

C. Hubungan Etika Profesi dengan Ilmu Pengetahuan


1. Etika Profesi
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap
hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.Etika
profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-
prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang
khusus (profesi) kehidupan manusia.Etika Profesi adalah konsep etika
yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja
tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,
medis/dokter, dan sebagainya.
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah
dilakukan seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi
dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau objek). Etika
profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
profesional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan

7
terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan
disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.)
Menurut Isnanto (2009), bahwa ETIKA PROFESI merupakan
bidang etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika
sosial. Kata hati atau niat biasa juga disebut karsa atau kehendak,
kemauan, wil. Dan isi dari karsa inilah yang akan direalisasikan oleh
perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4 empat) variabel yang
terjadi : a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik. b.
Tujuannya yang tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik. c.
Tujuannya tidak baik, dan cara mencapainya juga tidak baik. d.
Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat baik.
2. Hubungan etika profesi dengan ilmu pengetahuan
Ilmu dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat
meminimalkan dan menghentikan perilaku penyimpangan dan kejahatan
di kalangan masyarakat. Di samping itu, ilmu dan etika diharapkan
mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masyarakat
sekitar agar dapat menjadi cindekiawan yang memiliki moral dan akhlak
yang baik/mulia. Tidak jarang kita menemukan pernyataan yang
mengillustrasikan erat kaitan antara ilmu dan etika, serta signifikansi
keduanya. Kemegahan seorang ilmuwan terdapat pada keindahan
etikanya. Abu Zakaritta al-anbari berkata: ilmu tanpa etika bagaikan api
tanpa kayu bakar, dan etika tanpa ilmu adalah seperti jiwa tanpa badan.
Sebagai suatu subjek, etika berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-
tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, baik atau buruk.
Dengan begitu dalam proses penilaiannya ilmu sangat berguna dalam
menentukan arah dan tujuan masing-masing orang. Tanggungjawab etis,
merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu
pengetahuan. Dalam kaitan hal ini terjadi keharusan untuk
memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, menjaga
keseimbangan ekosistem, bertanggungjawab pada kepentingan umum,
kepentingan pada generasi mendatang, dan bersifat universal. Karena

8
pada dasarnya ilmu pengetahuan adalah untuk mengembangkan dan
memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi
manusia.

Etika profesi memberikan semacam batasan maupun standar yang


mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok profesinya. Etika ini
kemudian dirupakan ke dalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik
sengaja di buat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat di
butuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam
tindakan yang logika-rasional umum (common sense) di nilai menyimpang
dari kode etik. Ilmu sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan
khusus yakni kegunaan universal bagi umat manusia dalam meningkatkan
martabat kemanusiaan.

D. Isu-Isu Etika Profesi Dalam Berbagai Bidang Ilmu Pengetahuan


Etika dapat membawa manusia sejauh ini jika manusia berfokus pada
sekumpulan teori tentang bagaimana manusia itu dan bagaimana seharusnya
manusia bertindak. Etika tidak hanya ada sebagai teori dan ide. Etika
mengarahkan langsung pada tindakan. Oleh karena itu, telah banyak
penerapan etika, atau filosofi moral dalam tindakan dan praktik. Meskipun
filosofi moral yang paling menonjol telah dibuat berabad-abad yang lalu,
poin-poin penting mengenai etika tetap terbuka untuk dipertanyakan. Etika
tidak ada dalam ruang hampa dan tidak berhenti. Etika adalah sistem yang
berisi banyak aturan praktis yang dapat dipelajari dan diadaptasi ke dalam
sejumlah situasi kehidupan nyata. Memang, ahli etika telah berusaha
menemukan universalitas moralitas yang berlaku untuk semua manusia dan
tampaknya untuk semua lapisan masyarakat. Etika adalah bagian besar dari
proses pengambilan keputusan di banyak profesi dan bidang ilmu saat ini.
Selain itu, etika sangat relevan karena dunia menghadapi tantangan yang
berubah dengan cepat dan yang belum diketahui (dampaknya) baik saat ini
maupun di masa depan. Etika adalah alat vital dalam masyarakat yang
beradab, dan berlaku di hampir setiap sektor dunia profesional (Boone, B.,
2017).

9
Berikut ini pemparan mengenai etika yang berkaitan pada beberapa
bidang ilmu pengetahun yang di kutip dari Ethics 101: From Altruism and
Utilitarianism to Bioethics and Political Ethics, an Explorarion of The
Concepts of Roght and Wrong karya Brian Boone.
1. Isu Etika Bisnis
Pembicaraan etika bisnis modern dimulai pada akhir 1960-an
sebagai hasil dari gerakan aktivisme sosial dan politik. Isu seperti
kualitas sosial dan akuntabilitas pemerintah menjadi perhatian publik,
dan semakin banyak orang mulai memeriksa otoritas, praktik, dan
motivasi perusahaan besar.
Etika bisnis adalah nilai-nilai moral yang digunakan perusahaan
dalam membentuk strategi dan praktiknya, dan/ atau dalam menciptakan
standar yang dianut karyawannya. Seperti seorang individu, etika harus
membahas masalah gambaran kelompok (bagaimana menjalankan bisnis)
dan individu (bagaimana karyawan diperlakukan). Menentukan tindakan
apa yang berteika (moral) atau tidak itu rumit untuk bisnis.
Apakah ada tempat untuk etika dalam dunia bisnis? Itu tergantung
pada apa yang di anggap sebagai keharusan sebuah bisnis. Individu dapat
berargumen bahwa bisnis tidak perlu mengkhawatirkan etika, karena
bisnis bukanlah makhluk rasional yang harus mematuhi kode moral,
bisnis ada semata-mata untuk menghasilkan uang bagi pemilik atau
pemegang sahamnya. Dari perspektif Machiavellian, bisnis harus
diizinkan untuk melakukan apapun, sebisa dan sebanyak mungkin untuk
menghasilkan uang. Tetapi, di sisi lain bisnis juga harus melakukan
aktivitasnya sambil tetap beroperasi dalam batasan hukum. Dari sudut
pandang etika, melanggar hukum akan bertentangan dengan kepentingan
bisnis itu sendiri, memusuhi karyawannya, atau menjual produk yang
salah, karena hal itu akan merusak citra publik dari bisnis tersebut.
Kepercayaan publik da[at menurun, belum lagi tuduhan melakukan
kerugian, menyebabkan penurunan pendapatan, sehingga merugikan
aktivitas bisnis itu sendiri.

10
Relativisme berperan besar dalam etika bisnis. Misalnya,
membayar pekerja di Amerika Serikat kurang dari upah minimum
dianggap tidak etis dan ilegal. Meskipun upah minimum bervariasi dari
satu negara bagian ke negara bagian lain, itu ditetapkan pada tingkat
federal dan tidak ada yang dapat dibayar kurang dari upah minimum
tersebut. Karena alasan ini, biaya tenaga kerja untuk produksi di Amerika
Serikat cukup tinggi. Inilah alasan utama mengapa banyak perusahaan
Amerika memindahkan operasinya ke luar negeri. Produsen sepatu,
misalnya, dapat memilih untuk mengoperasikan pabrik di negara
berkembang dan membayar pekerja untuk merakit sepasang sepatu,
sedangkan operasi yang sama di AS dapat menghabiskan biaya ratusan
kali lipat biaya tenaga kerja. Isu ataupupun potensi masalah berkenaan
dengan pekerja anak. Di Amerika Serikat, undang-undang
ketenagakerjaan mencegah anak-anak bekerja di pabrik, dan tentunya
tidak selama delapan belas jam sehari, sebagian karena praktik semacam
itu dianggap tidak bermoral dalam budaya Amerika Serikat. Negara lain
memiliki standar yang berbeda dalam hal pekerja anak.
Pada akhirnya, bisnis beroperasi di luar negeri untuk
memaksimalkan keuntungan. Tetapi bisnis semacam itu sebenarnya
melanggar hukum AS yang berbasis moral. Sebuah bisnis terlibat dalam
eksploitasi ketika ia membayar pekerja di luar negeri sesedikit mungkin
hanya karena dapat lolos begitu saja. Ini semua karena relativisme
moral. Seseorang mungkin mencoba menjelaskan praktik-praktik ini
dengan menggunakan prinsip relativisme moral. Tetapi argumen
semacam itu berantakan karena perbandingan relatif itu sendiri salah:
Dua budaya yang berbeda dan dua cetak biru moral yang berbeda sedang
dibandingkan secara relatif. Perusahaan sepatu tersebut mengeksploitasi
perbedaan budaya di lokasi di luar negeri untuk menurunkan biaya dan
meningkatkan keuntungan, mereka tidak menyediakan pekerjaan dengan
upah rendah karena menghormati standar moral budaya lain.
Bisnis tidak dapat dipisahkan dari iklan dan pemasaran. Ada lebih
banyak isu di bidang periklanan dan pemasaran. Iklan yang berhasil

11
adalah yang dapat menanamkan produk atau jasa yang di iklankan di
dalam otak para calon konsumen yang menerima iklan, kemudian
menjadikan orang tersebut menggunakan produk atau jasa yang
diiklankan. Namun, masalah etika menyertai kekuatan untuk
memanipulasi iklan. Misalnya, sebagian besar orang dewasa yang cukup
paham memahami bahwa klaim iklan terlalu dibesar-besarkan. Klaim
tersebut dapat dinyatakan secara langsung. Contoh, "Ini adalah makanan
anjing yang paling disukai anjing Anda!") Atau didramatisasi atau
disarankan (misalnya, seekor anjing dengan senang hati memakan
makanan tersebut dan kemudian menari dengan kaki belakangnya, berkat
keajaiban visual spesial efek). Dengan kata lain, iklan berbohong.
Apakah etis untuk menyatakan kebohongan, bahkan jika orang tahu
klaim itu salah? Mungkin tidak, karena beberapa penonton sangat mudah
dipengaruhi, khususnya anak-anak.
Menjelang akhir abad ke dua puluh, pemerintah (Amerika
Serikat) menindak iklan untuk anak-anak karena banyak yang mengira
kepercayaan dan kepolosan mereka dieksploitasi. Pemasok utama iklan
untuk anak-anak pada saat itu adalah pembuat sereal gula dan makanan
cepat saji, produk yang dapat dikaitkan dengan epidemi obesitas yang
terus meningkat. Bisnis memiliki tanggung jawab untuk tidak merugikan
konsumen mereka dalam mengejar menghasilkan uang, dan praktik
periklanan dapat dengan mudah menyebabkan perusahaan melangkahi
batas ini.
Bisnis adalah bagian dari masyarakat. Bisnis hadir di depan
umum dan memiliki pengaruh besar pada perekonomian dengan cara
menjual barang atau jasa, membayar karyawan, membayar pajak, dan
sebagainya. Karena alasan ini, bisnis tidak kebal terhadap standar yang
memandu individu atau pemerintah. Pada akhirnya, adalah kepentingan
terbaik perusahaan untuk menjaga hubungan baik dengan publik
(pemegang saham dan pelanggan atau konsumennya) dengan beroperasi
dari sudut pandang yang baik.
2. Isu Etika Politik

12
Jauh di masa lalu, filsafat dimulai sebagai pedoman bagi para
politisi. Di Yunani kuno (dan bagi filsuf besar seperti John Locke dan
Niccolo Machiavelli), filsafat dan politik saling terkait. Socrates, Plato,
dan yang lainnya sering menulis tentang dan mendiskusikan cara terbaik
yang dengannya manusia (hanya pria pada saat itu) dapat menjangkau
lebih dalam dan menerapkan kebajikan mulia yang dimiliki (oleh politisi)
untuk memimpin orang lain dengan cara yang adil dan etis.
Saat ini, dengan begitu banyak pekerjaan yang telah dilakukan
untuk mengembangkan etika dan menyelidiki arti dari istilah-istilah
seperti "adil" dan "etis," adalah tugas politisi untuk memimpin dengan
cara yang etis. Politisi yang dipilih oleh rakyat (atau lahir dalam
kekuasaan) menghadapi banyak tantangan etis tertentu, semuanya pada
akhirnya bermuara pada kebutuhan untuk memerintah dan mengatur
dengan cara yang adil. Tetapi bagaimana para politisi melakukannya, dan
siapa yang paling dilayani oleh politisi?
Mencalonkan diri untuk jabatan atau memegang posisi terpilih
membawa kekuatan dan tanggung jawab yang besar. Memilih calon
adalah ekspresi kepercayaan, dan politisi harus berusaha mewakili
kepentingan pemilih dan menepati janji kampanyenya sendiri dengan
kemampuan terbaiknya.
Namun politisi pada umumnya tidak menikmati reputasi sebagai
sekelompok orang yang memiliki integritas atau sarat moral yang tinggi.
Setiap musim pemilihan, ketidaksenangan tergambar terutama dengan
adanya kampanye negatif, penyelewengan kebenaran atau kebohongan
langsung, dan keingintahuan kolektif tentang mengapa seseorang tertarik
untuk mengejar kekuasaan.
Sebagian besar politisi memiliki minat yang tulus dalam pelayanan
publik, tetapi banyak juga politisi memiliki gagasan yang berbeda
tentang apa artinya melayani publik. Mendefinisikan siapa "publik" itu
bisa menjadi sebuah tantangan. Apakah politisi melayani rakyat? Jika ya,
lalu orang yang mana? Semua orang atau hanya pemilihnya? Apakah
politisi melayani kepentingan suatu daerah, dan apakah kebutuhan

13
individu di daerah itu berbeda dari kebutuhan lembaga atau pengusaha
besar yang juga menempati daerah itu? Ataukah menjadi tanggung jawab
seorang politisi untuk melayani konstruksi hukum, cita-cita, atau
konstitusi dalam upaya menjaga perdamaian? Semua target ini mungkin
memiliki nilai yang bertentangan.
Isu etika lain yang berkaitan dengan politisi adalah kehidupan
pribadi para politisi. Di Amerika Serikat, ada banyak contoh pejabat
terpilih yang ketika berita tentang perselingkuhan mereka diketahui
publik, harus mengeluarkan permintaan maaf publik dan kemudian
mengundurkan diri dari jabatan mereka. Tetapi mungkin hal ini tidak
berlaku di negara-negara lain. Konstituen di negara-negara tersebut dapat
memisahkan kehidupan pribadi seorang politisi dari kehidupan
publiknya, dan kemudian menilai kinerja politik mereka semata-mata
atas dasar itu. Merupakan kebingungan etis untuk menentukan apakah
kehidupan pribadi politisi memang privat, karena mereka juga tokoh
masyarakat. Selain itu, opini para tokoh politik bisa berubah jika gagal
menjunjung nilai-nilai budaya yang sudah lama dipegang dan kinerja
mereka sebagai figur publik bisa dipertanyakan.
Uang juga dapat mengaburkan kemurnian etika para politisi.
Ketika kampanye menerima uang dari individu atau organisasi yang
bukan merupakan konstituennya, potensi konflik kepentingan akan
tercipta. Dengan siapakah politisi benar-benar terikat: para penyokong
dana atau pemilih mereka?
Isu lainnya adalah mengenai niat seorang politisi. Memang ada
keuntungan dengan menjadi seorang politisi (pemimpin), menjadi
terkenal dan memiliki kekuatan serta pengaruh yang luar biasa. Hal ini
bisa menjadi sangat menarik bagi sebagian orang. Tetapi politik
membawa serta pengawasan dan kritik yang intens. Segala sesuatu yang
dikatakan, dilakukan, atau dipilih seseorang adalah permainan yang adil.
Itu membuat seseorang bertanya-tanya mengapa ada orang yang ingin
menjadi politisi. Ada banyak alasan, dan alasan itu berasal dari semua
spektrum etika. Beberapa politisi memiliki keinginan tulus untuk

14
melakukan perubahan melalui undang-undang atau bekerja dari dalam
"the belly of the beast". Beberapa orang mungkin datang dari tempat
untuk kepentingan pribadi, misalnya keinginan akan kekuasaan.
Motivasinya bisa beragam, tentu saja ada beberapa politisi merasa
terdorong oleh keinginan untuk mengalahkan "kejahatan" atau lawan
mereka, yang jika iklan kampanye negatif bisa dipercaya, akan menjadi
pilihan yang sangat buruk bagi para pemilih.
Terlepas dari klise yang terus-menerus bahwa semua politisi adalah
pembohong yang korup, hendaknya sudah menjadi keharusan politisi
dapat dipercaya dan jujur. Para pemilih harus kandidat yang lebih unggul
secara etika dan moral. Ini demi kepentingan yang lebih besar untuk
memilih kandidat yang di pandang paling berbudi luhur, dan untuk
menolak para politisi yang akan mudah terpengaruh oleh uang dan
"kepentingan khusus". Politisi hendaknya memimpin dengan memberi
teladan dan menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Menunjukkan etika
kebajikan dan menjadi yang terbaik, jujur, bertanggung jawab, benar-
benar peduli, dan bekerja keras untuk menemukan solusi atas masalah
yang masyarakat (rakyatnya) miliki.
3. Isu Etika Medis (Dokter)
Para dokter dan petugas medis dan perawatan Kesehatan,
mengucapkan sumpah Hipokrates. Sumpah diawali dengan arahan
sederhana "Pertama, jangan menyakiti". Dengan kata lain, ini
mengarahkan profesi medis ke tempat aktivitas positif (menyelamatkan
nyawa, menyembuhkan tulang, mengelola penyakit, dan mengurangi
ketidaknyamanan dan tidak memperburuk keadaan). Dengan kata lain,
tugas dokter adalah memelihara kehidupan dan membuat tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup. Etika dalam kedokteran dapat membantu
para profesional menavigasi pilihan sehari-hari, kasus per kasus dalam
perawatan yang mereka miliki, terutama di area abu-abu.
Satu masalah utama yang dihadapi perawatan kesehatan adalah
alokasi perawatan kesehatan itu sendiri. Sumber daya dalam hal dokter,
obat-obatan, ruang rumah sakit, dan lainnya, umumnya terbatas dan

15
memiliki harga yang tidak jarang sangat mahal. Beberapa negara telah
memberlakukan perawatan kesehatan yang disponsori pemerintah,
mengirimkan pesan bahwa adalah baik secara etik (moral) bagi semua
orang, terlepas dari posisinya dalam hidup, untuk memiliki akses ke
layanan perawatan kesehatan. Di beberapa negara, perawatan kesehatan
setara dengan bisnis, membuka pertanyaan etis tentang siapa yang harus
mendapatkan akses ke sumber daya yang terbatas itu. Haruskah hanya
mereka yang mampu membayar harga yang memiliki akses itu? Jika ya,
apa pengertian etis di balik posisi ini? Apakah orang memiliki hak untuk
menolak membayar asuransi kesehatan sebagai pernyataan integritas dan
otonomi mereka, dan dengan demikian memberikan biaya medis mereka
kepada orang lain, atau bahkan mungkin mengabaikan layanan medis
sama sekali?
Isu lain yang berkenaan dengan etika medis (dokter) adalah obat
dan resep. Obat dan resep membawa serta pertanyaan etisnya tersendiri.
Pengobatan adalah industri bernilai miliaran dolar, dan mereka benar-
benar telah menyelamatkan banyak nyawa dengan mengelola atau
menyembuhkan banyak kondisi medis. Membuat obat baru adalah
pekerjaan yang mahal, tetapi keuntungannya adalah obat ajaib baru
berpotensi menghasilkan milyaran dolar bagi pabrikannya. Ambil contoh,
sebuah pil yang ditunjukkan oleh tes awal untuk menyembuhkan
penyakit jantung. Merupakan kepentingan perusahaan obat untuk
menyebarkan pil itu ke publik secepat mungkin, karena pil tersebut dapat
menghasilkan banyak uang bagi perusahaan. Tetapi juga demi
kepentingan publik bagi perusahaan untuk memaksimalkan upayanya dan
memasarkannya dengan cepat sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup atau bahkan memperpanjang umur bagi yang menerimanya.
Di Amerika Serikat, obat harus melalui pengujian yang ketat oleh
Food and Drug Administration (FDA) sebelum mencapai pasar.
Pengujian ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan kemanjuran
suatu obat. Ini adalah proses pemeriksaan menyeluruh yang bisa
memakan waktu hingga sepuluh tahun. Apakah etis bagi FDA untuk

16
menunggu lama pada obat yang dapat membantu orang sekarang?
Mungkin, karena meskipun obat tertentu dapat membantu beberapa orang
sekarang, ada kemungkinan bahwa itu dapat membantu lebih banyak lagi
nanti setelah perbaikan pasca pengujian. Sebaliknya, suatu obat pada
awalnya mungkin tampak aman dan efektif, tetapi pengujian FDA
mengungkapkan bahwa obat itu sama sekali tidak aman atau tidak efektif
sama sekali. Pertanyaannya bahkan lebih dalam: Apakah etis bagi
perusahaan untuk terburu-buru membawa obat yang bermanfaat ke pasar
(dan mendapatkan keuntungan besar) bahkan jika obat tersebut belum
sepenuhnya terbukti aman atau efektif? Tanpa pengujian FDA itu, akan
terlihat tidak bermoral untuk melepaskan obat semacam itu.
Beberapa isu dan pertanyaan yang harus dihadapi dokter
melibatkan "batas-batas kehidupan". Ada begitu banyak perspektif
berbeda dalam komunitas medis mengenai masalah ini, dan mereka
mewakili banyak orang. Banyak dokter yang semata-mata mewakili
banyak orang. Misalnya, banyak dokter yang “berpikiran ilmiah”,
sementara dokter lain memiliki “kewajiban moral” yang dipegang teguh
untuk membantu atau menyembuhkan. Berbicara secara umum, kedua
jenis dokter ini mungkin memiliki pendapat yang sangat berbeda tentang
aborsi, eutanasia, atau donasi organ. Dan tentu saja, ada skala yang bisa
bergeser di antara kedua titik ekstrem tersebut. Dokter “ilmiah” mungkin
memandang aborsi sebagai prosedur medis sederhana di mana tidak ada
batasan masalah kehidupan yang ikut bermain sama sekali. Dokter yang
memiliki “kewajiban moral/ agama” mungkin sangat menentang aborsi
dan tidak melakukan prosedur dalam keadaan apa pun. Dokter lain
mungkin melakukannya hanya pada awal kehamilan dan hanya untuk
menyelamatkan nyawa ibu jika timbul komplikasi. Sudut pandang etis ini
memengaruhi cara kerja para dokter ini, dan mereka juga memunculkan
pertanyaan etis lainnya. Misalnya, apakah seorang dokter memiliki hak
untuk menolak melakukan prosedur yang dia tolak secara moral atau
agama?

17
Ada juga pertanyaan tentang merekomendasikan atau melakukan
terapi penunjang kehidupan yang menurut dokter tidak akan
memperpanjang hidup atau meningkatkan kehidupan dengan cara yang
berarti. Apakah etis memberikan harapan palsu kepada pasien dan
keluarga? Apakah bermoral menyebabkan pasien atau keluarga pasien
menumpuk tagihan medis dan hutang medis untuk sesuatu yang begitu
sia-sia? Atau apakah seorang dokter memiliki kewajiban untuk berterus
terang dan jujur kepada pasien? Jika tujuannya adalah otonomi pasien
dan tidak membahayakan, maka tindakan etis yang paling obyektif
adalah memberikan pendapat bahwa tindakan yang dilakukan (missal;
terapi atau operasi) tidak akan ada gunanya. Tetapi jika pasien masih
ingin menjalani perawatan itu, maka itu keputusan pasien. Tidak ada rasa
bersalah di pihak dokter, dan keinginan pasien telah terpenuhi.
Salah satu pendapat yang berlaku dalam etika kedokteran adalah
komitmen terhadap otonomi pasien. Ini adalah keyakinan bahwa pasien
memiliki hak untuk melakukan apapun yang mereka inginkan dengan
tubuh mereka. Itu termasuk menghindari perawatan medis yang mungkin
secara moral ditentang oleh pasien. Sebagai contoh, ada agama melarang
transfusi darah yang menyelamatkan nyawa, dan dokter harus merespek
keputusan pasien untuk menolak perawatan itu.
4. Isu Etika Bioetika (bioteknologi)
Bioetika adalah kata gabungan yang berasal dari "biologi" dan
"etika". Ini adalah bidang yang melihat ke dalam pertanyaan etika dan
moral yang muncul, dan terus berkembang, di bidang bioteknologi.
Bioteknologi adalah bidang yang terus berubah dan berkembang di mana
ilmu pengetahuan yang mutakhir diterapkan untuk membuat dunia alami
berfungsi lebih baik atau lebih efisien. Contoh bioteknologi, terutama
yang mengarah pada analisis bioetika, termasuk pengembangan tanaman
yang dimodifikasi secara genetik, bagaimana informasi genetik harus
ditangani, dan munculnya gagasan "designer babies" yang ditingkatkan
secara genetik.

18
Membuat perubahan pada dunia alami untuk mendapatkan efek
yang diinginkan seperti yang ditentukan oleh individu, perusahaan, atau
pemerintah secara alami akan menyebabkan beberapa masalah.
Meskipun perjalanan waktu umumnya mengarah pada penerimaan ide
yang lebih besar, banyak bidang bioteknologi yang sangat baru sehingga
ada banyak ambiguitas.
Perdebatan bioetika paling keras ada hubungannya dengan
organisme hasil rekayasa genetika (Genetically Modified Organisms/
GMOs). Ilmuwan makanan telah bekerja selama beberapa dekade
menggunakan rekayasa genetika untuk menciptakan varietas baru tomat
atau jagung, misalnya yang memberi lebih banyak rasa atau yang lebih
tahan terhadap cuaca dingin dan serangga. Masalah etika utama adalah
bahwa konsep tersebut, pada intinya, memanipulasi alam. Apakah etis
mempermainkan tatanan alam? Terlepas dari apakah itu benar atau tidak,
penggunaan GMOs secara luas dapat merusak lingkungan, atau
menyebabkan manfaat kesehatan yang negatif pada manusia. GMOs
sangat relatif baru sehingga efek jangka panjangnya pada manusia atau
bumi relatif baru dan efek jangka panjangnya terhadap bumi atau
manusia belum sepenuhnya diketahui.
Apakah tidak masalah bagi tumbuhan dan organisme, meskipun
secara teknologi ditingkatkan, dimiliki oleh sebuah perusahaan? Bisakah
modifikasi ini dipandang sebagai bukti kecerdasan manusia, contoh
membuat dunia lebih baik dan meningkatkan kebahagiaan dengan
membuat makanan yang lebih sehat dan lebih banyak lagi? Tetapi
kepemilikan seperti itu juga dapat dilihat sebagai tidak menghormati
alam, dan modifikasi genetik seperti itu dapat dilihat sebagai eksploitasi
makhluk hidup yang tidak memiliki pengaruh dalam masalah ini.
Isu lain berkenaan dengan kloning. Meskipun mamalia pertama
dikloning lebih dari dua puluh tahun yang lalu, seekor domba bernama
Dolly, oleh para ilmuwan di Skotlandia, teknologi untuk mereplikasi
secara genetika makhluk hidup masih dalam tahap awal. Perubahan opini
publik tentang apakah tindakan itu bermoral atau tidak, bergerak hampir

19
sama lambatnya. Menurut jajak pendapat orang Amerika tahun 2016 oleh
Pew Research Center, 81 persen berpikir bahwa mengkloning manusia
itu salah secara moral, dan 60 persen mengatakan mengkloning hewan itu
tidak etis. Saat pemungutan suara dilakukan pada 2001, angkanya
masing-masing 88 dan 63 persen.
Mereka yang mendukung GMOs mengutip beberapa hal positif
yang dapat melebihi potensi negatifnya, bahkan dari sudut pandang etika.
Dengan populasi bumi yang meningkat pesat (7,5 miliar dan terus
bertambah), kebutuhan akan makanan meningkat dengan cepat.
Teknologi transgenik dapat digunakan untuk bercocok tanam dengan
hasil tinggi, sedikit limbah, atau bahkan dengan nutrisi tambahan,
sehingga pasokan pangan jauh lebih efisien, stabil, dan berlimpah. Dari
sudut pandang etika, bagaimanapu itu bermasalah dan sulit untuk
menentukan apa yang secara etika "benar". Apakah ada gunanya
mengetahui apa efek GMOs dalam jangka panjang terhadap pasokan
makanan manusia dan bumi, bahkan ketika membiarkan penyebarannya
yang tidak terkekang demi keuntungan perusahaan untuk mencegah
jutaan orang berpotensi kelaparan.

E. Etika Profesi Konselor


Etika Profesi Bimbingan dan Konseling adalah kaidah-kaidah perilaku
yang menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli.
Kaidah-kaidah perilaku yang dimaksud adalah:
1. Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan sebagai
manusia; dan mendapatkan layanan konseling tanpa melihat suku bangsa,
agama, atau budaya.
2. Setiap orang/individu memiliki hak untuk mengembangkan dan
mengarahkan diri.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab
terhadap keputusan yang diambilnya.

20
4. Setiap konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui layanan
bimbingan dan konseling secara profesional.
5. Hubungan konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu yang
didasarkan kepada kode etik (etika profesi).
Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia merupakan landasan
moral dan pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi,
diamalkan dan diamankan oleh setiap anggota profesi Bimbingan dan
Konseling Indonesia. Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia wajib
dipatuhi dan diamalkan oleh pengurus dan anggota organisasi tingkat
nasional, propinsi, dan kebupaten/kota (Anggaran Rumah Tangga ABKIN,
Bab II, Pasal 2)
Kode etik profesi konselor indonesia memiliki lima tujuan, yaitu:
1. Melindungi konselor yang menjadi anggota asosiasi dan konseli sebagai
penerima layanan.
2. Mendukung misi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia.
3. Kode etik merupakan prinsip-prinsip yang memberikan panduan perilaku
yang etis bagi konselor dalam memberikan layanan bimbingan dan
konseling.
4. Kode etik membantu konselor dalam membangun kegiatan layanan yang
profesional.
5. Kode etik menjadi landasan dalam menghadapi dan menyelesaikan
keluhan serta permasalahan yang datang dari anggota asosiasi.
Dasar dibentuknya kode etik profesi bimbingan dan konseling yaitu:
1. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (pasal 28 ayat 1, 2 dan 3 tentang standar
pendidik dan tenaga kependidikan)
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27
tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor.

21
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang
Guru

22
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Etika tidak lain merupakan aturan perilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antar sesama dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang buruk. Dalam kehidupan sehari-hari manusia bergaul dengan manusia
lain, tentunya diperlukan system yang mana mengatur dan membimbing
mengenai bagaimana manusia seharusnya bergaul. System yang ada di
masyarakat bertujuan untuk pedoman demi menjaga keharmonisan agar
masyarakat merasa senang, tentram, terlindungi, saling menghormati, tidak
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan hak asasi manusia dan tidak
merugikan orang lain. Karena itulah muncul etika di dalam masyarakat.
Prinsip-prinsi etika profesi yang pertama tanggung jawab terhadap
pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya serta tanggung jawab terhadap
dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya. Kedua, keadilan Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan
kepada siapa saja apa yang menjadi haknya. Ketiga, otonomi Prinsip ini
menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan dalam
menjalankan profesinya.
Etika Profesi Bimbingan dan Konseling adalah kaidah-kaidah perilaku
yang menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada konseli.
Kaidah-kaidah perilaku yang dimaksud adalah (1) Setiap orang memiliki hak
untuk mendapatkan penghargaan sebagai manusia; dan mendapatkan layanan
konseling tanpa melihat suku bangsa, agama, atau budaya. (2) Setiap
orang/individu memiliki hak untuk mengembangkan dan mengarahkan diri. (3)
Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap
keputusan yang diambilnya. (4) Setiap konselor membantu perkembangan
setiap konseli, melalui layanan bimbingan dan konseling secara profesional. (5)
Hubungan konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu yang
didasarkan kepada kode etik (etika profesi).

23
DAFTAR RUJUKAN

Hasan, Asari. 2008. Etika Akademis Dalam Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Boone, B. 2017. Ethics 101: From Altruism and Utilitarianism to Bioethics and
Political Ethics, an Explorarion of The Concepts of Roght and Wrong.
New York: Adams Media

Drajat, Manpandan Ridwan Effendi. 2014. Etika Profesi Keguruan. Bandung:


Alfabeta.

Isnanto, R. R. 2009. Buku ajar etika profesi.

Adib, Mohammad. 2010. filsafat Ilmu: Ontologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN). 2018. Kode Etik
Bimbingan dan Konseling Indonesia. Yogyakarta: ABKIN.

Simorangkir. 2001. Etika. Jakarta: Cipta Manunggal

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan


Dosen.

Wignjosoebroto 1999. Profesionalisme Dunia Pendidikan. www. iq.eq web. id.

24

Anda mungkin juga menyukai