Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Organisasi Profesi Bimbingan dan Konseling ABKIN dengan tepat waktu.
Makalah Organisasi Profesi Bimbingan dan Konseling ABKIN disusun guna memenuhi tugas Bapak Muhammad
Ferdiansyah M.Pd.,Kons pada Bimbingan Konseling / Pengantar Psikologi di Universitas PGRI Palembang . Selain
itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Organisasi Profesi
Bimbingan dan Konseling ABKIN.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
Nurlaila Oktariana
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang diharapkan antara lain perlu didukung
oleh adanya organisasi yang jelas dan teratur. Organisasi tersebut dengan secara tegas mengatur kedudukan, tugas, dan tanggung
jawab para personil sekolah yang terlibat. Organisasi tersebut tergambar dalam struktur atau pola organisasi yang bervariasi
yang tergantung pada keadaan dan karakteristik sekolah masing-masing. Kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan
konseling terlihat dari adanya kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih luas lagi. Dengan demikian, kehadiran
suatu organisasi bimbingan dan konseling tampaknya menjadi suatu tuntutan alami untuk menjawab kebutuhan pelaksanaan
program pelayanan, khususnya kepada siswa.
B. Rumusan Masalah
ISI
Layanan bimbingan dan konseling adalah layanan yang diberikan oleh tenaga profesional bimbingan dan konseling kepada
peserta didik dan anggota masyarakat lainnya agar mereka mampu memperkembangkan potensi yang dimiliki, mengenali
dirinya sendiri, serta mengatasi permasalahannya sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya cara bertanggungjawab
tanpa bergantung kepada orang lain.
Berdasarkan konvensi bimbingan ke I di Malang tanggal 17 Desember 1975 telah bersepakat bulat membentuk organisasi
profesi bimbingan dan konseling yang bernama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Berdasarkan Hasil Kongres IX
IPBI di Bandar Lampung nama IPBI diubah menjadi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN).
Pengurus ABKIN
B. Dewan Pembina:
6. Sutiyono, MM.
E. Pengurus Harian:
Ketua Umum : Dr. Muh Farozin, M.Pd
Sekretaris Jenderal : Dr. Triyono, M.Pd
F. Departemen-Departemen :
Pasal 23
1. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia dapat membentuk DIVISI-DIVISI menurut cabang spesialisasi dan/ataubidang profesi
bimbingan dan konseling.
2. Divisi-divisi sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan bagian integral dari organisasi ABKIN di tingkat nasional, dan propinsi.
3. Divisi dibentuk atas dasar kebutuhan pengembangan keilmuan/profesi.
4. Pembentukan divisi diusulkan dan ditetapkan dalam kongres.
5. Divisi-divisi yang telah terbentuk adalah :
Divisi Ikatan Pendidikan dan Supervisi Konseling (IPSIKON)
Divisi Ikatan Konseling Industri dan Organisasi (IKIO)
Divisi Ikatan Bimbingan dan Konseling Sekolah (IBKS)
Divisi Ikatan Bimbingan dan Konseling Perguruan Tinggi (IPKOPTI)
Divisi Ikatan Instrumentasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (IIBKIN)
Divisi Ikatan Konselor Indonesia (IKI)
Divisi-divisi dapat menetapkan tujuan, fungsi, tugas dan rencana kerja sendiri. yang tidak bertentangan dengan AD/ART dan hasil Kongres
ABKIN serta peraturan/ketentuan organisasi ABKIN lainnya.
7. Divisi-divisi berkewajiban melaporkan setiap program dan kegiatan yang dilakukan masing-masing kepada Pengurus Besar.
Pasal24
A. Masing-masing divisi dapat menyusun Aturan Dasar Divisi (ADD) dan Aturan Rumah Tangga Divisi (ARTD) tersendiri yang tidak
bertentangan dengan AD/ART ABKIN.
B. Masing–masing divisi menyusun kepengurusan tingkat nasional yang disebut Pengurus Pusat, dan tingkat Propinsi disebut Pengurus
Daerah.
C. Hubungan antara pengurus ABKIN dan pengurus divisi pada tingkat yang sejajar bersifat kolegial saling menunjang/melengkapi, dan
pengembangan.
D. Pengurus divisi untuk masing-masing tingkat dipilih dalam pertemuan sesuai dengan tingkatnya dengan dihadiri oleh Pengurus ABKIN
pada tingkat yang bersangkutan. Hasil pemilihan pengurus disahkan dan dilantik oleh Pengurus ABKIN pada tingkat yang dimaksud.
4. Jelaskan Syarat-syarat menjadi anggota ABKIN dan menjadi anggota Divisi ABKIN.
A. Menjunjung tinggi Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia.
B. Menaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ABKIN, serta peraturan dan ketentuan organisasi lainnya.
C. Melakukan disiplin organisasi.
D. Memelihara dan menjaga nama baik dan kehormatan organisasi.
E. Melaksanakan Program,tugas dan misi organisasi.
F. Membayar iuran anggota.
Menerbitkan Newsletter sebagai sarana komunikasi profesional meskipun pada akhirnya tidak mampu terbit secara teratur di samping
mengadakan pertemuan secara berkala melalui kegiatan organisasi seperti konvensi dan kongres. Pada tahun 2001 pada saat kongres
IPBI di Lampung IPBI (Ikatan Pertugas Bimbingan Indonesia ) disepakati berganti nama menjadi ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia ). Pada tahun 2003 sejak diberlakukan UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
penyebutan profesi “konselor” secara eksplisit telah dicantukan dalam pasal 1 ayat (6), namun tidak lagi ditemukan kelanjutannya pada
pasal-pasal berikutnya. Pada pasal 39 ayat (2) dalam UU nomor 20 tahun 2003 tersebut dinyatakan bahwa “Pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pendidik pada perguruan tinggi”,
walaupun tugas “melakukan pembimbingan” yang tercantum merupakan salah satu unsur dari tugas pendidik itu, jelas hal ini merujuk
kepada tugas guru, sehingga tidak dapat ditafsirkan secara sepihak mengindikasikan tugas konselor.
Sebuah profesi harus memiliki keketatan aturan karena hal tersebut berhubungan dengan perlindungan kesejahteraan. Kepercayaan publik
yang diinginkan oleh setiap profesi ditinjau dari kejelasan regulasi yang terkait dengan program pendidikan, stnadar kompetensi profesional,
dan regulasi yang mengatur perilaku profesional konselor (kode etik).
Hal ini harus di awali dengan kejelasan program pendidikan konselor dan program pendidikan profesi konselor yang terstandar secara
nasioanal oleh ABKIN, sehingga tidak ada lagi blok dalam pengembangan profesi ini baik dalam pengembangan keilmuan atau dalam
praktik layanan. Kebutuhan akan program layanan bimbingan dan konseling saat ini bukan hanya datang dari dunia pendidikan saja, namun
bidang-bidang lain seperti dunia usaha dan industri, kemasyarakatan dan lembaga pernikahan, pelayanan sosial, dan bidang-bidang lain yang
yang memiliki objek utama individu pun menjadi lahan garapan profesi bimbingan dan konseling.
Oleh karena itu kebijakan dari ABKIN dalam mengembangkan profesi bimbingan dan konseling harus bisa membaca ke arah sana, di mana
kebijakan ini diberlakukan kepada lembaga pendidikan yang mendidik para calon konselor, dan program pendidikan pasca sarjana dan
pendidikan profesi, sehingga kebutuhan dari masyarakat atas keberagaman kebutuhan dari berbagai aspek kehidupan bermasyarakat dapat
dilayani oleh para konselor yang kompeten dibidangnya masing-masing.
Profesi bimbingan konseling adalah suatu profesi yang memiliki ciri-ciri profesi yang sama seperti 10 ciri profesi sebelumnya. Profesi BK
harus menuntut kemampuan konselor untuk memahami siswa, menguasai ilmu-ilmu psikologi yang berguna untuk memahami siswa,
menguasai asa-asas BK dan landasan BK untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada siswa dan memberikan penyelesaian yang
tepat dan sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa. Namun, dalam pelaksanaannya belum optimal sehingga sering terjadi kekurangan
yang terjadi disana-sini yang mengakibatkan pelayanan yang diberikan kadang tidak sesuai dengan asas-asas dan lansan yang benar dalam
bidang BK.
Untuk menyempurnakan profesi BK, maka perlu dilakukan beberapa pengembangan yang mana pengembangan yang dilakukan meliputi :
Banyak orang menganggap bahwa pekerjaan konselor dapat dilakukan oleh siapa saja , asalkan mereka mampu berkomunikasi dengan baik
dan mampu mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh murid. Namun sebenarnya pekerjaan BK memerlukan keahlian yang
khusus dimiliki oleh seorang konselor , sebab dalam profesi BK memiliki asas-asas dan landasan yang memerlukan penguasaan dan
pemahaman yang baik oleh konselor agar mereka dapat memberikan pelayanan yang tepat. Di Indonesia sendiri pelayanan konselor belum
memiliki standar kompetensi yang berlaku secara menyeluruh , namun usahanya sudah pernah dilakukan oleh Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI) dalam konvensi ke VII di Denpasar (1989) dan semakin diperkuat lagi dalam konvensi ke VIII yang dilaksanakan di
Padang (1991) yang menghasilkan 225 butir kesepakatan mengenai bimbingan yang dilakukan kepada siswa di Indonesia. Ke 225 butir
layanan tersebut sudah terinci namun dalam pelaksanaannya masih memerlukan pengkajian yang mendalam apakah layanan tersebut sudah
sesuai dengan kebutuhan lapangan , sehingga masih terbuka kemungkinan apakah ke-225 butir tersebut masih bisa ditambah atau dikurangi.
Yang dimaksud standarisasi penyiapan konselor adalah menyiapkan konselor untuk memahami dan mengerti akan tugas-tugas sebagai
konselor dan mampu menjalankan tugasnya tersebut. Untuk mencapai hal tersebut maka dilakukan persiapan kepada konselor melaui
pendidikan dalam jabatan, pendidikan diperguruan tinggi , pelatihan-pelatihan , training , studi banding , dan segala yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan konselor. Penyiapan konselor sendiri paling optimal dilakukan di perguruan tinggi , sebab diperguruan
tinggi materi yang diberikan sudah terstruktur dan dapat dilakukan secara berkesinambungan sehingga dapat dimengerti oleh mahasiswa
calon guru konselor.
Seleksi penerimaan peserta didik merupakan tahap yang paling penting dalam penyiapan tenaga konselor. Penyipan tenaga konselor sangat
dibutuhkan sebab hasil yang baik diperoleh dari penyiapan bibit yang baik, yaitu tenaga calon konselor. Untuk menyiapakn calon tenaga
konselor yang baik ialah calon tenaga tersebut harus memiliki keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang memadai untuk menjalankan
tugasnya. Keterampilan, pengetahuan, dan sikap itu didapatkan melalui pendidikan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Dengan
memiliki kemampuan yang memadai, konselor dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan mampu memberikan pelayanan konseling
sesuai dengan tahap-tahap perkembangan anak
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari pembahasan makalah diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
Organisasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN) sangatlah penting bagi semua orang. Karena dengan
adanya Organisasi Bimbingan dan Konseling (ABKIN) ini akan membangun persatuan, pembinaan
dan pengembangan untuk mencapai tujuan Organisasi ABKIN itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA