Anda di halaman 1dari 25

`

MAKALAH

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN PANDANGAN HIDUP

DI SUSUN OLEH :

 SAEPUL UMAR ( 231090200125 )


 REZA SUHERMAN ( 231090200088 )
 ROHENDI ( 231090200104 )
 RENDI KAHFI SEPTIYAN ( 231090200106 )
 SITI NURFATIHAT RAMADHAN ( 231090200154 )

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS PAMULANG ( PSDKU )
SERANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelasikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah “Hubungan Manusia Dengan Pandangan Hidup”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
dosen mata kuliah Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang telah memberikan
tugas kepada kami, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan makalah ini dapat
berguna bagi saya pada khususnya dan pihak lain yang berkpentingan pada
umumnya.

Serang, September 2023

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................ 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2
1.3 TUJUAN PENULISAN ..................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP ......................................................... 3
2.1.1 Pengertian Manusia dan Pandangan Hidup ................................................. 3
2.1.2 Sumber Pandangan Hidup .......................................................................... 4
2.1.3 Faktor Pandangan Hidup Berdasarkan Asal dan Rasa Bersyukurnya ......... 5
2.2 CITA-CITA ......................................................................................................... 6
2.2.1 Pengertian Cita-Cita...................................................................................... 6
2.2.2 Makna dan Faktor Cita-Cita ......................................................................... 7
2.3 KEBAJIKAN ....................................................................................................... 9
2.3.1 Makna Kebajikan .......................................................................................... 9
2.3.2 Sumber Kebajikan....................................................................................... 11
2.4 SIKAP HIDUP .................................................................................................. 12
2.4.1 Faktor-faktor Penentu Tingkah Laku Manusia ........................................... 12
2.4.2 Makna Sikap Hidup .................................................................................... 13
2.4.3 Sikap Positif dan Sikap Negatif Manusia ................................................... 15
2.5 Hubungan Manusia dan Pandangan Hidup ....................................................... 16
BAB III ....................................................................................................................... 19
PENUTUP ................................................................................................................... 19
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 19

ii
3.2 SARAN ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia adalah mahluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya.
Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketiga kekayaan manusia
inilah yang membuat manusia disebut sebagai Khalifah di bumi ini. Tuntutan hidup
manusia lebih daripada tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia
harus berpikir lebih maju untuk memenuhi kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia,
baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses ini maka lahirlah apa yang
disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.

Pandangan terhadap hidup ini adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal
budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan
seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan. Untuk itu, dalam
kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir
hidup mereka sendiri.

Selain itu Pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat,
melainkan melalui berbagai proses dalam kehidupan. Dalam perkembangan seorang
manusia itulah proses dalam menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai
dari masa kanak-kanak hingga dewasa. Dalam penemuan pandangan hidup tersebut,
tidak lepas juga dengan pendidikan. Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan
sebagainya adalah berasal dari pendidikan.

Oleh karena itu pendidikan merupakan awal sebuah jalan menuju masa depan
yang lebih baik dengan wawasan dan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang
dimiliki, mampu membuat manusia berfikir dan melakukan sesuatu hal yang
bermakna dan berharga untuk kelangsungan hidupnya kelak.

1
2

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian manusia dan pandangan hidup?

2. Apa pengertian dan makna cita-cita?

3. Bagaimana makna dan sumber-sumber kebajikan?

4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sikap hidup

5. Bagaimana hubungan manusia dengan pandangan hidup?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian manusia dan pandangan hidup?

2. Untum mengetahui pengertian dan makna cita-cita?

3. Untuk memahami makna dan sumber-sumber kebajikan?

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap hidup?

5. Bagaimana hubungan manusia dengan pandangan hidup?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

2.1.1 Pengertian Manusia dan Pandangan Hidup

a. Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”


(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara umum manusia adalah makhluk sosial yang
senantiasa membutuhkan orang lain, oleh karena itu manusia senantiasa
membutuhkan interaksi dengan manusia yang lain.

Seorang Antropologi Indonesia yaitu Koentjaraningrat menyatakan bahwa


masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem
adat istiadat tertentu yang bersifat terus menerus, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Pandangan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat tersebut
menegaskan bahwa di dalam masyarakat terdapat berbagai komponen yang saling
berinteraksi secara terus menerus sesuai dengan sistem nilai dan sistem norma yang
di anutnya. Interaksi antar komponen tersebut dapat terjadi antara individu dengna
individu, antara lain individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan
kelompok.

Manusia adalah bagian dari pandangan hidup. Dalam kehidupan tidak ada
seorang pun manusia yang tidak memiliki pandangan hidup. Apapun yang di katakan
manusia adalah sebuah pandangan hidup karena dapat dipengaruhi oleh pola pikir
tertentu pada setiap individu. Pandangan hidup bersifat elastis, tergantung kepada
situasi dan kondisi dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan hidup dimana manusia
tersebut berada.

3
4

b. Pandangan Hidup

Pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh sutau masyarakat, yang
dipilih secara selektif oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat
(Koentjaraningrat, 1980). Pandangan hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap
hidup. Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu tak dapat dipisahkan dengan
kehidupan. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat melepaskan diri dari cita-cita,
kebajikan, dan sikap hidup itu (Suyadi, M.P., 1985).

Pandangan hidup merupakan bagian dari hidup manusia. Tidak ada seorang
pun yang hidup tanpa pandangan hidup meskipun tingkatannya berbeda-beda.
Pandangan hidup itu mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup ini
mencerminkan cita-cita atau aspirasinya (Manuel Kaisiepo, 1982). Apa yang
dikatakan oleh seseorang adalah pandangan hidup karena dipengaruhi oleh pola
berpikir tertentu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan suatu itu pandangan hdiup, sebab
dapat pula hanya suatu idelisasi belaka yang mengikuti kebiasaan berpikir yang
sedang berlangsung di dalam masyarakat.

Manuel Kaisiepo (1982) dan Abdurrahman Wahid (1985) berpendapat bahwa


pandangan hidup bersifat elastis. Maksudnya bergantung pada situasi dan kondisi
serta tidak selamanya bersifat posittf. Bahkan pandangan hidup dapat terjadi tidak
dengan kesadaran atau “kesadaran yang dinyatakan,” tetapi “kesadaran yang tak
dinyatakan”, sebagai akibat kepengapan kondisi.

2.1.2 Sumber Pandangan Hidup

Ada bermacam-macam sumber pandangan hidup. Ini dapat dikelompokkan ke


dalam tiga kelompok, yaitu:

· Pandangan hidup yang bersumber dari agama (pandangan hidup muslim).


Kebenarannya mutlak. Contoh, pandangan muslim bersumber dari Al-Qur’an dan
5

Sunnah Rasul (sikap, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad SAW). Dengan
demikian maka, pandangan hidup muslim adalah kesetiaannya kepada Islam
tentang berbagai masalah asasi hidup manusia, yang merupakan jawaban muslim
yang berorientasi terhadap Islam mengenai berbagai persoalan pokok hidup
manusia yang tersimpul dalam Al-Qur’an dan Hadits.

· Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi merupakan abstraksi dari nilai-
nilai budaya suatu negara atau bangsa. Misalnya ideologi Pancasila dapat
merupakan sumber pandangan hidup, sebagimana halnya P4.

· Pandangan hidup yang bersumber dari hasil perenungan seseorang sehingga


dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup, misalnya aliran-aliran
kepercayaan.

2.1.3 Faktor Pandangan Hidup Berdasarkan Asal dan Rasa Bersyukurnya

· Pandangan Hidup Berdasarkan Asal :

a. Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan yang mutlak
kebenarannya.

b. Pandangan hidup yang berupa idiologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan
norma yang terdapat pada negara tersebut.

c. Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif


kebenarannya.

· Pandangan Hidup Berdasarkan Rasa Syukurnya:


Biasanya orang akan selalu ingat dan taat kepada Sang Pencipta bila sedang
dirundung kesusahan. Namun, bila sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta
kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya, berkurang rasa
pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
6

a. Kurangnya penghayatan pandangan hdiup yang diyakini,

b. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya,

c. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan


hidupnya,

d. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada
dalam pandangan hidupnya, dan

e. Atau sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri. (Habib Mustopo,


1986).

2.2 CITA-CITA

2.2.1 Pengertian Cita-Cita

Jika melihat dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), cita-cita merupakan
keinginan kehendak, dan tujuan yang terus ada di dalam pikiran supaya dapat
diwujudkan pada kehidupannya.

Bahkan ada yang mengatakan bahwa cita-cita itu asalnya adalah dari impian masa
kecil lho… Banyak yang akhirnya dapat mewujudkan cita-citanya setelah bermimpi
akan sesuatu besar saat mereka masih kecil. Meskipun sebagian lagi, impian masa
kecil mereka justru tidak dapat terwujud karena berbagai kendala.

Menurut Mutaningtyas (2007), cita-cita adalah keinginan yang selalu ada di dalam
pikiran atau tujuan yang ditetapkan oleh seseorang untuk diri sendiri dan hendak
dicapai. Keberadaan cita-cita, selain didukung oleh impian, juga dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar, terutama orang tua.

Secara tidak langsung, cita-cita dapat berarti sebagai tujuan dan pedoman hidup.
Maka dari itu, banyak faktor yang mempengaruhi munculnya cita-cita di pikiran atau
benak setiap individu, yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni secara internal dan
eksternal.
7

2.2.2 Makna dan Faktor Cita-Cita

Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, yang disebut cita-cita adalah


keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Baik keinginan, harapan,
maupun tujuan merupakan apa yang mau diperoleh seseorang pada masa mendatang.
Dengan demikian cita-cita merupakan semacam garis linier yang makin lama makin
tinggi, cita-cita merupakan keinginan, harapan, dan tujuan manusia yang makin tinggi
tingkatannya.

Apabila cita-cita itu tidak mungkin atau belum mungkin terpenuhi, maka cita-
cita itu disebut angan-angan. Persyaratan dan kemampuan tidak atau belum dipenuhi
sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita tidak mungkin dilakukan. Misalnya
seorang anak bercita-cita ingin menjadi dokter, ia belum sekolah, tidak mungkin
berpikir baik, sehingga tidak punya kemampuan berusaha mencapai cita-cita. Itu baru
dalam taraf angan-angan.

Antara masa sekarang yang merupakan realita dengan masa yang akan datang
sebagai ide atau cita-cita terdapat jarak waktu. Dapatkah seseorang mencapai apa
yang dicita-citakan, hal ini tergantung dari tiga faktor ;

a. Faktor Manusia

Manusia yang mau mencapai cta-cita ditentukan oleh kualitas manusianya. Ada
yang tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan khayalan
saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang
berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang akan dicita-citakan karena kurang
mengukur dengan kemampunnya sendiri. Sebaliknya dengan anak yang dengan
kemauan keras ingin mencapai apa yang di cita-citakan.
8

Cita-cita merupakan motivasi atau dorongan dalam menempuh suatu perjuangan


hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan suatu
perjuangan hidup yang bila berhasil akan menjadikan dirinya puas.

b. Faktor Kondisi

Kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut


yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan
merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita, sedangkan faktor
yang menghambat merupakan kondisi yang merintangi tercapainya suatu cita-cita.

c. Faktor Tingginya Cita-cita

Tingginya cita-cita yang merupakan faktor ketiga dalam mencapai cita-cita.


Memang ada anjuran agar seseorang menggantungkan cita-citanya setinggi bintang
dilangit. Tetapi bagaimana faktor manusianya, mampukah yang bersangkutan
mencapainya, demikian juga faktor kondisinya memungkinkan hal itu. Apakah dapat
merupakan pendorong atau penghalang cita-cita. Sementara ada anjuran, agar
seseorang menemukan cita-citanya yang sepadan atau sesuai dengan kemampuannya.

Pepatah mengatakan "bayang-bayang setinggi badan" artinya mencapai cita-cita


sesuai dengan kemampuan dirinya. Anjuran yang terakhir ini menyebabkan seseorang
secara bertahap mencapai apa yang diidam-idamkan. Pada umumnya dilakukan
dengan penuh perhitungan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki saat itu serta
kondisi yang dilalui.

Suatu cita-cita tidak hanya dimiliki oleh individu, masyarakat dan bangsapun
memiliki cita-cita juga. Cita-cita suatu bangsa merupakan keinginan atau tujuan suatu
bangsa. Misalnya bangsa Indonesia mendirikan suatu negara yang merupakan sarana
untuk menjadi suatu bangsa yang masyarakatnya memiliki keadilan dan
kemakmuran.
9

2.3 KEBAJIKAN

2.3.1 Makna Kebajikan

Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada


hakekatnya sama dengan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama,
dan etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik,
makhluk bermoral. Atas dorongan suara hatinya manusia cenderung berbuat baik.

Manusia adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan.
Kedua unsur terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia
mempunyai pendapat sendiri, ia mencintai diri sendiri, seringkali manusia tidak
mengenal kebajikan.

Manusia merupakan makhluk sosial : manusia hidup bermasyarakat, manusia


saling membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota
masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan
dan sebagainya.

Manusia sebagai makhluk Tuhan, diciptakan Tuhan dan dapat berkembang


karena Tuhan. Untuk itu manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani juga
fasilitas alam sekitarnya seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.

Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi yaitu ;

∗ Manusia sebagai makhluk pribadi

∗ Manusia sebagai anggota masyarakat

∗ Manusia sebagai makhluk Tuhan

Sebagai makhluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang yang
baik dan apa yang yang buruk. Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati adalah
semacam bisikan didalam hati yang mendesak seseorang, untuk menimbang dan
menentukan baik buruknya suatu perbuatan, tindakan atau tingkah laku.
10

Jadi sura hati dapat merupakan hakim untuk diri sendiri. Sebab itu, nilai suara
hati amat besar dan penting dalam hidup manusia. Misalnya orang tahu bahwa
membunuh itu buruk, jahat, suara hatinya mengatakan demikian, namun manusia
kadang-kadang tak mendengarkan suara hatinya.

Suara hati selalu memilih yang baik, sebab itu ia selalu mendesak orang untuk
berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karana itu, kalau seseorang untuk berbuat
sesuatu sesuai sdengan bisikan suara hatinya, maka orang tersebut perbuatannya pasti
baik. Karena merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan
suara masyarakat.

Setiap masyarakat adalah kumpulan pribadi- pribadi, sehingga setiap suara


masyarakat pada hakekatnya adalah kumpulan suara hati pribadi-pribadi dalam
masyarakat itu. Sebagaimana sura hati tiap pribadi itu pasti selalu menginginan yang
baik, maka masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi itu pun pasti suara hatinya
juga menginginkan yang baik.

Sesuatu yang baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan masyarakat.
Tetapi dapat saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi kepentingan umum/
masyarakat tidak baik bagi salah seorang atau segelintir orang didalamnya atau
sebaliknya. Dengan demikian seseorang harus tunduk kepada apa yang baik bagi
masyarakat umum.

Sebagai makhluk Tuhan, manusiapun harus mendengarkan suara hati Tuhan.


Suara Tuhan selalu membisikan agar manusia berbuat baik dan menghilangkan
perbuatan yang tidak baik. Jadi untuk mengukur perbuatan baik buruk, harus kita
dengar pula suara Tuhan atau kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk hukum
Tuhan atau hukum agama.

Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara
hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun,
11

berbahasa baik, bertinkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian
sopan agar tidak merangsang bagi yang melihatnya.

Baik buruk, kebajikan dan ketidak bajikan menimbulkan daya kreatifitas bagi
seniman. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi kebajikan dan ketidak bajikan. Namun
ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang terselubung kebajikan. Kebajikan
semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud
mencari keuntungan diri sendiri.

Kebajikan nyata dapat dirasakan dalam tingkah lakunya, karena tingkah laku
bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-
sendiri sehingga tingkah laku setiap orang berbeda beda.

2.3.2 Sumber Kebajikan

Kebajikan berasal dari dua sumber, yaitu manusia sebagai khalifah Allah di
bumi ini, dan Allah Yang Maha Kuasa, yang menciptakan manusia beserta alam
semesta dan isinya.

Kebajikan Tuhan adalah berupa karunia-Nya. Bagi orang yang tidak beriman
kepada Tuhan mereka tidak percaya adanya kebajikan yang berasal dari karunia-Nya.
Tetapi bagi orang yang beriman, ia percaya bahwa kebajikan manusia adalah karena
karunia-Nya juga. Manusia sekedar perantara saja.

Kebajikan itu dapat berupa tingkah laku atau perbuatan, benda-benda yang
berwujud atau benda-benda yang tak berwujud.

Sabda Rasulullah SAW:

“Barangsiapa yng dikehendaki baik oleh Allah, maka ia dipintarkan dalam


hal keagamaan dan diilhami oleh-Nya kepandaian dalam hal itu.” (HR Bukhari,
Muslim dan Tabrani).
12

Firman Allah SWT:

“Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari golonganmu semua dan


juga orang-orang yang dikaruniai ilmu pengetahuan hingga beberapa derajat.” (QS
Mujadalah : 11)

Dalam menjelaskan kebajikan ilmu bahwa ilmu pengetahuan itu lebih utama
daripada ibadah dan penyaksian, Rasulullah SAW bersabda:

“Keutamaan seorang alim diatas seorang „abid (orang yang beribadah)


sebagaimana keutamaanku di atas serendah dari golongan sahabat-sahabatku.” (HR
Tirmidzi).

Sehubungan dengan kebajikan dan keutamaan ilmu pengetahuan, salah-satu


wasiat yang disampaikan oleh Luqman kepada anaknya ialah:

“Hai anakku, pergaulilah para alim ulama dan rapatilah mereka itu dengan
kedua lututmu, sebab sesungguhnya Allah SWT menghidupkan hati dengan cahaya
hikmat sebagaimana Dia menghidupkan bumi dengan hujan lebat dari langit.”

2.4 SIKAP HIDUP

2.4.1 Faktor-faktor Penentu Tingkah Laku Manusia

a. Faktor pembawaan (heriditas) yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih
dalam kandungan.

b. Faktor lingkungan dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan yang baik
maupun tidak baik.

c. Faktor pengalaman yang khas yang pernah dialami sewaktu dia mulai hidup dan
hingga sampai dewasa.

Pada dasarnya meskipun pandangan hidup manusia berbeda-beda namun kita


di tuntut untuk dapat membawa kebaikan dalam berpandangan tentang hidup. Selalu
13

berfikir positif adalah hal yang akan membawa kita ini hidup penuh dengan kebaikan
dan akan membawa kita kepada pribadi yang tangguh, pribadi yang dapat
menyesuaikan diri dimanapun kita berada, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal
negatif yang ada di lingkungan tempat kita tinggal

2.4.2 Makna Sikap Hidup

Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup ini. Sikap itu bisa
positif, bisa negatif, apatis atau sikap optimis atau persimis, bergabung pada pribadi
orang itu dan juga lingkungannya.

Sikap itu penting, setiap orang mempunyai sikap dan sudah tentu tiap-tiap
orang berbeda sikapnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan yang
membentuknya. Pembentukan sikap ini terjadi melalui pendidikan. Seperti halnya
orang militer yang bersikap tegas, berdisiplin tinggi, sikap kesatria, karena dalam
kemiliteran ia dididik kearah sikap itu. Sikap dapat juga berubah karena situasi,
kondisi, dan lingkungan.

Dalam menghadapi kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia


lain atau menghadapi kelompok manusia, ada beberapa sikap etis dan nonetis. Sikap
etis ini disebut juga sikap positif yaitu sikap lincah, sikap tenang, dikap halus, sikap
berani, sikap arif, sikap rendah hati dan sikap bangga.

Sikap nonetis atau negatif ialah sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap
takut, sikap angkuh, sikap rendah diri. Sikap-sikap itu harus di jauhkan dari diri
pribadi, karena sangat merugikan baik bagi pribadi masing-masing maupun bagi
kemajuan bangsa.

Dalam berbagai perpustakaan, khususnya yang menelaah sikap manusia, ada


semacam kesepakatan bahwa sikap tidak lain merupakan produk dari proses
sosialisasi dimana seseorang berarti bahwa sikap seseorang terhadap objek tertentu
pada dasarnya merupakan hasil penyesuaian diri seseorang terhadap objek yang
14

bersangkutan dengan dipengaruhi oleh lingkungan susial serta kesediaan untuk


bereaksi terhadap objek tersebut.

Dalam kurun waktu setengah abad terakhir inipengkajian terhadap sikap


manusia, khususnya yang dilakukan oleh disiplin spikologi sosial, ada yang
mengatakan sikap berpangkal pada pembawaan atau kepribadian, ada yang
menempatkan sikap sebagai motif atau sesuatu kontruk yang mendasari tingkah laku
seseorang, dan ada pula yang mengidentikkan sikap sengan keyakinan, kebiasaan,
pendapat atau konsep-konsep yang dikembangkan oleh seseorang.

Bahwa mengidentifikasi sikap tidak dapat dilihat secara langsung akan tetapi
harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Secara
operasional pengertian sikap menunjukkan konotasi ada kesesuaian reaksi terhadap
katagori stimulus tertentu, sementara dalam penggunaan praktis sikap sering kali
dihadapkan dengan rangsang sosial dan reaksi yang bersifat emosional.

Menurut T. M. Newcomb, sikap manusia bukanlah suatu kontruk yang berdiri


sendiri, akan tetapi paling tidak ia mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
yang lain, seperti dorongan, motivasi, nilai-nilai sikap. Dorongan adalah keadaan
organisme yang menginisiasikan kecendrungan kearah aktivitas umum.

Motivasi adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk
tingkah laku dan bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu
tingkah laku bermotivikasi, sedangkan nilai-nilai adalah sasaran atau tujuan yang
bernilai terhadap berbagai pola sikap dapat.

Menurut Van Peursen dalam bukunya strategi kebudayaan mengenai


aktualisasi sikap manusia dari zaman ke zaman dalam menghadapi kekuasaan-
kekuasaan tersebut, melihat adanya 3 periode peralihan yang mencolok yang dialami
manusia pada umumnya. Ketiga pariode itu adalah:
15

a. Tahap mitis ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya, yaitu kekuasaan dewa-dewa alam raya atau
kekuasaan kesuburan.

b. Tahap antiologi ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan, ia
menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala sesuatu
(antologi) dan mengenai segala sesiatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu).

c. Tahap fungsional ialah sikap dan alam pikiran yang makin nampak dalam diri
manusia modern. Ia tidak begitu terpesona lagi oleh lingkungan (sikap mitis), ia
tidak lagi dengan kepala dingin ambil jarak terhadap objek penyelidikannya
(sikap antologis).

2.4.3 Sikap Positif dan Sikap Negatif Manusia

Dalam pergaulan sehari-hari kita dapat menemukan dua sikap/perilaku, yaitu


perilaku positif dan perilaku negatif. Orang yang memiliki sikap negatif umumnya
perilakunya tidak menyenangkan dan membuat orang lain merasa tidak kerasan
bersamanya. Ia cenderung merugikan orang lain.

Sebaliknya orang yang memiliki sikap positif umumnya kehadirannya


didambakan, menyenangkan, dan orang merasa kerasan bersamanya. Kehadirannya
cenderung menguntungkan berbagai pihak. Sikap positif mendukung hidup
bersamanya.

Sikap positif artinya perilaku baik yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-
norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat. Sikap positif tercermin dalam :

Disiplin, suka bekerja keras, ulet, serta jujur.

a. Setia kawan, kekeluargaan, rela berkorban, selalu menyelesaikan tanggung -


jawab dengan baik, penolong, berani membela kebenaran serta memiliki
toleransi yang tinggi.
b. Hemat, gemar menabung, dan hidup sederhana.
16

c. Bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan selalu memohon pertolongan
Tuhan setiap mengalami kesulitan.
Sedangkan sikap negatif ialah sikap yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan
norma-norma kehidupan yang berlaku dalam masyarakat atau bahkan bertentangan.
Sikap ini tercermin dalam :

Kemalasan, mudah tersinggung, merasa paling berkuasa, emosional, serta suka


memaksakan kehendak.

d. Ceroboh, tidak tertib, dan tidak disiplin.


e. Rendah diri, cemburu, dan pemalu.
f. Boros serta bergaya hidup mewah.
g. Tidak bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
2.5 Hubungan Manusia dan Pandangan Hidup

Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan
diri manusia itu. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan
dibandingkan makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut adalah
pandangan hidup. Disatu pihak manusia menyadari kehidupannya lebih kompleks.

Pandangan hidup berupa suatu penggaris yang mungkin dapat dinyatakan


dengan kata-kata sebagai rumusan juga dapat dikatakan rumusan:

1. Orang yang sulit menyusun perasaan, pikiran dan kejiwaan.

2. Juga karena ia sendiri menyadari bahwa mungkin ia dapat berbuat/


bertindak yang melanggar prinsip-prinsip yang dikatakan.

3. Dan khawatir kalau ada kritik besar dan penyelewengan pandangan hidup
dari anak-anak atau orang yang di bimbing.
17

Menurut Drijarko S. J. Mengatakan bahwa manusia itu serba terhubung


dengan dunia jasmani sekitarnya, terhubung erat dengan masyarakat dan akhirnya
manusia itu tergantung seluruhnya pada yang ada, yang mutlak, yaitu Tuhan.

Pandangan hidup adalah Filsafat hidup. Sesuai dengan arti filsafat yaitu cinta
akan kebenaran tentulah bentuk kebenaran yang akan dicapai kebenaran yang dapat
diterima oleh siapa saja.

Kesadaran akan kelemahan dirinya memaksa manusia mencari kekuatan


diluar dirinya. Dengan kekuatan ini manusia berharap dapat terlindung dari ancaman-
ancaman yang selalu mengintai dirinya, baik yang fisik maupun yang non fisik,
seperti penyakit, bencana alam, kegelisahan, ketakutan. Banyak orang yang
pandangan hidupnya didasari pandangan-pandangan hidup untuk mengumpulkan
harta sebanyak-banyaknya; pada waktu mudanya, tetapi disaat-saat mendekati
kematiannya mulai berbuat seperti orang-orang yang hidup beragama.

Jadi pandangan hidup merupakan keseluruhan garis dan kecendrungan jalan-


jalan dan nilai-nilai yang akan dicapaiuntuk landasan semua dimensi kehidupan.
Dengan demikian bahwa pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi
manusia. Sayangnya manusia tidak memahami dan menyadarinya, sehingga banyak
orang yang memeluk sesuatu agama semata-mata atau sadar keturunan.

Dalam firman Allah SWT itu tersirat bahwa betapa Dia menghargai akal
manusia. Dia hanya menawarkan atau mendorongkan ini yang baik dan ini yang
buruk. Akhir keputusan terserah kepada manusia, sebab manusia mempunyai akal.
Dan Allah SWT telah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 19 yang artinya: ”Agama
yang benar bagi Allah itu hanyalah Islam”. Namun agama apa yang akan dipilih oleh
manusia sebagai sandaran hidupnya, diserahkan hidupnya kepada manusia itu sendiri.

Pandangan hidup ternyata sangat penting, baik untuk kehidupan sekarang


maupun kehidupan di akhirat, dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya.
18

Maka pilihan pandangan hidup harus betul-betul berdasarkan pilihan akal, bukan
sekedar ikut-ikutan saja.

Pandangan hidup berbeda dengan cita-cita. Cita-cita misalnya:

· Ingin punya istri cantik, terpelajar tapi setia,

· Ingin punya suami tinggi, tampan (simpatik), pilot dan setia

· Ingin jadi insinyur, doktor, atau pilot

· Ingit hidup selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun

Sedangkan pandangan hidup:

· Ingin jadi insinyur, doktor, atau pilot

· Ingit hidup selamat, bahagia alis tidak kekurangan apapun

· Hidup bahagia, sejahtera

· Hidup sejahtera, penuh kebahagiaan dan cinta kasih

· Hidup panjang umur untuk sanad kerabat dan dirinya serta bahagia, penuh
cinta kasih.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang kehidupannya.


Setiap orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan melahirkan suatu
paham. Wujud pandangan hidup manusia berkaitan dengan cita-cita, kebajikan, dan
sikap hidup.

Cita-cita merupakan pandangan hidup di masa yang akan datang. kebajikan


secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah
laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena
wujudnya dapat dilihat dan dirasakan.

Karena tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang
memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung
dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia
harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan dalam
memasyarakat menjadi tenang dan tentram.

3.2 SARAN

Melalui kesempatan ini ada beberapa saran yang akan kami sampaikan, saran
tersebut sebagai berikut:

a. Tanamkan pandangan hidup atau prinsip hidup pada anak sejak dini agar mereka
kelak menjadi manusia yang bijak dan berwatak mulia.

b. Sebaiknya seorang manusia memegang teguh pandangan hidup yang dimilikinya


agar dalam kehidupannya selalu melakukan kebajikan.

19
20

c. Alangkah lebih baiknya seorang manusia mempunyai suatu keinginan yang


dinamakan cita-cita untuk dijadikan pencapain maksimal seseorang di dalam
hidupnya

d. Senantiasa berusaha dan berjuang yang disertai dengan berdoa dalam mencapai
cita-cita, sebab di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin.

e. Jangan lupa untuk selalu berbuat kebajikan terhadap sesama manusia dan jauhkan
bahkan hilangkan perbuatan tidak baik terhadap orang lain
DAFTAR PUSTAKA

1. https://pengertiandefinisi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/

2. https://mevysa.wordpress.com/2009/01/03/pengertian-sikap-positif-dan-sikap-
negatif/

3. http://isnaenicandra.blogspot.co.id/2013/01/tugas-manusia-dan-pandangan-
hidup.html

4. https://www.gramedia.com/best-seller/impian-dan-cita-cita/

21

Anda mungkin juga menyukai