Oleh :
Kelompok 3
Jihan Muqsithoh Masand 2211211036
Keiko Putrian Madira 2211213042
Muhammad Dzakki Hasan 2211213030
Nahda Fitry Ayendra 2211211008
Dosen Pengampu:
Wira Iqbal, SKM., MPH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
yang telah mengizinkan kami menyelesaikan makalah ini sebagai bagian dari proyek kelompok mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar “Manusia dan Pandangan Hidup serta Manusia dan Tanggung Jawab.”
Kami ucapkan terima kasih Bapak Wira Iqbal, SKM., MPH selaku dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Budaya Dasar, yang telah memberikan proyek ini kepada kami. Dalam makalah ini,
kami berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang komunikasi perubahan
perilaku. Kami sepenuhnya menyadari bahwa masih banyak masalah dengan dokumen ini dan masih
jauh dari sempurna.
Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak dapat membantu kami
untuk memperbaiki dan belajar dari kesalahan-kesalahan kami pada penelitian-penelitian selanjutnya
Kelompok 3
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................................ii
D iii
BAB I 1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................................1
1. Latar Belakang.............................................................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................................................1
3. Tujuan...........................................................................................................................................................................2
BAB II 3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................................................3
A. Makna Pandangan Hidup...........................................................................................................................................3
B. Makna Cita-cita...........................................................................................................................................................3
C. Makna Kebajikan........................................................................................................................................................4
D. Makna Usaha dan Perjuangan...................................................................................................................................5
E. Makna Sikap Hidup.....................................................................................................................................................5
F. Analisis Jurnal Manusia dan Pandangan Hidup......................................................................................................6
G. Makna Tanggung Jawab.............................................................................................................................................8
H. Macam-Macam Tanggung Jawab..............................................................................................................................8
J. Analisis Jurnal Manusia dan Tanggung Jawab......................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................................................................12
1. Kesimpulan.................................................................................................................................................................12
2. Saran...........................................................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling tinggi derajatnya.
Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketika kekayaan manusia inilah yang
membuat manusia disebut sebagai khalifah di bumi ini. Tuntukan hidup manusia lebih dari pada
tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia berfikir lebih maju untuk memenuhi
kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses
ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda mengelompokkan pandangan
hidup yang berdeda-beda akan menciptakan paham atau aliran. Pandangan hidup tidak terlepas
dari masalah nilai dalam kehidupan manusia. Jadi pandangan terhadap hidup ini adalah segala
sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia.
Pandangan hidup dapat menjadi pegangan, bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun
masyarakat dalam menempuh kehidupan. Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat
pandangan hidup seseoranglah yang menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu
pandangan hidup juga tidak langsung muncul dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai
proses dalam menemukan jati diri atau pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak
hingga dewasa.
Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah di bumi dengan dibekali
akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi ini. Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai
makhluk Tuhan , makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Kehidupan manusia
sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. Di
mana dalam kehidupannya dibebani tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiban, dituntut
pengabdian dan pengorbanan. Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar
dalam diri manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang baik disengaja maupun tidak
disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai wujud atas perbuatannya dan setiap
manusia memiliki tanggung jawab masing-masing.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pandangan hidup?
2. Apa yang dimaksud dengan cita-cita?
3. Apa yang dimaksud dengan kebajikan?
1
4. Apa yang dimaksud dengan usaha dan perjuangan?
5. Apa yang dimaksud dengan sikap hidup?
6. Bagaimana analisis jurnal dari manusia dan pandangan hidup?
7. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab?
8. Apa saja macam-macam dari tanggung jawab?
9. Apa yang dimaksud pengabdian dan pengorbanan?
10. Bagaimana analisis jurnal dari manusia dan tanggung jawab?
3. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari pandangan hidup
2. Untuk memahami pengertian dari cita-cita
3. Untuk memahami pengertian dari kebajikan
4. Untuk memahami pengertian usaha dan perjuangan
5. Untuk memahami pengertian sikap hidup
6. Untuk memahami analisis jurnal dari manusia dan pandangan hidup
7. Untuk memahami pengertian tanggung jawab
8. Untuk memahami apa saja macam-macam dari tanggung jawab
9. Untuk memahami pengertian pengabdian dan pengorbanan
10. Untuk memahami analisis jurnal dari manusia dan tanggung jawab
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Makna Cita-cita
Menurut KBBI, cita-cita adalah suatu keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada di dalam
pikiran, atau keinginan dan tujuan seseorang di masa yang akan datang. Apabila cita-cita
tersebut tidak terpenuhi, maka cita-cita disebut dengan angan-angan. Pandangan hidup terdiri
atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup tak dapat
dipisahkan dengan kehidupan manusia. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu berbeda-beda
bergantung kepada pen- didikan, pergaulan dan lingkungan masing-masing. Cita-cita itu
perasaan hati yang merupakan suatu keinginan di dalam hati. Cita-cita sering diartikan sebagai
angan-angan, keinginan, kemauan, niat dan harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena
dengan adanya cita-cita menandakan kedinamisan hidup manusia. Kebajikan dan sikap hidup
banyak menimbulkan daya, kreativitas manusia. Orang tua selalu menimang- nimang anaknya
ketika masih bayi agar kelak besarnya menjadi dokter, insinyur dan sebagainya. Ini berarti sejak
anaknya lahir, bahkan sejak dalam kandungan orang tua telah berangan-angan agar anaknya itu
mempunyai jabatan atau profesi yang biasanya tak tercapai oleh orang tuanya. Karena itu
wajarlah apabila cita-cita, kebijakan dan sikap hidup merupakan bagian hidup manusia. Untuk
mencapai cita-cita seseorang bergantung pada keadaan hatinya. Kategori hati seseorang terbagi
menjadi:
a. Orang yang berhati lunak
Seseorang dalam kondisi ini lazimnya usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi. Biarpun lambat ia tetap berusaha mencapai cita- cita itu.
b. Orang yang berhati lemah
Orang yang dalam kondisi ini biasanya mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila
menghadapi kesulitan cepat-cepat berganti haluan, berganti keinginan.
c. Orang yang berhati keras
Biasanya orang dalam kategori ini tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai.
Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan dan segala kesulitan yang dihadapi. Orang yang
3
keras biasanya mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya. Lalu, tercapai tidaknya
cita-cita, tergantung pada beberapa hal :
Faktor Manusia
Faktor Kondisi
Faktor Tingginya cita-cita
Cita-cita itu suatu keinginan yang ada di dalam hati seseorang. Cita-cita mungkin bisa
tercapai dan tidak dipungkiri juga tidak tercapai. Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang
dicapai dengan usaha kerja keras, inovasi, kreativitas, dan dukungan dari orang lain.
Khayalan hasil melamun cenderung tidak logis dan bersifat mubazir karena banyak waktu
yang terbuang untuk menghayal yang tidak-tidak. Kita dalam bercita-cita sebaiknya jangan
terlalu fanatik karena bisa membuat diri sendiri menjadi stres dan depresi apabila cita-cita
tersebut tidak tercapai, maka harus sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Tidak
semua orang bisa menentukan cita-cita. Jika seseorang tidak bisa menentukannya, maka
bercita-citalah sebagai orang yang berguna dan dicintai orang banyak.
C. Makna Kebajikan
Manusia merupakan makhluk sosial, manusia hidup bermasyarakat, manusia saling
membutuhkan, saling menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya
pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan dan sebagainya. Manusia juga
sebagai makhluk pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Karena merupakan pribadi,
maka manusia mempunyai pendapat sendiri, mencintai diri sendiri, cita-cita sendiri, dan
sebagainya. Oleh karena itu seringkali ada manusia yang tidak memiliki kebajikan.
Kebajikan atau kebaikan merupakan perbuatan yang mendatangkan kebaikan. Pada
hakikatnya kebajikan sama dengan perbuatan moral, yakni perbuatan yang sesuai dengan
norma-norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu
baik, makhluk bermoral. Atas dorongan nuraninya manusia cenderung berbuat baik.
Manusia adalah makhluk pribadi yang utuh atas jiwa dan raga atau badan. Kedua unsur ini
terpisah bila manusia meninggal. Karena merupakan pribadi, manusia mempunyai pendapat
sendiri, ia mencintai diri sendiri, perasaan sendiri, cita-cita sendiri dan sebagainya. Kebajikan
dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yakni:
1. Manusia sebagai pribadi; manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik-buruk, dan yang
menetukan baik buruk adalah suara hati.
2. Manusia sebagai anggota masyarakat; karena manusia sebagai bagian dari masyarakat,
maka perbuatan dan tingkah lakunya ditentukan oleh suara hati masyarakat.
3. Manusia sebagai makhluk Tuhan; sebagai makhluk Tuhan setiap manusia harus tunduk dan
taat kepada hukum Tuhan, baik yang berupa larangan, perintah, maupun peringatan. Tuhan
selalu mengajak manusia untuk berbuat baik dan menghindari perbuatan yang tidak baik.
Dengan demikian kebajikan merupakan perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara
hati masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berlaku sopan-santun, berbahasa baik,
bertingkah laku baik, ramah terhadap siapa pun, berpakaian sopan agar dapat dihargai martabat
kemanusiaannya.
4
Baik buruk, kebajikan dan ketidakbajikan menimbulkan daya kreativitas bagi para seniman.
Namun ada pula kebajikan semu, yaitu, kejahatan yang berselubung kebajikan. Kebajikan semu
sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik yang bermaksud mencari keuntungan
diri sendiri.
5
teknik, seksualitas, kebahagiaan, religius, dan segala sesuatu yang tidak termasuk ciri pribadi
kita namun justru mempengaruhi kita.
Dalam buku strategi kebudayaan, Van Peursen melihat adanya tiga periode peralihan
mencolok yang dialami oleh manusia pada umumnya. Ketiga periode itu ialah :
1. Periode Mistis
Ialah sikap manusia yang merasakan dirinya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib di
sekitarnya, yaitu kekuatan dewa-dewa alam raya atau kekuasaan kesuburan, sebagaimana
biasa dipentaskan dalam mitologi-mitologi bangsa primitif.
2. Periode Ontologi
Ialah sikap manusia yang tidak hidup lagi dalam kepungan. Ia mulai menyusun suatu
ajaran atau teori mengenai dasar hakikatnya segala sesuatu (ontologi) dan mengenai segala
sesuatu menurut perinciannya (ilmu-ilmu).
3. Periode Fungsional
Ialah sikap dan pikiran yang makin tampak dalam diri manusia modern. Ia tidak begitu
terpesona lagi dengan lingkungannya (sikap mistis). Ia tidak lagi dengan kepala dingin dalam
mengambil jalan tengah terhadap obyek penyelidikannya (sikap ontologis).
Franz Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang menjadi kendala bagi manusia dalam
upaya memenuhi ataupun mempertahankan sikap yang tepat itu, kedua bahaya itu adalah nafsu
dan pamrih (egois).
1. Nafsu
Nafsu merupakan perasaan-perasaan kasar yang dapat menggagalkan kontrol diri
manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta dunia lahir. Seseorang yang dikuasai
nafsu cenderung tidak lagi menuruti akal budi, tidak mampu mengembangkan segi-segi
kehalusan, mengancam lingkungan dan perusak, menimbulkan konflik dan ketegangan di
masyarakatnya.
2. Pamrih dan Egois
Seseorang yang bertindak karena pamrih semata- mata cenderung mengutamakan
kepentingan sendiri tanpa peduli dengan kepentingan masyarakatnya. Ia akan memutlakkan
keakuannya sendiri (egois). Dari sudut sosial, pamrih dan egois selalu mengacau karena
merupakan tindakan tanpa perhatian terhadap keselarasan sosial.
6
Masih banyak masyarakat Indonesia termotivasi dan memiliki kepercayaan untuk untuk berobat pada
pelayanan Kesehatan tradisional karena dianggap dapat mengobati penyakit kronis serta
ketidakpercayaan. Hal ini merupakan hal yang wajar, secara jumlah desa di Indonesia lebih banyak
dibandingkan dengan kota, hal ini sangat mempengaruhi cara pandang dan kebiasaan dalam berobat.Di
beberapa negara seperti Cina dan India, pelayanan kesehatan tradisional telah didampingkan dengan
pelayanan kesehatan konvensional dan sama-sama diakui keberadaannya serta dapat menjadi pilihan
dari masyarakat. Dalam keadaan pasien masih sehat atau memiliki penyakit yang terkontrol dan tidak
dalam keadaan gawat darurat, maka dokter dan tenaga kesehatan tradisional dapat bekerja sama di
fasilitas pelayanan kesehatan. yanan kesehatan. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang
memilih pengobatan tradisional, yaitu: faktor sosial, faktor ekonomi, faktor budaya, faktor psikologis,
faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis atau pengobatan konvensional, faktor manfaat dan
keberhasilan, faktor pengetahuan, dan faktor persepsi tentang sakit dan penyakit
Dokter seharusnya memiliki pikiran positif dalam bekerja bersama dengan para tenaga kesehatan
tradisional untuk mempertahankan sisi sehat seorang klien. . Selain itu, dokter seharusnya memahami
bahwa pelayanan kesehatan tradisional adalah wujud salah satu ciri budaya dan kearifan lokal
masyarakat yang harus dilestarikan. Pelayanan kesehatan tradisional juga dapat menjadi salah satu
sumber pendapatan masyarakatnya, berupa penggunaan dan pengolahan bahan jamu dan obat
tradisional dari dalam negeri. Secara makro, bahan bakunya semestinya dari bahan alam dapat diolah
7
menjadi produk berkhasiat skala rumah tangga atau skala industri sehingga akan menambah devisa
negaraSeorang dokter terdorong untuk mensupervisi sesama tenaga kesehatan khususnya tenaga
kesehatan tradisional dalam interkolaborasi mengusung paradigma sehat (gerakan masyarakat sehat,
Perilaku Hidup Bersih Sehat, dan mengentaskan kemiskinan) sebagai sumber dari rendahnya
derajat/status kesehatan masyarakat
Dokter dan pelayanan kesehatan tradisional sebaiknya bekerja sama dengan membuat sebuah tempat
terlokalisir atau kordinasi secara regional agar dapat memudahkan proses supervisi, edukasi, konsultasi,
dan penelitian. Proses supervisi artinya praktik pelayanan kesehatan tradisional harus dalam batas yang
sesuai dengan kemampuannya, tidak melakukan klaim-klaim atau tindakan yang tidak sesuai
kompetensi sesuai perizinannya. Proses edukasi artinya dilakukan pelatihan agar praktik pelayanan
kesehatan tradisional semakin terstandardisasi, tidak membahayakan, serta para tenaga kesehatannya
dapat mengidentifikasi kemungkinan adanya penyakit yang berada pada ranah konvensional. Proses
konsultasi artinya tenaga kesehatan tradisional dapat berkonsultasi dengan dokter dengan mudah ketika
menemukan suatu kasus yang rancu.
Sebagai seorang dokter kita harus bisa untuk mengayomi dan memberikan pemahaman terhadap
masyarakat agar pengobatan tradisional yang dilakukan sesuai dengan standar Kesehatan sebagaimana
mestinya. Maka dari itu dokter berpandangan bahwasanya para pelaku pengobatan tradisional dapat
dijadikan sarana untuk mengedukasi masyarakat dan mengembangkan usaha dan pemahaman
masyarakat dibidang Kesehatan.
8
Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawabmelainkan
untuk mengisi kehidupannya. Manusia mempunyai tanggung jawab langsung kepada
Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang
dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari
hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika dengan peringatan
yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan, maka Tuhan akan melakukan
kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan
tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai Penciptanya,
bahkan untuk memenuhi tanggung jawabnya, manusia perlu pengorbanan.
2. Tanggung jawab terhadap Diri Sendiri
Manusia diciptakan oleh Tuhan mengalami periode lahir, hidup, kemudian mati. Agar
manusia dalam hidupnya mempunyai “harga”, sebagai pengisi fase kehidupannya itu maka
manusia tersebut atas namanya sendiri dibebani tanggung jawab. Sebab apabila tidak ada
tanggung jawab terhadap dirinya sendiri maka tindakannnya tidak terkontrol lagi. Intinya
dari masing-masing individu dituntut adanya tanggung jawab untuk melangsungkan
hidupnya di dunia sebagai makhluk Tuhan.
3. Tanggung jawab terhadap Keluarga
Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri atas ayah-ibu, anak-anak, dan
juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung
jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab itu menyangkut nama baik keluarga. Tetapi
tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan, dan kehidupan.
Untuk memenuhi tanggung jawab dalam keluarga kadang-kadang diperlukan pengorbanan.
4. Tanggung jawab terhadap Masyarakat
Pada hakekatnya manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain, sesuai dengan
kedudukanya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain, maka ia harus
berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini
merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota
masyarakat yang lain agar dapat melangsunggkan hidupnya dalam masyarakat tersebut.
Wajarlah apabila semua tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat.
5. Tanggung jawab terhadap Bangsa dan Negara
Suatu kenyataan lagi bahwa setiap manusia, setiap individu adalah warga negara suatu
negara. Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertingkahlaku manusia terikat oleh norma-
norma atau ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak bisa berbuat semaunya
sendiri. Bila perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawabkan kepada
negara.
Negara sangat berperan besar dalam pemenuhan kebutuhan rakyatnya salah satunya yaitu
pelayanan kesehatan dengan adanya pengakuan kesehatan merupakan salah satu hak asasi
manusia. Beberapa hak atas kesehatan diantaranya, hak untuk mendapatkan kehidupan dan
pekerjaan yang baik dan sehat, hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan kualitas
yang baik, dan hak mendapatkan perhatian khusus kepada ibu dan anak.
Maka, disnilah kewajiban dari pemerintah dalam memenuhi hak atas kesehatan manusia,
sesuai dengan isi Pasal 7 UU Kesehatan yang menyatakan bahwa, pemerintah bertugas
menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah
juga bertangung jawab dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sesuai yang
dinyatakan Pasal 9 UU Kesehatan. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin akses
yang memadai bagi warga negaranya atas pelayanan kesehatan yang baik dan optimal,
menyediakan akses terhadap edukasi, informasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya. Sebuah upaya yang merupakan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan
dan kesejahteraan kepada rakyatnya berupa jaminan kesehatan nasional. Jaminan kesehatan
10
nasional ini dapat berupa BPJS atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang mana
pembayaran iurannya sesuai dengan premi yang dibayarkan. BPJS ini terdapat beberapa kelas,
ada kelas I, kelas II, dan kelas III yang diberikan kepada masyarakat sesuai dengan kemampuan
perekonomiannya. Jadi, negara bertanggung jawab untuk menjamin terwujudnya hak atas
jaminan sosial bagi masyarakat, pemeliharaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang
bermutu dan optimal, pelayanan kesehatan yang merata (seperti puskesmas) dan terjangkau bagi
seluruh masyarakat serta tenaga kesehatan yang tercukupi di setiap daerah.
11
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pandangan hidup adalah suatu abstraksi dari pengalaman hidup; pandangan itu dibentuk
oleh suatu cara berpikir dan cara merasakan tentang nilai-nilai, organisasi sosial, kelakuan,
peristiwa-peristiwa dan segi-segi lain daripada pengalaman. Terdapat beberapa komponen dari
pandangan hidup, yaitu cita-cita yang berarti suatu keinginan manusia, kebjikan berarti suatu
perbuatan yang mendatangkan kebaikan, dan sikap hidup berarti keadaan hati dalam
menghadapi hidup.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Manusia memiliki beberapa macam tanggung jawab,
diantaranya tanggung jawab terhadap Tuhan, terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Pengabdian adalah perbuatan baik sebagai perwujudan kesetiaan, kasih
sayang yang dilakukan secara ikhlas. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian yang
dapat berupa harta benda, pikiran, perasaan, bahkan dapat juga berupa jiwanya.
2. Saran
Tim penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam apa yang penulis
tulis, baca, dan pahami. Oleh karena itu, penulis sangat memerlukan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca yang budiman sebagai salah satu tanggung jawab ilmiah
penulis. Semoga apa yang penulis tulis bermanfaat bagi semua pihak agar kita semua bisa
mengetahui tentang manusia dan pandangan hidup serta manusia dan tanggung jawab.
12
DAFTAR PUSTAKA
Nasution, S. I. (2014). Ibd, Isd, Iad . Fak. Dakwah IAIN Raden Intan.
Siswanto, D. (2010). Pengaruh pandangan hidup masyarakat Jawa terhadap model kepemimpinan
(tinjauan filsafat sosial). Jurnal Filsafat, 20(3), 197-216.
Sobon, K. (2018). Konsep tanggung jawab dalam filsafat Emmanuel Levinas. Jurnal Filsafat, 28(1),
47-73.
13