1. Awal Kalimat
Setiap awal kalimat baik itu di paragraf pertama maupun kalimat kedua, ketiga, keempat, dan
seterusnya dalam paragraf akan memakai huruf besar. Jadi, setelah tanda titik maka untuk
memulai kalimat baru akan digunakan huruf besar tadi.
Contohnya adalah:
Kita semua harus bekerja keras. Sebab kesuksesan tidak bisa hanya turun dari langit tanpa
diusahakan.
2. Petikan Langsung
Selain digunakan untuk memulai suatu kalimat dan paragraf, huruf besar juga dipakai untuk
memulai sebuah petikan. Petikan ini biasanya muncul untuk memulai perkataan seseorang,
baik yang menjadis umber maupun objek tulisan tersebut.
Khususnya untuk kalimat yang susunannya memang dibuat sama persis dengan yang
diucapkan oleh yang mengatakannya. Mudah ditemui dalam novel, artikel di surat kabar, dan
sebagainya.
Contohnya adalah: Rini kemarin bertanya kepada Dika mengenai buku favoritnya, “Dika,
kamu tahu judul buku favorit aku yang sering tak baca di depan rumah?”.
Penggunaan huruf kapital juga dilakukan saat menulis nama seseorang, hal ini juga berlaku
untuk julukan. Jadi pada saat menuliskan nama orang, maka wajib memakai huruf besar di
awal.
Begitu pula jika ada julukan di depan nama tersebut, maka di julukan dan nama masing-
masing menggunakan satu huruf besar.
Salah satu pejuang emansipasi wanita di tanah air adalah Dewi Sartika.
Tokoh Hades dalam sebuah film digambarkan sebagai seorang Dewa Pedang.
4. Penulisan Gelar
Penulisan gelar yang dimiliki seseorang juga dimulai dengan huruf kapital dan ini berlaku
untuk semua jenis gelar. Gelar ini bisa berupa gelar pendidikan, gelar profesi, gelar
keagamaan, gelar akademik, dan lain sebagainya.
Sehingga semua jenis gelar wajib ditulis dengan huruf besar tersebut, tujuannya untuk
memberi tanda bahwa kata tersebut adalah gelar. Sekaligus sebagai penghormatan terhadap
sosok yang gelar dan namanya disebut.
Contohnya sendiri adalah: Adit Suharman, S.H (Sarjana Hukum), K.H (Kiai Haji) Ahmad
Dahlan, Raden Roro Ningsih, dan lain sebagainya.
Pahlawan wanita cukup banyak, dan salah satunya adalah Raden Ajeng Kartini (gelar
keturunan)
Siapa yang menulisnya? Ternyata adalah Haji Agus Salim (gelar keagamaan)
5. Nama Tempat
Penggunaan berikutnya dari huruf kapital adalah ditujukan untuk nama tempat dan geografi.
Misalnya: Sungai Ciliwung, Jalan Diponegoro, Pulau Bali, dan lain sebagainya.
Hanya saja untuk nama tempat dan geografi ini tidak berlaku lagi memakai huruf besar jika
fungsinya sebagai pelengkap.
Misalnya adalah kata “jeruk bali”, dimana kata “Bali” tidak merujuk pada “Pulau Bali”
melainkan hanya sebagai pelengkap saja.
Penulisan terhadap jabatan, pangkat, dan nama instansi dimana jabatan tersebut dimiliki juga
ditulis dengan huruf kapital di masing-masing kata. Jadi, jika jabatan ini terdiri dari tiga kata
maka di setiap kata akan memakai huruf besar.
Contohnya seperti penulisan “Gubernur DKI Jakarta”, “Sekretariat Jenderal Kementerian
Kesehatan Indonesia”, dan lain sebagainya.
Huruf kapital juga digunakan untuk menulis nama lembaga, badan, negara, dan juga termasuk
penulisan nama organisasi. Jika di dalam nama badan tersebut ada kata penghubung seperti
ke, di, dari, dan semacamnya.
Maka penulisan kata penghubung akan memakai huruf kecil, sebab fungsinya sebagai
penghubung atau pelengkap. Sedangkan kata diluar kata penghubung nantinya memakai huruf
besar.
Negara Republik Indonesia.
Huruf besar atau huruf kapital juga dipakai ketika menyebut judul suatu tulisan di dalam
sebuah karangan atau karya tulis. Sehingga ketika menyebutkan judul buku, surat kabar,
majalah, karangan, dan sebagainya akan memakai huruf besar.
Contohnya seperti “Surat Kecil untuk Tuhan”, “Perahu Kertas”, “Negeri 5 Menara”, dan lain
sebagainya. Jadi, untuk kata penghubung di dalam judul nantinya memakai huruf kecil dan
selain itu memakai huruf besar.
Misalnya “Bahasa Indonesia”, “Bahasa Inggris”, “Suku Dayak”, “Bangsa Melayu”, dan lain
sebagainya.
Huruf besar juga dipakai untuk menulis nama tahun, bulan, dan juga hari. Sehingga penulisan
tanpa angka terhadap ketiganya nanti akan dimulai dari huruf besar.
Contohnya seperti: Bulan Muharram, Hijriyah, Hari Natal, Idul Fitri, dan lain sebagainya.
Huruf besar juga digunakan pada saat menyebut agama, kitab suci, dan juga Tuhan dalam
sebuah tulisan.
Misalnya menuliskan Tuhan Yang Maha Esa, Islam, Katolik, Budha, Al-Qur’an, Injil, dan lain
sebagainya.