Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BAHASA INDONESIA

PEMAKAIAN HURUF, PEMAKAIAN HURUF


KAPITAL, DAN PEMAKAIAN HURUF MIRING PADA
BAHASA TULIS
Dosen Pengampun: Yunia Kusminarsih, M.Pd.

KELOMPOK 3
Disusun oleh:

AKMAL QOIRUN FARIEL (221410029)


AHMAD KHASBI AZMI ZIDNI ZULFA (221410046)
IMTIAZ MUHAMMAD SYIHAB (221410080)

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN


FAKULTAS USHULUDIN
JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Pemakaian
Huruf, Pemakaian Huruf Kapital, Dan Pemakaian Huruf Miring Pada Bahasa
Tulis" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.


Selain itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang pemakaian bahasa
di suatu tulisan dalam bahasa Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Yunia Kusminarsih, M.Pd.


sebagai Dosen Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang kami butuhkan dari pembaca yang dapat membangun
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 20 September 2022

i
DAFTAR ISI
BAB 1
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemampuan berbahasa Indonesia adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi
masyarakat Indonesia, bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran pokok. Pelajaran
bahasa Indonesia diajarkan kepada mahasiswa berdasarkan kurikulum yang berlaku, yang
di dalamnya tercantum beberapa tujuan pembelajaran. Salah satu tujuan pokoknya adalah
mahasiswa mampu dan terampil berbahasa Indonesia dengan baik dan benar setelah
mengalami proses belajar di sekolah. Keterampilan berbahasa itu tidak saja meliputi satu
aspek, tetapi di dalamnya termasuk kemampuan membaca, menulis, mendengarkan
(menyimak), dan berbicara. Dalam proses pemerolehan dan penggunaannya,
keterampilan berbahasa tersebut saling berkaitan.

Bahasa tulis mencakup sejumlah unsur-unsur bahasa, salah satunya adalah mengenai
ejaan yang mencakup macam-macam huruf, berbagai kata, dan aneka tanda baca.

Ada beberapa hal yang perlu dikemukakan, khususnya berbagai persoalan yang akan
dibahas dalam bab ini. Hal-hal yang dimaksud adalah pemakaian huruf, pemakaian huruf
kapital dan pemakaian huruf miring pada bahasa tulis.

1.2. Rumusan Masalah

Penulis akan membahas tentang penulisan kata dan penulisan unsur serapan dengan
pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pemakaian huruf pada bahasa tulis ?


2. Bagaimana pemakaian huruf kapital pada bahasa tulis ?
3. Bagaimana pemakaian huruf miring pada bahasa tulis ?
4. Seperti apa cara pemakaian akronim dengan benar?
5. Bagaimana cara menepatkan singkatan dengan benar?
6. Bagaimana cara dapat mengetahui penulisan angka, lambang bilangan, dan unsur
serapan tanda baca?

(1)
1.3. Tujuan

Dengan mengetahui tujuan dalam “Pemakaian Huruf, Pemakaian Huruf Kapital, Dan
Pemakaian Huruf Miring Pada Bahasa Tulis” dengan benar adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana pemakaian huruf pada bahasa tulis.


2. Untuk mengetahui bagaimana pemakaian huruf kapital pada bahasa tulis.
3. Untuk mengetahui bagaimana pemakaian huruf miring pada bahasa tulis.
4. Untuk mengetahui cara pemakaian akronim dengan benar.
5. Untuk mengetahui cara menepatkan singkatan dengan benar.
6. Untuk mengetahui penulisan angka, lambang bilangan, dan unsur serapan tanda baca
dengan benar

(2)
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Misalnya:

Dia mengantuk
Apa maksudnya?
Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu belum selesai

2. Huruf kapital dipakai sebegai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik
bertanya,”Kapan kita pulang?”

Bapak menasihatkan,”Berhati-hatilah, Nak!” “Kemrin engkau terlambat,”katanya.


“Besok pagi,” kata Ibu,”dia akan berangkat”.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama, Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya:

Allah

Yang Mahakuasa

Yang Maha Pengasih

Alkitab

Quran

Weda

Islam

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya:

Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim

(3)
 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat. Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik


Perdana Menteri Nehru
Profesor Supomo
Laksamana Muda Udara Husen Sastranegera Sekretaris Jenderal Departemen
Pertanian Gubernur Irian Jaya

 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Misalnya:

Siapa gubernur yang baru dilantik itu?


Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal.

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang.

Misalnya:
Amir Hamzah

Dewi Sartika
Wage Rudolf Supratman Halim Perdanakusumah Ampere

 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:

Mesin diesel atau 10 volt 5 ampere

7. Huruf kapital dipakasi sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:

bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris

 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya: mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan

(4)
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari

raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya:

bulan Agustus

bulan Maulid

hari Galungan

hari Jumat

hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

hari Natal Perang Candu tahun Hijriah tarikh Masehi

 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak
dipakai sebagai nama. Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan


senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:

Asia Tenggara Banyuwangi


Bukit Barisan Cirebon
Danau Toba
Dataran Tinggi Dieng

Kali Brantas
Lembah Baliem
Ngarai Sianok Pegunungan Jaya-wijaya Selat Lombok Terusan Suez

Gunung Semeru Tanjung Harapan Jalan Diponegoro Teluk Benggala Jazirah Arab

 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak
menjadi unsur nama diri. Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di kali menyeberangi selat pergi ke arah tenggara

 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan
sebagai nama jenis. Misalnya:

garam inggris gula jawa kacang bogor pisang ambon

(5)
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
Misalnya:

Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak
Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi
negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.
Misalnya:

Menjadi sebuah republik Beberapa badan hukum

Kerja sama antara pemerintah dan rakyat

Menurut undang-undang yang berlaku

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa
Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Rancangan
Undang-Undang Kepegawaian

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali
kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.

Misalnya: Dr. doktor , M.A. master of arts, S.H. sarjana hukum, S.S. sarjana sastra Prof.
professor, Tn. tuan Ny. nyonya Sdr. saudara

(6)
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti
bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan. Misalnya:

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto. Adik bertanya,”Itu apa, Bu?”


Surat Saudara sudah saya terima.

“Silakan duduk, Dik!” kata Ucok. Besok Paman akan datang.


Mereka pergi ke rumah Pak Camat. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.

Misalnya:
Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.

B. Huruf Miring

1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya:

majalah Bahasa dan Kesusastraan


buku Negarakertagama karangan Prapanca surat kabar Suara Karya

2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:

Huruf pertama kata abad ialah a.


Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas
tangan.

3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:

(7)
Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana

Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini. Weltanschauung antara lain
diterjemahkan menjadi ‘pandangan dunia’. Tetapi:
Negara itu telah mengalami empat kudeta.

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis
di bawahnya.

C. Akronim

c.1 Arti Akronim

Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata,
ataupun gabungan huruf, suku kata, dan deret kata yang diberlakukan sebagai kata.

a. Akronim nama yang berupa gabunganhuruf awal dan deret kata yang ditulis
seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya:

ABRI: Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

LAN: Lembaga Administrasi Negara

IKIP: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan

SIM Surat Izin Mengemudi

Jika diperhatikan, beberapa arti yang ditulis para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa:

(1) akronim merupakan kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata;
(2) akronim dibentuk dari sebuah frase; dan
(3) akronim ditulis dan dilafalkan seperti kata.

Bentuk akronim yang sudah terlalu lama “diakui” sebagai kata, ada kecenderungan
dilupakan kepanjangannya. Bahkan masyarakat cenderung memilih penggunaan
bahasa yang lebih singkat. Pengguna bahasa Indonesia saat ini cenderung lupakatau
kata bemo berasal bari becak bermotor. Tidak menutup kemungkinan, bentuk-bentuk
seperti tilang, bimas, Hansip, anglingdarma, dan lain-lain

(8)
c.2 Fungsi Akronim

Terlepas dari berbagai kelemahannya, dari waktu ke waktu, akronim semakin


mendapat tempat dalam penggunaannya di masyarakat kita. Hal ini bisa terjadi karena
ditengarai akronim memiliki beberapa fungsi. Semula fungsi akronim tidak lebih dari
singkatan. Pada akhir-akhir ini fungsi tersebut mengalami perluasan. Akronim bisa
digunakan sebagai penyingkat frase atau nama, semboyan, dan media humor.

 Akronim sebagai penyingkat kata

Daya ingat manusia secara universal sangat terbatas. Dengan keterbatasan itu
manusia berusaha mencari alternatif termudah dalam mengingat sesuatu yang panjang
dengan bantuan bentuk-bentuk pendek. Bentuk pendek itu bisa berupa singkatan,
penggalan, kontraksi,lambang huruf, atau akronim.

Dalam kenyataan sekarang ini, seakan-akan sudah tidak ada lagi bidang yang luput
dari kehadiran akronim. Dalam bidang-bidang ekonomi, aying, budaya, pendidikan,
dan lain-lain sudah banyak menggunakan akronim. Dalam bidang ekonomi kita kenal
BES (Bursa Efek Surabaya), dalam bidang aying kita menjumpai Organda
(Organisasi Angkutan Darat), dalam bidang budaya kita mengenal Sendratasik
(Seni,drama, tari, dan musik), dan dalam bidang pendidikan kita mengenal Wakasek
(Wakil kepala sekolah), dan lain-lain.

 Akronim sebagai Semboyan dan Media Humor

Kita berkeliling dari kota yang satu ke kota yang lain di Indonesia ditemukan
akronim-akronim yang digunakan sebagai semboyan. Semboyan ini bercirikan daerah
masing-masing. Warga Kabupaten Kediri berupaya agar daerahnya Bersinar Terang
(bersih, menarik, tertib, dan aman). Jombang dikenal dengan semboyan sebagai Kota
Beriman (bersih, indah, dan aman) dan lain-lain.

Selain sebagai semboyan, tak terhitung banyaknya akronim yang dihadirkan sebagai
media humor atau berseloroh. Dalam hal ini sekedar ayi dihadirkan akronim humor
yang digunakan dalam penuturan, seperti berikut ini.

LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 


LAN = Lembaga Administrasi Negara. 
PASI = Persatuan Atletik Seluruh Indonesia.

(9)
 Pola Konstruksi Akronim Bahasa Indonesia

Pola konstruksi akronim bahasa Indonesia yang berkembang saat ini dapat
dideskripsikan sebagai berikut.

a. Rangkaian suku awal aying pertama dengan aying kedua secara utuh

buras = bukan ras

Angair = angkatan air

b. Rangkaian suku awal aying pertama dengan suku terakhir kedua

duren = duda keren

Jukir = juru parker

c. Rangkaian suku pertama setiap unsure dengan penepasan konjungsi Menristek


gepeng sikon

= meteri riset dan teknologi = gelandangan dan pengemis = situasi dan kondisi

d. Rangkaian huruf pertama setiap unsur

FISIP = Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sara = suku, agama, ras, dan adat-istiadat

(10)
D. Singkatan

a. Penulisan Singkatan

 Jika huruf besar: terdiri atas satu atau dua huruf, maka gunakan satu tanda baca titik (contoh:
PT. Perkasa). Jika terdiri atas tiga huruf atau lebih, tidak perlu tanda baca titik.
(contoh: ATK/STNK)
 Jika huruf kecil: terdiri atas satu huruf, maka masing-masing huruf menggunakan tanda baca
titik (contoh: u.b.). jika terdiri atas tiga huruf atau lebih, gunakan hanya satu tanda baca titik
(contoh: dll. Atau dsb.)

b. pengertian singkatan

 Singkatan adalah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf ataulebih atau bisa
juga diartikan kata yang diambil dari huruf pertama dari kata yang disingkat.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikutidengan tanda
titik.
Misalnya:
M.B.A. = master of business administration
M.Sc. = master of science
S.E. = sarjana ekonomi
S.Kar. sarjana karawitan
S.K.M sarjana kesehatan masyarakat
Dr.doktor
Bpk. Bapak 
Sdr. Saudara
Kol. Kolonel
M.A. master of arts
S.E. sarjana ekonomi
S.H.sarjana hukum

(11)
b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi,
serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital
dan tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
DPR = Dewan Perwakilan Rakyat
PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia
GBHN = Garis-Garis Besar Haluan Negara
SMTP = sekolah menengahtingkat pertama
PT = perseroan terbatas
KTP = kartu tanda penduduk

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tandatitik.
Misalnya:
dll. danlain-lain
dsb. dan sebagainya
dst. dan seterusnya
hlm. Halaman
sda. sama dengan atas
Yth. Yang terhormat

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,timbangan, dan mata uangtidak diikuti
tanda titik.
Misalnya:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluene
cm sentimeter
kVA kilovolt-ampere
l liter
kg kilogram
Rp rupiah

(12)
D. Tanda Baca

d.1. Pengertian Tanda Baca

Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-
kalimat yang kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan (

Menurut Wijayanti (2015: 30) tanda baca adalah tanda yang dipakai dalam sistem
ejaan (seperti titik, koma, titik dua, dan sebagainya). Tanda baca dapat membantu
pembaca untuk memahami makna tulisan dengan tepat. Bayangkan jika tulisan tanpa
tanda baca, Pasti tulisan tersebut membingungkan pembaca.

Tanda baca sangat penting dalam penulisan. Tidak seperti ketika berbicara, lawan
bicara dapat memahami maksud pembicara karena pembicara dapat menggunakan
intonasi, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonbahasa lainnya. Bahkan lawan bicara
dapar bertanya langsung kepada pembicara jika kurang memahami tuturannya. Hal ini
tidak terjadi dalam interaksi penulis-pembaca. Oleh karena itulah, penulis perlu
menguasai tanda baca sebagai peranti yang dapat mewakili maksud dan pemikirannya
(Wijayanti, 2015: 30).

Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Telah Disempurnahkan (EYD), ada lima
belas tanda baca yang lazim digunakan dalam penulisan, antara lain tanda titik, tanda
koma, tanda titik koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda tanya, tanda
seru, tanda elipsis, tanda petik, tanda petik tunggal, tanda kurung, tanda kurung siku,
tanda garis miring, dan tanda penyingkat atau apostrof.

d.2. Jenis-jenis dan Aturan Penggunaan Tanda Baca

Sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakah (EYD), tanda baca
terbagi menjadi lima belas jenis (Wijaya, 2012: 41). Adapun jenis dan aturan
penggunaannya sebagai berikut:

1. Tanda titik (.)

a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan dan
seruan.
b) Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar atau daftar.
c) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
d) Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu.
e) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka diantara nama penulis, judul
tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru dan tempat terbit.
(13)

f) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuaan atau kelipatannya

yang menunjukkan jumlah.

g)  Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan.

h)  Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.

i) Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah dianggap umum

Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih, hanya dipakai satu tanda titik.

j) Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.

2. Tanda koma ( , )

a) Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.

b)  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi, melainkan.

c)  Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat, apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.

d)  Tanda koma dipakai di belakang ungkapan atau kata penghubung antara kalimat
yang terdapat pada awal kalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian,
sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu.

e)  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti, o, ya, wah, aduh, dan
kasiahan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan seperti, Bu, Dik, atau Mas
dari kata lain yang terdapat di dalam sapaan.

f)  Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.

g)  Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya
atau tanda seru.

h)  Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan
tinggal, nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

i)  Tanada koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.

(14)
j)  Tanda koma dipakai di antara tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahun
penerbitan.

k)  Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya,
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

l)  Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.

m)  Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.

n)  Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang


keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

3. Titik koma ( ; )

1. Tanda titik koma dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk


memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.
2. Tanda titik koma digunakan untuk akhiri pertanyaan perincian dalam kalimat
yang berupa frasa atau kelompok kata. Dalam hubungan itu, sebelum
perincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.
3. Tanda titk koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih
apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata
penghubung.

3. Tanda Titik Dua ( : )


4. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap uang
diikutirangkaian atau pemerian.
5. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
6. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
7. Tanda titik dua dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, bab dan ayat
dalam kitab suci, judul dan anak judul suatu karangan, serta nama kota dan
penerbit buku acuan dalam karangan.

4) TandaHubung ( - )

1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh


pergantian baris.
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya
atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergatian baris.
3. Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
4. Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf
dalam kata yang dieja satu-satu.

(15)
5. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau
ungkapan.
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital, ke- dengan angka, angka dengan –an, dan
singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
7. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa aing.

5) Tanda Pisah ( ‒ )

1. Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang

memberi penjelasan di luar bangun utama kalimat.

2. Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau

keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat dengan arti
‘sampai dengan’ atau sampai ke’. 6) TandaTanya(?)

6) Tanda Tanya ( ? )

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.


2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

7) Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi
yang kuat.

8) Tanda Elipsis (...)

1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.


2. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau
naska ada bagian yang dihilangkan.

(20)
9) Tanda Petik ( “...” )

1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau
kata yang mempunyai arti khusus.

10) Tanda Petik Tunggal ( ‘... ‘ )

1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan-petikan yang terdapat di


dalam petikan lain.
2. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.
3. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan
bahasa daerah atau bahasa asing.

11) Tanda Kurung ( (...) )

1. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.


2. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
3. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di
dalam teks dapat dihilangkan.
4. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang merinci urutan
keterangan.

12) Tanda Kurung Siku ( [...] )

1. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata atau kelompok kata
sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat, atau bagian kalimat yang ditulis
orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu
memang terdapat di dalam naskah asli.
2. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan dalam kalimat penjelas
yang sudah bertanda kurung.

13) Tanda Garis Miring (/)

1. Tanda garis miring di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penadaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

14) Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)

1. Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.

(21)
BAB 3

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

B. SARAN

1. Dengan adanya kesalahan-kesalahan dalam penulisan yang ditemukan, guru

dan siswa hendaknya lebih meperhatikan kaidah-kaidah penggunaan tanda baca dalam
menulis, terkhusus dalam menulis karangan argumentasi.

2. Bagi guru, sebaiknya memberikan waktu yang cukup dalam mengajarkan kaidah
penggunaan tanda baca, meskipun pembelajaran tersebut menjadi satu bagian dengan
pembelajaran menulis karangan.
3. Bagi calon peneliti yang akan meneliti tentang penggunaan tanda baca, sebaiknya
menganalisis penggunaan tanda baca dari aspek yang berbeda dari penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai