Anda di halaman 1dari 63

TIM PENYUSUN:

Faridah Fatmawati, Zakiatur Rahimah, Nahdya Amelia


Putri, Halimatus Sa’diah, Muhamad Ramadhani,
Muhammad Yono, M. Hidayatullah, Najib Mahfuzh,
Emerna Noorlatifah, Gayatul Husna, Radila Safira, dan
Ahmad Zulkifli Rahman
KATA PENGANTAR

‫الرحيــم‬
ّ ‫الرحمن‬
ّ ‫بــسم اهلل‬
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia, rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dan tak lupa pula sholawat serta
salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw., beserta
para sahabat dan pengikut beliau hinga akhir zaman. Alhamdulillah berkat rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan buku yang berjudul
“Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi”. Semoga buku ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para
pembaca.

Dalam buku ini terdapat sebanyak dua belas bab materi kajian dan mencakup
standar kompetensi pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kami sebagai
penulis mengharapkan semoga buku ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca yang ingin mengembangkan kemapuan
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Buku ini, kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan maupun isi materi dari buku
ini. Dan semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.

Banjarmasin, Mei 2021

Tim Penyusun
Kelompok 5,6,7,8

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Kata Baku....................................................................................2
B. Fungsi Bahasa Baku......................................................................................2
C. Ciri-Ciri Bahasa Baku...................................................................................3
D. Syarat-Syarat Kalimat Baku..........................................................................4
E. Penyebab Ketidakbakuan Kalimat................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................7
A. Kesimpulan...................................................................................................7
B. Saran..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8

iii
PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa resmi
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa melayu, yang
pokoknya dari bahasa Melayu Riau (bahasa Melayu di Provinsi Riau, Sumatera,
Indonesia). Bahasa ini pada akhirnya berkembang cukup pesat, sehingga pada tanggal 18
Agustus ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 yang menyatakan
bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan demikian, selain berkedudukan
sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia juga dipakai dalam semua urusan yang
berkaitan dengan pemerintahan dan negara.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang Bahasa Indonesia telah mencapai
perkembangan yang luar biasa pesat, baik dari segi jumlah penggunanya, maupun dari
segi sistem tata bahasa dan kosa kata serta maknanya. Sekarang Bahasa Indonesia telah
menjadi bahasa besar yang digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia
tetapi juga banyak negara lain yang menggunakannya bahkan kebersihan Indonesia
dalam mengajarkan Bahasa Indonesia kepada generasi muda telah dicatat sebagai
prestasi dari segi peningkatan komunikasi antarwarga negara Indonesia.
Idealnya, bangsa Indonesia dari segala generasi harus mampu menggunakan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dan mengingat
bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang mempersatukan negeri ini,
maka untuk mempelajarinya adalah hal yang sangat penting. Akan tetapi realitanya
bahasa gaul yang seharusnya hanya menjadi bahasa pergaulan telah masuk ke ruang
praktis pendidikan. Hal tersebut tentu menimbulkan kekhawatiran akan menggeser
kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Oleh karena itu, perlu adanya
kepatuhan dalam penggunaan Bahasa Indonesia, agar kelestarian Bahasa Indonesia tetap
terjaga. Penting untuk dilakukan peningkatan pendidikan Bahasa Indonesia, baik di
tingkat SD, SMP, SMA, atau sederajat, dan bahkan pada tingkat Perguruan Tinggi
sekalipun.

4
BAB 1
HURUF KAPITAL

A. Pengertian Huruf Kapital


Huruf kapital disebut juga huruf besar.1 Huruf kapital adalah huruf yang
berukuran besar dan berbentuk khusus (lebih besar dari biasanya), biasanya
digunakan sebagai huruf pertama dari kata pertama dalam kalimat, huruf pertama
nama diri dan sebagainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, huruf capital atau disebut
juga hurus besar adalah huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih besar
dari huruf biasa). Huruf capital selalu diletakkan di awal kata pertama kalimat,
terutama dalam penulisan nama diri, nama hari, dan lain sebagainya.2

B. Kaidah Penggunaan Huruf Kapital


1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat
Contoh : Angin puting beliung merusak rumah-rumah warga.
Kita harus bekerja keras.
Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung
Contoh : Nenek berpesan, “Jangan pernah menyiksa binatang.”
Adik bertanya “Kapan kita pulang?”
“Mereka berhasil meraih medali emas.”katanya.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata yang berhubungan
dengan agama, kita bsuci, nama Tuhan, serta kata ganti untuk Tuhan.
Contoh : Allah, Islam, Mahakuasa, Weda, Hindu, Al-kitab3
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar, kehormatan, keturunan
dan keagamaan yang diikuti nama orang
Contoh : Kisah Pangeran Diponegoro mengilhami Remy Sylado untuk menulis
novel.
Sultan Hasanuddin
Raden Ajeng Kartini
Selamat Datang, Yang Mulia.
5. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata bin atau binti
Contoh : Rahmat bin Bahri
6. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang
Contoh: Sudah lama ia ingin pergi naik haji.
7. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama pada de, van, dan der (dalam
nama Belanda), von (dalam nama jerman) atau da (dalam nama Portugal).
1
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first, 2015), h.
3.
2
Samhis Setiawan, Huruf Kapital, diakses pada Mei 29, 2021 dari
https://www.gurupendidikan.co.id/huruf-kapital/
5
Contoh : Johann Wolfgang von Goethe banyak menghabiskan waktu untuk
melukis dan menulis karya sastra pada usia 16 tahun.
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat
Contoh : Kami berusaha menemui Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan
untuk meminta penjelasan mengenai penggunaan lahan.
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi
yang merujuk pada bentuk lengkapnya.
Contoh : Acara bertajuk “100 Tahun Tambora Menyapa Dunia” diresmikan oleh
Gubernur Nusa Tenggara Barat.
10. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat
yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh: Ia tidak pernah bercita-cita menjadi presiden.3
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata
ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama
majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan
untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh : Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma.
Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat atau sapaan.
Contoh : S.H = sarjana hukum
S.K.M = sarjana kesehatan masyarakat
M.Si = magister sains
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau
ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Contoh : “Kapan Bapak berangkat?” Tanya Hasan.
Dendi brtanya, “Itu apa, Bu?
“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu
“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”
14. Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh : Sudahkah Anda tahu?
Siapa nama Anda?4
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
Contoh : Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat

3
Ibid., hlm. 3-5.
4
PUEBI Daring. Diakses pada Mei 29, 2021, dari
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-kapital/
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga pemerintah, dan nama dokumen resmi, misalnya :5
1. Kehidupan berbangsa dan bernegaraakan berjalan baik kalau semua menaati
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Negara akan makmur jika pemerintah dan rakyatnyasaling mendukung.
16. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, misalnya :
Khalil Gibran, Joko Pamungkas, dan lain-lain.
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran, misalnya ikan mujaer, lampu
5 watt dan lain-lain.
17. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama suku bangsa, bahasa, dan
bangsa, misalnya : suku Bugis, bangsa Jerman, bangsa Belanda
Akan tetapi, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama suku
bangsa, bahasa dan bangsa yang berupa bentuk dasar kata turunan, misalnya :
mengindonesiakan istilah-istilah asing, dan keinggris-inggrisan.
18. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya dan peristiwa sejarah, misalnya : bulan Maret, hari Sabtu, hari Waisak,
perang Diponegoro, dan lain-lain.
Akan tetapi, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama peristiwa
sejarah yang tidak dimanfaatkan sebagai nama misalnya :
Untuk memproklamasikan kemerdekaan, para generasi muda harus
berjuang sampai titik darah penghabisan.
19. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi, misalnya : Jalan
Pattimura, Karang Anyar, Sungai Opak, Gunung Merapi, Selat Sunda dan lain-
lain.
Akan tetapi, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama geografi
yang tidak menjadi unsur nama diri, misalnya :
1. Sekarang ini tidak mudah menemukan sungai yang masih bersih tidak
dipenuhi sampah.
2. Hidupnya habis untuk mengarungi samudra.
Begitu pula, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama
geografi yang digunakan sebagai nama jenis, misalnya : kunci inggris,
rambutan aceh, gula jawa dan lain-lain.6

C. Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital


SEORANG petani mengumpulkan garam yang dipanen lebih awal di
Penggaraman Talise, Kota Palu, Kamis (9/11/2017).

Retno Purwandari dan Qoni’ah, Buku Pintar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Familia, 2015), h.
5

47-48.
6
Retno Purwandari dan Qoni’ah, Buku Pintar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Familia, 2015), h.
45-47.
7
Kata SEORANG kalimat di atas, pada awal mulainya suatu kalimat
menggunakan huruf kapital semua. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia, penggunaan huruf kapital pada kata tersebut disalahkan, karena
penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Palu, menggelar Rapat Kerja
(Raker) Penataan Daerah Pemilihan (Dapil) dan Alokasi Kursi DPRD Kota Palu,
Kamis (9/11/2017)
Kata Penataan dan Alokasi Kursi pada kalimat di atas merupakan
kesalahan penggunaan huruf kapital, karena penggunaan huruf kapital yang
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, yaitu huruf kapital
dipakai pada huruf pertama pada awal kalimat, bukan dipakai pada pertengahan
kalimat.7

7
Riri Ariyanti, “Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital, Tanda Baca, Dan Penulisaan
Kata Pada Koran Mercusuar”, Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 4, No 4, 2019, h. 21.

8
BAB 2
CETAK MIRING

A. Pengertian Huruf Cetak Miring


Huruf miring adalah huruf yang tercetak miring dalam terminologi tipografi
disebut Italic. Huruf italic ini biasanya digunakan untuk memberikan penekanan
pada sebuah kata. Di samping itu, huruf-huruf ini juga dipakai untuk menunjukan
istilah atau kata yang berasal dari bahasa asing. Tujuannya juga, buat menunjukkan
atau membedakan atau memberikan penekanan pada suatu kata.
B. Penggunaan Huruf Cetak Miring
1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah dan
surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya :
a. Saya sudah membaca buku salah asuhan karangan Abdoel Moeis.
b. Majalah poedjangga Baroe menggelorakan semangat bangsa.
c. Berita ini dapat dibaca dalam surat kabar Banjarmasin Post.
d. Mulyanto, Firman. 2017. Buku Lengkap EBI (Ejaan Bahasa Indonesia).
Yogyakarta. Laksana.
e. Saya suka membaca majalah Tempo pada minggu pagi.8
2. Huruf miring dalan cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf, bagian kata, atau kelompok kata.9
Misalnya :
a. Huruf terakhir dari kata mangkus adalah s.
b. Dia tidak diberi uang, tetapi memberi uang.
c. Dalam jurnal ini tidak dibahas fungsi pajak sebagai stabilitas.
d. Buatlah judul dengan menggunakan kalimat bersenda-gurau.
3. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam bahasa daerah
atau bahasa asing. 10
Misalnya :
a. Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang
berkunjung ke Aceh.
b. Nama ilmiah dari buah anggur ialah Vitis vinifera.

8
Indonesia and Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia, 2016, Hlm. 13.
9
Ibid.
10
“Huruf Miring - PUEBI Daring,” accessed May 30, 2021,
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-miring/.
9
c. Cogito Ergo Sum bermakna 'Aku berpikir maka aku ada'.
d. Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
4. Huruf miring dipakai untuk menuliskan tiruan bunyi. 11
Misalnya :
a. Dari sarang burung itu terdengar kicau tu-ju-pu-lu-tu-ju-pu-lu.
b. Mereka berkelahi, lalu tidak lama terdengar bunyi pranggg.
5. Huruf miring di gunakan untuk memberi perbedaan atau penanda dalam kalimat.
12

Misalnya :
a. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah
tangga atau keluarga dan nomos yang berarti peraturan atau hukum
b. Huruf a,i,u,e,o, merupakan huruf vokal, sedangkan b,c,d,f,g, dan lainnya
merupakan huruf konsonan
c. Kata Pancasila, berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari dua kata, yaitu
panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip atau dasar atau asas
d. Bunga desa, baik hati, rendah diri, lapang dada, merupakan beberapa contoh
kata sifat majemuk.
6. Huruf miring digunakan untuk menuliskan alamat website atau sebuah link dalam
sebuah kalimat.13
Misalnya :
a. Untuk mencari berbagai informasi yang mudah dan cepat, kalian bisa
mencarinya di kamus elektronik pintar yang bernama google pada link
berikut www.google.com.
b. Ingin mengetahui info-info menarik, hangat dan sedang banyak dibicarakan.
Mari berkunjung ke jejaring media sosial Twitter dengan mengklik link
https://twitter.com.

C. Kesalahan Penggunaan Huruf Cetak Miring


Kesalahan penggunaan huruf cetak miring dapat terjadi karena kita tidak
melakukan cetak miring pada kata ataupun beberapa kata yang seharusnya menurut
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia atau disingkat PUEBI seharusnya dicetak
miring. Dalam subbab sebelumnya sudah kami jelaskan macam-macam kata yang
11
Agus Buono dkk, Op.Cit, Hlm. 18.
12
Ratna Sumarni S.Pd, “10 Penggunaan Huruf Miring Yang Benar dan Contohnya,”
DosenBahasa.com, November 1, 2016, https://dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-miring.
13
Zulmiyetri, Nurhastuti, and Safaruddin, Penulisan Karya Tulis Ilmiah Edisi Pertama (Jakarta:
Kencana, 2020), Hlm. 17.
10
seharusnya dicetak miring seperti kata dalam ungkapan Bahasa daerah atau Bahasa
asing, nama buku, majalah ataupun surat kabar, alamat website atau sebuah link,
dan lain-lain. Yang dimana seharusnya macam-macam kata tadi dicetak miring.

Berikut kami berikan beberapa contoh kesalahan dalam penggunaan huruf miring :

a. Kutipan berita dari Tribunnews : Terkait motif pelaku, Ali menyebut


berdasarkan hasil BAP, AM mengaku kesal lantaran ia dimarahi pelaku sewaktu
sedang bermain game online.
Kesalahan : Terkait motif pelaku, Ali menyebut berdasarkan hasil BAP, AM
mengaku kesal lantaran ia dimarahi pelaku sewaktu sedang bermain game
online.
Perbaikan: setelah kata bermain seharusnya game online menggunakan huruf
miring yang merupakan bahasa asing. Kalimat berbunyi terkait motif pelaku, Ali
menyebut berdasarkan hasil BAP, AM mengaku kesal lantaran ia dimarahi
pelaku sewaktu sedang bermain game online.14
b. Kutipan berita dari Detiknews : Kutipan berita : “Tapi tokoh-tokoh kunci seperti
al-Qahtani luput dari penyelidikan karena tidak masuk daftar tersangka. Intelijen
Turki mengatakan, al-Qahtani terhubung via Skype dengan tim di konsulat
Istanbul, ketika Khashoggi diinterogasi dan akhirnya tubuhnya dipotong-
potong”.
Kesalahan: kata Skype dalam kutipan tersebut tidak dicetak miring.
Perbaikan: setelah kata via seharusnya Skype menggunakan huruf miring yang
merupakan Bahasa asing.15
c. Kutipan berita dari Detiknews : “Dalam kasus yang tidak biasa ini, lima
pembunuh bayaran melakukan 'outsourcing' secara berantai terhadap perintah
pembunuhan yang diberikan seorang pengusaha lokal untuk rival bisnisnya”.
Kesalahan: Kata outsourching tidak dicetak miring dalam kalimat tersebut.
Perbaikan : setelah kata melakukan seharusnya outsourcing dicetak miring
karena merupakan bahasa asing.16
d. Dalam majalah Pandawa IAIN Surakarta edisi 2018 didapati beberapa
kesalahan ejaan. Dimana kata yang seharusnya dicetak miring sesuai dengan
ketentuan PUEBI tidak dicetak miring oleh mereka. Beberapa diantaranya
ialah : (1) kata ‘games’ seharusnya ditulis ‘games’ yang berarti permainan; (2)
kata berbahasa Inggris ‘gigabyte’ seharusnya ditulis ‘gigabyte’; dan yang
terakhir kata ‘sinau’ yang merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa, maka
seharusnya ditulis ‘sinau’ yang berarti belajar.17

14
Anisa Yuli Rahma Fitriani and Laili Etika Rahmawati, “Analisis kesalahan penggunaan tanda
baca dan huruf miring dalam teks berita online detiknews dan tribunnews,” BAHASTRA 40, no. 1 (April 30,
2020): 10, https://doi.org/10.26555/bahastra.v40i1.14695, Hlm. 13-14.
15
Anisa Yuli Rahma Fitriani and Laili Etika Rahmawati, Op.Cit, Hlm. 15.
16
Ibid.
17
Nur Endah Permatasari and Ika Maiatun Khasanah, “KESALAHAN BERBAHASA DALAM
MAJALAH PANDAWA IAIN SURAKARTA EDISI 2018 PADA TATARAN EJAAN DAN SINTAKSIS” 2 (2019): 12,
Hlm. 110.
11
BAB 3
CETAK TEBAL

A. Pengertian Huruf Tebal


Ketika membaca tulisan, kita sering menemukan huruf, kata atau bahkan
kalimat yang dicetak hitam dan tebal. Dalam tipografi hal ini disebut huruf
tebal.18Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “tebal” bermakna berjarak
lebih besar. Huruf tebal dapat diartikan huruf yang dituliskan dengan jarak yang
lebih besar daripada huruf pada umumnya. Huruf tebal terlihat lebih besar jika
dibandingkan dengan huruf yang biasa. Dalam cetakan komputer, penulisan huruf
tebal lebih mudah dilakukan karena ada ikon “Bold”. Akan tetapi dalam ketikan
manual atau tulisan tangan, huruf tebal ditandai dengan garis bawah ganda pada kata
yang dimaksud.19

B. Fungsi Huruf Tebal


Huruf tebal sekilas akan memiliki kemiripan fungsi seperti di dalam
pemakaian huruf miring. Oleh karena itu, tidak jarang pula mungkin sebagian orang
akan beranggapan bahwa kalau sudah ada huruf miring maka tidak perlu dibuat
huruf tebalnya. Bahkan mungkin juga setelah semua huruf yang dapat berbentuk
kata atau frasa di dalam kalimat semua dimiringkan juga akan dibuat semuanya
dengan huruf tebal.20
Huruf tebal sejatinya berfungsi untuk menekankan atau membuat penekanan
pada suatu kata atau kalimat. Dalam perkembangan Bahasa Indonesia, peran huruf
tebal diatur di dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 46
Tahun 2009 tentang Pedoman Umum Ejaab Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
Setelah itu penggunaannya disempurnakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman Umum
Ejaan Bahasan Indonesia.21

C. Penggunaan Huruf Tebal Sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Dalam bahasa Indonesia, tata cara penulisan juga sangat diperhatikan. Tata
cara penulisan sangat penting karena makna yang ditimbulkan akan berbeda
jika menggunakan tata cara penulisan yang salah. Oleh karena itu pemerintah,
khususnya kementerian pendidikan, menyusun pedoman tentang tata tulis dalam
bahasa Indonesia. Tata tulis ini ditujukan agar adanya keseragaman dalam
penulisan, yang bahasan ini tentunya tentang penggunaan huruf tebal.
18
Narabahasa. Fungsi Huruf Tebal. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://narabahasa.id/ejaan/fungsi-huruf-tebal
19
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa Indonesia.
Diakses pada Mei 30, 2021 dari https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-
tebal/amp
20
Jonter Pandapotan Sitorus. “Mengenal Tata Bahasa Indonesia”. (Malang: Penerbit Evernity
2019). h. 139
21
Narabahasa. Fungsi Huruf Tebal. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://narabahasa.id/ejaan/fungsi-huruf-tebal
12
Pada mulanya penggunaan huruf tebal diatur sesuai Peraturan Menteri
Pendidikan Republik Indonesia No. 46 Tahun 2009 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Akan tetapi belum lama ini
telah disusun pedoman ejaan yang telah diperbaharui. Pedoman tersebut tertuang
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 50 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Secara ringkas, beberapa
pedoman dalam penulisan huruf tebal adalah:22
1. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti
judul buku, bab, atau subbab. Pembagian semacam ini bisa membuat pembaca
lebih mudah mengerti batasan dari pembahasan dan membuat tulisan lebih
terstruktur. Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh satu bahasa standar dan
ratusan bahasa daerah—ditambah beberapa bahasa asing, terutama bahasa Inggris
— membutuhkan penanganan yang tepat dalam perencanaan bahasa. Agar lebih
jelas, latar belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah seperti tampak
pada paparan berikut.
1.1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan munculnya sikap yang
beragam terhadap penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1) sangat
bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat bangga terhadap bahasa daerah, dan
(3) sangat bangga terhadap bahasa Indonesia.
1.1.2 Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap bahasa masyarakat
Kalimantan terhadap ketiga bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat
tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan perencanaan bahasa yang
diambil.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengukur sikap bahasa
masyarakat Kalimantan, khususnya yang tinggal di kota besar terhadap
bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.23

22
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa Indonesia. Diakses
pada Mei 30, 2021 dari https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-
tebal/amp
23
Permendikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). (PUEBI Daring. 2015). h. 24-
25
13
2. Huruf tebal dalam cetakan kamus. Penggunaan huruf tebal dalam cetakan kamus
berfungsi untuk menuliskan lema (kata dasar atau frasa) dan sublema (kata turunan, kata
ulang, gabungan kata). Selain itu, huruf tebal ditujukan untuk menuliskan lambang
bilangan yang menyatakan polisemi. Polisemi adalah suatu kata yang bermakna lebih dari
satu.
Contoh (diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia) :

- Pakai v cak 1 mengenakan; ber-…: pelajar SLTP – seragam putih biru; 2 dibubuhi
dengan …; diberi ber-…; dengan: satu gelas es teh – gula;

- Memakai v 1 mengenakan: ~ baju kebaya; ~ pending emas; ~ jas hujan; 2


menggunakan; mempergunakan (dalam arti yang luas): ~ huruf Braille; 3 mematuhi;
mengindahkan:
~ aturan permainan; 4 memerlukan; menghabiskan: pembangunan gedung itu ~ biaya
yang besar; 5 naik; menumpang: ~ pesawat terbang; 6 mempekerjakan: ia ~ dua orang
pembantu; 7 mengikuti: penduduk daerah itu masih ~ adat lama;

- Tangisan n 1 tangis; perihal (perbuatan) menangis: hatinya tersayat mendengar ~


anaknya; 2 sesuatu yang ditangisi: apakah gerangan makna ~ anak itu?;buah ~
beruk, pb gadis cantik yang menjadi idaman anak bujang.24

3. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:

- Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.

- Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.25

Kemudian PUEBI 2015 memperbaharui klausul ini menjadi “Huruf


tebal tidak dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau
kelompok kata dalam kalimat. Untuk tujuan ini, gunakan huruf miring”
Contoh:

24
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa Indonesia. Diakses pada Mei
30, 2021 dari https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-tebal/amp
25
Permendikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). (PUEBI Daring. 2015). h. 24

14
No Penggunaan yang Salah Penggunaan yang Benar
.
Pemerintah sedang menggalakkan Pemerintah sedang menggalakkan
1. program transmigrasi ke beberapa program transmigrasi ke beberapa
daerah selain di l uar pulau Jawa. daerah selain di luar pulau Jawa.

Polisi menembak mati teroris Polisi menembak mati teroris


2.
yang berusaha melarikan diri yang berusaha melarikan diri
dari penjara. dari penjara.
3. Nama ilmiah padi adalah oryza Nama ilmiah padi adalah oryza
sativa. sativa.
Aku menemukan berita Aku menemukan berita
4.
menyedihkan ini dari surat kabar menyedihkan ini dari surat
Harian Jogja. kabar Harian Jogja.26

26
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa Indonesia. Diakses pada Mei
30, 2021 dari https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-tebal/amp
15
BAB 4
KATA DEPAN (PREPOSISI)

A. Pengertian Kata Depan

Kata depan atau disebut juga dengan preposisi adalah kata yang secara sintaksis
(tata/susunan kalimat) terletak di depan kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva), dan
kata keterangan (adverbia). Sedangkan secara semantis (makna), kata depan menandai
berbagai hubungan makna antara konstituen yang terletak di depan dan di belakang kata
depan tersebut.
Menurut Abdul Chaer (1990:30), preposisi adalah kata atau gabungan kata yang
berfungsi menghubungkan kata atau frase sehingga terbentuk sebuah frase eksosentrik,
yakni frase yang lazim menduduki fungsi keterangan didalam kalimat. Kemudian,
menurut Gorys Keraf (1991:80) kata depan menurut definisi tradisional adalah kata
yang merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat.
Dari pengertian  di  atas, dapat dipahami bahwa penggunaan preposisi dalam
kalimat adalah untuk merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat sehingga
membentuk kalimat yang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Dengan preposisi,
kata dalam kalimat akan jelas memberi keterangan bagian-bagian kata dalam kalimat.

B. Fungsi Preposisi

Gorys Keraf (1991:10) menjelaskan  fungsi preposisi sebagai berikut:


a. Preposisi di,  ke,  dari  digunakan untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan
tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Misalnya, di Jakarta, di rumah, dari
sawah, dari sekolah dan sebagainya.
b. Bagi  kata-kata   yang  menyatakan  orang,  nama  orang  atau  nama binatang,
nama waktu atau kiasan dipergunakan kata  pada  untuk menggantikan di, atau
kata-kata   depan   lain   yang   digabungkan dengan pada, misalnya: daripada,
kepada.
Berikut beberapa fungsi kata depan pada umumnya:
 Untuk menyatakan tempat berada/berlangsung
 Untuk menyatakan arah asal
 Untuk menyatakan arah tujuan

16
  Untuk menyatakan pelaku
 Untuk menyatakan alat
 Untuk menyatakan perbandingan
  Untuk menyatakan hal atau masalah
 Untuk menyatakan sebab-akibat
 Untuk menyatakan maksud atau tujuan

C. Penggunaan Preposisi dalam Kalimat

Kata depan, di, ke, dan dari ditulis dari kata yang mengikutinya, kecuali jika berupa
gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti kepada dan daripada27
Penggunaan   preposisi   dalam   kalimat   menurut   Abdul   Chaer (1990:27) dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Di
Preposisi di  dipergunakan dengan ketentuan :
a) Untuk menanyakan tempat berada digunakan di muka kata benda yang
menyatakan tempat (seperti nama kota, nama desa, nama ruang, dan
sebagainya)
Contoh :
o Sidang Kabinet itu dilangsungkan di Bina Graha
o Danau Toba terdapat di pulai Sumatra
o Gedung MPR terletak di Jalan Gatot Subroto Jakarta
b) Untuk menyatkan tempat berada dengan lebih tepat dan lebih seksama. Kata
depan didapat diikuti dengan kata yang menunjukkan bagian dari tempat itu
yang dimaksud. Umpamanya kata-kata atas, dalam dan samping pada contoh
berikut :
o Bukumu saya letakkan di atas meja.
o Pakaian itu disimpan ibu di dalam lemari.
o Mereka bermain di smaping rumah kami.
c) Untuk menyatakan keadaan diam atau berhenti kata depan di digunakan di
depan kata benda yang menyatakan tempat, pada contoh berikut :

27
I Nengah Laba dan Ni Made Rinayanthi, Buku Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Karya Tulis Ilmiah
(Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2018),Hal. 48
17
o Banyak turis berlibur di pulai bali.
o Yang berminat harus mendaftarkan nama di kantor tata usaha.
o Apa maksudmu datang di sini sepagi ini?
Kalau kata depan di pada contok kalimat di atas diganti dengan kata
depan ke maka makna yang didapat adalah keadaan gerak.
d) Preposisi di sebaiknya tidak digunakan di muka kata benda yang
menyatakan orang dan kata benda nama waktu. Pada posisi tersebut
sebaiknya preposisi di diganti dengan preposisi pada. Contohnya :
o Kunci lemari itu ada di ayah
(sebaiknya : kunci lemari itu ada pada ayah)
o Barang yang kau cari itu ada di Hasan.
(sebaiknya : barang yang kau cari ada pada Hasan)
o Di malam itu kami tidak ada di rumah.
(sebaiknya : pada malam itu kami tidak ada di rumah)
e) Preposisi di yang digunakan di depan kata benda yang menyatakan
karangan, buku, majalah atau koran dapat diganti dengan preposisi dalam
atau di dalam. Contohnya :
o Makna kata itu dapat kamu cari di kamus.
(dapat diganti dengan : makna kata itu dapat kamu cari dalam
kamus, atau : makna kata itu dapat kamu cari di dalam kamus)
o Berita itu dimuat di majalah tempo.
(dapat diganti dengan: berita itu dimuat dalam majalah tempo, atau:
berita itu dimuat di dalam majalah tempo)
2. Pada
Preposisi pada dipergunakan dengan ketentuan :
a. Untuk menyatakan tempat berada digunakan di depan kata benda yang
menyatakan orang. Contohnya :
o Kunci lemari ini ada pada ayah.
o Bukumu ada pada anak itu.
o Pada saya ada sejumlah buku tentang sastra.
b. Untuk menyatakan tempat digunakan di depan kata benda atau frase benda
yang bukan menyatakan tempat yang sebenarnya, sebagai varian dari kata
depan di.
18
o Suaminya bekerja pada Dapertemen Luar Negeri.
o Perasaan gembira masih terbayang pada wajahnya.
o Pada tiap-tiap kecamatan akan didirikan sebuah puskesmas.
Sebagia varian dari preposisi di, dapat digunakan preposisi pada untuk
menyatakan tempat yang tidak sebenarnya, berbeda dengan preposisi di
yang hanya digunakan untuk menyatakan tempat yang sebenarnya.
Umpamanya dalam kalimat Suaminya bekerja pada Dinas Penerangan
Kota di Jakarta.
c. Preposisi pada sebaiknya tidak digunakan di depan objek dalam kalimat yang
predikatnya mengandung pengertian tertuju terhadap sesuatu. Dalam hal ini,
kedudukan pada sebaiknya diganti dengan preposisi kepada.
o Mereka minta tolong pada polisi. (sebaiknya : mereka minta tolong
kepada polisi).
o Surat itu kau tujukan pada siapa? (sebaiknya: surat itu kau tujukan
kepada siapa?).
o Buku ini kami berikan sebagai tanda kenang-kenangan pada mereka.
(sebaiknya : buku ini kami berikan sebagai tanda kenang-kenangan
kepada mereka).
d. Preposisi pada untuk menyatakan waktu tertentu atau saat digunakan di muka
kata benda waktu yang menyatakan saat atau masanya sangat terbatas.
o Pada jam lima tepat pesawat kami mendarat di Medan.
o Bantuan diharapkan akan datang pada malam ini.
o Pada hari ini rapot akan dibagikan.
3. Dalam
Preposisi dalam digunakan dengan aturan:
a. Untuk menyatakan tempat berada digunakan di muka kata benda yang
beruangan atau dianggap mempunyai ruang, sebagai varian dari preposos di
dalam. Contohnya :
o Buku itu kusimpan dalam lemari.
o Berapa orang yang ada dalam rumah itu ?
o Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Preposisi dalam pada ketiga contoh tersebut dapat diganti dengan
preposis di dalam, sehingga menjadi :
19
o Buku itu kusimpan di dalam lemari.
o Berapa orang yang ada di dalam rumah itu ?
o Di Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
4. Atas
Preposisi di atas digunakan dengan aturan:
a. Untuk menyatakan tempat digunakan di muka beberapa kata benda tertentu
sebagai varian dari kata depan di atas. Contohnya :
o Berbagai musibah telah menimpa atas diri kami.
o Kami berdiri atas keadilan dan kebenaran.
o Beban yang dipikulkan atas pundak pemain terlalau berat.
Preposisi atas pada contoh-contoh di atas dapat diganti dengan preposisi
di atas.
o Berbagai musibah telah menimpa di atas diri kami.
o Kami berdiri di atas keadilan dan kebenaran.
o Beban yang dipikulkan di atas pundak pemain terlalau berat.
b. Untuk menggabungkaan predikat intransitif dengan pelengkapnya.
Contohnya :
o Kami turut berdukacita atas musibah yang menimpa pesawat Adam
Air.
o Sebenarnya saya berhak atas barang-barang itu.
o Saya menyesal sekali atas kejadian itu.
c. Untuk menyatakan alasan atau dasar perbuatan digunakan di muka frase
benda yang berisi perbuatan, keinginan atau kekurangan orang atau lembaga.
Contohnya :
o Perselisihan itu dapat didamaikan atas usaha kedua Rt kami.
o Kami datang secepat ini atas anjuran beliau.
o Atas kehendak yang mahakuasa segalanya telah berakhir.
5. Kepada
Preposisi kepada digunakan dengan aturan :
a. Untuk menyatakan tempat yang dituju digunakan di muka kata benda orang atau
yang diorangkan sedangkan predikat kalimatnya berupa kata kerja yang
mengandung pengertian tertuju terhadap sesuatu. Contohnya :

20
o Kalian harus melapor dulu kepada beliau.
o Kami akan minta bantuan kepada polisi.
o Kamu harus minta maaf kepada kami.
b. Untuk menyatakan arah tempat yang tidak sebenarnya digunakan di muka kata
benda yang menyatakan asas atau ajaran. Contohnya :
o Kembali kepada UUD 1945.
o Berpegang teguh kepada ajaran agama.
o Pernyataan itu merujuk kepada pancasila dan UUD 1945.
c. Dapat digunakan sebagai varian preposisi akan yakni sebagai pengantar
pelengkap dalam kalimat yang predikatnya berupa kata pengalaman. Contohnya :
o Dia takut sekali kepada saya.
o Saya selalu ingat kepada ibunya.
o Dia sudah lupa kepada saya.

6. Dari
Preposisi dari digunakan dengan aturan:
a. Untuk menyatakan asal tempat digunakannya di muka kata benda yang
menyatakan tempat, baik tempat sebenarnya maupun yang tidak sebenarnya.
Contohnya :
o Mereka baru datang dari desa.
o Ibunya berasal dari kendari.
o Tindak tanduknya sudah keluar dari ajaran islam.
b. Untuk menyatakan asal tempat dengan lebih seksama preposisi dari dapat diikuti
dengan kata yang menyatakan bagian mana dari tempat yang dimaksud.
Umpamanya, kata-kata dalam, atas dan sudut pada contoh berikut :
o Satu per satu mereka keluar dari dalam pesawat itu.
o Kamus itu saya ambil dari atas meja ayah.
o Pot bunga itu akan kami pindahkan dari sudut ruangan itu.
c. Dapat menyatakan asal atau awal waktu digunakan di muka kata benda waktu.
Dalam hal ini preposisi dari dapat diganti dengan sejak. Contohnya :
o Saya menunggu dari kemarin.
o Saya selalu ingat kepada ibunya.

21
o Dia sudah lupa kepada saya.

D. Jenis-jenis Kata Depan

Berdasarkan fungsinya kata depan (preposisi) dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut :
1. Kata depan “dalam”
Kata depan “dalam” digunakan sebagai berikut :
 Untuk menyatakan tempat benda/berlangsung.
Contoh : seragam sekolah adik disimpan dalam lemari.
 Untuk menyatakan berada dalam situasi atau peristiwa.
Contoh : dalam bencana banjir bandang yang terjadi bulan lalu 40 orang
dinyatakan hilang.
 Untuk menyatakan jangka waktu.
Contoh : dalamkurun waktu kurang dari 5 menit tiket konser salah satu band
kenamaan tanah air itu telah habis terjual.
2. Kata depan “atas”
Kata depan “atas” digunakan sebagai berikut :
 Untuk menyatakan tempat.
Contoh : berbagai peraturan itu dibuat atas izinnya.
 Untuk menghubungkan predikat intransif dengan pelengkapnya.
Contoh : saya turut berduka cita atas meninggalnya orang tuamu.
 Kata depan “atas” juga digunakan dalam beberapa ungkpan yang sudah
tetap.
Contoh : atas nama, atas kehendak.
3. Kata depan “antara”
Kata depan “antara” digunakan sebagai berikut :
 Untuk menyatakan jarak.
Contoh : antara rumahku dan sekolah hanya ditempuh 10 menit saja.
 Untuk menyatakan adanya dua pihak.
Contoh : peperangan antara palestina dan israel tidak pernah berakhir.
 Untuk menyatakan suatu tempat, saat/waktu, keadaan/hal.
22
Contoh : gadis kecil penjual gorengan itu selalu melintas di jalan ini antara
pukul 3 sampai pukul 5 sore.
4. Kata depan “kepada”
Kata depan “kepada” digunakan sebagai berikut :
 Untuk menyatakan tempat yang dituju. Contohnya : Pencuri helm yang
sering beroperasi di gedung perkantoran ini telah diserahkan kepada pihak
kepolisian.
 Untuk menyatakan arah yang dituju. Contohnya : Dia selalu rindu kepada
ibunya yang bekerja di luar kota.
5. Kata depan “akan”
Kata depan “akan” digunakan sebagai berikut :
 Untuk menunjukkan objek. Contohnya: Dia masih ingat akan tragedi yang
merenggut kedua orang tuanya 10 tahun lalu.
 Untuk menguatkan kata yang berada di belakangnya. Contohnya: Aku tidak
akan pernah bisa lupa akan budi baikmu pada keluarga kami
6. Kata depan “terhadap”
Kata depan “terhadap” digunakan sebagai berikut :
 Untuk menyatakan sasaran perbuatan. Contohnya: Saya tidak pernah takut
terhadap apapun.
 Untuk menyatakan perihal. Contohnya: Kami tidak pernah ragu terhadap
niat tulus dan kejujurannya.
7. Kata depan “oleh”
Kata depan “oleh” digunakan sebagai berikut:
 Untuk menyatakan pelaku perbuatan. Contohnya: Jembatan yang
menghubungkan dua kabupaten itu dulunya diresmikan oleh Presiden SBY.
 Untuk menyatakan sebab. Contohnya : Kemejaku basah oleh keringat.

8. Kata depan “dengan”


Kata depan “dengan” digunakan sebagai berikut :
 Untuk menyatakan alat. Contohnya : Hasil ujian nasional tahun ini 100%
akan diperiksa dengan komputer.

23
 Untuk menyatakan beserta. Contohnya : Rumah tua itu dijual lengkap
dengan segala isinya.
 Untuk menyatakan cara atau sifat perbuatan. Contohnya: Kami menerima
sumbangan itu dengan senang hati.
 Kata depan “dengan” juga digunakan dalam beberapa ungkapan tetap.
Contohnya: Dengan nama Allah, Dengan rahmat Tuhan, Dengan restu orang
tua
9. Kata depan “berkat”
Kata depan “berkat” digunakan untuk menyatakan sebab yang memberi pengaruh
sehingga terjadinya sesuatu. Contohnya : Kemerdekaan negara Republik Indonesia
dapat diraih berkat perjuangan para pahlawan.
10. Kata depan “tentang”
Kata depan “tentang” digunakan untuk menyatakan perihal atau masalah.
Contohnya : Ayah memberikan penjelasan tentang materi pelajaran yang tidak saya
pahami.
11. Kata depan “sampai”
Kata depan “sampai” digunakan untuk menyatakan batas tempat atau batas waktu.
Contohnya: Ibu guru menyuruh kami mengerjakan soal dari halam 90 sampai
halaman 102.
12. Kata depan “guna”
Kata depan “guna” digunakan untuk menyatakan adanya pertalian perihal.
Pemakaian kata depan ini sering ditambahkan dengan imbuhan ke-an. Contohnya :
 Kelas tambahan itu diadakan guna membantu para siswa kelas 3
melakukan persiapan dalam menghadapi ujian nasional nantinya.
 Buah jeruk memiliki kegunaan yang sangat banyak untuk kesehatan dan
kecantikan.

13. Kata depan “demi”


Kata depan “demi” digunakan sebagai berikut :
 Untuk menyatakan tekad. Contohnya: Ayah bekerja siang malam demi
kelangsungan hidup dan pendidikan kami.
 Untuk menyatakan berurutannya yang satu dari yang lain.Contohnya:
Balok kayu itu digergajinya satu demi satu.

24
 Untuk menyatakan sumpah. Contohnya : Demi Tuhan saya tidak terlibat
dalam kejahatan itu.
14. Kata depan “untuk”
Kata depan untuk digunakan sebagai berikut :
 Untuk menyatakan tujuan atau sasaran perbuatan. Contohnya: Nenek
membawakan oleh-oleh untuk kami.
 Untuk menyatakan adanya pertalian perihal. Contohnya: Jembatan itu
dibangun untuk kepentingan umum.
15. Kata depan “bagi”
Kata depan “bagi” digunakan untuk menyatakan adanya pertalian perihal.
Contohnya: Bagi saya tidak penting dia ikut atau tidak.
16. Kata depan “menurut”
Kata depan “menurut” digunakan untuk menyatakan sesuai dengan yang dikatakan.
Contohnya :
 Menurut undang-undang yang berlaku, dia dapat dijatuhi hukuman 5
tahun penjara.
 Menurut wali kelas, saya pantas menjadi ketua kelas

25
BAB 5
KATA ULANG (REDUPLIKASI)

A. Pengertian Kata Ulang


Kaidah baku menjadi tolok ukur suatu kata dikatakan sebagai kata baku atau tidak
baku. Kaidah baku adalah kaidah standar yang dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata
bahasa baku, atau kamus umum.

B. Makna Kata Ulang


Secara umum, fungsi bahasa baku sebagai berikut

C. Jenis Pengulangan
Be berapa ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut. Rej4ti45 tg5 g56hn65 hg

D. Syarat-Syarat Kalimat Baku


Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemakaiannya.
Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat baku berdasarkan konsep
yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS (2014: 67).

26
BAB 6
KATA BAKU & TIDAK BAKU

A. Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku


Kaidah baku menjadi tolok ukur suatu kata dikatakan sebagai kata baku atau tidak
baku. Kaidah baku adalah kaidah standar yang dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata
bahasa baku, atau kamus umum.
Kata yang cara pengucapan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar
atau kaidah-kaidah yang telah dibakukan disebut kata baku. Oleh karena itu, kata baku
sesuai dengan kaidah-kaidah yang tercantum dalam pedoman ejaan (EYD), tata bahasa
baku, ataupun kamus umum.28
Tuturan dan tulisan resmi harus menggunakan kata-kata baku. Kata-kata baku ini ada
yang berasal dari bahasa Indonesia, ada juga yang berasal dari bahasa daerah dan bahasa
asing yang telah disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia yang resmi.29
Sedangkan kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-
kaidah standar yang telah ditentukan disebut kata tidak baku. Jadi, kata tidak baku tidak
memuat kaidah-kaidah yang tercantum dalam pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku,
ataupun kamus umum.30
Kata tidak baku dapat berupa:31
1. Kata-kata dari dialek-dialek bahasa Indonesia yang ada,
2. Kata-kata serapan bahasa daerah yang belum berterima,
3. Kata-kata bahasa asing yang tidak memenuhi persyaratan ejaan dalam bahasa
Indonesia,
4. Kata-kata bahasa Indonesia yang dieja sebagai bahasa asing,
5. Kata-kata bentukan yang tidak menuruti kaidah yang berlaku.

B. Fungsi Bahasa Baku


Secara umum, fungsi bahasa baku sebagai berikut.32
1. Pemersatu, pemakaian bahasa baku dapat mempersatukan sekelompok orang menjadi
satu kesatuan masyarakat bahasa.
2. Pemberi kekhasan, pemakaian bahasa baku dapat menjadi pembeda dengan
masyarakat pemakai bahasa lainnya.
3. Pembawa kewibawaan, pemakaian bahasa baku dapat memperlihatkan kewibawaan
pemakainya.
4. Kerangka acuan, bahasa baku menjadi tolok ukur bagi benar tidaknya pemakaian
bahasa seseorang atau sekelompok orang.

28
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first, 2015), h. 28.
29
Sukirman Nurdjan, dkk. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Makassar: Aksara Timur, 2016),
h. 32.
30
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first, 2015), h. 28.
31
Sukirman Nurdjan, dkk. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Makassar: Aksara Timur, 2016),
h. 32-33.
32
Dini Fitri, Pedoman Kata Baku & Tidak Baku, (Jakarta: PT Kawah Media, 2017), h. 76.
27
C. Ciri-Ciri Bahasa Baku
Beberapa ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut.33
1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contoh:
Tidak Baku Baku
Gue Saya
Diundangin Diundang

2. Tidak dipengaruhi bahasa asing


Contoh:
Tidak Baku Baku
Ini adalah salah Ini salah
Lain waktu Waktu lain

3. Bukan merupakan bahasa percakapan


Contoh:
Tidak Baku Baku
Enggak Tidak
Kenapa Mengapa

4. Pemakaian imbuhan dinyatakan secara eksplisit


Contoh:
Tidak Baku Baku
Pipin lari cepat. Pipin berlari cepat.
Semut lawan gajah. Semut melawan gajah.

5. Pemakaian kata sesuai dengan konteks kalimat


Contoh:
Tidak Baku Baku
Disebabkan karena Disebabkan oleh
Suka dengan Suka akan

6. Tidak terkontaminasi atau tidak rancu


Contoh:
Tidak Baku Baku
Berulang kali Berkali-kali
Mengajar bahasa Mengajar siswa

7. Tidak mengandung arti pleonasme (berlebihan)


Contoh:
Tidak Baku Baku
Banyak anak-anak Banyak anak

33
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first, 2015), h. 28-29.
28
Para hadirin Hadirin

8. Tidak mengandung hiperkorek


Contoh:
Tidak Baku Baku
Insyaf Insaf
Azas Asas

D. Syarat-Syarat Kalimat Baku


Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemakaiannya.
Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat baku berdasarkan konsep
yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS (2014: 67).34
a. Menggunakan kata-kata baku. Adapun ciri dari kata-kata baku tersebut , antara lain
tidak terpengaruh bahasa daerah, tidak pleonasme, tidak rancu, dan tidak hiperkorek.
Berdasarkan ciri-ciri tersebut , kata baku merupakan kata-kata yang sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Acuan yang dapat digunakan untuk
membuktikan apakah kata yang dimaksud termasuk kata baku atau bukan, antara lain
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pedoman EYD, Pembentukan istilah dan Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia.
b. Menggunakan strruktur baku yang mencakup kesesuaian dengan kaidah tata kata dan
tata kalimat.
c. Menggunakan ejaan baku.
d. Hemat kata
e. Menggunakan tanda baca yang benar
f. Menggunakan huruf kapital yang benar35

E. Penyebab Ketidakbakuan Kalimat


Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia, yaitu :36
1. Pelesapan imbuhan
Contoh :
Presiden resmikan pabrik gula (Kalimat ini tidak baku)
Seharusnya
Presiden meresmikan pabrik gula (Kalimat ini baku)
2. Pemborosan penggunaan kata
Contoh :
Kemarin dia bertanding di Beijing di mana dia kalah (Kalimat ini tidak baku)
34
Alffian dan Khusnul Fathonah, , “ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KALIMAT BAKU DAN
KALIMAT EFEKTIF DALAM KARANGAN ARGUMENTASI SISWA SMA KELAS XII PPLS DI BKB NURUL
FIKRI KRANGGAN BEKASI”, Eduscience: Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 5, No 2, 2020, h. 60.
35
Parta Ibeng, “Kalimat Baku & Tidak Baku : Pemgertian , ciri, syarat dan contohnya”.
https://pendidikan.co.id/kalimat-baku-tidak-baku-pengertian-ciri-syarat-dan-contohnya/ (Diakses pada 27 Maret
Pukul 20:23)
36
Agnyana Aguna, “Penyebab Ketidakbakuan Kalimat Dalam Bahasa Indonesia”,
https://siswaberpikir.blogspot.com/2016/03/penyebab-ketidakbakuan-kalimat-dalam.html?m=1 (Diakses pada 28
Maret Pukul 08:03)
29
Kemarin dia bertanding di Beijing dan kalah
3. Ketidaktepatan pemilihan kata
Contoh :
Di muara sungai itulah terdapat lelembut (Kalimat ini tidak baku)
Di muara sungai itulah terdapat roh halus (Kalimat ini baku)
4. Penggunaan konjungsi ganda
Contoh :
Karena sakit, maka dia tidak masuk sekolah (Kalimat ini tidak baku)
Karena sakit, dia tidak masuk sekolah (Kalimat ini baku)
5. Kerancuan bentuk
Contoh :
Mereka saling pandang-memandang (Kalimat ini tidak baku)
Mereka saling memandang (Kalimat ini baku)37
6. Kesalahan ejaan
Contoh :
Silahkan makan, dik! (Kalimat ini tidak baku)
Silahkan makan, Dik! (Kalimat ini baku)
7. Pelesapan salah satu fungsi kalimat
a. Pelesapan subjek pada induk kalimat
Contoh :
Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, tidak memperlihatkan kelebihannya
(Kalimat ini tidak baku)
Ketika diangkat menjadi ketua organisasi, dia tidak memperlihatkan kelebihannya
b. Pelesapan subjek pada anak kalimat
Contoh :
Sebelum dibicarakan dengan pimpinan, bagian personalia sudah memasalahkan
masalah itu. (Kalimat ini tidak baku)
Sebelum dibicarakan dengan pimpinan, bagian personalia sudah memasalahkannya.
(Kalimat ini baku)
c. Pelesapan predikat
Contoh :
Ia sedang keluar kota (Kalimat ini tidak baku)
Ia sedang pergi keluar kota ( Kalimat ini baku)
8. Kesalahan struktur kalimat
Contoh :
Kalimat itu pembaca tidak tahu artinya (Kalimat ini tidak baku)
Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu (Kalimat ini baku)

37
Dewinita, “Kalimat Baku dan Tidak Baku”, http://d3winit4.blogspot.com/2009/12/kalimat-baku-dan-
tidak-baku.html?m=1 (Diakses Pada Tanggal 28 Maret Pukul 17:10)
30
BAB 7
PARAGRAF

A. Pengertian Paragraf
Kaidah baku menjadi tolok ukur suatu kata dikatakan sebagai kata baku atau tidak
baku. Kaidah baku adalah kaidah standar yang dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata
bahasa baku, atau kamus umum.

B. Unsur-Unsur Paragraf
Secara umum, fungsi bahasa baku sebagai berikut.

C. Ciri-Ciri Paragraf
Beberapa ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut
bahasa daerah

D. Fungsi & Kegunaan Paragraf


Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemakaiannya.
Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat baku berdasarkan konsep
yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS (2014: 67).

E. Syarat-Syarat Penggunaan Paragraf


Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemakaiannya.
Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat baku berdasarkan konsep
yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS (2014: 67).
F. Jenis-Jenis Paragraf
Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemakaiannya.
Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat baku berdasarkan konsep
yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS (2014: 67).

G. Macam-Macam Paragraf
Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia, yaitu :
ini tidak baku)
Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu (Kalimat ini baku)

H. Teknik Pengembangan Paragraf


Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pemakaiannya.
Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat baku berdasarkan konsep
yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS (2014: 67).

31
BAB 8
MENYUSUN KERANGKA KARANGAN

A. Pengertian Kerangka Karangan


Sebab dari kegiatan yang disebut mengarang itulah dihasilkan suatu karangan.
Mengarang berarti ‘menyusun’ atau ‘merangkai’. Karangan bunga adalah hasil dari
pekerjaan menyusun/merangkai bunga. Rangkaian bunga adalah hasil dari kegiatan
merangkai bunga. Tanpa ada orang yang merangkai melati, misalnya, tidak akan ada
rangkaian melati.
Pada awalnya kata merangkai tidak berkaitan dengan kegiatan menulis. Cakupan
makna kata merangkai mula-mula terbatas pada pekerjaan yang berhubungan dengan benda
konkret seperti merangkai bunga atau merangkai benda lain. Sejalan dengan kemajuan
komunikasi dan bahasa, lama-kelamaan timbul istilah merangkai kata. Lalu berlanjut
dengan merangkai kalimat; kemudian jadilah apa yang disebut pekerjaan mengarang.
Orang yang merangkai atau menyusun kata, kalimat, dan alinea tidak disebut perangkai,
tetapi penyusun atau pengarang untuk membedakannya misalnya dengan perangkai bunga.
Mengingat karangan tertulis juga disebut tulisan, kemudian timbullah sebutan penulis
untuk orang yang menulis suatu karangan.
Sebenarnya mengarang tidak hanya dan tidak harus tertulis. Seperti halnya
berkomunikasi, kegiatan mengarang yang juga menggunakan bahasa sebagai mediumnya
dapat berlangsung secara lisan. Seseorang yang berbicara, misalnya dalam sebuah diskusi
atau berpidato secara serta-merta (impromtu), otaknya terlebih dahulu harus mengarang
sebelum mulutnya berbicara. Pada saat berbicara, sang pembicara itu sebetulnya “bekerja
keras” mengorganisasikan isi pembicaraannya agar teratur, terarah/terfokus, sambil
memikir-mikirkan susunan kata, pilihan kata, struktur kalimat; bahkan cara penyajiannya
(misalnya deduktif atau induktif, klimaks atau antiklimaks). Apa yang didengar atau yang
ditangkap orang dari penyajian lisan itu, itulah karangan lisan. Akan tetapi, karena tujuan
penguraian dalam bab ini terutama mengenai karangan tulis, pembicaraan tentang karangan
lisan tidak dilanjutkan di dalam buku ini. Uraian singkat tentang mengarang secara lisan
tadi dimaksudkan untuk membantu pemahaman akan arti kata mengarang.38
Bertalian dengan uraian di atas, Mengarang adalah mengorganisasi ide.
Pengorganisasian ide diawali dengan menyusun kerangka karangan. Dengan kerangka
karangan, rangkaian ide dapat disusun secara sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan
teratur.39 Mengarang adalah suatu kegiatan yang kompleks, karena melibatkan serangkaian
aktivitas seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya kepada
pembaca melalui bahsaa tulis.40
Kerangka karangan (outline) adalah kerangka tulisan yang menggambarkan bagian-
bagian atau butir-butir isi karangan dalam tataan yang sistematis. 41 Kerangka karangan
38
Suyatno dkk, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (membangun Karakter Mahasiswa melalui Bahasa),
( Bogor: IN Media. 2017), hlm.111-112
39
Widjono, Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), hlm. 253.
40
Afnita dan Zelvi Iskandar, Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi ( Jakarta: Kencana, 2019), hlm. 145
41
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015) hlm. 80.
32
merupakan rencana penulisan yang mengandung ketentuan bagaimana kita menyusun
karangan itu. Kerangka karangan juga akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat
konseptual, menyeluruh, terarah, dan bersasaran bagi target pembacanya. Selain itu,
kerangka karangan akan dapat menghindarkan kemungkinan kesalahan terutama dalam
mengembangkan detail- detailnya.
Sebuah kerangka karangan mengandung rencanan kerja, memuat ketentuan pokok
bagaimana suatu topik harus terperinci dan dikembangkan. Kerangka karangan menjamin
suatu penyusunan yang logis dan teratur, serta memungkinkan seorang penulis
membedakan gagasan-gagasan utama dari gagasan tambahan. Sebuah kerangka karangan
tidak boleh diperlakukan sebagai suatu pedoman yang kaku, tetapi selalu dapat mengalami
perubahan dan perbaikan untuk mencapai suatu bentuk yang semakin lebih sempurna.
Kerangka karangan dapat berbentuk catatan catatan sederhana, tetapi dapat juga berbentuk
mendetail, dan dianggap dengan sangat cermat.42

B. Kriteria Kerangka Karangan


Untuk menyusun kerangka karangan yang baik, penulis perlu memperhatikan kriteria
berikut :

1. Menggunakan bentuk kerangka standar,


2. Menggunakan inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan
bentuk-bentuk tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan,
3. Menggunakan penomoran secara konsisten(angka desimal, angka romawi,
kombinasi angka romawi, huruf dan angka arab ),
4. Setiap judul bab diberi nomor secara konsisten,
5. Setiap sub bab diberi nomor secara konsisten,
6. Setiap unsur sub bab diberi nomor secara konsisten,
7. Setiap detail unsur diberi nomor secara konsisten,
8. Penomoran tidak melebihi empat angka(digit), dan
9. Kerangka karangan tidak sama dengan daftar isi.43

C. Fungsi Kerangka Karangan


Fungsi kerangka karangan yaitu:
1. Memudahkan pengendalian variabel
2. Memperlihatkan pokok bahasan, sub-sub bahasan karangan, dan memberi
kemungkinan perluasan bahasan tersebut sehingga memungkinkan penulis
menciptakan suasana kreatif sesuai dengan variasi yang diinginkan,
3. Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam
topik, judul, masalah, tujuan dan kalimat tesis,
4. Memudahkan penulis menyusun karangan secara menyeluruh
5. Mencegah Ketidak lengkapan bahasan,
42
Syihaabul Hudaa, Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia (Sukabumi: CV Jejak, 2018) hlm. 152
43
Widjono HS, Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2005) hlm. 234.

33
6. Mencegah pengulangan pembahasan ide,
7. Memperlihatkan kekurangan atau kelebihan materi pembahasan.44

8. Syarat-Syarat Penyusunan Kerangka Karangan


Ada empat syarat penyusunan kerangka karangan, yaitu 1) tema/ tesis harus jelas, 2)
tiap unit mengandung satu gagasan, 3) topik-topik disusun secara logis, dan 4) sistem
penomoran harus konsisten. Penjelasan yang lebih perinci diuraikan sebagai berikut:
2. Tema/ tesis harus dirumuskan dengan jelas karena rumusan yang jelas akan
membantu penulis mengungkapkan gagasan dengan mudah dan lancar.
3. Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan yang akan
diuraikan secara tuntas. Rangkaian antara gagasan sentral dan gagasan bawahan
tersusun dengan baik. Gagasan bawahan harus mengandung dukungan dan alasan
bagi gagasan sentralnya. Dengan demikian, fakta yang terhimpun dapat
menjelaskan dengan baik gejala/ topik yang ditulis.
4. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis. Hanya dengan
penyusunan yang logis, anda dapat mencapai tujuan dengan baik. Rangkaian
sebab-akibat harus tersusun dengan baik agar pembaca mudah menarik
kesimpulan.
5. Setiap topik, sub-subtopik harus menggunakan penomoran yang konsisten, misal
I, A, 1, a dan seterusnya.45
.

9. Pola Penyusunan Kerangka Karangan


Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur biasanya digunakan
beberapa tipe susunan, pola alamiah dan pola logis.
1. Pola Alamiah

Pola alamiah adalah suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai


dengan keadaan yang nyata di alam, sebab itu susunan alamiah itu didasarkan
pada ketiga atau keempat dimensi dalam kehidupan manusia : atas – bawah,
melintang – menyebrang, sekarang – nanti, ,dulu - sekarang, timur – barat, dan
sebagainya. Oleh sebab itu susunan alamiah dapat dibagi menjadi tiga bagian
utama yaitu :
a) Urutan waktu atau urutan kronologis

Urutan yang di dasarkan pada runtunan peristiwa atau tahap-tahap kejadian.


Biasanya tulisan seperti ini kurang menarik minat pembaca.
Contohnya : Topik (riwayat hidup seorang penulis)

 asal usul penulis


 pendidikan si penulis
 kondisi kehidupan penulis
44
Widjono, Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Grasindo, 2007) hlm. 253.
45
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015) hlm. 84.
34
 keinginan penulis
 karir penulis
b) Urutan ruang (sposial)

Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian
yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam
tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .

Contohnya : Topik (hutan yang sering mengalami kebakaran)

 Di daerah Kalimantan
 Di daerah Sulawesi
 Di daerah Sumatra
c) Topik yang ada

Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah
urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan
bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau
tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu,
tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi
tanggapan atas bagian–bagiannya itu.

2. Pola Logis

Manusia mempunyai suatu kesanggupan dimana manusia lebih sempurna dari


makhluk yang lain, yaitu sanggup menghadapi segala sesuatu yang berada di
sekitarnya dengan kemampuan akal budinya. Urutan logis sama sekali tidak ada
hubungannya dengan suatu ciri yang intern dalam materinya, tetapi kiat dengan
tanggapan penulis. Tanggapan yang sesuai dengan jalan pikiran untuk
menemukan landasan bagi setiap persoalan, mampu di tuang dalam suatu susunan
atau urutan logis. Dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan
jalan pikir atau cara pikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan
logika.

Macam-macam, urutan logis yang dikenal adalah :

a) Urutan klimaks dan anti klimaks

Urutan ini timbul sebagai tanggapan penulis yang berpendirian bahwa


posisi tertentu dari suatu rangkaian merupakan posisi yang paling tinggi
kedudukannya atau yang paling menonjol.
Contoh : Topik (turunnya Suharto)

 Keresahan masyarakat
 Merajalela nya praktek KKN
 Keresahan masyarakat
35
 Kerusuhan social
 Tuntutan reformasi menggema
b) Urutan kausal

Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke
sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang
kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–
akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah
atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia
pada umumnya.

Contoh : Topik (krisis moneter melanda tanah air)

 Tingginya harga bahan pangan


 Penyebab krisis moneter
 Dampak terjadi krisis moneter
 Solusi pemecahan masalah krisis moneter
c) Urutan pemisahan masalah

Dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju


kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut. Sekurang-
kurangnya uraian yang mempergunakan landasan pemecahan masalah terdiri
dari tiga bagian utama, yaitu deskripsi mengenai peristiwa atau persoalan tadi,
dan akhirnya alternatif–alternatif untuk jalan keluar dari masalah yang di
hadapi tersebut.

Contoh : Topik (virus flu babi / H1N1 dan upaya penanggulangannya)

 Apa itu virus H1N1


 Bahaya virus H1N1
 Cara penanggulangannya
d) Urutan umum – khusus

Dimulai dari pembahasan topik secara menyeluruh (umum), lalu di ikuti


dengan pembahasan secara terperinci (khusus).

Contoh : Topik (pengaruh internet)

 Para pangguna internet


a. Anak–anak
b. Remaja
c. Dewasa

36
 Manfaat internet
a. Media informasi
b. Bisnis
c. Jaringan social
e) Urutan familiaritas

Urutan familiaritas dimulai dengan mengemukakan sesuatu


yang sudah di kenal, kemudian berangsur–angsur pindah kepada
hal–hal yang kurang di kenal atau belum di kenal. Dalam
keadaan–keadaan tertentu cara ini misalnya di terapkan dengan
mempergunakan analogi.

f) Urutan akseptabilitas

Urutan akseptabilitas mirip dengan urutan familiaritas. Bila


urutan familiaritas mempersoalkan apakah suatu barang atau hal
sudah dikenal atau tidak oleh pembaca, maka urutan
akseptabilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan di terima
atau tidak oleh para pembaca, apakah suatu pendapat di setujui
atau tidak oleh para pembaca.
Pada dasarnya, untuk menyusun karangan dibutuhkan
langkah-langkah awal untuk membentuk kebiasaan teratur dan
sistematis yang memudahkan kita dalam mengembangkan
karangan.46
10. Bentuk-Bentuk Kerangka Karangan
Bentuk kerangka karangan dapat dibedakan atas kerangka kalimat dan
kerangka topik.
1. Kerangka kalimat
Kerangka kalimat lebih bersifat resmi dan unsur-unsurnya tampil
berupa kalimat lengkap. Pemakaian kalimat lengkap menunjukkan
diperlukan pemikiran yang lebih luas dan lebih rinci dari kerangka
topik. Tanda baca titik harus di pakai pada akhir setiap kalimat untuk
menuliskan judul bab dan sub bab. Kerangka kalimat banyak dipakai
pada proses awal penyusunan outline. Bila outline telah selesai,
keranga kalimat itu dipadatkan menjadi kerangka topik demi
kepraktisan (Suparno dan Yunus, 2008). Perhatikan contoh kerangka
kalimat seperti di bawah ini.
Judul karangan: Pupuk Alam

Kerangka kalimat:

46
Agustyawan Rully dkk, “makalah kerangka karangan”,
https://dokumen.tips/documents/makalah-kerangka- karangan.html (diakses pada 26 April 2021,
pukul 22.48).

1
- Pupuk alam dapat dikategorikan menjadi dua macam, yakni
pupuk kandang dan pupuk daun.
- Pupuk alam memiliki keuntungan
- Pupuk kandang lebih murah daripad pupuk buatan
- Pupuk alam tidak merusak daya kesuburan tanah
- Pipuk alam tidak memastikan organisme di lahan.
- Pupuk alam berguna untuk mengharmoniskan sistem ekologi
(Suparno dan Yunus, 2008).
2. Kerangka topik
Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang di tandai
dengan kode yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antar
gagasan. Tanda baca akhir atau titik tidak diperlukan karena kalimat
lengkap tidak dipakai dalam karangan topik.
Kerangka topik dapat saja berbentuk gabungan kerangka kalimat
dan kerangka topik. Walaupun pemakaian kerangka topik lebih
dominan, tidaklah dipantangkan untuk dicampur dengan kerangka
kalimat, meski hanya untuk penulisan judul-judul bab. Dalam
praktik pemakaiannya, yang banyak dipakai adalah kerangka topik
(Suparno dan Yunus, 2008). Contoh kerangka topik dapat dilihat
seperti di bawah ini.
Judul: Proses Mengarang
Kerangka Topik :Kegiatan Prapenulisan
1. Penentuan topik karangan
2. Penentuan tujuan karangan
3. Penyusunan kerangka karangan

Kegiatan Penulisan
1. Penulisan draf bagian karangan
2. Penulisan draf karangan utuh

Kegiatan pascapenulisan

1.
Pemeriksaan kesalahan draf karangan
2.
Revisi draf karangan
3.
Penyuntingan draf karangan
4.
Penerbitan karangan (Suparno dan Yunus,
2008)
Kerangka dibentuk dalam sistem tanda, atau dengan kode
tertentu. Hubungan di antara gagasan yang ditunjukkan oleh
kerangka dinyatakan dengan serangkaian kode berupa huruf dan
angka. Judul biasanya didahului angka tertentu, misalnya angka

2
romawi, sedangkan sub bab menggunakan huruf kapital, lalu untuk
anak bab menggunakan angka Arab, ada juga kerangka yang hanya
menggunakan angka Arab jika karangannya singkat.
Angka Arab juga dapat digabung dengan huruf kecil atau lower
case jika karangannya tidak terlalu panjang, misalnya makalah atau
artikel sederhan. Kode-kode itu akan lebih kompleks dalam
karangan yang besar seperti skripsi, tesis, disertasi dan buku
Dalam mengarang hendaknya selalu diingat tema yang hendak
digunakan. Jangan banyak berputar-putar, bercerita tentang hal-hal
yang tidak menyangkut tema itu. Sejak paragraf pertama hendaknya
tema terus dapat ditangkap oleh pembaca dan berkembang dalam
paragraf-paragraf selanjutnya sampai saatnnya kita mengakhiri cerita
atau uraian (Finoza, 2008: 123)

11. Langkah-Langkah Menyusun Kerangka Karangan


1. Menentukan tema dan judul

Tema berasal dari bahasa Yunani “thithena”, berarti sesuatu


yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan. Tema
merupakan amanat utama yang disampaikan oleh Penulis melalui
karangannya. Dalam karang mengarang tema adalah pokok pikiran
yangmendasari karangan yang disusun. Dalam tulis menulis, tema
adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini
yang menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulis artikel itu.
Oleh karena itu karangan harus diawali dengan tema yang baik.47

Tema sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. semakin


banyak penulis membiasakan membaca buku, semakin banyak
aktifitas menulis akan memperlancar penulis memperoleh tema.
namun, bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar
tema yang diangkat mudah dikembangkan. Diantaranya :
a. Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu luas.
b. Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini dapat kita
kembangkan.
c. Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya dapat dengan
mudah kita peroleh.

Judul adalah perincian atau penjabaran dari topik yang lebih


spesifik dan sering telah menyiratkan permasalahan atau variabel
yang akan dibahas.

a. Judul tidak harus sama dengan topik.


47
Syihaabul Hudaa, op. cit. hlm. 154-155.

3
b. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan
bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas.
c. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa
terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.
d. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca
dan akan cocok dengan temanya.
e. Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang
terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat
membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu.
f. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang,
misalnya dalam sebuah laporan eksposisi.
Contohnya :“Suatu Penelitian tentang Korelasi antara
Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak
Memadai”.
Syarat judul yang baik :

a. Harus relevan, judul harus mempunyai pertalian dengan


temanya, atau dengan beberapa bagian yang penting dari
tema tersebut.
b. Judul harus dapat menimbulkan keingintahuan pembaca
terhadap isi buku atau karangan.
c. Harus singkat, tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau
frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau
rangkaian kata yang singkat. Bila harus membuat judul yang
panjang, ciptakanlah judul utama yang singkat dengan judul
tambahan yang panjang.
d. Tidak provokatif.

Judul karangan yang baik:


a. singkat dan padat
b. menarik perhatian
c. menggambarkan garis besar (inti) pembahasan.
d. Contoh : Upaya menurunkan risiko kemacetan di DKI
Jakarta.Tujuan dapat diungkapkan dengan kata operasional:
menanggulangi, mengurangi, menemukan, meningkatkan,
mengoptimalkan, mengevaluasi, mengendalikan.

2. Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi
bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Perlu ada dasar bekal
dalam melanjutkan penulisan. Untuk membiasakan, kumpulkanlah
kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis)

4
dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon
penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat
membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak
cara memngumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara
masing-masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan

Agar tidak terlalu biasa dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan


yang sesuai dengan tema pembahasan. polanya melalui klarifikasi
tingkat urgensi bahan yang telah dikumpulkan dengan teliti dan
sistematis. Berikut ini petunjuk -petunjuknya:

a. Hal penting semampunya.


b. Jadikan membaca sebagai kebutuhan.
c. Banyak diskusi, dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.

4. Membuat kerangka

Kerangka karangan menguraikan tiap topik atau masalah


menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus dan terukur. Kerangka
karangan belum tentu sama dengan daftar isi atau uraian per bab.
Kerangka ini merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat
berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna.
Berikut fungsi kerangka karangan:
a. Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan
sistematis
b. Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap
permasalahan.
c. Membantu menyeleksi materi yang penting maupun yang
tidak penting

Tahapan dalam menyusun kerangka karangan:

a. Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon


pikiran (diagram yang menjelaskan gagasan-gagasan yang
timbul)
b. Mengatur urutan gagasan.
c. Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d. Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap

Kerangka karangan yang baik adalah kerangka yang urut dan


logis. Karena bila terdapat ide yang bersilangan, akan

5
mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak
mengalir).
5. Mengembangkan kerangka karangan

Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada


penguasaan materi yang hendak di tulis. Jika benar-benar memahami
materi dengan baik, permasalahan dapat diangkat dengan kreatif,
mengalir dan nyata. Terbukti pula kekuatan bahan materi yang
dikumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk mengembangkan
karangan. pengembangan karangan juga jangan sampai menumpuk
dengan pokok permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya
harus sistematis, dan terarah. Begitu juga dengan
48
pengembangannya.

12. Pengembangan Kerangka Karangan


Kerangka karangan yang sudah dibuat baik dalam bentuk
kerangka topik ataupun kerangka kalimat dapat dikembangkan
dalam bentuk paragraf-paragraf. Pengembangan kerangka karangan
ilmiah dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengembangan kerangka
karangan secara alamiah dan pengembangan kerangka karangan
secara logis. (Utorodewo dkk, 2004: 75).

1. Pengembangan Kerangka Secara Alamiah

Pengembangan kerangka karangan secara alamiah adalah


pengurutan pokok pikiran sesuai dengan kenyataan/ apa adanya
seperti yang bisa diamati dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini,
pengembangan kerangka karangan dapat dilakukan dengan cara (1)
pengembangan spasial atau ruang yaitu pengembangan kerangka
tulisan yang berkaitan dengan lokasi kejadian. Sifat uraiannya lebih
deskriptif, (2) pengembangan kronologis atau waktu adalah
pengembangan karangan tulisan berdasarkan urutan kejadian suatu
peristiwa atau tahap kejadian, dan (3) pengembangan berdasarkan
topik yang ada yaitu pengembangan kerangka tulisan berdasarkan
hal-hal yang sudah diketahui bagian-bagiannya dan dijelaskan secara
berturut-turut dan logis. (Utorodewo dkk, 2004: 75)

48
Amalina, “makalah penyusunan kerangka karangan”, http://amalina-
in.blogspot.com/2014/05/makalah- penyusunan-kerangka-karangan.html (diakses
pada 26 April 2021, pukul 23.45).

6
2. Pengembangan kerangka secara logis

Pengembangan kerangka secara logis adalah pengurutan pokok-


pokok pikiran yang sesuai dengan penalaran dan berdasarkan
kepentingan tujuan penulisan. Pengembangan kerangka karangan
secara logis dapat dilakukan dengan cara pengembangan klimaks-
antiklimaks, pengembangan umum- khusus, khusus-umum,
pengembangan perbandingan dan pertentangan, pengembangan
sebab-akibat dan lain-lain.49

49
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015) hlm. 90-91.

7
BAB 9
DAFTAR PUSTAKA

A. Pengertian Daftar Pustaka


Daftar pustaka adalah suatu daftar yang berisi semua sumber bacaan
yang digunakan sebagai bahan acuan dalam penulisan karya ilmiah, seperti
makalah, skripsi, tugas akhir, laporan, tesis dan penelitian. Daftar pustaka
diletakkan dibagian akhir sebuah tulisan. Daftar pustaka merupakan rujukan
penulis selama ia melakukan dan menyususn penelitian atau laporannya.
Daftar pustaka berisi buku, makalah, artikel, atau bahan cetakan lainnya yang
dikutip, baik secara langsung maupun tidak langsung.50
Daftar pustaka disusun menurut urutan abjad nama belakang penulis
pertama. Daftar pustaka ditulis dalam spasi tunggal. Antara satu pustaka dan
pustaka berikutnya diberi jarak satu setengah spasi. Baris pertama rata kiri
dan baris berikutnya menjorok ke dalam. Melalui daftar pustaka pembaca
atau penulis dapat melihat kembali kepada sumber aslinya. Mereka dapat
menetapkan apakah sumber itu sesungguhnya mempunyai keterkaitan dengan
isi pembahasan itu, dan apakah bahan itu dikutip dengan benar atau tidak.
Dan sekaligus dengan cara itu pembaca dapat memperluas pula
pengetahuannya dengan bermacam-macam referensi itu.51
Penulisan buku dapat bersumber dari beragam jenis tulisan. Oleh karena
itu, teknik penulisan pun berbeda-beda. Inspirasi penulisan buku dapat
bersumber dari tulisan buku milik orang lain, penelitian, artikel (baik media
cetak maupun elektronik/internet). Karena sumbernya berbeda-beda, teknik
penulisannya pun berbeda-beda.52

B. Fungsi Daftar Pustaka


Adapun fungsi dari daftar pustaka adalah sebagai berikut.
1. Untuk memberikan informasi, bahwa pernyataan dalam karangan itu
bukan hasil pemikiran penulis sendiri, tapi hasil pemikiran orang lain.
2. Untuk memeberikan informasi selengkapnya tentang sumber kutipan
sehingga dapat dicek jika perlu.

50
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm.129-130.
51
Kholiq, Makalah Pengertian Daftar Pustaka, diakses dari
http://hikmadarisebuahcerita.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengertian-daftar.
52
Novita Lusiana, Rika Andriyani dan Miratu Megasari, Buku Ajar Metodologi
Penelitian Kebidanan (Yogyakarta: Depublish, 2015), hlm. 79.

8
3. Apabila pembaca mau lebih mendalami pernyataan yang dikutip, dapat
membaca sendiri buku/majalah yang menjadi sumber kutipan untuk
penelusuran kepustakaan.53
4. Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang
telah membantu kita dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan.
5. Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia
buat.54

C. Unsur-Unsur Daftar Pustaka


Untuk persiapan yang baik agar tidak ada kesulitan dalam penyusunan
bibliografi itu, tiap penulis harus tahu pokok-pokok mana yang harus dicatat.
Pokok yang paling penting yang harus dimasukkan dalam sebuah Daftar
Pustaka adalah:55
1. Nama pengarang, yang dikutip secara lengkap.
2. Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
3. Data publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke-berapa,
nomor jilid, dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
4. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan,
nama majalah, jilid, nomor dan tahun.

D. Bentuk Daftar Pustaka


Berikut dijelaskan beberapa bentuk daftar pustaka.
1. Dengan seorang pengarang
Hockett. Charles F. A Course in Modern Linguistics. New York: The
Mac Millan Company. 1963.

2. Buku dengan 2 atau 3 pengarang


Oliver. Robert T.. and Rupert L. Cortright. New Training for Effective
Speech. New York: Henry Holt and Company, Inc.,1958.

3. Buku dengan banyak pengarang


Morris, Alton C. et. al. College English, the First Year. New York :
Harcourt, Brace & World. Inc., 1964.

4. Kalau edisi berikutnya mengalami perubahan


Gleason, H. A. An Introduction to Descriptive Linguistics. Rev. ed. New
York: Holt. Rinehart and Winston. 1961.

53
Haryanto.A.G., Hartono Ruslijanto dan Datu Mulyono, Metode Penulisan dan
Penyajian Karya Ilmiah: Buku Ajar untuk Mahasiswa (Jakarta: EGC, 2000), hlm. 70.
54
Kholiq, Makalah Pengertian Daftar Pustaka, diakses dari
http://hikmadarisebuahcerita.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengertian-daftar
55
Tika Hatikah, dkk, Membina Kompetensi Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk
Kelas XI Semester 1, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm. 82-83.

9
5. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
Intensive Course in English. 5 vols. Washington: English Language
Service, inc., 1964.

6. Sebuah edisi dan karya seorang pengarang atau lebih


Ali, Lukman, ed. Bahan dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjermin
Manusia Indonesia Baru. Djakarta: Gunung Agung, 1967.

7. Sebuah Kumpulan Bunga Rampai atau Antologi


Jassin, H.B., ed. Gema Tanah Air. Prosa dan puisi. 2 Jld. Jakarta: Balai
Pustaka, 1969.

8. Sebuah Buku Terjemahan


Multatuli, Max Havelaar, atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang
Belanda, terj. H.B.Jassin. Jakarta: Djambatan,1972.

9. Dalam sebuah Himpunan


RiesmanDavid. “Character and Society,” Toward Liberal Education,
eds. Louis G. Locke, William M. Gibson, and George Arms. New
York: Holt, Rinerhart and Wineton, 1962.

10. Artikel dalam Ensiklopedi


Wrigtht, J.T. “Language Varieties: language and dialect,” Encyclopaedia
of Linguistics, Information and Control, hal. 243 – 2517.56

E. Teknik Penulisan Daftar Pustaka


Daftar pustaka dapat disusun dengan berbagai format, ada format yang
diuraikan dengan menggunakan MLA (The Modern Language Assosiation)
dan format APA (American Psychological Association). Adapun dalam
makalah ini akan membahas teknik penulisan daftar pustaka yang berlaku
secara umum dalam penulisan karya ilmiah di Indonesia. Berikut ini teknik
penulisan daftar pustaka:57
1. Baris pertama dimulai pada pias (margin) sebelah kiri, baris kedua dan
selanjutnya dimulai dengan 3 ketukan ke dalam.
2. Jarak antar baris adalah 1,5 spasi.
3. Daftar pustaka diurut berdasarkan abjad huruf pertama nama keluarga
penulis.
4. Jika penulis yang sama menulis beberapa karya ilmiah yang dikutip,
nama penulis itu harus dicantumkan ulang, sebagai berikut:

56
Admaji (2007). Bibliography, from http://www.anneahira.com/daftar-pustaka-karya-
tulis.htm
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
57

2015), hlm.130-131.

10
a. Nama penulis ditulis dengan urutan nama akhir, nama awal, dan
nama tengah, tanpa gelar akademik.
b. Tahun penerbitan.
c. Judul, termasuk anak judul (subjudul).
d. Kota tempat penerbitan.
e. Nama penerbit.
Jika penulisnya lebih dari satu, cara penulisan namanya sama dengan
penulis pertama. Nama penulis yang terdiri dari dua bagian ditulis
dengan urutan:
Nama akhir diikuti koma, nama awal (disingkat atau tidak disingkat,
tetapi harus konsisten dalam suatu karya ilmiah) diakhiri dengan titik.
Apabila sumber yang dirujuk ditulis oleh tim (lebih dari tiga penulis),
maka cukup ditulis nama penulis pertama saja, dan ditambah dkk. (dan
kawan-kawan).

Berikut ini teknik penulisan daftar pustaka dari berbagai rujukan:


1. Rujukan dari buku
Tahun penerbitan setelah penulis, diakhiri dengan titik. Judul buku
ditulis dengan huruf miring dengan huruf besar pada awal setiap kata,
kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan nama penerbit dipisahkan
dengan titik dua (:).
Contoh:
Buhannudin, S.1990. Teori Akuntansi dan Pengembangannya dalam
Jurnal. Jakarta: Bina Aksara.

Jika ada dua atau tiga penulis, maka cara penulisannya sama dengan
buku yang dirujuk oleh satu penulis.
Contoh:
Newman WH and E. Kirby Warren. 1997. The Process of Management,
Concept, Behaviour and Paratice. New Delhi: Prentice Hall of
India Private Ltd.

Jujuk, Ariyanti S., Arsjad, M.G., & Ridwan, S.H. 1989. Penyusunan
Jurnal Modern dan Benar. Jakarta : Erlangga.

Whitten, J.L., Bentley, L.D., Dittaman, K.C. 2004. System Analysis and
Design Methods. Indianapolis : McCraw-Hiil Education.

Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang
yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun
penerbitan diikuti oleh lambang a,b,c, dan seterusnya yang urutannya
ditentukan secara kronologis atau berdasarkan abjad judul bukunya.

11
Contoh:
Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and
Emergig Issuse-1985. Atlanta: Career Ladder Clearing-house.

Cornet, L. & Weeks, K. 1985b. Planing Career Ladders: Lesson From.


The States. Atalanta: Career Ladder Clearinghouse.

2. Rujukan dari Buku yang Berisi Kumpulan Artikel (Ada Editornya)


Seperti menulis rujukan dari buku ditambah tulisan (Ed.) jika ada
satu editor dan (Eds.) jika editornya lebih dari satu, diantara nama penulis
dan tahun penerbitan.
Contoh:
Brannen, Julia (Ed). Mixing Methods : Qualitative and Quantitative
Reasearch. England: Avebury.

Letheridge, S. & Cannon, C.R. (Eds) 1980. Bilingual Education:


Teaching English as a Second Languange. New York: Praeger.

3. Rujukan dari Artikel dalam Buku Kumpulam Artikel (Ada Editornya)


Nama penulis artikel di depan diikuti dengan tahun penerbitan. Judul
artikel ditulis tanpa cetak miring (bahasa Indonesia) dan cetak miring
(bahasa asing) dengan huruf kapital hanya didepan judul saja. Nama
editor ditulis seperti menulis nama biasa, diberi keterangan (Ed.) bila
hanya satu editor, dan (Eds) bila lebih dari satu editor. Judul buku
kumpulannya ditulis dengan huruf miring, dan nomor halamannya
disebutkan dalam kurung.58
Contoh:
Fananie, Zainuddin. 2000. “Perspektif Ideologis dalam Sastra Indonesia”
dalam Soediro Satoto (Ed.) Sastra: Ideologi, Politik, dan
Kekuasaan editor. Surakarta: Universitas Muhammadiyah
Surakarta Press. (hlm.13-28).

Barthes, Roland. 1992. “Unsur-unsur Semiologi: Langue dan Parole”


dalam Panuti Sujiman dan Van Zoest, (Eds.) Serba-Serbi
Semiotika. Jakarta: Gramedia. (hlm.80-88).

4. Rujukan dari Artikel dalam Jurnal


Nama penulis ditulis paling depan diikuti dengan tahun dan artikel
yang ditulis cetak biasa, dan huruf kapital pada awal judul. Nama jurnal
ditulis dengan cetak miring dan huruf awal dari setiap katanya dengan
huruf besar kecuali kata hubung. Bagian akhir ditulis jurnal tahun

58
Ibid., hlm. 132.

12
keberapa, nomor berapa (dalam kurung) dan nomor halaman dari artikel
tersebut.59
Contoh:
Simpson, Paul. 1992, “ Teching stylistics: analysing cohesion and
narative structure in a short story by Ernest Hemingway” dalam
Jurnal Languange and Literature. Vol. 1 no 1 1992.

Ley, R.G., & Bryden, M.P. (1979). Hemiapheric differences in


processing emotions and faces. Brian and languange, 7, 127-138.

5. Rujukan dari Artikel dalam Jurnal dari CD-ROM


Penulisannya di daftar rujukan sama dengan rujukan dari artikel
dalam jurnal cetak ditambah dengan penyebutan CD-ROM-nya dalam
kurung.
Contoh:
Krashen, S., Long, M & Scarcella, R.1979. Age and Eventual Attainment
in Second Languange Acquisition. TESOL Quarterly, 13: 573-582
(CD-ROM: TESOL Qauterly-Digital, 1997).

6. Rujukan dari Artikel dalam Majalah atau Koran


Nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh tanggal, bulan, dan
tahun jika ada judul atrikel ditulis cetak biasa, dan huruf besar pada
setiap awal kata, kecuali kata hubung. Nama majalah atau koran ditulis
huruf kecil kecuali huruf pertama setiap kata dan dicetak miring. Nomor
halaman disebut bangain akhir.60
Contoh:
Ismail, Taufik, “ Menyembuhkan Bangsa yang Rabun Membaca”. Suara
Muhammadiyah, No. 22/Th. Ke-87/ 16-30 November 2002.
Hlm.5-6.

Alwasilah, Chaedar, “ Meluruskan Pengajaran Sastra” Media Indonesia,


20 Juni 2001 “Perlunya Meluruskan Pengajaran Sastra” Media
Indonesia, 26 Juli 2001. Hlm 4.

7. Rujukan dari Koran Tanpa Penulis


Nama koran ditulis di bagian awal. Tanggal, bulan, dan tahun ditulis
setelah nama koran, kemudian judul ditulis dengan huruf kapital-kecil
miring dan diikuti dengan nomor halaman.61
Contoh:
Kompas, 3 April 2002. “Perubahan Strategi Ekonomi Indonesia”. Hlm 3.

59
Ibid., hlm. 133-134.
60
Ibid., hlm. 134.
61
Ibid., hlm. 135.

13
8. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh suatu
Penerbit Tanpa Penulis dan Tanpa Lembaga
Judul atau dokumen ditulis di bagian awal dengan cetak miring,
diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit, dan nama penerbit.
Contoh:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang
Sistem Perekonomian Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta
Jaya.

9. Rujukan dari Lembaga yang Ditulis Atas Nama Lembaga tersebut


Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan,
diikuti dengan tahun, judul karangan yang dicetak miring, nama tempat
penerbitan, dan nama lembaga yang bertanggung jawab atas penerbitan
karangan tersebut.62
Contoh:
Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia. 1975. Pedoman Umum Ejaan
Yang Disempurnakan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Edisi Kedua.

10. Rujukan Berupa Karya Terjemahan


Nama penulis asli ditulis paling depan, diikuti tahun penrbitan karya
asli, judul terjemahan, nama penerjemah, tahun terjemahan, nama tempat
penerbitan dan nama penerbit terjemahan. Apabila tahun penerbitan buku
asli tidak dicantumkan ditulis dengan kata tanpa tahun.
Contoh:
Luxemburg, Jan van. et.al. 1963. Pengantar Ilmu sastra. Terjemahan
Dick Hartono. Jakarta: Gramedia.

Wellek, Rene dan Austin Waren. Teori Kesusastraan. Terjemahan Melani


Budianta. Jakarta: Gramedia.

11. Rujukan Berupa Skripsi, Tesis, atau Disertasi


Nama penulis di tulis paling depan, diikuti tahun yang tercantum
pada sampul, judul skripsi, tesis atau disertai ditulis dengan cetak miring
diikuti dengan pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan,
nama kota tempat perguruan tinggi, dan nama fakultas serta nama
perguruan tinggi.63
Contoh:
Hulquist, M. 1985. The Adverb just American English usage. Master’s
thesis, Applied linguistics, University of California, Los Angeles.

62
Ibid., hlm. 135.
63
Ibid., hlm. 136.

14
Wahyuningdyah, R.Y.1996. Analisis Faktor-Faktor Motivasi dan
Hubungannya dengan Produktivitas Tenaga Kerja Akademik
Kopertis Wilayah V. Tesis tidak Diterbitkan. Yogyakarta.
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

12. Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, atau
Lokakarya
Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun judul,
judul makalah ditulis dengan cetak miring, kemudian diikuti pernyataan
“Makalah disajikan dalam...”, nama pertemuan, lemabga penyelenggara,
tempat penyelenggara dam tanggal serta bulannya.
Contoh:
Wahab, Abdul. 2002. “Komet Api Sakadom”. Makalah yang disajikan
dalam acara Sastrawan Bicara Mahasiswa Membaca yang
diselengarakan Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
tanggal 2 September 2002.

Pawley, A., and Syder F. (1976). “The One Clause Hypothesis”. Makalah
disampaikan pada kongres Masyarakat Linguistik New Zealand
Pertama, Auckland tanggal 5-7 juni 1976.

13. Rujukan dari Internet Berupa Karya Individual


Nama Penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara
berturut-turut oleh tahun judul karya tersebut (dicetak miring) dengan
diberi keterangan dalam kurung (Online), dan diakhiri dengan alamat
sumber rujukan tersebut disertai keterangan kapan diakses di antara tanda
kurung.64
Contoh:
Hitchock, S. Carr, L. & Hall,W.1996. A Survey of STM On Fine-Jornals,
1990-195: The Calm before the Strom, (Online),
(http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html. Diakses 12
Juni 1996).

14. Rujukan dari Internet Berupa Bahan Diskusi


Nama Penulis ditulis seperti rujukan bahan cetak, diikuti secara
berturut-turut oleh tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi, nama
bahan diskusi (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung
(Online) dan diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan tersebut
disertai dengan keterangan kapan diakses, di antara tanda kurung.
Contoh:
Wison, D. 20 November 1995. Summary of Citing Internet Sites.
NETRAIN Discussion List, (Online).
(NETRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 22 November 1995).
64
Ibid., hlm. 137.

15
Edward, D. 20 November 2008. Summary of Citing Internet
Sites.NETRAIN Discussion List, (Online),
(NETRAIN@,ubvm.cc.buffalo.edu._diakses 22 November 2008).

15. Rujukan dari Internet Berupa e-Mail Pribadi


Nama pengirim (jika ada) dan disertai keterangan dalam kurung
(alamat email pengirim), diikuti secara berturut oelh tanggal, bulan,
tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirim disertai
keterangan dalam kurung (alamat email yang dikirim).65
Contoh:
Marsyani, Dali S. (ikip-jkt@indo-net.id). 1 Oktober 2009. Artikel untuk
JIP. E-mail kepada Ali Saukah (iippsi@,mlg.ywen.or.id).

Davis, A. (a.davis@uwts.edu.au). 10 Juni 1996. Learning to Use Web


Authoring Tools. E-mail kepada Alison Hunter
(huntera@usq.adu.au).
16.

65
Ibid., hlm. 138.

16
BAB 10
TATA CARA MENGUTIP

A. Pengertian Mengutip
Kutipan adalah kalimat, paragraf, atau pendapat dari seseorang
pengarang, ahli, ucapan orang terkenal, pejabat pemerintah maupun alim
ulama karena keahlianya, baik yang terdapat dalam buku,jurnal maupun
media tulis atau lisan.66 Pengutipan adalah proses peminjaman kalimat atau
pendapat seseorang pengarang atau ucapan seseorang yang ahli dalam bidang
yang sedang ditulis.
Kutipan terdiri atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Kutipan langsung adalah salinan yang sama persis dengan sumbernya, atau
kutipan yang dipindahkan langsung dari sumbernya. Kutipan tidak langsung
adalah kutipan yang mengambil dari sebuah referensi yang ditulis oleh
penulis karya ilmiah menggunakan gaya bahasa sendiri berdasarkan
pemahamannya sendiri. Kutipan bertujuan untuk menegaskan uraian,
memperkuat, dan kejujuran penulis menggunakan sumber-sumber
penulisan.67
B. Fungsi Kutipan
Tindakan mengutip bukan semata-mata meniru teks orang lain.
Tindakan mengutip bukan untuk kesombongan, bahwa penulis memajang
sejumlah pustaka yang dikuasai. Akan

tetapi, sebenarnya, penulis telah melakukan tindakan dengan itikad


baik, sebab penulis telah meneliti informasi yang ada dan telah ditulis oleh
orang lain.

Fungsi kutipan diantaranya:

1. Sebagai landasan teori


2. Penguat pendapat penulis
3. Penjelasan suatu uraian
4. Bahan bukti untuk menunjang pendapat

Sedangkan fungsi utama kutipan dalam karya ilmiah adalah menegaskan


isi uraian atau membuktikan kebenaran yang diajukan oleh penulis
berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari literatur, pendapat seseorang atau
atau pakar, bahkan pengalaman empiris.68
66
(Gorys keraf, 1993., halaman 179)
67
Mulyani, Trampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, ( Jakarta : Kencana , 2005 )
hal 126
68
https://kikikecilitsme.blogspot.com/2011/12/makalah-bahasa-indonesiakutipan-dan.html
diakses : 13 MEI 2021

17
C. Jenis-Jenis Kutipan
Adapun jenis-jenis kutipan diantaranya yaitu :

1. Kutipan langsung

Kutipan langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya,
tidak boleh ada perubahan, kalau ada yang dinilai salah/meragukan kita
beri tanda “sic !”, yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan
aslinya dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu. Demikian juga
kalau kita menyesuaikan ejaan, memberikan huruf kapital, garis bawah
atau huruf miring kita harus menjelaskan hal tersebut misal “huruf miring
dari pengutip” “ ejaan sesuai dengan EYD” dll. Bila dalam kutipan
tersebut terdapat huruf atau kata yang salah satu dibetulkan oleh pengutip
harus digunakan dengan huruf siku.

2. Kutipan tidak langsung” kutipan isi”

Dalam kutipan tidak langsung kita hanya mengambil intisari pendapat


yang kita kutip, kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang
kita buat dan tidak usah diapit dengan tanda petik. Penyebutan sumber
dapan dengan sistem catatan kaki, dapat juga dengan sistem catatan
langsung “ catatan perut”

3. Kutipan pada catatan kaki.


Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat
saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli
4. Kutipan atas ucapan lisan.
Harus dilegalisir oleh pembicara atau sekretariatnya (bila pembicara
seorang pejabat). Dapat dimasukan dalam teks sebagai kutipan langsung
atau tidak langsung
5. Kutipan dalam kutipan :
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat kutipan. Dapat
dilakukan dengan dua cara:
- Bila kutipan asli tidak memakai tanda kutip, kutipan dalam kutipan
dapat mempergunakan tanda kutip tunggal atau tanda kutip ganda.
- Bila kutipan asli menggunakan tanda kutipan tunggal, kutipan dalam
kutipan memakai tanda kutip ganda. Sebaliknya bila kutipan asli
memakai tanda kutipan ganda, kutipan dalam kutipan memakai tanda
kutip tunggal.
6. Kutipan langsung dalam materi

18
Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hingga hingga
penghentian terdekat (dapat berupa koma,titik koma, atau titik) disusul
dengan sisipan penjelasan siapa yang berbicara

D. Tata Cara Pengutipan


Pada Prinsipnya tata cara pengutipan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu pengutipan secara langsung dan tidak langsung (parafrase).

1. Sistem pengutipan secara langsung


Sistem pengutipan langsung dilakukan dengan cara mengutip suatu
pendapat atau sejenisnya seperti sumber aslinya, tanpa melakukan
perubahan sistem bahasa yang digunakan sumber. Oleh karena itu,
sistem ini disebut dengan “kutipan bahasa”. Sistem ini memiliki satu
kelebihan, yakni memungkinkan terjadi kesalahan adalah sangat kecil.
Kutipan langsung dilihat berdasarkan bentuknya memiliki dua jenis,
yaitu kutipan langsug pendek dan panjang
a. Kutipan langsung pendek
Kutipan langsung pendek adalah kutipan yang tidak melebihi tiga
baris. Oleh karena itu sistem pengutipan ini langsung dijalin
menjadi satu teks dengan bahasa pengutip. Kemudian diapit tanda
kutip (“…”).

Contoh :

Sudah barang tentu bahwa “jasa yang diinginkan oleh pelanggan


atau stakeholder adalah sesuatu produk yang bermutu”69 Oleh
karena itu, konsep TQME ini dalam operasionalisasinya harus
membutuhkan sistem manajemen yang mampu memberdayakan
suatu institusi pendidikan melalui optimalisasi semua unsur/ sektor
secara sinergis agar lembaga pendidikan itu menjadi lebih bermutu.
b. Kutipan langsung panjang
Kutipan langsung panjang adalah kutipan yang secara kuantitatif
melebihi tiga baris. Kutipan jenis ini harus ditulis secara terpisah
dari bahasa pengutip dengan cara baris pertama menjorok kedalam
sekitar tujuh huruf dan baris kedua serta baris-baris selanjutnya
ditulis menjorok ke dalam sebanyak empat huruf. Kemudian spasi
yang digunakan adalah satu, dan tidak perlu diapit tanda kutip,
karena dilihat dari segi bentuknya sudah berbeda dengan bahasa
pengutip. Jangan lupa pada akhir kutipan diberi catatan sumber.

Contoh :

69
(Shallis., 2006 hlm 5)

19
Secara filosofis, TQME menekankan pada cara pencarian yang
amat konsisten terhadap segala upaya perbaikan yang
berkelanjutan dalam rangka mencapai kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Adapun strategi yang digunakan dalam TQME adalah:

Bahwa pendidikan harus memposisikan dirinya sebagai institusi


industri yang bergerak dalam bidang jasa, dengan kata lain menjadi
sebuah “industri jasa”. Yakni sebuah institusi yang harus
memberikan pelayanan sesuai dengan apa “yang diinginkan oleh
pelanggan atau stakeholder yang dalam kontek manajemen umum
disebut dengan customer”. Sudah barang tentu bahwa jasa yang
diinginkan oleh pelanggan atau stakeholder adalah sesuatu produk
yang bermutu70

Oleh karena itu, konsep TQME ini dalam operasionalisasinya


harus membutuhkan sistem manajemen yang mampu
memberdayakan suatu institusi pendidikan melalui optimalisasi
semua unsur/sektor secara sinergis agar lembaga pendidikan itu
menjadi lebih bermutu.

2. Sistem pengutipan secara tidak langsung (parafrase)


Sistem pengutipan secara tidak langsung adalah suatu cara
mengutip yang dilakukan dengan cara mengambil konsepnya saja.
Kemudian konsep itu dibahasakan kembali oleh pengutip dengan gaya
bahasa pengutip. Yang perlu diperhatikan di sini adalah bahwa
pengutip harus betul-betul cerdas dan cermat dalam mengolah
bahasanya, sehingga konsep yang diambil tidak mengalami pembiasan
dari sumber aslinya. Kelebihan jenis pengutipan ini adalah bahwa
pengutip akan tampil kreatif. Namun, yang perlu diperhatikan adalah
kemungkinan terjadi kesalahan menjadi sangat besar. Sehubungan
dengan sifatnya, maka kutipan jenis ini disebut dengan “kutipan
konsep” atau “parafrase”
Secara kuantitatif kutipan konsep dibagi menjadi dua, yaitu kutipan
konsep pendek dan kutipan konsep panjang
a. Kutipan konsep pendek
Kutipan konsep pendek adalah kutipan yang jumlahnya tidak
melebihi satu paragraf. Tata cara penulisanya langsung dijalin
jadi satu dengan bahsa pengutip. Sehingga spasinya pun sama
dengan bahasa pengutip. Sedangkan catatan sumber refrensi
dapat dilakukan dengan dua model, yaitu di belakang kutipan
atau di depan kutipan.
Contoh :
70
(Shallis., 2006 hlm 10)

20
Konsep kurikulum dibagi menjadi empat, yaitu (1) Kurikulum
sebagai produk, (2) Kurikulum sebagai Program (3) Kurikulum
sebagai hasil belajar yang diinginkan, dan (4) Kurikulum sebagai
pengalaman belajar bagi peserta didik71. Pemahaman yang benar
tentang kurikulum sangat penting karena ikut menentukan arah
pembelajaran yang terkait dengan proses maupun substansinya.
Jika kurikulum hanya di pandang dalam arti sempit, maka jangan
diharapkan kalau pendidikan dan pengajaran yang akan
dilaksanakan dapat membuahkan hasil sesuai dengan apa yang
diharapkan.

b. Kutipan konsep panjang


Kutipan konsep panjang adalah kutipan yang melebihi dari satu
paragraf. Sistem penulisannya pun tidak jauh berbeda dengan
kutipan konsep pendek72
Contoh :
Semua itu tidak dapat dilepaskankan dari sebuah sistem atau
model manajemen yang dipilih oleh tim manajemen sebuah
institusi. Berkaitan dengan hal ini, Freddy Rangkuti
mengatakan bahwa tim manajerial pimpinan suatu suatu
lembaga setiap hari kerjanya harus melakukan pengamatan
terhadap berbagai konsep atau literatur, teknik analisis,
temuan-temuan empiris, serta paradigma yang dapat dipakai
sebagai landasan untuk menyusun suatu perencanaan strategis.
Perencanaanperencanaan strategis lebih lanjut harus didasarkan
pada kekuatan-kekuatan internal lembaga sekaligus
kekuatankekuatan eksternalnya yang dapat berupa berbagai
peluang dan ancaman atau tantangan. Kegiatannya meliputi
pengamatan secara hati-hati terhadap kompetitor, peraturan,
siklus, keinginan dan harapan pengguna (stakeholder), serta
faktor-faktor yang dapat digunakan untuk melakukan
identifikasi peluang dan ancaman tersebut.
Untuk itu paling tidak terdapat dua konsep strategis
perencanaan lembaga pendidikan yang harus dilakukan, yaitu:
a) Distinctive competence, maksudnya adalah tindakan yang
dilakukan oleh sebuah lembaga agar dapat menyusun dan
melakukan kegiatan yang labih baik dibandingkan dengan apa
yang dilakukan oleh para pesaing (kompetitor)nya. Aspek ini
dapat diidentifikasi melalui dua aspek pokok, yaitu keahlianstaf
dan kemampuan sumberdaya
71
(Beane 1986 halam 29) membagi kutipan konsep pendek
72
Purwirto,dkk, cinta Bahasa Indonesia, Cinta Tanah Air, Bantul :Institut Seni Indonesia
(yogyakarta ,2016. Hal 63-68

21
b) Competitive Advantage, yaitu suatu kegiatan spesifik yang
dikembangkan oleh lembaga agar lebih unggul dibandingkan
dengan pesaingnya. Terdapat tiga komponen strategi yang
dapat dilakukan untuk memperoleh keunggulan dalam
bersaing, yaitu: 1) Cost leadership, 2) Diferensiasi, dan 3)
adalah Fokus. (2005: 1-32).

E. Prinsip-Prinsip Mengutip
1. Penulis harus menahan diri agar tidak mengutip terlalu banyak
sehingga tulisan yang disusun menjadi suatu himpunan kutipan.
2. Penulis harus memahami bahwa kutipan hanya menjadi bukti
penunjang pendapat penulis.
3. Kutipan dianggap benar jika penulis menunjukkan tempat atau asal
kutipan sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan dengan sumber
aslinya.
4. Kutipan hendaknya diambil seperlunya agar tidak merusak uraian
sebenarnya.73
5. Pada kutipan langsung, penulis tidak boleh mengubah apapun dan
andai kata penulis tidak menyetujui apa yang dikutipnya atau
menemukan kesalahan, ia dapat memberi tanda : [. . .. ] atau [ sic]. Sic
berasal dari kata latin sicut yang berarti “dengan demikian”, “jadi..”, “
seperti itu”. 74

BAB 11
MENYUSUN LAPORAN

A. Pengertian Laporan
Kaidah baku menjadi tolok ukur suatu kata dikatakan sebagai kata baku
atau tidak baku. Kaidah baku adalah kaidah standar yang dapat berupa
pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, atau kamus umum.

B. Fungsi Laporan
Secara umum, fungsi bahasa baku sebagai berikut.

73
NASUCHA,DKK, Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiyah: Mata Kuliah
Kepribadian ( Yogyakarta : Media Perkasa, 2010)
74
Sabarti Akhadiah,dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia ( Jakarta :
Erlangga, 2003)

22
C. Ciri-Ciri Laporan
Beberapa ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut
bahasa daerah

D. Syarat-Syarat Laporan
Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pemakaiannya. Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat
baku berdasarkan konsep yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS
(2014: 67).

E. Jenis-Jenis Laporan
Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pemakaiannya. Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat
baku berdasarkan konsep yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS
(2014: 67).
F. Sistematika Laporan
Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pemakaiannya. Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat
baku berdasarkan konsep yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS
(2014: 67).

G. Pokok-Pokok Laporan
Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia, yaitu :
ini tidak baku)
Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu (Kalimat ini baku)

23
BAB 12
PENULISAN KARYA ILMIAH

A. Pengertian Karya Ilmiah


Kaidah baku menjadi tolok ukur suatu kata dikatakan sebagai kata baku
atau tidak baku. Kaidah baku adalah kaidah standar yang dapat berupa
pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, atau kamus umum.

B. Ciri-Ciri Karya Ilmiah


Secara umum, fungsi bahasa baku sebagai berikut.rfnfer regjgerg erg
jegrjlemg

C. Syarat-Syarat Karya Ilmiah


Beberapa ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut. Tidak dipengaruhi
bahasa daerah

D. Jenis-Jenis Karya Ilmiah


Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pemakaiannya. Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat
baku

E. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah


Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia, yaitu
:ini tidak baku) Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu (Kalimat ini
baku)

24
DAFTAR PUSTAKA

Admaji. 2007. Bibliography. From http://www.anneahira.com/daftar-pustaka-


karyatulis.htm
Afnita dan Zelvina Iskandar (2019). Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: Kencana
Aguna, Agnyana. Penyebab Ketidakbakuan Kalimat Dalam Bahasa Indonesia.
Diakses pada 28 Maret Pukul 08:03, dari
https://siswaberpikir.blogspot.com/2016/03/penyebab-ketidakbakuan-
kalimat-dalam.html?m=1
Alffian dan Khusnul Fathonah. 2020. Analisis Kesalahan Penggunaan Kalimat
Baku Dan Kalimat Efektif Dalam Karangan Argumentasi Siswa SMA
Kelas XII PPLS Di BKB Nurul Fikri Kranggan Bekasi. Eduscience: Jurnal
Ilmu Pendidikan Vol.5 No.2.
Amalina-in.blogspot.com, (2014, 15 Mei), makalah penyusunan kerangka
karangan, diakses pada 26 April 2021, dari http://amalina-
in.blogspot.com/2014/05/makalah-penyusunan-kerangka-karangan.html
Ariyanti, Riri. 2019. “Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital, Tanda
Baca, Dan Penulisaan Kata Pada Koran Mercusuar”, Jurnal Bahasa
dan Sastra Vol 4, No 4.

Dalman. (2015). Penulisan Populer. Depok: PT Raja Grafindo Persada

Dewinita, Kalimat Baku dan Tidak Baku. Diakses Pada Tanggal 28 Maret Pukul
17:10, dari http://d3winit4.blogspot.com/2009/12/kalimat-baku-dan-
tidak-baku.html?m=1
Dokumen.tips ,_ , makalah kerangka karangan, diakses pada 26 April 2021, dari
https://dokumen.tips/documents/makalah-kerangka-karangan.html
Fitri, Dini. 2017. Pedoman Kata Baku & Tidak Baku. Jakarta: PT Kawah Media.

G, Haryanto A. dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah: Buku
Ajar untuk Mahasiswa. Jakarta: EGC.
Hatikah, Tika., dkk. 2007. Membina Kompetensi Berbahasa dan Bersastra
Indonesia untuk Kelas XI Semester 1. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
https://kikikecilitsme.blogspot.com/2011/12/makalah-bahasa-indonesiakutipan-
dan.html [13 Mei 2021]

25
Ibeng, Parta. 2021. Kalimat Baku & Tidak Baku : Pemgertian , ciri, syarat dan
contohnya. Diakses pada 27 Maret Pukul 20:23, dari
https://pendidikan.co.id/kalimat-baku-tidak-baku-pengertian-ciri-syarat-
dan-contohnya/
Kholiq. Pengertian Daftar Pustaka. Diakses pada Mei 2021 dari
http://hikmadarisebuahcerita.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengertian-
daftar pustaka.html
Lusiana, Novita., Rika Andriyani dan Miratu Megasari. 2015. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Depublish.
Mulyati. 2015. Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana.
Nasucha,Yakup.Rohmadi,Muhammad.,dan Wahyudi,Budi A 2010. Bahasa
Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah:Mata Kuliah
Kepribadian.Yogyakarta:Media Perkasa

Nurdjan, Sukirman., dkk. 2016. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi.


Makassar: Aksara Timur.
Prihantini, Ainia. 2015. EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap.
Yogyakarta: B first.
PUEBI Daring. Diakses pada Mei 29, 2021, dari
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-kapital/

Purwandari, Retno dan Qoni’ah. 2015. Buku Pintar Bahasa Indonesia.


Yogyakarta: Familia.

Purwirto dkk, 2016. Cinta Bahasa Indonesia, Cinta Tanah Air.Bantul: Insitut Seni
Indonesia Yogyakarta

Saputra, Edi dan Junaida. 2016. Bahasa Indonesia. Medan: Perdana Publishing.

Setiawan, Samhis. Huruf Kapital, diakses pada Mei 29, 2021 dari
https://www.gurupendidikan.co.id/huruf-kapital/.

Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan,2003. Pembinaan


Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.Jakarta:Erlangga.

Samhis,Setiawan.(2021).Kutipan : Format Cara Penulisan,Contoh Dan Fungsi


Tujuannya https://www.gurupendidikan.co.id/kutipan/ [13 Mei 2021]

Suyatno dkk. (2017). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Membangun


Karakter Mahasiswa melalui Bahasa). Bogor: IN Media

26
Syaihaabul Hudaa. (2018). Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia.
Sukabumi: CV Jejak

Widjono. (2007). Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

Widjono HS. (2005). Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

Narabahasa. Fungsi Huruf Tebal. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://narabahasa.id/ejaan/fungsi-huruf-tebal
Sumarni, Ratna. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam
Bahasa Indonesia. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-
tebal/amp
Sitorus, Jonter Pandapotan. (2019). “Mengenal Tata Bahasa Indonesia”. Malang:
Penerbit Evernity
Permendikbud. (2015). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
PUEBI Daring.
Buono, Agus, and dkk. Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Tulis Ilmiah.
IPB Press, 2001.
Fitriani, Anisa Yuli Rahma, and Laili Etika Rahmawati. “Analisis kesalahan
penggunaan tanda baca dan huruf miring dalam teks berita online
detiknews dan tribunnews.” BAHASTRA 40, no. 1 (April 30, 2020): 10.
https://doi.org/10.26555/bahastra.v40i1.14695.
“Huruf Miring - PUEBI Daring.” Accessed May 30, 2021.
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-miring/.
Indonesia and Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Pedoman umum
ejaan bahasa Indonesia, 2016.
Permatasari, Nur Endah, and Ika Maiatun Khasanah. “KESALAHAN
BERBAHASA DALAM MAJALAH PANDAWA IAIN SURAKARTA
EDISI 2018 PADA TATARAN EJAAN DAN SINTAKSIS” 2 (2019): 12.
S.Pd, Ratna Sumarni. “10 Penggunaan Huruf Miring Yang Benar dan
Contohnya.” DosenBahasa.com, November 1, 2016.
https://dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-miring.
Zulmiyetri, Nurhastuti, and Safaruddin. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Edisi
Pertama. Jakarta: Kencana, 2020.

27

Anda mungkin juga menyukai