الرحيــم
ّ الرحمن
ّ بــسم اهلل
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan karunia, rahmat,
taufik, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Dan tak lupa pula sholawat serta
salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw., beserta
para sahabat dan pengikut beliau hinga akhir zaman. Alhamdulillah berkat rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan buku yang berjudul
“Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi”. Semoga buku ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para
pembaca.
Dalam buku ini terdapat sebanyak dua belas bab materi kajian dan mencakup
standar kompetensi pelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, kami sebagai
penulis mengharapkan semoga buku ini dapat membantu menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca yang ingin mengembangkan kemapuan
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Buku ini, kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan maupun isi materi dari buku
ini. Dan semoga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Tim Penyusun
Kelompok 5,6,7,8
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Kata Baku....................................................................................2
B. Fungsi Bahasa Baku......................................................................................2
C. Ciri-Ciri Bahasa Baku...................................................................................3
D. Syarat-Syarat Kalimat Baku..........................................................................4
E. Penyebab Ketidakbakuan Kalimat................................................................5
BAB III PENUTUP................................................................................................7
A. Kesimpulan...................................................................................................7
B. Saran..............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
iii
PENDAHULUAN
Bahasa Indonesia yang berkedudukan sebagai bahasa kebangsaan dan bahasa resmi
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan sebuah dialek bahasa melayu, yang
pokoknya dari bahasa Melayu Riau (bahasa Melayu di Provinsi Riau, Sumatera,
Indonesia). Bahasa ini pada akhirnya berkembang cukup pesat, sehingga pada tanggal 18
Agustus ditetapkan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36 yang menyatakan
bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan demikian, selain berkedudukan
sebagai bahasa negara, Bahasa Indonesia juga dipakai dalam semua urusan yang
berkaitan dengan pemerintahan dan negara.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang Bahasa Indonesia telah mencapai
perkembangan yang luar biasa pesat, baik dari segi jumlah penggunanya, maupun dari
segi sistem tata bahasa dan kosa kata serta maknanya. Sekarang Bahasa Indonesia telah
menjadi bahasa besar yang digunakan dan dipelajari tidak hanya di seluruh Indonesia
tetapi juga banyak negara lain yang menggunakannya bahkan kebersihan Indonesia
dalam mengajarkan Bahasa Indonesia kepada generasi muda telah dicatat sebagai
prestasi dari segi peningkatan komunikasi antarwarga negara Indonesia.
Idealnya, bangsa Indonesia dari segala generasi harus mampu menggunakan Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Dan mengingat
bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang mempersatukan negeri ini,
maka untuk mempelajarinya adalah hal yang sangat penting. Akan tetapi realitanya
bahasa gaul yang seharusnya hanya menjadi bahasa pergaulan telah masuk ke ruang
praktis pendidikan. Hal tersebut tentu menimbulkan kekhawatiran akan menggeser
kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Oleh karena itu, perlu adanya
kepatuhan dalam penggunaan Bahasa Indonesia, agar kelestarian Bahasa Indonesia tetap
terjaga. Penting untuk dilakukan peningkatan pendidikan Bahasa Indonesia, baik di
tingkat SD, SMP, SMA, atau sederajat, dan bahkan pada tingkat Perguruan Tinggi
sekalipun.
4
BAB 1
HURUF KAPITAL
3
Ibid., hlm. 3-5.
4
PUEBI Daring. Diakses pada Mei 29, 2021, dari
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-kapital/
6
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama kata yang bukan nama
resmi negara, lembaga pemerintah, dan nama dokumen resmi, misalnya :5
1. Kehidupan berbangsa dan bernegaraakan berjalan baik kalau semua menaati
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Negara akan makmur jika pemerintah dan rakyatnyasaling mendukung.
16. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang, misalnya :
Khalil Gibran, Joko Pamungkas, dan lain-lain.
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang
digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran, misalnya ikan mujaer, lampu
5 watt dan lain-lain.
17. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama suku bangsa, bahasa, dan
bangsa, misalnya : suku Bugis, bangsa Jerman, bangsa Belanda
Akan tetapi, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama suku
bangsa, bahasa dan bangsa yang berupa bentuk dasar kata turunan, misalnya :
mengindonesiakan istilah-istilah asing, dan keinggris-inggrisan.
18. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari
raya dan peristiwa sejarah, misalnya : bulan Maret, hari Sabtu, hari Waisak,
perang Diponegoro, dan lain-lain.
Akan tetapi, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama peristiwa
sejarah yang tidak dimanfaatkan sebagai nama misalnya :
Untuk memproklamasikan kemerdekaan, para generasi muda harus
berjuang sampai titik darah penghabisan.
19. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi, misalnya : Jalan
Pattimura, Karang Anyar, Sungai Opak, Gunung Merapi, Selat Sunda dan lain-
lain.
Akan tetapi, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama geografi
yang tidak menjadi unsur nama diri, misalnya :
1. Sekarang ini tidak mudah menemukan sungai yang masih bersih tidak
dipenuhi sampah.
2. Hidupnya habis untuk mengarungi samudra.
Begitu pula, huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama
geografi yang digunakan sebagai nama jenis, misalnya : kunci inggris,
rambutan aceh, gula jawa dan lain-lain.6
Retno Purwandari dan Qoni’ah, Buku Pintar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Familia, 2015), h.
5
47-48.
6
Retno Purwandari dan Qoni’ah, Buku Pintar Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Familia, 2015), h.
45-47.
7
Kata SEORANG kalimat di atas, pada awal mulainya suatu kalimat
menggunakan huruf kapital semua. Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia, penggunaan huruf kapital pada kata tersebut disalahkan, karena
penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Palu, menggelar Rapat Kerja
(Raker) Penataan Daerah Pemilihan (Dapil) dan Alokasi Kursi DPRD Kota Palu,
Kamis (9/11/2017)
Kata Penataan dan Alokasi Kursi pada kalimat di atas merupakan
kesalahan penggunaan huruf kapital, karena penggunaan huruf kapital yang
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, yaitu huruf kapital
dipakai pada huruf pertama pada awal kalimat, bukan dipakai pada pertengahan
kalimat.7
7
Riri Ariyanti, “Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital, Tanda Baca, Dan Penulisaan
Kata Pada Koran Mercusuar”, Jurnal Bahasa dan Sastra Vol 4, No 4, 2019, h. 21.
8
BAB 2
CETAK MIRING
8
Indonesia and Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia, 2016, Hlm. 13.
9
Ibid.
10
“Huruf Miring - PUEBI Daring,” accessed May 30, 2021,
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-miring/.
9
c. Cogito Ergo Sum bermakna 'Aku berpikir maka aku ada'.
d. Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.
4. Huruf miring dipakai untuk menuliskan tiruan bunyi. 11
Misalnya :
a. Dari sarang burung itu terdengar kicau tu-ju-pu-lu-tu-ju-pu-lu.
b. Mereka berkelahi, lalu tidak lama terdengar bunyi pranggg.
5. Huruf miring di gunakan untuk memberi perbedaan atau penanda dalam kalimat.
12
Misalnya :
a. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah
tangga atau keluarga dan nomos yang berarti peraturan atau hukum
b. Huruf a,i,u,e,o, merupakan huruf vokal, sedangkan b,c,d,f,g, dan lainnya
merupakan huruf konsonan
c. Kata Pancasila, berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari dua kata, yaitu
panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip atau dasar atau asas
d. Bunga desa, baik hati, rendah diri, lapang dada, merupakan beberapa contoh
kata sifat majemuk.
6. Huruf miring digunakan untuk menuliskan alamat website atau sebuah link dalam
sebuah kalimat.13
Misalnya :
a. Untuk mencari berbagai informasi yang mudah dan cepat, kalian bisa
mencarinya di kamus elektronik pintar yang bernama google pada link
berikut www.google.com.
b. Ingin mengetahui info-info menarik, hangat dan sedang banyak dibicarakan.
Mari berkunjung ke jejaring media sosial Twitter dengan mengklik link
https://twitter.com.
Berikut kami berikan beberapa contoh kesalahan dalam penggunaan huruf miring :
14
Anisa Yuli Rahma Fitriani and Laili Etika Rahmawati, “Analisis kesalahan penggunaan tanda
baca dan huruf miring dalam teks berita online detiknews dan tribunnews,” BAHASTRA 40, no. 1 (April 30,
2020): 10, https://doi.org/10.26555/bahastra.v40i1.14695, Hlm. 13-14.
15
Anisa Yuli Rahma Fitriani and Laili Etika Rahmawati, Op.Cit, Hlm. 15.
16
Ibid.
17
Nur Endah Permatasari and Ika Maiatun Khasanah, “KESALAHAN BERBAHASA DALAM
MAJALAH PANDAWA IAIN SURAKARTA EDISI 2018 PADA TATARAN EJAAN DAN SINTAKSIS” 2 (2019): 12,
Hlm. 110.
11
BAB 3
CETAK TEBAL
22
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa Indonesia. Diakses
pada Mei 30, 2021 dari https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-
tebal/amp
23
Permendikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). (PUEBI Daring. 2015). h. 24-
25
13
2. Huruf tebal dalam cetakan kamus. Penggunaan huruf tebal dalam cetakan kamus
berfungsi untuk menuliskan lema (kata dasar atau frasa) dan sublema (kata turunan, kata
ulang, gabungan kata). Selain itu, huruf tebal ditujukan untuk menuliskan lambang
bilangan yang menyatakan polisemi. Polisemi adalah suatu kata yang bermakna lebih dari
satu.
Contoh (diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia) :
- Pakai v cak 1 mengenakan; ber-…: pelajar SLTP – seragam putih biru; 2 dibubuhi
dengan …; diberi ber-…; dengan: satu gelas es teh – gula;
3. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
- Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat dalam Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan.
24
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa Indonesia. Diakses pada Mei
30, 2021 dari https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-tebal/amp
25
Permendikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). (PUEBI Daring. 2015). h. 24
14
No Penggunaan yang Salah Penggunaan yang Benar
.
Pemerintah sedang menggalakkan Pemerintah sedang menggalakkan
1. program transmigrasi ke beberapa program transmigrasi ke beberapa
daerah selain di l uar pulau Jawa. daerah selain di luar pulau Jawa.
26
Ratna Sumarni. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam Bahasa Indonesia. Diakses pada Mei
30, 2021 dari https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-tebal/amp
15
BAB 4
KATA DEPAN (PREPOSISI)
Kata depan atau disebut juga dengan preposisi adalah kata yang secara sintaksis
(tata/susunan kalimat) terletak di depan kata benda (nomina), kata sifat (adjektiva), dan
kata keterangan (adverbia). Sedangkan secara semantis (makna), kata depan menandai
berbagai hubungan makna antara konstituen yang terletak di depan dan di belakang kata
depan tersebut.
Menurut Abdul Chaer (1990:30), preposisi adalah kata atau gabungan kata yang
berfungsi menghubungkan kata atau frase sehingga terbentuk sebuah frase eksosentrik,
yakni frase yang lazim menduduki fungsi keterangan didalam kalimat. Kemudian,
menurut Gorys Keraf (1991:80) kata depan menurut definisi tradisional adalah kata
yang merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa penggunaan preposisi dalam
kalimat adalah untuk merangkaikan kata-kata atau bagian-bagian kalimat sehingga
membentuk kalimat yang sesuai dengan kedudukan dan fungsinya. Dengan preposisi,
kata dalam kalimat akan jelas memberi keterangan bagian-bagian kata dalam kalimat.
B. Fungsi Preposisi
16
Untuk menyatakan pelaku
Untuk menyatakan alat
Untuk menyatakan perbandingan
Untuk menyatakan hal atau masalah
Untuk menyatakan sebab-akibat
Untuk menyatakan maksud atau tujuan
Kata depan, di, ke, dan dari ditulis dari kata yang mengikutinya, kecuali jika berupa
gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti kepada dan daripada27
Penggunaan preposisi dalam kalimat menurut Abdul Chaer (1990:27) dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Di
Preposisi di dipergunakan dengan ketentuan :
a) Untuk menanyakan tempat berada digunakan di muka kata benda yang
menyatakan tempat (seperti nama kota, nama desa, nama ruang, dan
sebagainya)
Contoh :
o Sidang Kabinet itu dilangsungkan di Bina Graha
o Danau Toba terdapat di pulai Sumatra
o Gedung MPR terletak di Jalan Gatot Subroto Jakarta
b) Untuk menyatkan tempat berada dengan lebih tepat dan lebih seksama. Kata
depan didapat diikuti dengan kata yang menunjukkan bagian dari tempat itu
yang dimaksud. Umpamanya kata-kata atas, dalam dan samping pada contoh
berikut :
o Bukumu saya letakkan di atas meja.
o Pakaian itu disimpan ibu di dalam lemari.
o Mereka bermain di smaping rumah kami.
c) Untuk menyatakan keadaan diam atau berhenti kata depan di digunakan di
depan kata benda yang menyatakan tempat, pada contoh berikut :
27
I Nengah Laba dan Ni Made Rinayanthi, Buku Ajar Bahasa Indonesia Berbasis Karya Tulis Ilmiah
(Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, 2018),Hal. 48
17
o Banyak turis berlibur di pulai bali.
o Yang berminat harus mendaftarkan nama di kantor tata usaha.
o Apa maksudmu datang di sini sepagi ini?
Kalau kata depan di pada contok kalimat di atas diganti dengan kata
depan ke maka makna yang didapat adalah keadaan gerak.
d) Preposisi di sebaiknya tidak digunakan di muka kata benda yang
menyatakan orang dan kata benda nama waktu. Pada posisi tersebut
sebaiknya preposisi di diganti dengan preposisi pada. Contohnya :
o Kunci lemari itu ada di ayah
(sebaiknya : kunci lemari itu ada pada ayah)
o Barang yang kau cari itu ada di Hasan.
(sebaiknya : barang yang kau cari ada pada Hasan)
o Di malam itu kami tidak ada di rumah.
(sebaiknya : pada malam itu kami tidak ada di rumah)
e) Preposisi di yang digunakan di depan kata benda yang menyatakan
karangan, buku, majalah atau koran dapat diganti dengan preposisi dalam
atau di dalam. Contohnya :
o Makna kata itu dapat kamu cari di kamus.
(dapat diganti dengan : makna kata itu dapat kamu cari dalam
kamus, atau : makna kata itu dapat kamu cari di dalam kamus)
o Berita itu dimuat di majalah tempo.
(dapat diganti dengan: berita itu dimuat dalam majalah tempo, atau:
berita itu dimuat di dalam majalah tempo)
2. Pada
Preposisi pada dipergunakan dengan ketentuan :
a. Untuk menyatakan tempat berada digunakan di depan kata benda yang
menyatakan orang. Contohnya :
o Kunci lemari ini ada pada ayah.
o Bukumu ada pada anak itu.
o Pada saya ada sejumlah buku tentang sastra.
b. Untuk menyatakan tempat digunakan di depan kata benda atau frase benda
yang bukan menyatakan tempat yang sebenarnya, sebagai varian dari kata
depan di.
18
o Suaminya bekerja pada Dapertemen Luar Negeri.
o Perasaan gembira masih terbayang pada wajahnya.
o Pada tiap-tiap kecamatan akan didirikan sebuah puskesmas.
Sebagia varian dari preposisi di, dapat digunakan preposisi pada untuk
menyatakan tempat yang tidak sebenarnya, berbeda dengan preposisi di
yang hanya digunakan untuk menyatakan tempat yang sebenarnya.
Umpamanya dalam kalimat Suaminya bekerja pada Dinas Penerangan
Kota di Jakarta.
c. Preposisi pada sebaiknya tidak digunakan di depan objek dalam kalimat yang
predikatnya mengandung pengertian tertuju terhadap sesuatu. Dalam hal ini,
kedudukan pada sebaiknya diganti dengan preposisi kepada.
o Mereka minta tolong pada polisi. (sebaiknya : mereka minta tolong
kepada polisi).
o Surat itu kau tujukan pada siapa? (sebaiknya: surat itu kau tujukan
kepada siapa?).
o Buku ini kami berikan sebagai tanda kenang-kenangan pada mereka.
(sebaiknya : buku ini kami berikan sebagai tanda kenang-kenangan
kepada mereka).
d. Preposisi pada untuk menyatakan waktu tertentu atau saat digunakan di muka
kata benda waktu yang menyatakan saat atau masanya sangat terbatas.
o Pada jam lima tepat pesawat kami mendarat di Medan.
o Bantuan diharapkan akan datang pada malam ini.
o Pada hari ini rapot akan dibagikan.
3. Dalam
Preposisi dalam digunakan dengan aturan:
a. Untuk menyatakan tempat berada digunakan di muka kata benda yang
beruangan atau dianggap mempunyai ruang, sebagai varian dari preposos di
dalam. Contohnya :
o Buku itu kusimpan dalam lemari.
o Berapa orang yang ada dalam rumah itu ?
o Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
Preposisi dalam pada ketiga contoh tersebut dapat diganti dengan
preposis di dalam, sehingga menjadi :
19
o Buku itu kusimpan di dalam lemari.
o Berapa orang yang ada di dalam rumah itu ?
o Di Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat.
4. Atas
Preposisi di atas digunakan dengan aturan:
a. Untuk menyatakan tempat digunakan di muka beberapa kata benda tertentu
sebagai varian dari kata depan di atas. Contohnya :
o Berbagai musibah telah menimpa atas diri kami.
o Kami berdiri atas keadilan dan kebenaran.
o Beban yang dipikulkan atas pundak pemain terlalau berat.
Preposisi atas pada contoh-contoh di atas dapat diganti dengan preposisi
di atas.
o Berbagai musibah telah menimpa di atas diri kami.
o Kami berdiri di atas keadilan dan kebenaran.
o Beban yang dipikulkan di atas pundak pemain terlalau berat.
b. Untuk menggabungkaan predikat intransitif dengan pelengkapnya.
Contohnya :
o Kami turut berdukacita atas musibah yang menimpa pesawat Adam
Air.
o Sebenarnya saya berhak atas barang-barang itu.
o Saya menyesal sekali atas kejadian itu.
c. Untuk menyatakan alasan atau dasar perbuatan digunakan di muka frase
benda yang berisi perbuatan, keinginan atau kekurangan orang atau lembaga.
Contohnya :
o Perselisihan itu dapat didamaikan atas usaha kedua Rt kami.
o Kami datang secepat ini atas anjuran beliau.
o Atas kehendak yang mahakuasa segalanya telah berakhir.
5. Kepada
Preposisi kepada digunakan dengan aturan :
a. Untuk menyatakan tempat yang dituju digunakan di muka kata benda orang atau
yang diorangkan sedangkan predikat kalimatnya berupa kata kerja yang
mengandung pengertian tertuju terhadap sesuatu. Contohnya :
20
o Kalian harus melapor dulu kepada beliau.
o Kami akan minta bantuan kepada polisi.
o Kamu harus minta maaf kepada kami.
b. Untuk menyatakan arah tempat yang tidak sebenarnya digunakan di muka kata
benda yang menyatakan asas atau ajaran. Contohnya :
o Kembali kepada UUD 1945.
o Berpegang teguh kepada ajaran agama.
o Pernyataan itu merujuk kepada pancasila dan UUD 1945.
c. Dapat digunakan sebagai varian preposisi akan yakni sebagai pengantar
pelengkap dalam kalimat yang predikatnya berupa kata pengalaman. Contohnya :
o Dia takut sekali kepada saya.
o Saya selalu ingat kepada ibunya.
o Dia sudah lupa kepada saya.
6. Dari
Preposisi dari digunakan dengan aturan:
a. Untuk menyatakan asal tempat digunakannya di muka kata benda yang
menyatakan tempat, baik tempat sebenarnya maupun yang tidak sebenarnya.
Contohnya :
o Mereka baru datang dari desa.
o Ibunya berasal dari kendari.
o Tindak tanduknya sudah keluar dari ajaran islam.
b. Untuk menyatakan asal tempat dengan lebih seksama preposisi dari dapat diikuti
dengan kata yang menyatakan bagian mana dari tempat yang dimaksud.
Umpamanya, kata-kata dalam, atas dan sudut pada contoh berikut :
o Satu per satu mereka keluar dari dalam pesawat itu.
o Kamus itu saya ambil dari atas meja ayah.
o Pot bunga itu akan kami pindahkan dari sudut ruangan itu.
c. Dapat menyatakan asal atau awal waktu digunakan di muka kata benda waktu.
Dalam hal ini preposisi dari dapat diganti dengan sejak. Contohnya :
o Saya menunggu dari kemarin.
o Saya selalu ingat kepada ibunya.
21
o Dia sudah lupa kepada saya.
Berdasarkan fungsinya kata depan (preposisi) dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut :
1. Kata depan “dalam”
Kata depan “dalam” digunakan sebagai berikut :
Untuk menyatakan tempat benda/berlangsung.
Contoh : seragam sekolah adik disimpan dalam lemari.
Untuk menyatakan berada dalam situasi atau peristiwa.
Contoh : dalam bencana banjir bandang yang terjadi bulan lalu 40 orang
dinyatakan hilang.
Untuk menyatakan jangka waktu.
Contoh : dalamkurun waktu kurang dari 5 menit tiket konser salah satu band
kenamaan tanah air itu telah habis terjual.
2. Kata depan “atas”
Kata depan “atas” digunakan sebagai berikut :
Untuk menyatakan tempat.
Contoh : berbagai peraturan itu dibuat atas izinnya.
Untuk menghubungkan predikat intransif dengan pelengkapnya.
Contoh : saya turut berduka cita atas meninggalnya orang tuamu.
Kata depan “atas” juga digunakan dalam beberapa ungkpan yang sudah
tetap.
Contoh : atas nama, atas kehendak.
3. Kata depan “antara”
Kata depan “antara” digunakan sebagai berikut :
Untuk menyatakan jarak.
Contoh : antara rumahku dan sekolah hanya ditempuh 10 menit saja.
Untuk menyatakan adanya dua pihak.
Contoh : peperangan antara palestina dan israel tidak pernah berakhir.
Untuk menyatakan suatu tempat, saat/waktu, keadaan/hal.
22
Contoh : gadis kecil penjual gorengan itu selalu melintas di jalan ini antara
pukul 3 sampai pukul 5 sore.
4. Kata depan “kepada”
Kata depan “kepada” digunakan sebagai berikut :
Untuk menyatakan tempat yang dituju. Contohnya : Pencuri helm yang
sering beroperasi di gedung perkantoran ini telah diserahkan kepada pihak
kepolisian.
Untuk menyatakan arah yang dituju. Contohnya : Dia selalu rindu kepada
ibunya yang bekerja di luar kota.
5. Kata depan “akan”
Kata depan “akan” digunakan sebagai berikut :
Untuk menunjukkan objek. Contohnya: Dia masih ingat akan tragedi yang
merenggut kedua orang tuanya 10 tahun lalu.
Untuk menguatkan kata yang berada di belakangnya. Contohnya: Aku tidak
akan pernah bisa lupa akan budi baikmu pada keluarga kami
6. Kata depan “terhadap”
Kata depan “terhadap” digunakan sebagai berikut :
Untuk menyatakan sasaran perbuatan. Contohnya: Saya tidak pernah takut
terhadap apapun.
Untuk menyatakan perihal. Contohnya: Kami tidak pernah ragu terhadap
niat tulus dan kejujurannya.
7. Kata depan “oleh”
Kata depan “oleh” digunakan sebagai berikut:
Untuk menyatakan pelaku perbuatan. Contohnya: Jembatan yang
menghubungkan dua kabupaten itu dulunya diresmikan oleh Presiden SBY.
Untuk menyatakan sebab. Contohnya : Kemejaku basah oleh keringat.
23
Untuk menyatakan beserta. Contohnya : Rumah tua itu dijual lengkap
dengan segala isinya.
Untuk menyatakan cara atau sifat perbuatan. Contohnya: Kami menerima
sumbangan itu dengan senang hati.
Kata depan “dengan” juga digunakan dalam beberapa ungkapan tetap.
Contohnya: Dengan nama Allah, Dengan rahmat Tuhan, Dengan restu orang
tua
9. Kata depan “berkat”
Kata depan “berkat” digunakan untuk menyatakan sebab yang memberi pengaruh
sehingga terjadinya sesuatu. Contohnya : Kemerdekaan negara Republik Indonesia
dapat diraih berkat perjuangan para pahlawan.
10. Kata depan “tentang”
Kata depan “tentang” digunakan untuk menyatakan perihal atau masalah.
Contohnya : Ayah memberikan penjelasan tentang materi pelajaran yang tidak saya
pahami.
11. Kata depan “sampai”
Kata depan “sampai” digunakan untuk menyatakan batas tempat atau batas waktu.
Contohnya: Ibu guru menyuruh kami mengerjakan soal dari halam 90 sampai
halaman 102.
12. Kata depan “guna”
Kata depan “guna” digunakan untuk menyatakan adanya pertalian perihal.
Pemakaian kata depan ini sering ditambahkan dengan imbuhan ke-an. Contohnya :
Kelas tambahan itu diadakan guna membantu para siswa kelas 3
melakukan persiapan dalam menghadapi ujian nasional nantinya.
Buah jeruk memiliki kegunaan yang sangat banyak untuk kesehatan dan
kecantikan.
24
Untuk menyatakan sumpah. Contohnya : Demi Tuhan saya tidak terlibat
dalam kejahatan itu.
14. Kata depan “untuk”
Kata depan untuk digunakan sebagai berikut :
Untuk menyatakan tujuan atau sasaran perbuatan. Contohnya: Nenek
membawakan oleh-oleh untuk kami.
Untuk menyatakan adanya pertalian perihal. Contohnya: Jembatan itu
dibangun untuk kepentingan umum.
15. Kata depan “bagi”
Kata depan “bagi” digunakan untuk menyatakan adanya pertalian perihal.
Contohnya: Bagi saya tidak penting dia ikut atau tidak.
16. Kata depan “menurut”
Kata depan “menurut” digunakan untuk menyatakan sesuai dengan yang dikatakan.
Contohnya :
Menurut undang-undang yang berlaku, dia dapat dijatuhi hukuman 5
tahun penjara.
Menurut wali kelas, saya pantas menjadi ketua kelas
25
BAB 5
KATA ULANG (REDUPLIKASI)
C. Jenis Pengulangan
Be berapa ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut. Rej4ti45 tg5 g56hn65 hg
26
BAB 6
KATA BAKU & TIDAK BAKU
28
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first, 2015), h. 28.
29
Sukirman Nurdjan, dkk. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Makassar: Aksara Timur, 2016),
h. 32.
30
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first, 2015), h. 28.
31
Sukirman Nurdjan, dkk. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Makassar: Aksara Timur, 2016),
h. 32-33.
32
Dini Fitri, Pedoman Kata Baku & Tidak Baku, (Jakarta: PT Kawah Media, 2017), h. 76.
27
C. Ciri-Ciri Bahasa Baku
Beberapa ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut.33
1. Tidak dipengaruhi bahasa daerah
Contoh:
Tidak Baku Baku
Gue Saya
Diundangin Diundang
33
Ainia Prihantini, EYD Bahasa Indonesia Terbaru & Terlengkap, (Yogyakarta: B first, 2015), h. 28-29.
28
Para hadirin Hadirin
37
Dewinita, “Kalimat Baku dan Tidak Baku”, http://d3winit4.blogspot.com/2009/12/kalimat-baku-dan-
tidak-baku.html?m=1 (Diakses Pada Tanggal 28 Maret Pukul 17:10)
30
BAB 7
PARAGRAF
A. Pengertian Paragraf
Kaidah baku menjadi tolok ukur suatu kata dikatakan sebagai kata baku atau tidak
baku. Kaidah baku adalah kaidah standar yang dapat berupa pedoman ejaan (EYD), tata
bahasa baku, atau kamus umum.
B. Unsur-Unsur Paragraf
Secara umum, fungsi bahasa baku sebagai berikut.
C. Ciri-Ciri Paragraf
Beberapa ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut
bahasa daerah
G. Macam-Macam Paragraf
Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia, yaitu :
ini tidak baku)
Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu (Kalimat ini baku)
31
BAB 8
MENYUSUN KERANGKA KARANGAN
33
6. Mencegah pengulangan pembahasan ide,
7. Memperlihatkan kekurangan atau kelebihan materi pembahasan.44
Landasan yang paling penting, bila topik yang di uraikan mempunyai pertalian
yang sangat erat dengan ruang atau tempat . Urutan ini biasanya di gunakan dalam
tulisan–tulisan yang bersifat deskriptif .
Di daerah Kalimantan
Di daerah Sulawesi
Di daerah Sumatra
c) Topik yang ada
Suatu pola peralihan yang dapat di masukkan dalam pola alamiah adalah
urutan berdasarkan topik yang ada . Suatu peristiwa sudah di kenal dengan
bagian–bagian tertentu . Untuk menggambarkan hal tersebut secara lengkap, mau
tidak mau bagian–bagian itu harus di jelaskan berturut–turut dalam karangan itu,
tanpa mempersoalkan bagian mana lebih penting dari lainnya, tanpa memberi
tanggapan atas bagian–bagiannya itu.
2. Pola Logis
Keresahan masyarakat
Merajalela nya praktek KKN
Keresahan masyarakat
35
Kerusuhan social
Tuntutan reformasi menggema
b) Urutan kausal
Mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat dan urutan akibat ke
sebab . Pada pola pertama suatu masalah di anggap sebagai sebab, yang
kemudian di lanjutkan dengan perincian–perincian yang menelusuri akibat–
akibat yang mungkin terjadi. Urutan ini sangat efektif dalam penulisan sejarah
atau dalam membicarakan persoalan–persoalan yang di hadapi umat manusia
pada umumnya.
36
Manfaat internet
a. Media informasi
b. Bisnis
c. Jaringan social
e) Urutan familiaritas
f) Urutan akseptabilitas
Kerangka kalimat:
46
Agustyawan Rully dkk, “makalah kerangka karangan”,
https://dokumen.tips/documents/makalah-kerangka- karangan.html (diakses pada 26 April 2021,
pukul 22.48).
1
- Pupuk alam dapat dikategorikan menjadi dua macam, yakni
pupuk kandang dan pupuk daun.
- Pupuk alam memiliki keuntungan
- Pupuk kandang lebih murah daripad pupuk buatan
- Pupuk alam tidak merusak daya kesuburan tanah
- Pipuk alam tidak memastikan organisme di lahan.
- Pupuk alam berguna untuk mengharmoniskan sistem ekologi
(Suparno dan Yunus, 2008).
2. Kerangka topik
Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang di tandai
dengan kode yang sudah lazim untuk menyatakan hubungan antar
gagasan. Tanda baca akhir atau titik tidak diperlukan karena kalimat
lengkap tidak dipakai dalam karangan topik.
Kerangka topik dapat saja berbentuk gabungan kerangka kalimat
dan kerangka topik. Walaupun pemakaian kerangka topik lebih
dominan, tidaklah dipantangkan untuk dicampur dengan kerangka
kalimat, meski hanya untuk penulisan judul-judul bab. Dalam
praktik pemakaiannya, yang banyak dipakai adalah kerangka topik
(Suparno dan Yunus, 2008). Contoh kerangka topik dapat dilihat
seperti di bawah ini.
Judul: Proses Mengarang
Kerangka Topik :Kegiatan Prapenulisan
1. Penentuan topik karangan
2. Penentuan tujuan karangan
3. Penyusunan kerangka karangan
Kegiatan Penulisan
1. Penulisan draf bagian karangan
2. Penulisan draf karangan utuh
Kegiatan pascapenulisan
1.
Pemeriksaan kesalahan draf karangan
2.
Revisi draf karangan
3.
Penyuntingan draf karangan
4.
Penerbitan karangan (Suparno dan Yunus,
2008)
Kerangka dibentuk dalam sistem tanda, atau dengan kode
tertentu. Hubungan di antara gagasan yang ditunjukkan oleh
kerangka dinyatakan dengan serangkaian kode berupa huruf dan
angka. Judul biasanya didahului angka tertentu, misalnya angka
2
romawi, sedangkan sub bab menggunakan huruf kapital, lalu untuk
anak bab menggunakan angka Arab, ada juga kerangka yang hanya
menggunakan angka Arab jika karangannya singkat.
Angka Arab juga dapat digabung dengan huruf kecil atau lower
case jika karangannya tidak terlalu panjang, misalnya makalah atau
artikel sederhan. Kode-kode itu akan lebih kompleks dalam
karangan yang besar seperti skripsi, tesis, disertasi dan buku
Dalam mengarang hendaknya selalu diingat tema yang hendak
digunakan. Jangan banyak berputar-putar, bercerita tentang hal-hal
yang tidak menyangkut tema itu. Sejak paragraf pertama hendaknya
tema terus dapat ditangkap oleh pembaca dan berkembang dalam
paragraf-paragraf selanjutnya sampai saatnnya kita mengakhiri cerita
atau uraian (Finoza, 2008: 123)
3
b. Jika topik sekaligus menjadi judul, biasanya karangan akan
bersifat umum dan ruang lingkupnya sangat luas.
c. Judul dibuat setelah selesai menggarap tema, sehingga bisa
terjamin bahwa judul itu cocok dengan temanya.
d. Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca
dan akan cocok dengan temanya.
e. Judul hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang
terpenting dari karya itu, sehingga pembaca sudah dapat
membayangkan apa yang akan diuraikan dalam karya itu.
f. Ada judul yang mengungkapkan maksud pengarang,
misalnya dalam sebuah laporan eksposisi.
Contohnya :“Suatu Penelitian tentang Korelasi antara
Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang Tidak
Memadai”.
Syarat judul yang baik :
2. Mengumpulkan bahan
Sebelum melanjutkan menulis, perlu ada bahan yang menjadi
bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan. Perlu ada dasar bekal
dalam melanjutkan penulisan. Untuk membiasakan, kumpulkanlah
kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang menarik penulis)
4
dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan calon
penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat
membuka kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak
cara memngumpulkannya, masing-masing penulis mempunyai cara
masing-masing sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
3. Menyeleksi bahan
4. Membuat kerangka
5
mempersulit proses pengembangan karangan. (karangan tidak
mengalir).
5. Mengembangkan kerangka karangan
48
Amalina, “makalah penyusunan kerangka karangan”, http://amalina-
in.blogspot.com/2014/05/makalah- penyusunan-kerangka-karangan.html (diakses
pada 26 April 2021, pukul 23.45).
6
2. Pengembangan kerangka secara logis
49
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2015) hlm. 90-91.
7
BAB 9
DAFTAR PUSTAKA
50
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm.129-130.
51
Kholiq, Makalah Pengertian Daftar Pustaka, diakses dari
http://hikmadarisebuahcerita.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengertian-daftar.
52
Novita Lusiana, Rika Andriyani dan Miratu Megasari, Buku Ajar Metodologi
Penelitian Kebidanan (Yogyakarta: Depublish, 2015), hlm. 79.
8
3. Apabila pembaca mau lebih mendalami pernyataan yang dikutip, dapat
membaca sendiri buku/majalah yang menjadi sumber kutipan untuk
penelusuran kepustakaan.53
4. Memberikan apresiasi atau penghargaan terhadap penulis buku yang
telah membantu kita dalam penulisan karya tulis yang kita selesaikan.
5. Menjaga profesionalitas penulis terhadap karya tulis yang telah dia
buat.54
53
Haryanto.A.G., Hartono Ruslijanto dan Datu Mulyono, Metode Penulisan dan
Penyajian Karya Ilmiah: Buku Ajar untuk Mahasiswa (Jakarta: EGC, 2000), hlm. 70.
54
Kholiq, Makalah Pengertian Daftar Pustaka, diakses dari
http://hikmadarisebuahcerita.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengertian-daftar
55
Tika Hatikah, dkk, Membina Kompetensi Berbahasa dan Bersastra Indonesia untuk
Kelas XI Semester 1, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), hlm. 82-83.
9
5. Buku yang terdiri dari dua jilid atau lebih
Intensive Course in English. 5 vols. Washington: English Language
Service, inc., 1964.
56
Admaji (2007). Bibliography, from http://www.anneahira.com/daftar-pustaka-karya-
tulis.htm
Mulyati, Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana,
57
2015), hlm.130-131.
10
a. Nama penulis ditulis dengan urutan nama akhir, nama awal, dan
nama tengah, tanpa gelar akademik.
b. Tahun penerbitan.
c. Judul, termasuk anak judul (subjudul).
d. Kota tempat penerbitan.
e. Nama penerbit.
Jika penulisnya lebih dari satu, cara penulisan namanya sama dengan
penulis pertama. Nama penulis yang terdiri dari dua bagian ditulis
dengan urutan:
Nama akhir diikuti koma, nama awal (disingkat atau tidak disingkat,
tetapi harus konsisten dalam suatu karya ilmiah) diakhiri dengan titik.
Apabila sumber yang dirujuk ditulis oleh tim (lebih dari tiga penulis),
maka cukup ditulis nama penulis pertama saja, dan ditambah dkk. (dan
kawan-kawan).
Jika ada dua atau tiga penulis, maka cara penulisannya sama dengan
buku yang dirujuk oleh satu penulis.
Contoh:
Newman WH and E. Kirby Warren. 1997. The Process of Management,
Concept, Behaviour and Paratice. New Delhi: Prentice Hall of
India Private Ltd.
Jujuk, Ariyanti S., Arsjad, M.G., & Ridwan, S.H. 1989. Penyusunan
Jurnal Modern dan Benar. Jakarta : Erlangga.
Whitten, J.L., Bentley, L.D., Dittaman, K.C. 2004. System Analysis and
Design Methods. Indianapolis : McCraw-Hiil Education.
Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber ditulis oleh orang
yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun
penerbitan diikuti oleh lambang a,b,c, dan seterusnya yang urutannya
ditentukan secara kronologis atau berdasarkan abjad judul bukunya.
11
Contoh:
Cornet, L. & Weeks, K. 1985a. Career Ladder Plans: Trends and
Emergig Issuse-1985. Atlanta: Career Ladder Clearing-house.
58
Ibid., hlm. 132.
12
keberapa, nomor berapa (dalam kurung) dan nomor halaman dari artikel
tersebut.59
Contoh:
Simpson, Paul. 1992, “ Teching stylistics: analysing cohesion and
narative structure in a short story by Ernest Hemingway” dalam
Jurnal Languange and Literature. Vol. 1 no 1 1992.
59
Ibid., hlm. 133-134.
60
Ibid., hlm. 134.
61
Ibid., hlm. 135.
13
8. Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah yang Diterbitkan oleh suatu
Penerbit Tanpa Penulis dan Tanpa Lembaga
Judul atau dokumen ditulis di bagian awal dengan cetak miring,
diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit, dan nama penerbit.
Contoh:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang
Sistem Perekonomian Nasional. 1990. Jakarta: PT Armas Duta
Jaya.
62
Ibid., hlm. 135.
63
Ibid., hlm. 136.
14
Wahyuningdyah, R.Y.1996. Analisis Faktor-Faktor Motivasi dan
Hubungannya dengan Produktivitas Tenaga Kerja Akademik
Kopertis Wilayah V. Tesis tidak Diterbitkan. Yogyakarta.
Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
12. Rujukan Berupa Makalah yang Disajikan dalam Seminar, Penataran, atau
Lokakarya
Nama penulis ditulis paling depan, dilanjutkan dengan tahun judul,
judul makalah ditulis dengan cetak miring, kemudian diikuti pernyataan
“Makalah disajikan dalam...”, nama pertemuan, lemabga penyelenggara,
tempat penyelenggara dam tanggal serta bulannya.
Contoh:
Wahab, Abdul. 2002. “Komet Api Sakadom”. Makalah yang disajikan
dalam acara Sastrawan Bicara Mahasiswa Membaca yang
diselengarakan Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang
tanggal 2 September 2002.
Pawley, A., and Syder F. (1976). “The One Clause Hypothesis”. Makalah
disampaikan pada kongres Masyarakat Linguistik New Zealand
Pertama, Auckland tanggal 5-7 juni 1976.
15
Edward, D. 20 November 2008. Summary of Citing Internet
Sites.NETRAIN Discussion List, (Online),
(NETRAIN@,ubvm.cc.buffalo.edu._diakses 22 November 2008).
65
Ibid., hlm. 138.
16
BAB 10
TATA CARA MENGUTIP
A. Pengertian Mengutip
Kutipan adalah kalimat, paragraf, atau pendapat dari seseorang
pengarang, ahli, ucapan orang terkenal, pejabat pemerintah maupun alim
ulama karena keahlianya, baik yang terdapat dalam buku,jurnal maupun
media tulis atau lisan.66 Pengutipan adalah proses peminjaman kalimat atau
pendapat seseorang pengarang atau ucapan seseorang yang ahli dalam bidang
yang sedang ditulis.
Kutipan terdiri atas kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
Kutipan langsung adalah salinan yang sama persis dengan sumbernya, atau
kutipan yang dipindahkan langsung dari sumbernya. Kutipan tidak langsung
adalah kutipan yang mengambil dari sebuah referensi yang ditulis oleh
penulis karya ilmiah menggunakan gaya bahasa sendiri berdasarkan
pemahamannya sendiri. Kutipan bertujuan untuk menegaskan uraian,
memperkuat, dan kejujuran penulis menggunakan sumber-sumber
penulisan.67
B. Fungsi Kutipan
Tindakan mengutip bukan semata-mata meniru teks orang lain.
Tindakan mengutip bukan untuk kesombongan, bahwa penulis memajang
sejumlah pustaka yang dikuasai. Akan
17
C. Jenis-Jenis Kutipan
Adapun jenis-jenis kutipan diantaranya yaitu :
1. Kutipan langsung
Kutipan langsung ialah kutipan yang sama persis dengan teks aslinya,
tidak boleh ada perubahan, kalau ada yang dinilai salah/meragukan kita
beri tanda “sic !”, yang artinya kita sekedar mengutip sesuai dengan
aslinya dan tidak bertanggung jawab atas kesalahan itu. Demikian juga
kalau kita menyesuaikan ejaan, memberikan huruf kapital, garis bawah
atau huruf miring kita harus menjelaskan hal tersebut misal “huruf miring
dari pengutip” “ ejaan sesuai dengan EYD” dll. Bila dalam kutipan
tersebut terdapat huruf atau kata yang salah satu dibetulkan oleh pengutip
harus digunakan dengan huruf siku.
18
Kutipan langsung dimulai dengan materi kutipan hingga hingga
penghentian terdekat (dapat berupa koma,titik koma, atau titik) disusul
dengan sisipan penjelasan siapa yang berbicara
Contoh :
Contoh :
69
(Shallis., 2006 hlm 5)
19
Secara filosofis, TQME menekankan pada cara pencarian yang
amat konsisten terhadap segala upaya perbaikan yang
berkelanjutan dalam rangka mencapai kebutuhan dan kepuasan
pelanggan. Adapun strategi yang digunakan dalam TQME adalah:
20
Konsep kurikulum dibagi menjadi empat, yaitu (1) Kurikulum
sebagai produk, (2) Kurikulum sebagai Program (3) Kurikulum
sebagai hasil belajar yang diinginkan, dan (4) Kurikulum sebagai
pengalaman belajar bagi peserta didik71. Pemahaman yang benar
tentang kurikulum sangat penting karena ikut menentukan arah
pembelajaran yang terkait dengan proses maupun substansinya.
Jika kurikulum hanya di pandang dalam arti sempit, maka jangan
diharapkan kalau pendidikan dan pengajaran yang akan
dilaksanakan dapat membuahkan hasil sesuai dengan apa yang
diharapkan.
21
b) Competitive Advantage, yaitu suatu kegiatan spesifik yang
dikembangkan oleh lembaga agar lebih unggul dibandingkan
dengan pesaingnya. Terdapat tiga komponen strategi yang
dapat dilakukan untuk memperoleh keunggulan dalam
bersaing, yaitu: 1) Cost leadership, 2) Diferensiasi, dan 3)
adalah Fokus. (2005: 1-32).
E. Prinsip-Prinsip Mengutip
1. Penulis harus menahan diri agar tidak mengutip terlalu banyak
sehingga tulisan yang disusun menjadi suatu himpunan kutipan.
2. Penulis harus memahami bahwa kutipan hanya menjadi bukti
penunjang pendapat penulis.
3. Kutipan dianggap benar jika penulis menunjukkan tempat atau asal
kutipan sehingga pembaca dapat mencocokkan kutipan dengan sumber
aslinya.
4. Kutipan hendaknya diambil seperlunya agar tidak merusak uraian
sebenarnya.73
5. Pada kutipan langsung, penulis tidak boleh mengubah apapun dan
andai kata penulis tidak menyetujui apa yang dikutipnya atau
menemukan kesalahan, ia dapat memberi tanda : [. . .. ] atau [ sic]. Sic
berasal dari kata latin sicut yang berarti “dengan demikian”, “jadi..”, “
seperti itu”. 74
BAB 11
MENYUSUN LAPORAN
A. Pengertian Laporan
Kaidah baku menjadi tolok ukur suatu kata dikatakan sebagai kata baku
atau tidak baku. Kaidah baku adalah kaidah standar yang dapat berupa
pedoman ejaan (EYD), tata bahasa baku, atau kamus umum.
B. Fungsi Laporan
Secara umum, fungsi bahasa baku sebagai berikut.
73
NASUCHA,DKK, Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiyah: Mata Kuliah
Kepribadian ( Yogyakarta : Media Perkasa, 2010)
74
Sabarti Akhadiah,dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia ( Jakarta :
Erlangga, 2003)
22
C. Ciri-Ciri Laporan
Beberapa ciri-ciri bahasa baku adalah sebagai berikut
bahasa daerah
D. Syarat-Syarat Laporan
Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pemakaiannya. Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat
baku berdasarkan konsep yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS
(2014: 67).
E. Jenis-Jenis Laporan
Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pemakaiannya. Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat
baku berdasarkan konsep yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS
(2014: 67).
F. Sistematika Laporan
Kalimat baku mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pemakaiannya. Berikut ini akan dijelaskan tentang syarat-syarat dari kalimat
baku berdasarkan konsep yang terdapat dalam Modul Belajar PPLS IPS
(2014: 67).
G. Pokok-Pokok Laporan
Ada 8 penyebab ketidakbakuan kalimat dalam Bahasa Indonesia, yaitu :
ini tidak baku)
Pembaca tidak dapat mengetahui arti kalimat itu (Kalimat ini baku)
23
BAB 12
PENULISAN KARYA ILMIAH
24
DAFTAR PUSTAKA
Dewinita, Kalimat Baku dan Tidak Baku. Diakses Pada Tanggal 28 Maret Pukul
17:10, dari http://d3winit4.blogspot.com/2009/12/kalimat-baku-dan-
tidak-baku.html?m=1
Dokumen.tips ,_ , makalah kerangka karangan, diakses pada 26 April 2021, dari
https://dokumen.tips/documents/makalah-kerangka-karangan.html
Fitri, Dini. 2017. Pedoman Kata Baku & Tidak Baku. Jakarta: PT Kawah Media.
G, Haryanto A. dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah: Buku
Ajar untuk Mahasiswa. Jakarta: EGC.
Hatikah, Tika., dkk. 2007. Membina Kompetensi Berbahasa dan Bersastra
Indonesia untuk Kelas XI Semester 1. Bandung: Grafindo Media
Pratama.
https://kikikecilitsme.blogspot.com/2011/12/makalah-bahasa-indonesiakutipan-
dan.html [13 Mei 2021]
25
Ibeng, Parta. 2021. Kalimat Baku & Tidak Baku : Pemgertian , ciri, syarat dan
contohnya. Diakses pada 27 Maret Pukul 20:23, dari
https://pendidikan.co.id/kalimat-baku-tidak-baku-pengertian-ciri-syarat-
dan-contohnya/
Kholiq. Pengertian Daftar Pustaka. Diakses pada Mei 2021 dari
http://hikmadarisebuahcerita.blogspot.co.id/2013/03/makalah-pengertian-
daftar pustaka.html
Lusiana, Novita., Rika Andriyani dan Miratu Megasari. 2015. Buku Ajar
Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Depublish.
Mulyati. 2015. Terampil Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Kencana.
Nasucha,Yakup.Rohmadi,Muhammad.,dan Wahyudi,Budi A 2010. Bahasa
Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah:Mata Kuliah
Kepribadian.Yogyakarta:Media Perkasa
Purwirto dkk, 2016. Cinta Bahasa Indonesia, Cinta Tanah Air.Bantul: Insitut Seni
Indonesia Yogyakarta
Saputra, Edi dan Junaida. 2016. Bahasa Indonesia. Medan: Perdana Publishing.
Setiawan, Samhis. Huruf Kapital, diakses pada Mei 29, 2021 dari
https://www.gurupendidikan.co.id/huruf-kapital/.
26
Syaihaabul Hudaa. (2018). Estetika Berbahasa: Mengapresiasi Bahasa Indonesia.
Sukabumi: CV Jejak
Narabahasa. Fungsi Huruf Tebal. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://narabahasa.id/ejaan/fungsi-huruf-tebal
Sumarni, Ratna. 4 Penggunaan Huruf Tebal yang Benar sesuai EYD dalam
Bahasa Indonesia. Diakses pada Mei 30, 2021 dari
https://www.google.com/amp/s/dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-
tebal/amp
Sitorus, Jonter Pandapotan. (2019). “Mengenal Tata Bahasa Indonesia”. Malang:
Penerbit Evernity
Permendikbud. (2015). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
PUEBI Daring.
Buono, Agus, and dkk. Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Tulis Ilmiah.
IPB Press, 2001.
Fitriani, Anisa Yuli Rahma, and Laili Etika Rahmawati. “Analisis kesalahan
penggunaan tanda baca dan huruf miring dalam teks berita online
detiknews dan tribunnews.” BAHASTRA 40, no. 1 (April 30, 2020): 10.
https://doi.org/10.26555/bahastra.v40i1.14695.
“Huruf Miring - PUEBI Daring.” Accessed May 30, 2021.
https://puebi.readthedocs.io/en/latest/huruf/huruf-miring/.
Indonesia and Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Pedoman umum
ejaan bahasa Indonesia, 2016.
Permatasari, Nur Endah, and Ika Maiatun Khasanah. “KESALAHAN
BERBAHASA DALAM MAJALAH PANDAWA IAIN SURAKARTA
EDISI 2018 PADA TATARAN EJAAN DAN SINTAKSIS” 2 (2019): 12.
S.Pd, Ratna Sumarni. “10 Penggunaan Huruf Miring Yang Benar dan
Contohnya.” DosenBahasa.com, November 1, 2016.
https://dosenbahasa.com/penggunaan-huruf-miring.
Zulmiyetri, Nurhastuti, and Safaruddin. Penulisan Karya Tulis Ilmiah Edisi
Pertama. Jakarta: Kencana, 2020.
27